Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Transplantasi organ adalah pemindahan organ tubuh dari satu manusia kepada
manusia lain, seperti pemindahan tangan, ginjal , dan jantung. Transplantasi merupakan
pemindahan sebuah organ atau lebih dari seorang manusia pada saat dia hidup atau
setelah mati kepada manusia lain.Dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh ada 3
pihak terkait dengannya : Pertama, donor yaitu orang yang menyumbangkan organ
tubuhnya yang masih sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang irgan tubuhnya
menderita sakit atau terjadi kelainan. Kedua, resepien yaitu orang yang menerima organ
tubuh dari donor yang karena satu dan lainnya, organ tubuh harus diganti. Ketiga, tim ahli
yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari pihak donor kepada pasien.
Saat ini di Indonesia, suda ada undang-undang yang mengatur tentang transplantasi
organ yaitu UU No. 36 Tahun 2009 :
Pasal 64
1. Penyembuhna penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan jaringan tubuh, implan obat, alat kesehatan, bedah
plastic, dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
2. Transplantasi organ atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
dikomersialkan.
3. Organ atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Pasal 65
1. Transplantasi organ atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan dipasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
2. Pengabilan organ atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat
persetujuan pendonor atau ahli waris atau keluarganya.
3. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ
atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan transplantasi organ?
2. Bagaimanakah hukum yang mengatur tentang transplantasi organ menurut
islam dan undang-undang?
3. Bagaimanakah kondisi transplantasi organ yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan transplantasi organ
2. Untuk mengetahui hukum islam dan undang-undang mengenai transplantasi
organ
3. Untuk mengetahui kondisi transplantasi organ yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian Transplantasi
Transplantasi organ adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu
dari suatu tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri ke tubuh orang lain dengan
persyaratan tertentu. Syarat tersebut meliputi kecocokan dari donor dan resipen.
Sedangkan resipen adalah orang yang akan menerima jaringan atau organ menerima
jaringan atau organ dari orang lain atau daribagian lain dari tubuhnya sendiri organ tubuh
yang ditransplantasikan biasanya organ tubuh yang ditransplanstasikan seperti organ
vital seperti jginjal, jantung, mata. Namun dalam perkembangannya organ-organ tubuh
dapat di transplantasikan untuk membantu orang yang sangat memerlukan.
B. Klasifikasi Transplantasi Organ
Auto Transplantasi, Homo Transplantasi, Hetero Transplantasi, Allograft, Isograft,
Senograft dan Seno Transplantation, Transplantasi Split, Transplantasi Domino.
C. Hukum Transplantasi Organ

1. Menurut Islam
a. Transplantasi organ dari donor yang masih hidup
Firman allah swt dalam surat Al-Baqarah: 178
Artinya: “maka barang siapa yang mendapa suatu pemafaan dari saudaranya hendaklah
(yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik dan dakwah (yang diberi maaf)
membayar (diyat) kepada yang memberi maafdengan cara yang baik pula. Yang demikian
itu adalah suatu keinginan dari tuhan dan suatu rahmat”.
Syarat bagi kemubahan menyumbangkan organ tubuh pada saat seseorang masih hidup
ialah bahwa organ yang disumbangkan bukan merupakan organ vital yang menetukan
kelangsungan hidup pihak kelangsungan hidup pihak penyumbang, seperti jantung, hati
dan paru-paru. Hal ini dikarenakan penyumbangan organ-organ tersebut akan
mengakibatkan kematian pihak penyumang yang berarti dia telah membunuh dirinya
sendiri padahal seseorang tidak diperbolehkan membunuh dirinya sendiri atau meminta
sukarela kepada orang lain untuk membunuh dirinya. Allah swt berfirman: “dan
janganlah kailan membunuh diri kalian”. An-nisa:29. Jadi orang yang mentrasplantasi
organ dari orang yang masih hidup itu diperbolehkan apabila diniatkan mendonorkan
organ atau jaringan tersebut karena untuk menolong orang (orang itu terancam
meninggal) dan bukan untuk membunuh dirinya sendiri.
b. Transplantasi Organ dari Donor Yang Telah Meninggal
Untuk dapat mengetahui kejelasan hukum transplantasi organ dari donor yang sudah
meninggal ini, terlebih dahulu harus diketahui hukum pemilikan tubuh mayat, hukum
kehormatan mayat dan hukum keadaan darurat. Seseorang yang sudah meninggal tidak
boleh menyumbangkan organ tubuhnya dan tidak dibenarkan pula berwasiat untuk
menyumbangkannya karena tubuh orang tersebuttidaklagi dimiliki seorangpun. Para ahli
warispun tidak berhak menyumbangkan salah satu organ si mayit karena mereka tidak
memiliki tubuh si mayit, sebagaimana mereka tidak berhak memanfaatkan tubuh simayit.
Maka hak pemanfaatan simayit lebih-lebih lagi tidak dimiliki oleh selain ahli waris,
bagaimanapun juga posisi atau status mereka. Karena iyu seorang dokter atau seorang
penguasa tidak behak memanfaatkan salah satu organ tubuh seseorang yang sudah
meninggal untuk ditransplantasikan kepada orang lain yang membutuhkannya. Adapun
hukumkehormatan mayat mempunyai kehormatan yang wajib dipelihara sebagaimana
kehormatan orang hidup. Allah menetapkan pula bahwa menganiyaya mayat sama saja
dosanya dengan menganiaia orang hidup. Diriwayatkan dari Aisah Ummul mu’minin R.A
bahwa rassulullah SAW bersabda: “memecahkan tulang mayat itu sama dengan
memecahkan tulang orang hidup (HR. Ahmad, Abu Daud dan Ibnu Hibann).
Dengan demikian dari penjelasan diatas mengenai pelanggaran kehormatan mayat dan
penganiaian terhadapnya ini, maka jelaslah bahwa tidak dibolehkan membedah perut
mayat dan mengambil sebuah organnya untuk ditransplantasikan kepada orang lain. Ini
karena tindakan tersebut dianggap sebagai pelanggaran terhadap kehormatan mayat serta
merupakan penganiaian dan pencincangan terhadapnya. Padahal melanggar kehormatan
mayat dan mencincangnya diharamkan secara pasti oleh syara.
c. Keadaan Darurat
Keadaan darurat adalah keadaan dimana allah membolehkan seseorang yang terpaksa,
yang kehabisan bekal makanan, dan kehidupannya terancam kematian untuk memakan
apa saja yang didapatinya dari makanan yang diharamkan allah seperti bangkai, darah,
daging babi dll. Sebagaimana allah berfirman: “sesunggahnya allah hanya mengharamkan
bagi kalian bangkai, darah, daging babi dan binatang yang (ketika disembelih) disebut
(nama selain allah). Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya sedang
dia tidak menginginkannya (dan tidak pula) melampaui batas maka tidak ada dosa
atasnya”. (QS Al-Baqarah:173). Berbeda halnya keadaan darurat di transplantasi organ
karena ada dua hal yang harus diperhatikan: pertama illat yang terdapat pada masalah
transplantasi yaitu menyelamatkan dan mempertahankan kehidupan tidak selalu tidak
dapat dipastikan keberadaanya, berbeda halnya dengan keadaan darurat sebab tindakan
orang yang terpaksa untuk memakan makanan yang diharamkan allah swt secara pasti
akan menyelamatkan kehidupannya. Sedangkan pada transplantasi organ tidak secara
pasti akan menyelamatkan kehidupan orang penerima organ. Kadang-kadang jiwanya
dapat diselamatkan dankadang-kadang. Ini dapat dibuktikan dengan banyak fakta yang
terjadi pada orang-orang yang telah menerima transplantasi organ. Karna itu, illat pada
masalah transplantasi organ tidak terwujud dengan sempurna. Kedua, ada syarat lain
dalam syarat-syarat masalah cabang dalam Qiyas, yaitu pada masalah cabang tidak
dibenarkan ada nash lebih kuat yang bertentangan dengannya, yang berlawanan dengan
apa yang dikehendaki illat Qiyas. Dalam hal ini pada masalah transplantasi organ telah
terdapat nash yang lebih kuat yang berlawanan dengan apa yang dikehendaki illat qiyas
yaitu keharaman melanggar kehormatan mayat, atau keharaman menganiaya dan
mencincangnya. Nash yang lebih kuat ini bertentangan dengan apa yang dikehendaki oleh
illat transplantasi organ, yaitu kebolehan melakukan transplantasi. Berdasarkan dua hal di
atas, maka tidak diperbolehkan mentransplantasikan organ tubuh yang menjadi tumpuan
harapan penyelamatan kehidupan seperti jantung, hati, dua paru-paru dari orang yang
sudah mati yang terpelihara darahnya baik dia seorang muslim ataupun seorang dzimmi,
seorang mu’ahid dan seorang musta’min kepada orang lain yang kehidupan nya
tergantung pada organ yang akan ditransplantasikan kepadanya.
Dzimmi adalah orang kafir warga negara khilafah Islamiyah
Mu’ahid adalah seorang warga negara tertentu yang mempunyai perjanjian dengan
khilafah.
Musta’min adalah orang yang mendapat jaminan keamanan dari khilafah.
2. Menurut hukum yang berlaku di Indonesia
Dari segi hukum, transplantasi organ dan jaringan sel tubuh dipandang sebagai
suatu usaha mulya dalam upaya menyehatkan dan mensejahterakan manusia
walaupun ini adalah suatu perbuatan yang melawan hukum pidana yaitu tindak
pidana penganiayaan.Tetapi karena adanya pengecualian maka perbuatan tersebut
tidak lagi diancam pidana dan dapat di benarkan.Transplantasi dengan donor
hidup menimbulkan dilemma etik, dimana transplantasi pada satu sisi dapat
membahayakan donor namun di satu sisi lain dapat menyelamakan hidup pasien
(resipen) .
Saat ini di Indonesia, sudah ada undang-undang yang mengatur tentang
transplantasi organ yaitu UU No. 36 Tahun 2009 :
Pasal 64
4. Penyembuhna penyakit dan pemulihan kesehatan dapat dilakukan melalui
transplantasi organ dan jaringan tubuh, implan obat, alat kesehatan, bedah
plastic, dan rekonstruksi, serta penggunaan sel punca.
5. Transplantasi organ atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dilakukan hanya untuk tujuan kemanusiaan dan dilarang untuk
dikomersialkan.
6. Organ atau jaringan tubuh dilarang diperjualbelikan dengan dalih apapun.
Pasal 65
4. Transplantasi organ atau jaringan tubuh hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan dipasilitas pelayanan kesehatan tertentu.
5. Pengabilan organ atau jaringan tubuh dari seorang donor harus
memperhatikan kesehatan pendonor yang bersangkutan dan mendapat
persetujuan pendonor atau ahli waris atau keluarganya.
6. Ketentuan mengenai syarat dan tata cara penyelenggaraan transplantasi organ
atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
d. Transplantasi yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan
1. Tranplantasi yang diperbolehkan
Hadist Nabi SAW : “Berobatlah kamu hai hamba-hamba Allah, Karena
sesungguhnya alloh tidak meletakan suatu penyakit, kecuali dia juga meletakan
obat penyembuhnya, selain penyakit yang satu, yaitu penyakit tua.” (H.R Ahmad,
Ibnu Hibban dan Al-Hakim dari Usamah Ibnu Syuraih). Hadist tersebut
menunjukan, bahwa wajib hukumnya berobat bila sakit apapun jenis dan macam
penyakitnya kecuali penyakit itu, oleh karena itu, melakukan transplantasi
sebagai upaya untuk menghilangkan penyakit hukumnya mubah, asalkan tidak
melanggar norma ajaran islam.
Hingga kini tidak ada ulama yang mengajukan argument tertulis secara terang-
terangan mendukung transplantasi organ. Namun demikian, ulama diberbagai
belahan dunia telah menulis argument-argument yang mendukung maupun
mengeluarkan fatwa-fatwa keagamaan tentang transplantasi organ. Para ulama
yang mendukung pembolehan transplantasi organ berpendapat bahwa
transplantasi organ harus dipahami sebagai satu bentuk layanan altruistic bagi
sesama muslim pendirian mereka tentang transplantasi organ dapat diringkas
sebagai berikut :
1. Kesejahteraan public ( al-mashlahah)
Kebolehan transplantasi organ harus dibatasi dengan ketentuan-ketentuan
berikut :
a. Transplantasi organ adalah satu-satunya cara penyembuhan yang bias
ditempuh
b. Derajar keberhasilan dari prosedur ini diperkirakan tinggi.
c. Ada persetujun dari pemilik organ yang akan di transplantasikan atau
dari ahli warisnya.
d. Kematian orang yang organnya akan diambil itu telah benar-benar
diakuin oleh dokter yang reputasinya terjamin, sebelum diadakan oprasi
pengambilan organ.
e. Resipen organ tersebut sudah diberitahu tentang oprasi transplantasi
berikut implitasinya.
2. Altruisme (al-itsar)
Tindakan seorang yang masih hidup untuk mendonorkan salah satu organ
tubuhnya kepada sodara kandungnya atau orang lain yang sangat
membutuhkan harus dipandang sebagi tindakan altruism dari orang-orang
yang menyadari bahwa mereka memiliki sesuatu yang bermanfaat bagi orang
lain.
3. Organ tubuh non muslim
Kebolehan bagi seorang muslim untuk menerima organ tubuh non muslim di
dasarkan pada dua syarat berikut:
 Organ yang dibutuhkan tidak bias diperoleh seorang muslim.
 Nyawa muslim itu bisa melayang jika transplantasi tidak segera di
lakukan.
2. Transplantasi yang tidak diperbolehkan
a. Transplantasi organ tubuh diambil dari orang yang masih dalam keadaan
hidup,sehat dengan alasan:
Firman Allah dalam QS:Al-baqarah 195 bahwa ayat tersebut agar jangan
gegabah dan ceroboh dalam melakukan sesuatu tetapi harus
memperhatikan akibatnya yang kemungkinan bisa berakibat fatal bagi
diri donor,meskipun perbuatan itu mempunyai tujuan kemanusiaaa yan
baik dan luhur. Melakukan transplantasi dalam keadaan koma. Walaupun
menurut dokter bahwa si donor itu segeera meninggal maka transplantasi
tetap haram hukumnya karena hal itu dapat mempercepat kematiaannya
dan mendahului kehendak Allah.
b. Penjualan organ tubuh sejauh mengenai praktek penjualan organ tubuh
manusia Ulama sepakat bahwa praktek seperti itu hukumnya haram
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
Seseorang tidak boleh menjual benda-benda yang bukan miliknya sebuah
hadist menyatakan,”Diantara orang-orang yang akan dimintai
pertanggung jawaban diakhirat adalah mereka yang menjual manusia
merdeka dan memakan hasilnya.” Penjualan organ manusia bias
mendatangkan penyimpangan dalam arti bahwa hal tersebut dapat
mengakibatkan di perdagankan nya oragan-organ orang miskin di
pasaran layaknya komiditi lain.

BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa transplantasi organ
hukumnya mubah dan dapat berubah hukumnya sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapi. Transplantasi ini dapat dikiaskan dengan donor darah dengan illat bahwa donor
darah dan organ tubuh dapat dipindahkan tempatnya, keduanya suci dan tidak dapat
diperjual belikan . Tentu saja setelah perpindahan itu terjadi maka tanggung jawab atas
organ itu menjadi tanggungan orang yang menyandangnya. Kaidah-kaidah hukum wajib
di junjung dalam melakukan transplantasi ini diantaranya:
 Tidak boleh menghilangkan bahaya dengan menimbulkan bahaya lainya artinya
organ tidak boleh diambil dari organ yang masih memerlukanya sumber organ
harus memiliki kepemilikan yang penuh atas organ yang diberikanya, berakal,
baligh , ridho , ikhlas, dan tidak mudorot bagi dirinya.
 Tindakan transplantasi mengandung kemungkinan sukses yang lebih besar dari
kemungkinan gagal.
 Organ manusia tidak boleh diperjual belikan sebab manusia hanya memperoleh
hak memanfaatkan dan tidak sampai memiliki secara mutlak.

Anda mungkin juga menyukai