Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR ASKEP

1. PENGKAJIAN
1.1 Anainnesa
1.1.1 Biodata/identitas/demografi
Presentasi tersering terjadi pada anak-anak pra sekolah dari 74% menyerang anak
usia 2 – 7 tahun. Jarang dijumpai pada bayi kurang 6 bulan. Perbandingan laki-laki
dan wanita 2 : 1 (Drummound, 1986 dikutip Wong, 1993).
1.1.1 Keluhan Utama
Pembengkakan (oedema) seluruh tubuh
1.1.2 Riwayat Penyakit
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pada tahap awal oedema diawali dari kelompok mata, secara jelas terlihat pada
pagi hari. Pembengkakan berikutnya berturut-turut pada perut, scrotum/labia dan
kedua tungkai serta seluruh tubuh (anasarka). Bila oedema terjadi pada mukosa
intestinal akan didapatkan keluhan diare, kehilangan nafsu makan, produksi urine
menurun kadang-kadang Hematuria. Jika terjadi hydrothorax terdapat keluhan
sesak nafas.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
- Adanya riwayat sindroma nefrotik bawahan, sebagai reaksi matermovetal.
Gejala yang nyata adalah riwayat oedema pada neonalus atau adanya riwayat
pencangkokan ginjal tetapi tidak berhasil.
- Adanya riwayat satu/lebih dari penyebab glomerulus sekunder antara lain :
 Penyakit infeksi : Siphilis, tuberkulosis, endokarditis bakterialisis,
osteomiolitis, lepra.
 Penyakit metabolik : Diabetes melitus, amiloidosis, hodkin.
 Penyakit imunologik : Sistemik lupus eritematosis (SLE), poliarthritis,
demartitis.
 Penyakit genetik : Nefrosis konginetal
 Hypersensitivitas : Gigitan ular, seranggan dan obat-obatan.
 Obat-obatan : Obatan-obatan yang mengandung logam berat misalnya
preparat yang mengandung emas.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
1.1.3 Data Psikososial
1) Adanya oedema pada muka/moon face, asites dapat menimbulkan rasa
malu/rendah diri sehingga dapat menarik diri dari teman-temannya (Ngastiyah,
1995).
2) Pada anak yang mendapat terapi kortikosesteroid lama, akan muncul efek samping
bulu-bulu rambut yang hebat dan perubahan kelamin sehingga selain bisa,
menimbulkan rasa malu memungkinkan anak takut dengan perubahan tersebut.
3) Isolasi sosial merupakan masalah yang menyertai anak oleh karena dirawat di
rumah sakit selama relaps (Wong, 1993).
1.1.4 Proses Keluarga
Dukungan orang tua sangat diperlukan dalam perawatan, sehingga keluarga harus
menunggu selama relaps di rumah sakit. Bila kondisi anak stabil bisa dirawat di
rumah yang akan berpengaruh dalam proses peran masing-masing anggota
keluarga.
1.2 Pemeriksaan Fisik
Bermacam-macam pula pendekatan yang digunakan untuk pemeriksaan anak
dengan sindroma nefrotik salah satu pendekatan yang digunakan adalah Head to
toe antara lain :
1.2.1 Kepala
Oedema pada periorbital, moon face, kulit tegang dan mengkilat, pucat,
konjungtiva anemis
1.2.2 Thorax/dada
Bentuk : hampir bulat dalam diameter transversa
Paru : bila hydrothorax, frekuensi pernafasan meningkat, kadang sesak nafas, suara
nafas normal (vasikuler)/melemah, perkusi redup/pekak.
Jantung : S1S2lundup
1.2.3 Abdomen
- Perut membesar/cembung simetris dan mengkilat oleh karena acites. Pada parasat
baliotement dengan cara melaksanakan penakanan mendadak kedinding perut
maka pada bagian yang berlawanan akan teraba pantulan cairan.
- Bunyi pekak di perut bagian bawah dengan batas cekung ke atas, bunyi timpani di
atas, bila anak dalam posisi tegak.
- Shiftung dulnes, anak berbaring terlentang, percusi di atas dinding perut mungkin
timpani dan di samping pekak. Jika anak miring akan terdapat cairan bebas ke
bagian bawah dan terjadi suara pekak redup yang berpindah.
1.2.4 Extrimitas dan Punggung
1.2.5 Oedema pada labia mayora pada anak wanita pada scrotum untuk anak laki-laki.
Pada anak yang mendapat kardioteroid dalam jangka lama terdapat pembesaran
penis.
1.2.6 Rectum : bila terdapat diare berkepanjangan timbul iritasi daerah perianal.
1.3 Pemeriksaan Tanda Vital
Suhu : Relatif normal (355 - 375) kecuali ada infeksi penyerta terjadi kenaikan.
Nadi : Dalam batas normal, bayi = 120 – 140x/m, anak = 100 – 120x/m
TD : Kadang-kadang meningkat
RR : Dalam batas normal (dbn), bayi = 36 – 60x/m, anak = 15-30x/m
Bila terdapat hidrothorax : meningkat/tachipnea
1.4 Pemeriksaan Penunjang
BB : terjadi peningkatan oleh karena oedema
1.5 Pemeriksaan Labolatorium
1.5.1 Darah
 Hb menurun (N.Lk. 14-16 gr%, Pr : 12-14gr%)
 LED me (N.Lk. : 0-12 mm/jam, Pr : 0-20 mm/jam)
 Faal ginjal
 BUN me (N 10-20 mg/100 dl)
 Creatinin me (N 1,5 mg)
 Cholesterol me (N 160-250 mg)
 Albumin serum me (N 3,6-5 mg)
 Protein me (N 6,2-8 mg)
1.5.2 Urine
 proteinuria me (N 150 mg/24jam)
 leukosit me (N 4-5/LP)
 BJ urine me (1,015-1,025)

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TERJADI


2.1 Ketidakseimbangan volume cairan : kekurangan intravaskuler/kelebihan (excess)
extravaskuler s/d pengeluaran protein melalui urine sekunder dari peningkatan
permeabilitas glomerulus, peningkatan reabsorbi air dan sodium oleh tubulus renal
sekunder dari peningkatan sexresi aidosteron (axton saron).
Ditandai dengan : oedem anasarka, asites, mungkin diare sekunder oedema
mukosa usus, peningkatan BB, hyproteinemia, produksi urine menurun, perubahan
warna urine, HT.
2.2 Perubahan nutrisi : kurang dari yang dibutuhkan s/d malnurtisi sekunder dari
pengeluaran protein dan nafsu makan menurun, absorbi susu menurun sekunder
oedema pada mukosa intestinal ditandai dengan anorexia, letargi, hyproteinemia,
diare (Axton S, 1993).
2.3 Resiko terjadi infeksi s/d pemakaian steroid : penurunan daya tahan tubuh,
bedrest.
2.4 Resiko terjadi kerusakan integritas kulit s/d istirahat yang lama. Penipisan kulit
sekunder oedema, penurunan daya tubuh/penurunan sirkulasi.
2.5 Keterbatasan mobilitas fisik s/d kelelahan, oedema bedrest.
2.6 Coping individu/keluarga tidak efektif s/d diagnosis, perubahan gambar tubuh,
hospitalisation, tindakan-tindakan, perubahan fungsi peran.

3. PERENCANAAN
3.1 Dx. 1
3.1.1 Tujuan : volume cairan dalam tubuh seimbang antara lain intravaskuler dan
exstravaskuler.
3.1.2 Kriteria Hasil :
- Intake dan output seimbang
- Penurunan BB
- Bj urine antara 1,015 – 1,0,25
- Protein dalam urine menurun
- Lingkat abdomen pada asites berkurang
- Hilangnya oedema seluruh tubuh
- Nadi normal : bayi 120-140x/m, anak 100-120x/m
3.1.3 Tindakan
- Catat intake dan output, perhatikan karakteristik urine
R/ : Deteksi perubahan fungsi ginjal sewaktu-waktu. Menentukan kebutuhan cairan
dan menurunkan terjadinya overload.
- Observasi TTV tiap 4 jam (TD, N, suara nafas abdomen, gejala dan tanda
ketidakseimbangan cairan)
R/ : Tachicardi dan HT perubahan TD dapat disebabkan oleh kegagalan ginjal dalam
mengeluarkan urine, retriksi cairan, perubahan renin angiotensin, peningkatan
lingkat abdomen merupakan indikator water excess yang memburuk dan berakibat
dehidrasi intara vaskuler.
- Timbang BB tiap hari
R/ : Monitor status cairan dalam tubuh, deteksi efektifitas dalam mengeluarkan retensi
cairan yang merupakan indikator dari glomerulus.
- Perhatikan adanya oedema pada scrotum/labia, berikan bantalan dibawahnya
R/ : Oedema scrotum membahayakan kondisi testis sehingga perlu bantalan/penahan
untuk mencegah terjadinya penambahan cairan dan melancarkan sirkulasi darah ke
scrotum/testis.
- Berikan steroid (prednison) sesuai jadwal, perhatikan side efeknya, antara lain
retensi sodium dan pengeluaran potasium
R/ : Pemberian kartikosteroid merangsang cortex adrenal dalam pengaliran
kesimbangan air dan elektrolit
- Jika ada indikasi, berikan diuretika (untuk mengurangi oedema) dan antacid untuk
mencegah komplikasi pendarahan pada GI dampak kartikosteroid sesuai jadwal,
kaji dan laporkan bila terdapat side efeknya hipokalemi dan dehidrasi. Berikan
albumin IV sesuai order, catat repon yang terjadi
R/ : Diuretik berfungsi menghindarkan dari retensi natrium, sedangkan antacid
berfungsi melapisi mukosa usus untuk mencegah iritasi gastrointestinal, pemberian
yang berlebihan akan berakibat pendarahan yang hebat.
- Kaji dan laporkan pengetahuan anak/keluarga tenang partisipasi terhadap
perawatan
 Monitoring intake dan output
 Test proteinuria
 Pengkajian obat
 Tanda dan gejala adanya infeksi side efek dari steroid
 Indentifikasi beberapa tanda/gejala dari ketidakseimbangan cairan
R/ : Meningkatkan partisipasi dalam perawatan
- Batasi pemberian garam dan cairan sesuai order
R/ : Selama tekanan onkotik masih rendah, ADH dan aldosteron akan meningkatkan
yang berakibat natrium dan air diabsorbsi dijaringan (oedema) pembatasan garam
dan cairan akan mengurangi oedema.

3.2 Dx. II
3.2.1 Tujuan :
Kebutuhan nurtisi terpenuhi
3.2.2 Kriteria Hasil :
- Anak mengkonsumsi diit TP (2-3 gr/kg/hr) RG (2 gram/hr) dan TK sesuai usia,
nafsu makan meningkat.
- Pertumbuhan normal sesuai usai, kadar protein dalam darah normal
- BAB tidak bercampur darah
3.2.3 Tindakan
- Observasi dan catat intake dan output
R/ : Menentukan tindakan selanjutnya
- Catat dan kaji gejala adanya perubahan nutrisi tiap 4 jam (anorexia, letargi,
hipoproteinemia)
R/ : Tanda-tanda perubahan nutrisi yang kurang menunjukkan intake yang tidak
adekuat
- Konsultasi ahli gizi untuk menentukan diit tinggi protein, tinggi kalori dan rendah
garam (protein 2-3 gram/kg/hari, gram 1-2 gr/hr)
R/ : Adanya albuminuria dan hipoalbuminemia merupakan indikator untuk mengganti
albumin dalam darah anak sehingga daya tahan tubuh anak menurun.
- Tawarkan makanan yang sesuai dengan diit jika mungkin sesuaikan dengan
kesukaan anak, beri extra vitamin D dan zat besi.
R/ : Dengan menyesuaikan diri sesuai kesukaan anak dan membantu lebih mudah
dalam mengkonsumsi extra vitamin D dan zat besi sebagai balance dari adanya
kulit yang makin menipis sehingga tidak mudah pecah.
- Batasi aktifitas/istrahatkan anak di tempat tidur
R/ : Selama fase aktif (albuminuria/hypoalbuminemia) kebutuhan kalori dan protein
cukup tinggi oleh karen itu penggunaan kalori lewat aktifitas harus diminimalkan.
- Kaji dan catat pengetahuan dan partisipasi anak/keluarga dalam perawatan
 Diit tinggi kalori tinggi protein rendah garam
 Meminimalkan aktifitas sesuai order untuk menghemat energi
 Identifikasi gejala/tanda perubahan nutrisi
R/ : Pengetahuan anak/keluarga yang adekuat, akan kooperatif
- Berikan antacid selama anak mendapat terapi steorid
R/ : Steroid mempunyai efek samping pendarahan GI, Antacid bekerja untuk
mencegah/meminalkan efek tersebut
- Lakukan obervasi saat BAB dan muntah mengandung darah setiap saat
R/ : Lingkungan yang bersih akan menjadi support sistem bagi anak dalam
merangsang selera makan.
- Berikan makanan dalam porsi kecil frekuensi sering
R/ : Porsi kecil akan lebih efektif karena adanya asites akan mempengaruhi kapasitas
lambung sehingga penyerapan lebih adekuat.
3.3 Dx. III
3.1.1 Tujuan :
Anak akan bebas dari infeksi
3.1.2 Kriteria Hasil
- Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C)
- RR dalam batas normal (bayi 30-60x/menit, anak 15-30x/menit)
- Nadi dalam batas normal (bayi 1120-140x/menit, anak 100-120x/menit)
- Tidak terdapat tanda-tanda peritonitas (peningkatan distensi abdomen, nyeri,
muntah, diare, kekakuan, panas).
3.1.3 Tindakan
- Lakukan observasi TTV tiap 4 jam
R/ : Adanya perubahan dari tanda vital merupakan indikator terjadinya infeksi
- Berikan antibiotik sesuai order, monitor side efek
R/ : Preventif terhadap infeksi oleh karena resiko terjadinya infeksi sangat tinggi.
- Observasi tanda perioritas antara lain peningkatan distensi abdomen, nyeri,
muntah, diare dan kekakuan)
R/ : Adanya tanda-tanda infeksi memerlukan tindakan yang cepat untuk menghindari
komplikasi lebih hebat.
- Lakukan cuci tangan yang benar akan memutuskan rantai penularan dari klien
lain/lingkungan ke anak
R/ : Dengan cuci tangan yang benar akan memutuskan rantai penularan dari klien
lain/lingkungan ke anak.

DAFTAR PUSTAKA

FKUI. (2000). Kapita Selecta Kedokteron Edisi III Jilid 2. Media Auscataplus : Jakarta.
Marlyn D. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. EGC : Jakarta.
Diposkan oleh Kapevi Hatake di 9:08 PM

Anda mungkin juga menyukai