PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan Praktikum
Praktikum pemuliaan tanaman pada acara Keragaman Sifat pada Tanaman
bertujuan untuk :
1. Mengukur fenotif suatu karakter kuantitatif dari suatu populasi tanaman.
2. Menghitung statistika (nilai rata-rata, ragam, simpangan baku dan koefisien
keragaman) dari populasi yang diamati.
3. Mambandingkan nilai statistika dari dua populasi yang berbeda keragamannya.
1) Jagung
a. Memasukkan benih jagung sebanyak 100 biji kedalah plastik sebanyak 5
sampel
b. Menimbang bobot benih jagung per sampel menggunakan neraca analitik
2) Buncis
a. Mengukur panjang buah menggunakan penggaris sebanyak 10 sampel.
b. Mengukur dimeter buah menggunakan jangka sorong sebanyak 10 sampel.
c. Menghitung jumlah biji per polong sebanyak 10 sampel.
3) Cabai Besar
a. Mengukur panjang buah cabai menggunakan penggaris sebanyak 10 sampel
b. Mengukur diameter buah cabai menggunakan jangka sorong sebanyak 10
sampel
c. Menimbang bobot buah cabai menggunakan nerasa analitik sebanyak 10
sampel
4) Jeruk
a. Mengukur tebal buah menggunakan jangka sorong sebanyak 10 sampel
b. Mengukur diameter buah menggunakan jangka sorong sebanyak 10 sampel
c. Menimbang bobot buah menggunakan neraca analitik sebanyak 10 sampel
5) Membuat tabel pengamatan
6) Menganalis data semua parameter, menghitung rata rata tiap parameter
7) Menghitung simpangan dengan rumus xn- x
8) Menghitung kuadrat simpangan dengan rumus (xn- x)2
√∑(𝑋−𝑥̅ )2
9) Menghitung Simpangan Baku (SB) dengan rumus SB =
(𝑛−1)
𝑆𝐵
10) Menghitung koefisien keragaman dengan rumus Koef.keragaman = x 100 %
𝑥̅
V. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat pada tabel bahwa hasilnya tidak
homogen antar subjek.
Kriteria koefisien keragaman genetik digunakan pendekatan Alnopri (2004),
luas dan sempit-nya nilai koefisien keragaman genetik (KKG) dibagi menjadi 3 yakni:
rendah (0-10%), sedang (10-20%), dan tinggi (> 20%). Kriteria koefisien keragaman
fenotipe digunakan pendekatan Qosim et al., (2000), yaitu: rendah (0 < X 25), sedang
(25 < X 50), dan tinggi (> 50) (Hijra et al, 2012).
Berdasarkan tabel pengamatan, diketahui bahwa koefisien keragaman tanaman
jagung, buncis, cabai besar dan jeruk di bawah 10 %. Artinya semua tanaman yang
diamati ini memiliki keragaman yang rendah. Hal ini menggambarkan bahwa peluang
terhadap sifat sifat yang diamati seperti bobot buah, diameter, jumlah polong dan tebal
buah dalam usaha-usaha perbaikan genetik melalui seleksi dan rekombinasi untuk
menghasilkan kombinasi genetik baru sangat terbatas (Rahmadi et al., 1990). Oleh
karena itu dalam upaya perbaikan genetik karakter yang diinginkan melalui program
pemuliaan perlu menambah plasma nutfah baru guna meningkatkan keragaman dalam
populasi yang dipelajari.
Keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan
oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap
variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama- tama disebabkan oleh perbedaan
lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).
Apabila keragaman penampilan tanaman timbul akibat perbedaan sifat dalam
tanaman (genetik) atau perbedaan keadaan lingkungan atau kedua-duanya dan
apabila keragaman tanaman masih tetap timbul sekalipun bahan tanam dianggap
mempunyai susunan genetik yang sama atau berasal dari jenis tanaman yang sama
dan ditanam pada tempat yang sama, ini berarti cara yang diterapkan tidak
mampu menghilangkan perbedaan sifat dalam tanaman atau keadaan lingkungan
atau kedua-duanya.
Keragaman yang sering ditunjukkan oleh tanaman sering dikaitkan dengan
aspek negatif. Hal ini sering tidak diperhatikan oleh peneliti yang menganggap
bahwa susunan genetik dari bahan tanaman yang digunakan adalah sama karena
berasal dari varietas yang sama. Keragaman penampilan tanaman akibat
perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang
digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang
sama ditanam pada lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari
kedua tanaman tersebut maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman
yang bersangkutan (Sitompul dan Guritno, 1995).
Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada
suatulingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut.
Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap
genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam
penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan.
Perbedaan kondisi lingkungan memberikan kemungkinan munculnya
variasi yang akan menentukan penampilan akhir dari tanaman tersebut. Bila ada
variasi yang timbul atau tampak pada populasi tanaman yang ditanam pada kondisi
lingkungan yang sama maka variasi tersebut merupakan variasi atau perbedaan
yang berasal dari genotip individu anggota populasi (Mangoendidjojo, 2008).
VI. KESIMPULAN