Anda di halaman 1dari 19

Ilmu keperawatan

Sunday, 24 April 2016


LAPORAN PENDAHULUAN KOLIK ABDOMEN

LAPORAN PENDAHULUAN
A. Nyeri abdomen
Nyeri abdomen dihasilkan dari 3 jalur yaitu nyeri abdomen visera, nyeri abdomen parietal
(somatik), dan nyeri alih
1. Nyeri abdomen visceral
Biasanya disebabkan karena distensi organ berongga atau penegangan kapsul
dari organ padat. Penyebab yang jarang berupa iskemi atau inflamasi ketika
jaringan mengalami kongesti sehingga mensensitisasi ujung saraf nyeri visera dan
menurunkan ambang batas nyerinya. Nyeri inisering merupakan manifestasi awal
dari beberapa penyakit atau berupa rasa tidak nyaman yang samar-samar hingga
kolik. Jika organ yang terlibat dipengaruhi oleh gerakan peristaltik, maka nyeri
sering dideskripsikan sebagai intermiten, kram atau kolik.
Pada nyeri ini, karena serabut saraf nyeri bilateral, tidak bermielin dan
memasuki korda spinalis pada tingkat yang beragam, maka nyeri abdomen visera
ini biasanya terasa tumpul, sulit dilokalisasi dan dirasakan dibagian tengah tubuh.
Nyeri visera berasal dari regio abdomen yang merujuk padaasal organ secara
embrionik. Struktur foregut seperto lambung, duodenum, liver, traktus biliaris dan
pankreas menghasilkan nyeri abdomen atas,sering dirasakan sebagai nyeri regio
epigastrium. Struktur midgut seperti jejunum, ileum, apendiks, dan kolon asenden
menyebabkan nyeri periumbilikus. Sedangkan struktur hindgut seperti kolon
transversal, kolondesendens dan sistem genitourinary menyebabkan nyeri
abdomen bagian bawah.
2. Nyeri abdomen parietal (somatik)
Nyeri abdomen parietal atau somatik dihasilkan dari iskemia, inflamasi atau
penegangandari peritoneum parietal.Serabut saraf aferen yang bermielinisasi
mentransmisikan stimulus nyeri ke akar ganglion dorsal pada sisi dan dermatomal
yang sama dari asal nyeri. Karena alasan inilahnyeri parietal berlawanan dengan
nyeri visera, sering dapat dilokalisasi terhadap daerah asal stimulus nyeri. Nyeri ini
dipersepsikan berupa tajam,seperti tertusuk pisau dan bertahan; batuk dan
pergerakan dapat memicunyeri tersebut. Kondisi ini mengakibatkan dalam
pemeriksaan fisik dapatdicari tanda berupa rasa lembut, guarding, nyeri pantul dan
kaku padaabdomen yang dipalpasi. Tampilan klinis dari appendicitis dapat berupa
nyeri visera dan somatik. Nyeri pada apendisitis awal sering berupa
nyeri periumbilikus (visera) tapi terlokalisasi di regio kuadran kanan bawahketika
inflamasi menyebar ke peritoneum (parietal).
3. Nyeri alih
Nyeri alih adalah nyeri yang dirasakan pada jarak dari organ yang sakit. Nyeri
ini dihasilkan dari jalur-jalur neuron aferen sentral yang terbagiyang berasal dari
lokasi yang berbeda. Contohnya adalah pasien dengan pneumonia mungkin
merasakan nyeri abdomen karena distribusi neuronT9 terbagi oleh paru-paru dan
abdomen. Contoh lainnya yaitu nyeriepigastrium yang berhubungan dengan Infark
miokard, nyeri di bahu yang berhubungan dengan iritasi diafragma (contoh, rupture
limpa), nyeriinfrascapular yang berhubungan dengan penyakit biliar dan nyeri
testicular yang berhubungan dengan obstruksi uretra.

B. Kolik abdomen
1. Definisi
Kolik abomen adalah nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan
biasanya disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut.
2. Etiologi
a. Mekanis
· Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
· Karsinoma
· Volvulus
· Intususepsi
· Obstipasi
· Polip
· Striktur
b. Fungsional (non mekanik)
· Ileus paralitik
· Lesi medula spinalis
· Enteritis regional
· Ketidakseimbangan elektrolit
· Uremia
Beberapa yang menjadi penyebab kolik abdomenadalah kolik bilier, kolik
renal dan kolik karena sumbatan usus halus.
Ø Kolik Bilier
Kolik bilier merupakan gejala tidak nyaman yang dirasakan pasien
dansering tidak disertai tanda-tanda klinis lain. Nyeri ini merupakan
gejalaklinis dari penyakit batu empedu (kolelitiasis/koledokolitiasis).
Olehkarena nyeri ini merupakan gejala, maka beberapa penyakit lain juga
dapatmemberikan gejala yang sama.

Gambar 1.1 menunjukkan sumbatanempedu


Nyeri kolik bilier tidak dirasakan secara akurat sebagai kolik. Istilah
inimengimplikasikan nyeri paroksismal yang naik turun, dan
umumnyakonstan dan meningkat progresif secara perlahan. Nyeri ini
dirasakansesaat setelah makan.
Nyeri visera berasal dari tabrakan batu empedu dalam duktus sistikus
danatau ampula vater. Hasil dari tabrakan tadi menyebabkan distensi
kandungempedu dan atau traktus biliaris dan distensi ini mengaktivasi
neuronsensori aferen. Nyeri yang ditimbulkan tidak dapat terlokalisasi
dengan baik dan umumnya terasa di bagian tengah hingga dermatom
T8/9(epigastrium tengah, kuadaran kanan atas). Nyeri yang
terlokalisasiumumnya menunjukkan komplikasi kolelitiasis atau
koledokolitiasis yaitumisalnya kolesistitis, kolangitis, pancreatitis. Beberapa
lokasi yangmungkin terjadi penyumbatan batu dapat dilihat pada gambar
· Anamnesis
Kolik bilier biasanya datang tiba-tiba dan mencapai intensitas
maksimumdalam waktu 60 menit di dua pertiga dari pasien. Rasa sakit
biasanya berlanjut tanpa fluktuasi dan menghilang secara bertahap selama
2-6 jam. Nyeri berlangsung lebih lama dari 6 jam harus dicurigai sebagai
kolesistitis akut.
· Pemeriksaanfisik
Pemeriksaan awal seringkali mengungkapkan individu yang
berkeringat, pucat, dan rasa tidak nyaman. Muntah bisa menyertai rasa
sakit.Pemeriksaan dapat mengungkapkan beberapa fitur fisik yang
terkaitdengan pembentukan batu empedu (misalnya, kelebihan berat
badan,setengah baya, perempuan). Pasien dengan kolik empedu
tanpakomplikasi tidak mengalami demam, menggigil, hipotensi, atau
tanda-tanda lain dari suatu proses sistemik yang signifikan. Sinus
takikardiadalah umum selama sakit. Nyeri pantul, tahanan, suara usus
tidak ada,atau teraba massa mendukung diagnosis alternatif lain.Gambar
menunjukkan lokasi nyeri bilier pada regio abdomen.

· Penatalaksanaan
Pengobatan yang diberikan tergantung dari gejala yang dirasakan
oleh pasien. Jika nyeri sangat hebat dapat diberikan pereda nyeri
golongannarkotik yaitu Meperidine (pethidine) dengan dosis 1-1,5 mg/kg
IM setiap3 jam. Jika muntah dapat diberikan metoklopramid. Tidak ada
satupunintervensi operasi yang dapat menjamin karena kolik bilier yang
tidak komplikasi dapat mereda dengan pengobatan konservatif.

Ø Kolik Renal
Rasa sakit jenis kolik ini yang dikenal sebagai kolik ginjal
biasanyadimulai pada pertengahan belakang atas lateral dari sudut
costovertebraldan kadang-kadang subkosta. Kemudian menyebar ke inferior
dan anterior menuju pangkal paha. Rasa sakit yang dihasilkan oleh kolik
ginjalterutama disebabkan oleh pelebaran, peregangan, dan kejang
yangdisebabkan oleh obstruksi saluran kemih akut. Ketika obstruksi
beratnamun kronis berkembang, seperti di beberapa jenis kanker, biasanya
tidak menimbulkan rasa sakit.
Kolik adalah sebuah ironi karena sakit kolik ginjal cenderung
tetapkonstan, sedangkan kolik usus atau empedu biasanya agak berselang
dansering hilang datang. Pola rasa sakit tergantung ambang rasa sakit
individudan persepsi dan pada kecepatan dan derajat perubahan dalam
tekananhidrostatis di dalam ureter proksimal dan pelvis ginjal. Gerak
peristaltik saluran kemih, migrasi batu, dan posisi miring atau memutar batu
dapatmenyebabkan eksaserbasi atau perpanjangan dari nyeri kolik
ginjal.Tingkat keparahan rasa sakit tergantung pada derajat dan lokasi
obstruksi, bukan pada ukuran batu. Seorang pasien sering dapat mengarah
pada letak maksimum tersakit, yang kemungkinan menjadi lokasi obstruksi
saluram kemih.
· Fase serangan akut kolik ginjal
Serangan rasa sakit yang sebenarnya cenderung terjadi secara
bertahapdapat diprediksi, dengan rasa sakit mencapai puncaknya pada
kebanyakan pasien dalam waktu 2 jam. Rasa sakit secara kasar mengikuti
dermatomT-10 sampai S-4. Seluruh proses biasanya berlangsung 3-18
jam. Kolik ginjal dapat digambarkan dalam 3 fase klinis.
a. Fase akut
Serangan yang khas mulai di pagi hari atau di malam
hari,membangunkan pasien dari tidur. Ketika mulai siang hari,
pasienyang sering menggambarkan serangan itu sebagai perlahan
dandiam-diam. Tingkat rasa sakit bisa meningkat sampai
intensitasmaksimum hanya dalam 30 menit setelah onset awal atau
lebihlambat. Pasien merasakan nyeri maksimum mencapai 1-2
jamsetelah dimulainya serangan kolik ginjal.
b. Fase konstan
Setelah nyeri mencapai intensitas maksimum, cenderung tetapkonstan
sampai diobati atau berkurang secara spontan.Fase ini biasanya
berlangsung 1-4 jam, tapi bisa bertahan lebih lama dari 12 jam dalam
beberapa kasus. Sebagian besar pasien tiba di UGDselama fase
serangan.
c. Fase mereda
Selama tahap akhir, nyeri berkurang cukup cepat, dan pasienakhirnya
merasa lega.Fase ini dapat terjadi secara spontan padasetiap saat
setelah onset awal kolik. Pasien bisa jatuh tertidur,terutama jika mereka
telah diberikan obat analgesik yang kuat.
Serabut saraf nyeri ginjal terutama berupa saraf simpatik
preganglionik yang mencapai tingkat saraf tulang belakang T-11 untuk L-2
melalui akar saraf dorsal. Aortorenal,celiac, dan ganglia mesenterika
inferior jugaterlibat. Di ureter bawah, sinyal rasa sakit juga disalurkan
melalui saraf genitofemoral dan ilioinguinal. Nervuserigentes, yang
menginervasi ureter intramural dan kandung kemih, bertanggung jawab
untuk beberapa gejala kandung kemih.
Gambar Menunjukkan gambar persarafan pada nyeri kolik renal

Gambar: menunjukkan distribusi persarafan pada nyeri ginjal serta uretra


· Ureter 1/3 proksimal dan pelvis ginjal: batu saluran kemih Nyeridari atas
cenderung untuk memancarkan ke daerah panggul dan lumbar. Disebelah
kanan, hal ini bisa membingungkan dengan kolesistitis ataucholelithiasis,
di sebelah kiri, diagnosa diferensial meliputi pancreatitis akut, penyakit
ulkus lambung dan gastritis.
· Ureter 1/3 medial: Midureteral menyebabkan rasa sakit
yangmemancarkan anterior dan kaudal. Nyeri ini midureteral khususnya
dapat dengan mudah meniru usus buntu di kanan atau diverticulitis akut
disebelah kiri.
· Distal ureter: batu ureter distal menyebabkan rasa sakit yang cenderung
memancarkan ke paha atau testis pada laki-laki atau labia majora pada
wanita karena rasa sakit yang dirujuk dari saraf ilioinguinal atau
genitofemoral. Jika batu yang bersarang di ureter intramural, gejala dapat
muncul mirip dengan sistitis atau uretritis. Initermasuk gejala nyeri
suprapubik, frekuensi kencing, urgensi, disuria, stranguria, nyeri di ujung
penis, dan kadang-kadang usus berbagai gejala,seperti diare dan
tenesmus. Gejala ini bisa membingungkan dengan penyakit radang
panggul, kista ovarium pecah, atau torsi dan nyeri haid pada wanita.
· Mual dan muntah sering dikaitkan dengan kolik ginjal akut dan terjadi
disetidaknya 50% dari pasien. Mual disebabkan oleh jalur persarafan
umumdari pelvis ginjal, perut, dan usus melalui sumbu celiac dan saraf
aferenvagal. Hal ini sering diperparah oleh efek analgesik narkotika, yang
sering menimbulkan mual dan muntah melalui efek langsung pada
mortalitas GI dan melalui efek tidak langsung pada zona memicu
kemoreseptor dimedula oblongata. Nonsteroidal obat anti-inflamasi
(NSAID) sering dapat menyebabkan iritasi lambung dan GI. Blok saraf
telah berhasil digunakan baik dalam diagnosis dan pengobatankolik ginjal,
walaupun mereka lebih membantu dalam kasus kronisdaripada kasus
akut. Blok saraf interkostal dapat digunakan untuk membedakan nyeri dari
chondritis, neuromas, dan radiculitis dari sakitginjal yang sebenarnya. Hal
ini dicapai dengan menyuntikkan agenanestesi, seperti lidokain, sekitar
proksimal saraf 11 atau 12 interkostaliske lokasi rasa sakit pada saat
pasien mengalami sakit. Jika injeksimenyebabkan hilangnya rasa sakit,
maka etiologi saraf perifer muskuluskeletal dapat ditegakkan.
· Pemeriksaan mikroskopis urin adalah bagian penting dari evaluasi
pasienyang diduga kolik ginjal. Pemeriksaan makroskopik atau
mikroskopishematuria ada di sekitar 85% kasus. Kurangnya hematuria
mikroskopistidak menghilangkan kolik ginjal sebagai diagnosis potensial.
Perhatian perlu diberikan pada ada atau tidak adanya leukosit, kristal, dan
bakteri dan pH urin. Secara umum, jika jumlah leukosit dalam urin lebih
besar dari 10 sel per lapangan daya tinggi atau lebih besar dari jumlah sel
darahmerah, tersangka infeksi saluran kemih (ISK) dapat
ditegakkan.Menentukan pH urin juga membantu karena, (1) dengan pH
lebih rendahdari 6,0, batu asam urat harus dipertimbangkan, dan (2)
dengan pH lebihdari 8,0, infeksi dengan
organismsplitting ureaseperti Proteus, Pseudomonas, atau Klebsiella
mungkin ada. Kristal urin dari kalsiumoksalat, asam urat, atau sistin
kadang-kadang dapat ditemukan padaurinalisis. Jika ada, kristal ini adalah
petunjuk sangat baik untuk jenis dansifat yang mendasari setiap batu .
· Penatalaksanaan
- Tatalaksana awal di ruang gawat darurat dimulai dengan
memperolehakses vena untuk mempermudah pemberian cairan,
analgesik dan pengobatan antiemetik. Banyak dari pasien yang
mengalami dehidrasikarena mual dan muntah
- Melakukan hidrasi dan memberikan diuretik sebagai terapi
pembantumasih merupakan controversial. Ada yang berpendapat dapat
membantu pengeluaran batu, namun juga ada yang berpikir akan
menambah tekananhidrostatik sehingga menambah nyeri. Namun,
ekstra cairan harusdiberikan jika pasien dengan bukti klinis atau
laboratorium mengalamidehidrasi, diabetes atau gagal ginjal.
- Protokol yang dibuat berdasarkan kemungkinan kegagalan lewatnya
batusecara spontan baik oleh karena striktur uretra, spasme otot,
edema lokal,inflamasi dan infeksi. Regimen yang diberikan berupa:
§ Ketorolak 10 mg oralsetiap 6 jam untuk 5 hari.
§ Nifedipine 30 mg per hari PO untuk 7 hari.
§ Prednisone 20 mg PO 2 kali sehari untuk 5 hari.
§ Trimethoprim/sulfamethoxazole sekali sehari untuk 7 hari.
§ Acetaminophen 2 tablet 4 kali sehari untuk 7 hari.
§ Prochlorperazine supositoria sebagai pengontrol mual.

- Batu yang terjebak di kaliks dapat memblok aliran traktus dari kaliks
yangmenyebabkan obstruksi dan nyeri. Pengobatan dengan ESWL
dapat beralasan untuk situasi yang batu kaliks dicurigai menyebabkan
gejala dannyeri.
Ø Kolik Karena Sumbatan Usus Halus
Sebuah obstruksi usus kecil (SBO) disebabkan oleh berbagai
proses patologis. Penyebab utama SBO di negara maju adalah perlekatan
pascaoperasi (60%) diikuti oleh keganasan, penyakit Crohn's, dan
hernia,walaupun beberapa studi telah melaporkan penyakit Crohn sebagai
faktor etiologi lebih besar dari neoplasia. Satu studi dari Kanada
melaporkanfrekuensi yang lebih tinggi dari SBO setelah operasi kolorektal,
diikuti oleh pembedahan ginekologi, perbaikan hernia, dan usus buntu.
SBO dapat sebagian atau lengkap, sederhana (yaitu, nonstrangulasi)
ataustrangulasi. Obstruksi strangulasi adalah darurat bedah. Jika
tidak didiagnosis dan diobati tepat, menyebabkan iskemia usus dan
morbiditaslebih lanjut dan kematian.
Obstruksi dari usus kecil menyebabkan dilatasi proksimal dari usus
akibatakumulasi sekresi GI dan udara yang tertelan. Dilatasi usus ini
merangsangaktivitas sel sekresi menghasilkan akumulasi cairan lebih. Hal
inimenyebabkan gerak peristaltik meningkat baik di atas dan di
bawahobstruksi dengan tinja encer yang sering dan flatus awal
dalam perjalanannya.
Muntah terjadi jika tingkat obstruksi adalah
proksimal.Peningkatkandistensi usus kecil menyebabkan tekanan
intraluminal meningkat. Hal inidapat menyebabkan kompresi limfatik mukosa
usus yang mengarah kelymphedema dinding. Dengan lebih tinggi tekanan
hidrostatik intraluminal, meningkatkan tekanan hidrostatik dalam kapiler
sehinggaketiga besar cairan, elektrolit, dan protein keluar ke dalam lumen
usus.Hilangnya cairan dan dehidrasi yang terjadi bisa berat dan
berkontribusiuntuk peningkatan morbiditas dan kematian. Oklusi arteri
menyebabkaniskemia usus dan nekrosis. Jika tidak diobati, hal ini
berkembang menjadi perforasi, peritonitis, dan kematian.
Gambar : Menunjukkan lokasi nyeri obstruksi usus halus pada region abdomen

· Manifestasi klinis
Obstruksi memiliki karakteristik berupa pasial atau komplit
dengansederhana atau strangulasi. Manifestasinya dapat berupa:
- Nyeri perut (karakteristik pada kebanyakan pasien)
- Nyeri, sering digambarkan sebagai kram dan intermiten, yang
lebihmenonjol pada obstruksi sederhana.
- Seringkali, tampilan klinis dapat memberikan petunjuk kepada
perkiraanlokasi dan sifat obstruksi. Nyeri berlangsung selama beberapa
hari, yang menjadi progresif dan dengan distensi perut, mungkin khas
untuk obstruksi yang lebih distal.
- Perubahan karakter nyeri dapat menunjukkan perkembangan
komplikassi yang lebih serius (misalnya, nyeri konstan usus strangulasi
atau iskemik).
- Mual
- Muntah, yang lebih berhubungan dengan obstruksi proksimal
- Diare (temuan awal)
- Sembelit (sebuah temuan akhir) yang dibuktikan dengan tidak
adanyagerakan usus atau buang angin.
- Demam dan takikardia, terjadi belakangan dan mungkin terkait
denganstrangulasi.
- Riwayat operasi abdomen atau pelvis dahulu
- Riwayat keganasan (terutama ovarium dan usus)
· Pemeriksaan Fisik
Beberapa hal yang ditemukan dari pemeriksaan fisik meliputi:
- Distensi abdomen
- Suara usus Hiperaktif terjadi di awal sebagai upaya GI untuk
mengatasiobstruksi.
- Suara usus yang menurun terjadi belakangan.
- Mengeksklusikan hernia inkarserata dari selangkangan, segitiga
femoralis,dan foramen obturatorius.
- Temuan pada pemeriksaan rectal touge:
§ Darah yang tampak ataupun samar, yang menunjukkan
strangulasilanjutan atau keganasan
§ Massa, yang menunjukkan hernia obturatorius
- Periksa gejala umum diyakini akan lebih diagnostik untuk iskemia
usus,yaitu:
§ Demam (suhu> 100 °F)
§ Takikardia (> 100 detak / menit)
§ Tanda-tanda peritoneal
· Penyebab
Beberapa hal yang menjadi penyebab antara lain:
- Penyebab paling umum dari SBO adalah adhesi pascaoperasi.
- Perlekatan pascaoperasi bisa menjadi penyebab obstruksi akut
dalamwaktu 4 minggu operasi atau obstruksi kronis dekade kemudian.
- Kejadian SBO sejajar dengan peningkatan jumlah laparotomi
dilakukan dinegara-negara berkembang.
- Penyebab diidentifikasi kedua yang paling umum dari SBO adalah
herniainkarserata.
- Etiologi lain dari SBO termasuk tumor ganas (20%), hernia
(10%), penyakit radang usus (5%), volvulus (3%), dan beragam (2%).
- Penyebab SBO pada pasien anak-anak termasuk atresia
kongenital,stenosis pilorus, dan intususepsi.

Gambar yang menunjukkan beberapa penyebab obstruksiusus halus.


· Penatalaksanaan
Tatalaksana awal di ruang gawat darurat meliputi resusitasi cairan
secaraagresif, dekompresi usus halus, pemberian analgetik dan
antiemeticdengan indikasi klinis, antibiotik dan konsultasi operasi yang
dini.Dekompresi dilakukan dengan cara memasang selang NGT
untuk dilakukan suctionterhadap isi GI dan untuk mencegah aspirasi.
Tidak lupa juga untuk selalu memonitor jalan napas, pernapasan dan
sirkulasi.
3. Manifestasi klinis
a. Mekanika sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi,
muntah empedu awal, peningkatan bising usus (bunyi gemerincing bernada
tinggi terdengar pada interval singkat), nyeri tekan difus minimal.
2. Mekanika sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat,muntah – sedikit atau tidak
ada – kemudian mempunyai ampas, bising usus dan bunyi “hush” meningkat,
nyeri tekan difus minimal.
b. Mekanika sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan difus
minimal.
c. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn.
Gejalanya kram nyeri abdomen, distensi ringan dan diare.
d. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat; nyeri parah, terus menerus dan
terlokalisir; distensi sedang; muntah persisten; biasanya bising usus menurun
dn nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi berwarna gelap
atau berdarah atau mengandung darah samar.
4. Pemeriksaan
· Tensi, nadi, pernafasan, suhu
· Pemeriksaan abdomen : lokasi nyeri, adakah nyeri tekan / nyeri lepas ?
Adakah pembesaran hati, apakah teraba massa?
· Pemeriksaan rektal : lokasi nyeri pada jam berapa, adakah faeces, adakah
darah?
· Laboratorium : Leukosit dan Hb
5. Pemeriksaan penunjang
· Sinar x abdomen menunjukkan gas atau cairan di dalam usus
· Barium enema menunjukkan kolon yang terdistensi, berisi udara atau
lipatan sigmoid yang tertutup.
· Penurunan kadar serum natrium, kalium dan klorida akibat muntah;
peningkatan hitung SDP dengan nekrosis, strangulasi atau peritonitis dan
peningkatan kadar serum amilase karena iritasi pankreas oleh lipatan usus.
· Arteri gas darah dapat mengindikasikan asidosis atau alkalosis metabolik.
6. Penatalaksanaan
· Koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
· Terapi Na+, K+, komponen darah
· Ringer laktat untuk mengoreksi kekurangan cairan interstisial
· Dekstrosa dan air untuk memperbaiki kekurangan cairan intraseluler
· Dekompresi selang nasoenteral yang panjang dari proksimal usus ke area
penyumbatan; selang dapat dimasukkan dengan lebih efektif dengan pasien
berbaring miring ke kanan.
· Implementasikan pengobatan unutk syok dan peritonitis.
· Hiperalimentasi untuk mengoreksi defisiensi protein karena obstruksi
kronik, ileus paralitik atau infeksi.
· Reseksi usus dengan anastomosis dari ujung ke ujung.
· Ostomi barrel-ganda jika anastomosis dari ujung ke ujung terlalu beresiko.
· Kolostomi lingkaran untuk mengalihkan aliran feses dan mendekompresi
usus dengan reseksi usus yang dilakukan sebagai prosedur kedua.
7. Tindakan
· Infus RL ; jika anuria -> infus RL:D5 = 1:1
· Bila dehidrasi berat -> infus diguyur, dipasang kateter dauwer
· Beri analgetik ringan (xylomidon),Spasmolitik: Baralgin, Sulfas Aliopin (inj) ;
jika kesakitan sekali -> beri petidin 1 amp im, jangan beri Antibiotik kalau
penyebab tidak jelas
· Bila gelisah penderita gelisah, beri Diazepam 10 mg iv, bisa diulang tiap 30
menit
· Bila panas, beri: antipiretik (Parasetamol)
· Bila keadaan umum jelek, beri supportif Vitamin / Alinamin F (inj), Cortison
inj 3 cc atau Deksametason 2 amp
· Bila dengan upaya di atas keadaan tidak membaik, rujuk ke RSUD

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


I. Pengakajian
a. Identitas klien
1) Nama
2) Umur
3) Jenis kelamin
4) Suku bangsa
5) Pekerjaan
6) Pendidikan
7) Alamat
8) Tanggal MRS
9) Diagnosis
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien sebelum MRS dan saat MRS. Biasanya klien
mengeluh nyeri perut, defans muskular, muntah dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang
Bagaimana serangan itu timbul, lokasi, kualitas, dan faktor yang
mempengaruhi dan memperberat keluhan sehingga dibawa ke Rumah Sakit.
- Riwayat kesehatan dahulu
Megkaji apakah klien pernah sakit seperti yang dirasakan sekarang dan
apakah pernah menderita HT atau penyakit keturunan lainnya yang dapat
mempengaruhi proses penyembuhan klien.
- Riwayat kesehatan keluarga
Gambaran mengenai kesehatan keluarga dan adakah penyakit keturunan
atau menular.
d. Pola- pola fungsi kesehatan
- Pola pesepsi dan tata laksana hidup sehat
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan sehingga dapat
menimbulkan perawatan diri.
- Pola nutrisi dan metabolisme
Terjadi gangguan nutris karena klien merasakan nyeri sehingga tidak toleran
terhadap makanan dan klien selalu ingin muntah.
- Pola eliminasi
Terjadi gangguan karena klien tidak toleran terhadap makanan sehingga
terjadi konstipasi.
- Pola aktivitas dan latihan
Akan terjadi kelemahan dan kelelahan.
- Pola persepsi dan konsep diri
Tidak terjadi gangguan / perubahan dalam diri klien.
- Pola sensori dan kognitif
Kurangnya pengetahuan akan menyebabkan collic abdomen yang berulang.
- Pola reproduksi dan seksual
Tidak terjadi dalam gangguan dalam pola reproduksi dan seksual.
- Pola hubungan peran
Kemungkinan akan terjadi perubahan peran selama klien sakit sehubungan
dengan proses penyakitnya.
- Pola penanggulangan stress
Bagaimana cara klien mengatasi masalahnya.
- Pola tata nilai dan kepercayaan
Tidak terjadi gangguan pada pola tata nilai dan kepercayaan.
e. Pemeriksaan fisik
- Status kesehatan umum
Akan terjadi nyeri perut yang hebat, akibat proses penyakitnya.
- Sistem respirasi
Sesuai dengan derajat nyerinya, jika nyerinya ringan kemungkinan tidak
terjadi sesak tapi jika derajat nyerinya hebat / meninggi akan terjadi sesak.
- Sistem kardiovaskuler
Bisa terjadi takikardi, brodikardi dan disritmia atau penyakit jantung lainnya.
- Sistem persyarafan
Nyeri abdumen, pusing/sakit kepala karena sinar.
- Sistem gastrointestinal.
Pada sistem gastrointestinal didapatkan intoleran terhadap makanan / nafsu
makan berkurang, muntah.
- Sistem genitourinaria/eliminasi
Terjadi konstipasi akibat intoleransi terhadap makanan.
f. Analisa Data
- Data 1
Ds : Nyeri pada perut
Do : Ekspresi wajah penderita, postur tubuh, berhati-hati dengan abdomen,
respon autonomik misalnya perubahan tanda vital.
Masalah : Gangguan rasa nyaman (nyeri akut / kronik).
Etiologi : Proses penyakitnya.
- Data 2
Ds : Klien terlihat gelisah
Do : Perubahan tanda vital, perilaku menyerang, panik, kurang kontak mata,
ekspresi wajah.
Masalah : Ansietas / cemas
Etiologi : Perubahan status kesehatan (ancaman kematian)
- Data 3
Ds : Nyeri perut
Do : Muntah, intoleran terhadap makanan, mual.
Masalah : Resiko gangguan pemenuhan nutrisi
Etiologi : Anoreksia (proses penyakitnya)

II. Diagnosa keperawatan


1. Data 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses
penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur
tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.
2. Data 2
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian)
ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang,
panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.
3. Data 3
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap
makanan.

III. Perencanaan
1. Diagnosa 1
Gangguan rasa nyaman (nyeri akut/kronis) berhubungan dengan proses
penyakitnya ditandai dengan nyeri perut, ekspresi wajah penderita, postur
tubuh, berhati-hati dengan abdomen, respon autonomik.
Tujuan : Nyeri berkurang
Kriteria hasil :
- Klien menyatakan nyeri mulai berkurang
- Ekspresi wajah klien tidak menyeringai
Rencana tindakan
a. Catat keluhan nyeri, termasuk lokasi lamanya.
b. Observasi TTV klien.
c. Kaji ulang faktor yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
d. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi untuk pasien.
e. Identifikasi dan batasi makanan yang menimbulkan ketidaknyamanan.
f. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi.

Rasional :
a. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada harus dibandingkan dengan gejala
nyeri pasien sebelumnya dimana dapat membantu siagnosa.
b. Untuk mengetahui perkembangan klien.
c. Membantu dalam membuat diagnosa dan kebutuhan terapi.
d. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan
kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
e. Makanan khusus yang menyebabkan distress bermacam-macam antara
individu. Penelitian menunjukkan merica dan kopi berbahaya dapat
menimbulkan dispepsia.
f. Untuk mempercepat proses penyembuhan.
2. Data 2
Ansietas (cemas) berhubungan dengan status kesehatan (ancaman kematian)
ditandai dengan klien terlihat gelisah, perubahan tanda vital, prilaku menyerang,
panik, kurang kontak mata, ekspresi wajah penderita.
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria hasil :
- Menunjukkan rileks
- Klien tidak terlihat gelisah
- Menunjukkan pemecahan masalah
Rencana tindakan
a. Awasi respon fisiologis seperti takipnea, palpitasi.
b. Catat petunjuk prilaku seperti gelisah, mudah terangsang, kurang kontak
mata.
c. Dorong pernyataan takut dan ansietas : berikan umpan balik.
d. Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
Rasional
a. Dapat menjadi indikatif derajat takut yang dialami pasien tetapi dapat juga
berhubungan dengan kondisi fisik.
b. Indikator derajat takut yang dialami pasien,misal : pasien akan merasa tak
terkontrol terhaap situasi atau mencapai status panik.
c. Membantu pasien menerima perasaan dan memberikan kesempatan untuk
memperjelas kesalahan konsep.
d. Membantu menurunkan takut melalui pengalaman menakutkan menjadi
seorang diri.
e. Untuk mempercepat proses penyembuhan dan memberikan rasa tenang
pada klien.
3. Diagnosa 3
Resiko gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan anoreksia (proses
penyakitnya) ditandai dengan muntah, mual, nyeri perut, intoleran terhadap
makanan.
Tujuan : Klien tidak merasa nyeri perut
Kriteria hasil :
- Klien tidak merasa mual dan muntah.
- Klien toleran terhadap makanannya.
Rencana tindakan
a. Kaji dan observasi TTV klien.
b. Dorong klien untuk makan makanannya sedikit demi sedikit.
c. Berikan makan sedikit tapi sering sesuai indikasi pasien.
d. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian diit.
Rasional
a. Untuk mengetahui keadaan / perkembangan klien.
b. Agar isi dalam lambung tidak kosong atau memperbaiki keadaan sistem
pencernaan klien.
c. Makanan mempunyai efek penetralisir asam, juga menghancurkan
kandungan gaster. Makan sedikit mencegah distensi dan haluaran gastrin.
d. Melakukan fungsi independen perawat.

IV. Pelaksanaan / implementasi


Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan
tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

V. Evaluasi
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lain.

Anda mungkin juga menyukai