Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konsep dasar Sistem Produksi


Untuk melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka
diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk suatu sistem produksi.
Sistem Produksi merupakan kumpulan dari sub sistem-sub sistem yang saling
berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input menjadi output produksi.
Input produksi ini dapat berupa bahan baku (material), mesin, tenaga kerja,
modal, dan informasi, sedangkan output produksi berupa produk yang
dihasilkan berikut hasil sampingannya seperti limbah, informasi dan
sebagainya. Dengan kata lain Sistem produksi / Sistem manufaktur adalah
proses transformasi dari material/bahan, pekerja dan input yang lain menjadi
output yang berupa produk dan digerakkan oleh manajemen. Secara diagram
dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

INPUT Teknologi Ekonomi OUTPUT


Material
Tenaga Kerja Produk
Proses
Dana Limbah
Mesin
Transformasi Informasi
Informasi

Dana masuk Dana keluar


Proses Manajemen

Politik Sosial Budaya


Gambar 1. 1 Skema Sistem produksi

Sub sistem-sub sistem dari sistem produksi tersebut antara lain adalah
Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pengendalian Kualitas, Penentuan
Standar Operasi, Penentuan Fasilitas Produksi, dan Penentuan Harga Pokok
Produksi.
Diagram dibawah ini akan menunjukkan operasi dari komponen-
komponen utama dari manufaktur. Garis yang tebal menunjukkan arus bahan
/ material sedangkan yang tipis menunjukkan arus informasi.

Manufacturing Design Sales and


Engineering Engineering marketing

Manufacturing
Suppliers Costumer
Planning and Control

Purchasing Proses Manufaktur Distribusi


Gambar 1. 2 Skema Proses Manufaktur

Pada saat Sales menerima pesanan untuk sebuah produk yang telah
dibuat sebelumnya, pesanan langsung menuju Manufacturing planning and
control untuk penjadwalan. Atau langsung memesan dari produk persediaan
dan langsung menuju distribusi untuk dikirim ke konsumen. Design
Engineering berfungsi mendesain produk yang akan dibuat dan dilanjutkan ke
Manufacturing engineering. Manufacturing planning and control menerima
input dari ketiga operasi yang pertama dan menjadwalkan pembuatan produk
agar produk dapat dibuat dan dikirim sesuai dengan jumlah, kualitas dan
waktu yang diinginkan oleh pelanggan. Pada proses purchasing output dari
MRP & CRP system digunakan untuk menentukan suku cadang mana yang
dibutuhkan dan pada saat kapan mereka dibutuhkan. Kemudian dilanjutkan
ke proses selanjutnya yaitu pembuatan produk itu sendiri dan terakhir
didistribusikan ke pelanggan
Perusahaan dalam mencapai tujuan, seperti mendapatkan keuntungan,
melakukan kegiatan yang dikenal sebagai proses perusahaan yaitu terdiri dari
pemasaran barang dan jasa, produksi, pembelanjaan, personalia, serta
administrasi. Agar perusahaan tersebut dapat secara efisien dan efektif
mencapai tujuan yang telah digariskan diperlukan manajemen yang baik,
yaitu bahwa segala proses kegiatan haruslah direncanakan, diorganisasi,
diarahkan, dikoordinasi, serta diawasi.

1.2 Strategi Respons terhadap Permintaan Konsumen


Strategi respons terhadap permintaan konsumen didefinisikan sebagai
bagaimana cara suatu perusahaan industri manufaktur akan memberikan
tanggapan atau respons terhadap permintaan konsumen. Pada dasarnya
strategi respons terhadap permintaan konsumen dibagi dalam lima kategori
yaitu :
1. Design-to-Order (Engineer-to-Order)
2. Make-to-Order
3. Assemble-to-Order
4. Make-to-Stock
5. Make-to-Demand
Berikut ini akan dikemukakan penjelasan singkat tentang kelima strategi
respons terhadap konsumen diatas.
1. Design-to-Order
Dalam design-to-order tidak ada yang disimpan oleh produsen bahkan
dalam bentuk desain produknya. Pembeli biasanya meminta perkiraan biaya
dan waktu kepada produsen. Jika pembeli telah memesan, pertama-tama
produsen membuat desain dari produk yang akan dibuat, menerima
persetujuan dari pembeli tentang desain yang dibuat, dan memesan bahan-
bahan yang dibutuhkan. Setelah menerima bahan-bahan yang dibutuhkan,
produsen membawa komponen–komponen tersebut ke pabrik, membuat
produk, dan mengirimkannya pada pembeli. Pada strategi ini, produsen tidak
memiliki resiko apapun. Strategi ini sangat sesuai untuk produk-produk yang
baru atau sangat unik. Contoh : kapal, komputer militer, jembatan, dll.

2. Make-to-Order
Dalam make-to-order, hanya desain produk dan beberapa bahan mentah
standar yang disimpan, produk ini sudah pernah dibuat sebelumnya. Pembeli
membuat spesifikasi tentang produk yang diinginkan. Produsen dapat
membantu pembeli untuk menyediakan spesifikasi tersebut. Produsen
menentukan harga produk dan waktu pengiriman disesuaikan dengan
permintaan pembeli. Produsen dan pembeli sering berdiskusi tentang
alternatif untuk mengurangi biaya, mempercepat waktu pengiriman. Jika
pembeli menyetujui harga yang ditawarkan, produsen membawa komponen-
komponen ke pabrik, membuat produk, mengirimkannya ke pembeli. Dengan
strategi ini, produsen memiliki resiko yang sangat kecil. Dibawah ini adalah
berbagai karakteristik strategi make-to-order :
a. Produk yang diproses tidaklah distandardisasi
b. Produknya dalam jumlah kecil
c. Mesin-mesin yang digunakan bersifat serbaguna
d. Alat-alat pengendalian bahan biasanya dipakai untuk memindahkan
barang-barang dari lokasi satu ke lokasi yang lain
e. Karena ongkos persiapan mesin yang tinggi dan proses yang pendek maka
ongkos persatuan relatif tinggi.
f. Susunan mesin tergantung pada tipe pekerjaan yang dijalankan.
Contoh : spare part mesin, kapal laut buatan tangan, komputer untuk
penelitian, dll.

3. Assemble-to-Order
Dalam assemble-to-order seluruh bahan setengah jadi terdapat dalam
gudang. Sewaktu pembeli memesan produk, produsen dengan cepat mengolah
bahan setengah jadi dan mengirimkan produk akhir tersebut. Permintaan
untuk bahan setengah jadi, dapat diperkirakan dengan lebih akurat daripada
permintaan untuk barang jadi. Sehingga produsen lebih efisien dalam
menjawab permintaan pembeli dengan perkiraan dan penyimpanan bahan
setengah jadi, lalu membuat produk akhir hanya pada saat menerima pesanan
dari pembeli. Contoh : Otomotif, komputer komersial, sandwich di restoran,
dll.

4. Make-to-Stock
Dalam make-to-stock, produsen menyimpan barang yang sudah jadi di
dalam gudang untuk pengiriman dengan segera. Produsen menentukan
produk, menyediakan bahan mentah, dan membuat barang jadi untuk
disimpan. Pembeli memesan produk jika harga dan spesifikasi telah disetujui.
Karena barang jadi sudah disimpan, maka dapat dengan segera dikirim dari
tempat penyimpanan. Sistem produksi ini digunakan untuk antisipasi
pemesanan di masa depan, bukan pemesanan saat ini. Strategi ini terutama
digunakan untuk produk musiman. Berbagai persyaratan kiranya diperlukan
apabila dikehendaki penerapan starategi ini. Persyaratan tersebut adalah :
a. Produk massa akan berhasil bila ada konsumsi massa
b. Selalu terdapat kemungkinan membuat produk dengan proses yang
distandardisasi
c. Dapat diterapkannya teknik-teknik produksi massa
Dengan demikian untuk produksi massa perlu permintaan yang cukup
banyak dan relatif stabil. Contoh : mainan, pakaian, dll.

5. Make-to-Demand
Ini adalah strategi jawaban permintaan yang sangat fleksibel yang dapat
mengirim produk perusahaan dengan kualitas dan waktu pengiriman sesuai
dengan yang diinginkan pembeli. Strategi ini sangat responsif / peka terhadap
pesanan pembeli, tetapi dapat mengirim produk dengan kecepatan mendekati
strategi make-to-stock. Dapat digunakan sebagai kombinasi dengan strategi
yang lain, yang diperlukan untuk memenuhi permintaan pembeli. Desain,
bahan mentah, komponen, produk jadi, dapat disimpan dalam gudang,
tergantung pada situasi yang kompetitif.

1.3 Strategi Desain Proses Manufakturing


Strategi Desain Proses Manufakturing mendefinisikan bagaimana suatu
produk industri diproses atau dibuat. Pada dasarnya strategi desain proses
manufakturing dapat diklasifikasikan kedalam lima kategori, sebagai berikut
:
1. Project(No Product Flow)
2. Job Shop(Jumbled Flow)
3. Line Flow
4. Flexible Manufacturing System ( FMS )
5. Agile Manufacturing System ( AMS )
Namun pada bagian ini kita fokuskan perhatian kita pada tiga perencanaan
proses manufaktur tradisional yaitu project, job shop dan line flow. Dimana
Line flow terbagi dalam tiga jenis: small batch line flow, large batch
(repetitive) line flow, dan continuous line flow.

1. Project (No Product Flow)


Pada project, bahan baku, alat-alat, dan tenaga kerja, dibawa ke lokasi
di mana produk tersebut dibuat atau jasa sedang disediakan. Project
digunakan pada saat terdapat kebutuhan khusus dalam kreativitas dan
keunikan. Project membutuhkan biaya yang besar dan sulit direncanakan dan
dikendalikan.

2. Job Shop (Jumbled Flow)


Pada proses job shop atau jumbled flow, produk dibuat pada tempat yang
jaraknya berbeda-beda. Job shop mengatur peralatan dan tenaga kerja ke
dalam tempat kerja berdasarkan jenisnya. Operasi job shop sangat fleksibel
dalam merespons perubahan pada desain produk atau volume produk, tetapi
job shop juga tidak efisien. Variasi produk menimbulkan beberapa masalah
dalam pengendalian penyimpanan, jadwal, dan kualitas. Pada gambar
dibawah ini dapat dilihat secara skematis proses job shop :

Produk A 1 2 3 B

Produk B 4 5 6 C

Produk C 7 8 A

Gambar 1. 3 Contoh Job Shop Process


Misal, sebuah produk B dapat dibuat melalui proses 1, 2 dan 3 dapat juga
melalui proses yang lain, misal 4, 2 dan 3 dan seterusnya. Jadi bagian-bagian
proses dapat dirubah sedemikian rupa sehingga menghasilkan produk yang
diinginkan.

3. Line Flow
Sistem proses line flow mengatur tempat kerja berdasarkan urutan dari
operasi untuk membuat produk tersebut. Line flow sering juga disebut dengan
product flow, karena produk mengikuti urutan langkah-langkah yang sama
dengan produksi. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:

Input 1 2 3 4 5 output

Gambar 1. 4 Contoh Line Flow Process


Seluruh produk membutuhkan kerja yang sama dan mengikuti pola
standar yang sama. Proses perakitan otomotif merupakan contoh yang tepat
dari proses line flow. Line flow dibagi menjadi tiga jenis : small-batch , large
batch ( repetitive ), dan continuous.
a. Small-Batch ( Interupted ) Line Flow
Di dalam small-batch line flow ini terdapat semua karakteristik line
flow, tetapi tipe ini tidak dapat membuat / memproses produk yang sama
secara terus menerus. Small-batch flow ini digunakan ketika biaya
pembuatan dianggap sama, meskipun produknya tidak dibuat secara terus
menerus. Contoh produk yang menggunakan alur ini adalah berbagai macam
suku cadang (yang memiliki jangka waktu penggunaan lama), dan industri
perakitan.
b. Large-Batch ( repetitive ) Line Flow
Large Batch ini mengarah pada produk-produk nondiskret dalam
jumlah yang besar. Sebuah large-batch line flow hanya memproduksi
produk dalam jumlah yang sedikit dalam setiap garis arus produksi. Dan
tiap-tiap bagian membutuhkan pengaturan (setup) sendiri-sendiri.
Repetitive line flow hanya memproduksi satu jenis produk dalam jumlah
besar tetapi tidak secara terus menerus. Meskipun large-batch dan
repetitive memiliki sedikit perbedaan, dalam hal ini keduanya dapat
dianggap sama.

c. Continuous line Flow


Continuous line Flow lebih mengarah pada produk-produk yang sama
atau dengan variasi sedikit. Mesin-mesin dipasang atau distel untuk waktu
produksi yang relatif lama, tanpa perubahan. Terus menerus tidak berarti
bahwa produksi terus berjalan dalam satu tahun, karena produksi yang
terus menerus dapat dijalankan dalam industri yang tergantung pada
musim, juga tidak berarti produksi terus menerus menghasilkan barang-
barang standar dalam jumlah besar atas dasar pertimbangan-pertimbangan
ekonomis.
Penggunaan mesin-mesin khusus yang mahal harus menghasilkan
produk dalam jumlah besar, agar ongkos persatuan menjadi rendah, sedang
keuntungan-keuntungan produksi besar-besaran dapat menekan ongkos
serendah-rendahnya.

1.4 Pemilihan Strategi Respons Terhadap Permintaan Konsumen


Sebelum memilih Proses Manufakturing yang tepat, kita harus
mempertimbangkan strategi respons terhadap permintaan konsunen. Kita
dapat memandang hubungan antara proses manufakturing dan respons
terhadap permintaan konsumen dalam suatu bentuk matriks seperti
ditunjukkan dalam Gambar 1.5

RESPON PERMINTAAN

PROSES Design to Make to Assemble to Make to Make in


MANUFAKTUR Order Order Order Stock Demand

Project

Job Shop

Small Batch Flow

Large Batch Flow

Continuous Flow

Gambar 1. 5 Matriks Respons Permintaan dan Proses Manufaktur

Keterangan :
Kotak segiempat bergaris tebal berarti “primary match” sedangkan kotak
segiempat bergaris tipis berarti “ seconday match” antara proses manufaktur
dan respons terhadap permintaan

Dari gambar diatas dapat dijelaskan hal-hal berikut :


Project Process pada dasarnya menggunakan Design-to-Order, karena
kebanyakan proyek memerlukan usaha-usaha yang melibatkan riset dan
pengembangan atau usaha-usaha khusus
Job Shop process cenderung menggunakan salah satu Design-to-Order
untuk produk-produk baru, atau Make-to-Order untuk produk-produk lama
yang berulang ( repeat products ). Karena kebanyakan Job Shop process
cenderung mempunyai presentase yang tinggi dalam menghasilkan produk-
produk lama yang berulang, maka Make-to-Order merupakan mode pilihan
utama yang dalam Gambar 1.5 ditandai dengan kotak segiempat tebal.
Small-Batch Flow terutama menggunakan Make-to-Order, kecuali produk
itu mempunyai desain modular (modular design) yang dalam kasus itu
dapat menggunakan Assemble-to-Order.
Large-Batch ( repetitive ) Flow terutama menggunakan Make-to Stock ,
sebab pada dasarnya repetitive process memproduksi produk-produk
standar (komoditi) dengan volume tinggi serta umumnya mempunyai
waktu tunggu pelanggan yang pendek. Jika produk-produk itu besar, mahal
atau modular seperti : komputer besar, mobil, dan lain-lain, maka pilihan
Assemble-to-Order akan menjadi lebih efisien daripada Make-to Stock.
Continuous Flow membuat produk-produk berstandar tinggi (komoditi) dan
beroperasi pada tingkat yang konstan atau mendekati konstan, yaitu
tingkat untuk mencapai efisiensi tertinggi, sehingga cenderung
menggunakan Make-to Stock.
Karakteristik masing-masing proses dapat diringkas pada tabel 1.1.
Tabel 1. 1 Karakteristik Proses Manufaktur

Batch Small-Batch Large-Batch


Job Shop Continuous
Flow Line Flow (Repetitif)

Kualitas Kualitas Biaya


Kelebihan Kualitas tinggi Biaya bersaing
tinggi tinggi rendah

Variasi/fleksibilitas tinggi Sedang Sedang rendah standart

Biaya Biaya
Implikasi Biaya sedang otomasi otomasi
tinggi tinggi

Fungsi Permesinan umum Umum Umum khusus khusus

Strategi MTO ATO ATO MTS MTS

Anda mungkin juga menyukai