Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Transaksi Bai’ al-istishna’ merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat
barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu
berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah
disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atsa harga serta
sistem pembayaran di lakukan di muka, melalui cicilan atau di tangguhkan sampai suatu waktu
pada masa yang akan datang.
Menurut Ulama fuqaha, bai’ al-istishna’ merupakan suatu jenis khusus dari bai’ as-salam.
Biasanya jenis ini di pergunakan di bidang manufaktur dan konstruksi. Dengan demikian ketentuan
bai’ al-istishna, mengikuti ketentuan dan aturan bai’ as-salam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian akad istishna?
2. Apa saja perbedaan salam dengan akad istishna?
3. Apa saja jenis- jenis akad istishna?
4. Apa dasar syariah akad istishna?
5. Bagaimana perlakuan akuntansi untuk akad istishna dan bagaimana ilustrasinya?

C. Tujuan Masalah
1. Memenuhi nilai tugas mata kuliah Pelaporan Keuangan Syariah
2. Menjelaskan mengenai Akad Istishna.
3. Menambah wawasan mengenai Akad Istishna.

1
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN AKAD ISTISHNA’

Akad istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu
dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakti antara pemesan (pembeli/mustashni’) dan
penjual (pembuat/shani’)- fatwa DSN MUI. Shani’ akan menyiapkan barang yang dipesan, sesuai
dengan spesifikasi yang telah disepakati di mana ia dapat menyiapkan sendiri atau melalui pihak
lain (istishna’ paralel). Dalam PSAK par 8 dijelaskan barang pesanan harus memenuhi kriteria:
1. Memerlukan proses setelah akad disepakati.
2. Sesuai dengan spesifikasi pemesanan (customized), bukan produk massal;dan
3. Harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi jenis, spesifikasi teknis,
kualitas dan kuantitasnya.

Dalam istishna’ paralel, penjual membuat akad istishna’ kedua dengan subkontrak untuk
membantunya memenuhi kewajiban akad isthisna’ pertama (antara penjual dan pemesan). Pihak
yang bertanggung jawab pada pemesan tetap terletak pada penjual dan tidak dapat dialihkan pada
subkontrak karena akad terjadi antara penjual dan pemesan, buka pemesan dengan subkontraktor.
Sehingga penjual tetap bertanggung jawab atas hasil kerja subkontraktor.

Pembeli memiliki hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas (a) jumlah yang telah
dibayarkan; dan (b) penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu (PSAK
104 PAR.13).

Dalam akad, spesifikasi aset yang dipesan harus jelas, bila produk yang dipesan adalah
rumah, maka luas bangunan, model rumah dan spesifikasi harus jelas, misalnya menggunakan bata
merah, kayu jati, lantai keramik merk Romawi ukuran 40 x 40, toileteries merk TOTO dan lain
sebagainya. Dengan spesifikasi yang rinci, diharapkan persengketaan dapat dihindari.

Harga pun harus disepakati berikut cara pembayarannya, apakah pembayarannya 100%
dibayarkan di muka, melalui cicilan, atau ditangguhkan sampai waktu tertentu. Begitu harga
disepakati, maka selama masa akad harga tidak dapat berubah walaupun biaya produksi
meningkat, sehingga penjual harus memperhitungkan hal ini. Perubahan harga hanya
dimungkinkan apabila spesifikasi atas barang yang dipesan berubah. Begitu akad disepakati maka
akan mengikat para pihak yang bersepakat dan pada dasarnya tidak dapat dibatalkan, kecuali:
1. Kedua belah pihak setuju untuk menghentikannya; atau
2. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat menghalangi
pelaksanaan atau penyelesaian akad.
Akad berakhir apabila kewajiban kedua belah pihak telah terpenuhi atau kedua belah pihak
bersepakat untuk menghentikan akad.

2
PERBEDAAN SALAM DENGAN ISTISHNA’

SUBJEK SALAM ISTISHNA ATURAN


DAN KETENTUAN
Pokok kontrak Muslam Fiihi Mashnu’ Barang ditangguhkan
dengan spesifikasi.
Harga Dibayar saat kontrak Bisa saat kontrak, Cara penyelesaian
bisa di angsur, bisa pembayaran
dikemudian hari merupakan perbedaan
utama antara salam
dan istishna’.
Sifat Kontrak Mengikat secara asli Mengikat secara Salam mengikat
(thabi’i) ikutan (thaba’i) semua pihk sejak
semula, sementara
istishna’ dianggap
mengikat berdasarkan
pandangan para ahli
fikih demi
kemaslahatan, serta
tidak bertentangan
dengan aturan syariah.
Kontrak Pararel Salam Pararel Istishna’ Pararel Baik salam pararel
maupun istishna’
pararel sah asalkan
kedua kontrak secara
hukum adalah
terpisah.

JENIS AKAD ISTISHNA’

1. Istishna’ adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli/mustashni) dan
penjual (pembuat/shani’).

Skema istishna’

3
Keterangan :
1) Melakukan akad istishna’
2) Barang diserahkan kepada pembeli
3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

2. Istishna’ pararel adalah suatu bentuk akad istisna’ antara penjual dan pemesan, dimana
untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad istishna’ dengan
pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi Aset yang dipesan pemesan.
3. Syarat akad istishna’pararel, pertama(antara penjual dan pemesan) tidak tergantung pada
istishna’ kedua (antara penjual dan pemasok). Selain itu, akad antara pemesan dan penjual
dan akad antara penjual dan pemesan harus terpisah dan penjual tidak boleh mengakui
adanya keuntungan selama kontruksi.

Skema istishna’ paralel

Keterangan :
1) Melakukan akad istishna’
2) Penjual memesan dan membeli pada
supplier/produsen
3) Barang diserahkan kepada produsen
4) Barang diserahkan kepada pembeli
5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli

DASAR SYARIAH
Sumber Hukum dan Ketentuan Istishna’
Amr bin ‘Auf berkata:
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
menharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang
haram”. (HR. Tirmidzi)
Abu Sa’id al-Khudri berkata: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang
lain.” (HR. Ibnu Majah, Daruquthni, dan yang lain)

Masyarakat telah mempraktikkan istishna’ secara luas dan terus menerus tanpa ada
keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishna’ sebagai kasus ijma’ atau konsensus

4
umum. istishna’ saha sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama tidak
bertentangan dengan nash atau aturan syariah. Segala sesuatu yang memiliki kemaslahatan atau
kemanfaatan bagi umum serta tidak dilarang syariah, boleh dilakukan. Tidak ada persoalan apakah
hal tersebut telah dipraktikkan secara umum atau tidak.

Rukun dan Ketentuan Akad Istishna’


Adapun rukun istishna’ ada tiga, yaitu:
1. Pelaku terdiri atas pemesan (pembeli/mustashni’) dan penjual (pembuat/shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan modal istishna’ yang berbentuk harga.
3. Ijab kabul/serah terima.

Ketentuan syariah mengenai rukun tersebut adalah sebagai berikut:


1. Pelaku, harus cakap hukum dan baligh.
2. Objek akad:
a) Ketentuan tentang pembayaran.
 Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat, demikian juga dengan cara pembayarannya.
 Harga yang telah ditetapkan dalam akad tidak boleh berubah. Akan tetapi apabila
setelah akan ditandatangani pembeli mengubah spesifikasi dalam akad maka
penambahan biaya akibat perubahan ini menjadi tanggung jawab pembeli.
 Pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan.
 Pembayaran tidak boleh berupa pembebasan utang.
b) Ketentuan tentang barang
 Barang pesanan harus memenuhi kriteria: (a) memerlukan proses pembuatan
setelah akad disepakati, (b) sesuai dengan spesifikasi pemesan (costumized), bukan
produk massal; dan (c) harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi
jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan kuantitasnya sehingga tidak ada lagi jahalah
dan perselisihan dapat dihindari.
 Barang pesanan diserahkan kemudian.
 Waktu dan penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.
 Barang pesanan yang belum diterima tidak boleh dijual.
 Dalam hal terdapat kecacatan atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan
akad.
 Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan, hukumnya
mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak dirugikan karena ia telah
menjalankan kewajibannya sesuai kesepakatan.
3. Ijab kabul
Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling ridha/rela di antara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-cara
komunikasi modern.

Berakhirnya Akad Istishna’


Kontrak istishna’ bisa berakhir berdasarkan kondisi-kondisi berikut.
1. Dipenuhinya kewajiban secara normal oleh kedua belah pihak;

5
2. Persetujuan bersama kedua belah pihak untuk menghentikan kontrak;
3. Pembatalan hukum kontrak. Hal ini jika muncul sebab yang masuk akal untuk mencegah
dilaksanakannya kontrak atau penyelesaiannya, dan masing-masing pihak bisa menuntut
pembatalannya.

PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106)


Akuntansi Untuk Penjual
Pengakuan untuk setiap Aset tergantung akadnya. Jika proposal, negosiasi dari biaya serta
pendapatan Aset dapat diidentifikasi terpisah, maka akan dianggap akad terpisah. Jika tidak, maka
akan dianggap satu akad. Jika ada pesanan tambahan dan nilainya signifikan atau dinegosiasikan
terpisah, maka dianggap akad terpisah.
1. Biaya perolehan istishna terdiri atas :
a) Biaya langsung yaitu bahan baku dan tenaga kerja langsung untuk membuat barang
pesanan atau tagihan produsen.kontraktor pada entitas untuk istishna parallel.
b) Biaya tidak langsung adalah biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad.
c) Khusus untuk istishna parallel seluruh biaya akibat produsen/kontraktor tidak dapat
memenuhi kewajiban jika ada.
Biaya perolehan/pengeluaran selama pembangunan atau tagihan yyang diterima dari
produsen/kontraktor akan diakui sebagai Aset istishna dalam penyelesaian, sehingga jurnal
yang dilakukan bila entitas melakukan pengeluaran untuk akad istishna adalah:

Dr. Aset istishna dalam penyelesaian xxx


Cr. Persediaan, kas, utang, dll xxx
Untuk akun yang dikredit akan tergantung apa yang digunakan oleh perusahaan untuk
memenuhi kewajiban akad tersebut. Beban pra akad diakui sebagai beban tangguhan dan
diperhitungkan sebagai biaya istishna jika akad disespakati. Jika akad tidak disepakati
maka biaya tersebut dibebankan pada periode berjalan.

Saat dikeluarkan biaya pra akad, dicatat :


Dr. Biaya pra akad ditangguhkan xxx
Cr. Kas xxx

Jika akad disepakati, dicatat :


Dr. Beban istishna xxx
Cr. Biaya pra akad ditangguhkan xxx

Jika akad tidak disepakati, dicatat :


Dr. Beban xxx
Cr. Biaya pra akad ditangguhkan xxx

6
2. Jika pembeli melakukan pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dan penjual
memberikan potongan, maka potongan tersebut sebagai pengurang pendapatan istishna.
3. Pengakuan pendapatan dapat diakui dengan dua metode berikut :
a) Metode persentase penyelesaian, adalah system pengakuan pendapatan yang dilakukan
seiring dengan proses penyelesaian berdasarkan akad istishna.
b) Metode akad selesai adalah system pengakuan pendpatan yang dilakukan ketika proses
penyelesaian pekerjaan telah dilakukan.
Kecuali jika estimasi persentase penyelesaian akad dan biaya penyelesaiannya tidak dapat
ditentukan secara rasional maka digunakan metode akad selesai.
4. Untuk metode persentase penyelesaian, pengakuan pendapatan dilakukan sejumlah bagian
nilai akad yang sebanding dengan pekerjaan yang telah diselesaikan tersebut diakui
sesbagai pendapatan istishna pada periode yang bersangkutan.
a) Pendapatan diakui berdasarkan persentase akad yang telah diselesaikan biasanya
estimasi menggunakan dasar persentasse pengeluaran biaya yang dilakukan
dibandingkan dengan total biaya, kemudian persentase tersebut dikalikan dengan nilai
akad.
b) Margin keuntungan juga diakui berdasarkan cara yang sama dengan pendapatan.
 Persentase Penyelesaian = Biaya yang Telah Dikeluarkan : Total Biaya untuk
Penyelesaian
 Pengakuan Pendapatan = Persentase Penyelesaian x Nilai Akad
 Pengakuan Margin = Persentase Penyelesaian x Nilai Margin
Dimana nilai margin tersebut adalah = Nilai Akad – Total Biaya
Untuk pengakuan pendapatan di tahun berikutnya jika proses pembangunannya lebih dari
satu tahun:
Pendapatan Tahun Berjalan = Pendapatan Diakui Sampai Saat Ini – Pendapatan Yang
Telah Diakui
5. Untuk metode persentase penyelesaian, bagian margin keuntungan istishna yang diakui
selama periode pelaporan ditambahkan kepada Aset istishna dalam penyelesaian.
Jurnal untuk pengakuan pendapatan dan margin keuntungan:
Dr. Aset Istishna Dalam Penyelesaian (sebesar margin keuntungan) xxx
Dr. Beban Istishna (sebesar biaya yang telah dikeluarkan) xxx
Cr. Pendapatan Istishna (sebesar pendapatan yang diakui di periode berjalan) xxx
6. Untuk metode persentase penyelesaian, pada akhir periode harga pokok ostoshna diakui
sebesar biaya istishna yang telah dikeluarkan sampai periode tersebut.
7. Untuk metode akad selesai tidak ada pengakuan pendapatan, harga pokok dan keuntungan
sampai dengan pekerjaan telah dilakukan. Seshingga pendapatan diakui pada periode
dimana pekerjaan telah selesai dilakukan.
8. Jika besar kemungkinan terjadi bahwa tota biaya perolehan istishna akan melebihi
pendapatan istishna maka taksiran kerugian harus segera diakui.

7
9. Pada saat penagihan baik metode persentase penyelesaian atau akad selesai, maka jurnal:
Dr. Piutang istishna (sebesar nilai tunai) xxx
Cr. Terimin istishna xxx
Termin istishna tersebut akan disajikan sebagai akun pengurang dari akun Aset istishna
dalam penyelesaian.
10. Pada saat penerimaan tagihan, jurnal:
Dr. Kas (sebesar uang yang diterima) xxx
Cr. Piutang usaha xxx
11. Penyajian penjual menyajika dalam laporan keuangan hal-hal sbb:
a) Piutang istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah yang belum
dilunasi oleh pembeli akhir.
b) Termin istishna yang berasal dari transaksi istishna sebesar jumlah tagihan termin
penjual kepada pembeli akhir.
12. Pengungkapan, penjual mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi
tidak terbatas, pada:
a) Metode akuntansi yang digunakan dalam pengukuran pendapatan kontrak istishna.
b) Metode yang digunbkana dalam penentuan persentase penyelesaian kontrak yang
sedang berjalan.
c) Rincian piutang istishna berdasarkan jumlah, jangka waktu, dan kualitas piutang.
d) Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan
keuangan syariah.
Jika akad istishna dilakukan dengan pembayaran tangguh, maka pengakuan pendapatan dibagi
menjad dua bagian sbb:
a) Margin keuntungan pembuatan barang pesanan yang dihitung apabila istishna
dilakukan tunai, akan diakui sesuai persentase penyelesaian.
b) Selisih antara nilai akad dan nilai tunai pada saat penyerahan diakui selama periode
pelunasan secara proporsional sesuai dengan jumlah pembayaran.
Walaupun terdapat dua bagian, hanya ada satu harga yang ditetapkan dalam akad.
Berdasarkan hal tersebut, maka perbedaan jurnal istishna tangguhan dengan istishna yang dibayar
tunai terletak pada 2 junrla yang terdiri atas: jurnal untuk pengakuan pendapatan dan jurnal untuk
pengakuan margin keuntungan.
1) Jurnal pengakuan margin keuntungan pembuataan barang:
Dr. Aset istishna dalam penyelesaian ( sebesar margin keuntungan) xxx
Dr. Beban istishna (sebesar biaya yang dikeluarkan) xxx
Cr. Pendapatan istishna (sebesar pendapatan yang harus diakui diperiode berjalan) xxx

2) Jurnal pengakuan pendapatan selisih antara nilai akad dan nilai tunai.
Pada saat penandatanganan akad:
Dr. Piutang istishna (sebesar selisih nilai tunai dan nilai akad) xxx
Cr. Pendapatan istishna tangguh xxx
Pada saat pembayaran dan pengakuan pendapatan selisih nilai tunai dan nilai akad:
8
Dr. Pendapatan istishna tangguh (secara proporsional periode) xxx
Cr. Pendapataan akad istishna xxx
Dr. Piuntang istishna (sebesar kas yang diterima) xxx
Cr. Kas xxx

Akuntansi Untuk Pembeli


1. Pembeli mengakui Aset istishna’ dalam penyelesaian sebesar jumlah termin yang ditagih oleh
penjual dan sekaligus mengakui utang istishna’ kepada penjual. Jurnal:
Dr. Aset istishna dalam penyelesaian xxx
Cr. Utang kepada penjual xxx
2. Aset istishna yang diperoleh melalui transaksi istishna dengan pembayaran tangguh lebih dari
satu tahun diakui sebesar : biaya perolehan tunai. Selisih antara harga beli yang disepakati
dalam akad istishna tangguh dan biaya perolehan tunai diakui sebagai beban istishna tangguh.
Dr. Aset istishna dalam penyelesaian (sebesar nilai tunai) xxx
Cr. Utang kepada penjual xxx
3. Beban istishna tangguhan diamortisasi secara proporsional sesuai dengan porsi pelunasan
utang istishna. Jurnal :
Dr. Beban istishna xxx
Cr. Beban istishna tangguh xxx
4. Jika barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual, dan
mengakibatkan kerugian pembeli, maka kerugian tersebut dikurangkan dari garansi
penyelesaian proyek yang telah diserahkan penjual.
Jika kerugian itu lebih besar dari garansi, maka selisihnya diakui sebagai piutang jatuh tempo
kepada penjual dan jika diperlukan penyisihan kerugian piutang. Jurnal :
Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Cr. Kerugian Aset istishna xxx
Setelah sebelumnya pembeli mengakui adanya kerugian.
5. Jika pembeli menolak menerima barang pesanan karena tidak sesuai dengan spsifikasi dan
tidak memperoleh kembali seluruh jumlah uang yang telah dibayarkan kepada penjual, maka
jumlah yang belum diperoleh kembali diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada penjual dan
jika diperlukan dibentuk penyisihan kerugian piutang.
Dr. Piutang jatuh tempo kepada penjual xxx
Cr. Aset istishna dalam penyelesaian xxx
6. Jika pembeli menerima barang pesanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka barang
pesanan tersebut diukur dengan nilai yang lebih rendah antara nilai wajar dan nilai perolehan.
Selisih yang terjadi diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.
Dr. Aset istishna dalam penyelesaian (nilai wajar) xxx
Kerugian xxx
Cr. Aset istishna dalam penyelesaian (biaya perolehan) xxx
7. Penyajian, pembeli menyajikan dalam laporan keuangan hal hal sbb:
a. Utang istishna sebesar tagihan dari produsen atau kontraktor yang belum dilunasi.
b. Aset istishna dalam penyelesaian sebesar:
9
 Persentase penyelesaian dari nilai kontrak penjualan kepada pembeli akhir, jika
istishna parallel
 Kapitalisasi biaya perolehan, jika istishna.
8. Pengungkapan, pembeli mengungkapkan transaksi istishna dalam laporan keuangan, tetapi
tidak terbatas, pada:
a. Rincian utang istishna berdasarkan jumlah dan jangka waktu.
b. Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No. 101 tentang penyajian laporan keuangan
syariah.

Ilustrasi Akuntansi Akad Istishna


Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan Pembayaran Secara Tunai
Transaksi Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Sebelum melakukan Beban Pra Akad Ditangguhkan 250
akad, dikeluarkan biaya Kas 250
sebesar Rp.250 untuk
melakukan survei
Jika ternyata Beban Istishna 250
dikemudian hari Beban Pra Akad Ditangguhkan
dilakukan akad 250

Jika tidak terjadi akad Beban Pra Akad 250


Beban Pra Akad Ditangguhkan
250
Dilakukan akad dengan
informasi sebagai
berikut:
 Biaya Perolehan
(produksi) Rp 1.000
 Margin Keuntungan
Rp200
 Nilai Tunai saat
Penyertaan Rp1.200
Aset Istishna dalam Penyertaan 1.000
Mengeluarkan biaya Kas/Utang/Persediaan 1.000
perolehan istishna
Pada akhir periode Aset istishna dalam Penyelesaian
buku, pengakuan 200
pendapatan (tergantung Beban Istishna 1.000
persentase penyelesaian Pendapatan Istishna 1.200
yang trlsh diakui).

10
Kalau pada metode
akad selesai dilakukan
pada akhir masa akad
Pada saat penagihan Piutang istishna 1.200 Aset 1.200
dan penyerahan Aset Termin Istishna 1.200 Utang Istishna 1.200
istishna kepada pembeli

Termin istishna sebagai Termin Istishna 1.200


centra account dari Aset Istishna dalam Penyelesaian
Aset istishna dalam 1200
penyelesaian
Pada saat kas diterima Kas 1.200 Uatang Istishna 1.200
Piutang Istishna 1200 Kas 1.200

Untuk kasus istishan denga metode akas selesai, jurnal yang digunakan sama dengan
metode persentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu pengakuan pendapatan yang
dilakukan pada akhir masa akad.
Kasus Metode Persentase Penyelesaian dan Pembayaran secara Tangguh
Transaksi Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Dilakukan akad dengan Aset Istishna dalam Penyertaan 1.000
informasi sebagai Kas/Utang/Persediaan 1.000
berikut:
 Biaya Perolehan
(produksi) Rp 1.000
 Margin Keuntungan
Rp200
 Nilai Tunai saat
Penyertaan Rp1.200
 Nilai Akad karena
Tangguh Rp 1.500
 Selisih Niai Akad
dan Tunai Rp 300

Mengeluarkan biaya
perolehan istishna
Pada akhir periode Aset istishna dalam Penyelesaian
buku, pengakuan 200
pendapatan (tergantung Beban Istishna 1.000
persentase penyelesaian Pendapatan Istishna 1.200
yang trlsh diakui).

11
Pada saat penagihan Piutang istishna 1.200 Aset 1.200
dan penyerahan Aset Termin Istishna 1.200 Utang Istishna 1.200
istishna kepada pembeli Piutang Istishna 300 Beban Istishna Tangguh 300
Pendapatan Istishna Tangguh Utang Istishna 300
Termin istishna sebagai 300
centra account dari Termin Istishna 1.200
Aset istishna dalam Aset Istishna dalam Penyelesaian
penyelesaian 1200

Pada saat kas diterima. Utang Istishna 500


Diangsur selama 3 Kas 500
tahun, jadi setiap tahun Kas 500 Beban Istishna 100
membayar Rp 500. Piutang Istishna 500 Beban Istishna tangguh
Pendapatan Istishna Tangguh 100 100
Pendapatan Istishna 100

Jika pembeli Kas 1.200 Uatang Istishna 1.200


melakukan kewajiban Piutang Istishna 1200 Kas 1.200
pembayaran istishna
lebih awal dan penjual
memberikan potongan
sebesar Rp75. Maka
potongan: Pendapatan Istishna Tangguh 75 Utang Istishna 75
 Jika pemotongan Piutang Istishna 75 Beban Istishna 75
diberikan pada saat Kas 425 Utang Istishna 425
pelunasan Pendapatan Tangguhan 25 Beban Istishna 25
Piutang Istishna 425 Beban Istishna Tangguh
Pendapatan Istishna 25 25
Kas 425
 Jika potongan Kas 500
diberika setelah Pendapatan Tangguhan 100 Utang Istishna 500
pelunasan Piutang Istishna 500 Beban Istishna 100
Pendapatan Istishna 100 Beban Istishna Tangguh
Pendapatan Istishna 75 100
Kas 75 Kas 500
Kas 75
Beban Istishna 75

Untuk kasus istishna dengan metode kas selesai, jurnal yang digunakan sama dengan
metode persentase penyelesaian, yang membedakan adalah waktu pengakuan pendapatan yang
dilakukan pada akhir masa akad.

12
Jika Terjadi Kerugian atas Akad Istishna dan Dibayar Tunai
Transaksi Penjual Pembeli
(dalam ribuan rupiah)
Dilakukan akad dengan Aset Istishna dalam Penyertaan 1.000
informasi sebagai Kas/Utang/Persediaan 1.000
berikut:
 Biaya Perolehan
(produksi) Rp 1.000
 Margin Keuntungan
Rp200

Mengeluarkan biaya
perolehan istishna.

Ternyata biaya Aset Istishna dala penyelesaian 250


perolehan yang Kas/Utang/Persediaan 250
diperkirakan Rp 1.000,
realisasinya adalah Rp.
1.250

Saat akhir periode, Beban Istishna 1.250


pengakuan kerugian Aset Istishna dalam penyelesaian
dari istishna. (kerugian) 50
Pendapatan Istishna 1.200

Pada saat penagihan Piutang Istishna 1.200 Aset 1.200


dan penyerahan Aset Termin Istishna 1.200 Utang Istishna 1.200
istishna sebagai contra Termin Istishna 1.200
account dari Asets Aset Istishna dalam penyelesaian
istishna dalam 1.200
penyelesaian

Pada saat kas diterima Kas 1.200 Utang Istishna 1.200


Piutang Istishna 1200 Kas 1.200

13
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pembiayaan istishna’ merupakan transaksi jual beli cicilan pula seperti


transaksi murabahah muajjal. Namun, berbeda dengan jual beli murabahah di mana barang
diserahkan di muka sedangkan uangnya di bayar cicilan, dalam jual beli istishna’ barang
diserahkan di belakang, walaupun uangnya sama-sama di bayar secara cicilan. Rukun dari akad
Istishna’ yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa hal, yaitu pelaku akad, objek akad,
dan shighah. Syarat dari Istishna’ yaitu modal transaksi ba’i istishna’, Al-muslam fiihi (barang),
dan dasar hukum Istishna’. Akad istishna' adalah akad yang halal dan didasarkan secara syar'i di
ataspetunjuk Al-Quran, As-Sunnah dan Al-Ijma' di kalangan muslimin. Ishtishna’ mirip dengan
salam, namun ada beberapa perbedaan diantara keduanya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sri Nurhayati & Wasilah. 2014. Akuntansi Syariah di Indonesia. (Edisi ke-6). Jakarta : Salemba
Empat.

15

Anda mungkin juga menyukai