Anda di halaman 1dari 49

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan

manusia. Setiap manusia akan selalu membutuhkan pendidikan sampai kapan

dan dimana pun berada. Sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang

bahkan akan terbelakang. Manusia yang ingin berkembang haruslah memajukan

pendidikannya terlebih dahulu karena melalui pendidikan seseorang dapat

memperoleh ilmu, pengetahuan dan keterampilan guna meningkatkan

kemampuan berpikir, berusaha, dan penguasaan teknologi. Dunia pendidikan

dituntut untuk lebih memberikan andil atau sumbangan nyata dalam upaya

meningkatkan kemajuan bangsa. Menurut Agustyaningrum dan Suryatini (2016:

183) untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut perlu adanya suatu kerja

sama antara pihak sekolah, orang tua, dan siswa itu sendiri.

Dalam pencapaian tujuan pendidikan diperlukannya tenaga pendidik yang

ahli dalam bidangnya untuk menunjang kelancaran proses belajar-mengajar.

Namun saat pelaksanaan mengajar guru tidaklah mudah untuk menarik perhatian

siswa, karena siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Salah satunya

adalah ketika proses belajar-mengajar berlangsung siswa sering sekali kurang

memperhatikan apa yang diajarkan oleh guru tersebut. Sehingga hasil belajar

yang diharapkan kurang memuaskan. Dapat diartikan bahwa berhasil atau

1
tidaknya tujuan pendidikan tergantung pada bagaimana proses belajar siswa

sebagai peserta didik yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Sudjana (2012: 22) mengartikan hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajarnya.

Untuk dapat mencapai hasil belajar yang baik, diperlukan usaha yang tinggi

dalam mencapainya. Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan kepada salah

satu guru matematika SMA Ananda Batam menunjukkan bahwa dalam proses

belajar mengajar berlangsung guru cenderung lebih aktif daripada siswa. Dimana

siswa masih banyak yang mengharapkan gurulah yang sepenuhnya menjelaskan

semua materi kepada siswa. Kenyataannya dalam kurikulum 2013 guru berperan

sebagai fasilitator dan siswa dituntut untuk lebih aktif, kreatif dan inovatif dalam

pembelajaran matematika. Hal ini mengakibatkan siswa menjadi pasif dalam

pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa rendah. Hal ini dibuktikan dengan

data yang diperoleh dari SMA Ananda Batam, terlihat hasil belajar matematika

siswa masih banyak yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Tabel 1: Nilai Hasil Belajar UTS Matematika Siswa SMA Ananda Kelas X
Jumlah Rata-Rata Tidak Persentase
Kelas Tuntas
Siswa Kelas Tuntas Ketuntasan
X IPA 23 65,43 9 14 39,13%
X IPS 1 20 63,50 6 14 30,00%
X IPS 2 20 63,00 7 13 35,00%
Sumber: Guru mata pelajaran matematika kelas X SMA Ananda Batam

2
Diduga faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa berasal dari luar

maupun dalam diri siswa itu sendiri, salah satu faktor yang mempengaruhi hasil

belajar adalah fasilitas belajar. Di dalam proses belajar mengajar berlangsung,

fasilitas belajar mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan

belajar siswa. Ketersediaan fasilitas yang lengkap akan membantu siswa untuk

lebih cepat memahami dan mengerti apa yang dipelajari (Sudjana, 2012: 39).

Contohnya dalam pembelajaran matematika, ketika seorang guru menjelaskan

materi dengan bantuan alat peraga maka pembelajaran tersebut dapat

membangkitkan motivasi dan merangsang siswa untuk belajar dengan baik.

Menurut Subroto (2012: 67) fasilitas belajar adalah segala sesuatu yang dapat

memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha, dapat berupa benda-

benda maupun uang. Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, maka fasilitas

belajar di sekolah harus lengkap sesuai dengan kebutuhan pembelajaran sebagai

mana biasanya.

Untuk mengukur pemanfaatan fasilitas-fasilitas yang ada, peneliti

menyebarkan angket tentang fasilitas belajar di SMA Ananda kepada siswa kelas

X IPA yang berjumlah 23 orang.

3
Tabel 2: Hasil Angket Fasilitas Belajar
Skor Persentase
No Pernyataan SS S TS STS
Total Ketercapaian
Saya mempunyai buku
1 pelajaran selain yang 2 4 7 10 48 47,87%
disediakan oleh sekolah
Saya nyaman belajar di
kelas Karena dinding
2 2 4 11 6 48 52,17%
nya dicat dengan warna
yang menarik
Saya suka belajar di
perpustakaan karena
3 0 4 10 9 41 44,57%
buku-buku disana begitu
lengkap
Laboratorium komputer
4 tidak menyediakan 8 5 7 3 51 55,43%
fasilitas internet
Saya menggunakan
handphone untuk 50%
5 2 3 11 7 46
mencari informasi
mengenai mata pelajaran
Pada saat istirahat saya
39,13%
6 lebih sering di kantin 12 9 2 0 36
daripada di perpustakaan
Alat-alat belajar di kelas
45,62%
7 tidak lengkap sehingga 7 13 3 0 42
saya malas untuk belajar
Untuk menunjang
kegiatan belajar, saya
47,83%
mempunyai alat bantu
8 0 5 11 7 44
belajar seperti gambar,
alat peraga, dan lain-
lain.
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dalam memanfaatkan

fasilitas belajar masih tergolong rendah, karena rata-rata siswa yang

menggunakan fasilitas sebesar 47,83%. Selebihnya siswa masih banyak yang

kurang menyadari betapa pentingnya fasilitas belajar dalam menunjang hasil

belajar mereka. Salah satunya dapat dilihat bahwa siswa masih banyak yang

4
mengandalkan buku yang disediakan oleh sekolah saja tanpa berusaha untuk

memiliki buku sendiri, di lihat dari segi materi menurut informasi dari guru

matematika siswa SMA Ananda Batam tergolong ke dalam keluarga yang

berada.

Siswa juga jarang menyisihkan waktu luangnya untuk belajar di

perpustakaan, sementara buku-buku pelajaran di perpustakaan sudah dikatakan

lengkap untuk pelajaran SMA. Menurut pendapat beberapa siswa bahwa di

dalam perpustakaan tidak menggunakan Air Conditioner (AC), melainkan

perpustakaan hanya menggunakan satu kipas angin saja. Siswa mengatakan

bahwa suhu ruangan perpustakaan itu sangat panas apalagi perpustakaan terletak

di lantai dua. Dilain sisi siswa juga harus melepas sepatu untuk bisa masuk ke

dalam perpustakaan dan perpustakaan sekolah juga tidak menyediakan kursi

untuk siswa bisa membaca buku dengan santai, sehingga siswa kurang berminat

belajar di perpustakaan ketika waktu luang.

Pada proses belajar mengajar akan lebih mudah di pelajari ketika siswa

memiliki alat bantu dalam belajar terkhusus dalam pembelajaran matematika.

Kenyataannya masih banyak siswa yang belum memiliki alat bantu atau media

pembelajaran untuk menunjang pembelajaran agar lebih mudah dipahami.

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar agar tercapai tujuan

pembelajaran yang baik adalah kebiasaan belajar. Di dalam mencapai hasil

belajar yang baik, maka dalam kegiatan belajar siswa hendaknya mempunyai

5
sikap dan cara belajar yang sistematis. Cara belajar yang baik adalah suatu

kemampuan yang dimiliki oleh setiap siswa dengan banyak latihan dalam usaha

belajarnya sehingga menjadi kebiasaan yang melekat pada diri siswa (Sudjana,

2012: 40). Dengan memiliki kebiasaan belajar yang baik maka setiap usaha

belajar akan memberikan hasil yang memuaskan. Ilmu yang sedang dituntut

dapat dimengerti dan dikuasi dengan sempurna serta ujian-ujian dapat dilalui

dengan berhasil sehingga dapat meraih hasil belajar yang optimal. Sedangkan

apabila memiliki kebiasaan belajar yang tidak sesuai atau kurang tepat maka

maka akan memperoleh hasil yang tidak optimal sehingga akan mempengaruhi

hasil belajar yang bersangkutan. Kebiasaan belajar yang tidak sesuai dapat

mempersulit siswa dalam memahami dan memperoleh pengetahuan sehingga

menghambat kemajuan belajar siswa dan pada akhirnya akan mengalami

kegagalan dalam hasil belajarnya.

Untuk mengetahui kebiasaan belajar siswa, peneliti juga menyebarkan

angket tentang kebiasaan belajar di SMA Ananda Batam kepada siswa kelas X

IPA yang berjumlah 23 orang.

6
Tabel 3: Hasil Angket Kebiasaan Belajar
Skor Persentase
No Pernyataan SS S TS STS
Total Ketercapaian
Saya suka berlama-
lama di kantin
1 8 9 5 1 45 48,91%
walaupun jam istirahat
sudah berakhir.
Saya Membuat
ringkasan tentang
2 0 8 14 1 53 57,61%
materi yang sudah
dipelajari
saya cenderung
1
3 melamun waktu saya 5 3 44 47,83%
5
sedang belajar
saya belajar setiap hari
4 2 4 11 6 48 52,17%
secara teratur
Saya suka menunda-
1 48,91%
5 nunda Pekerjaan 7 4 1 45
1
Rumah (PR)
Saya lebih banyak
mengobrol dengan
48,91%
6 teman daripada 8 9 5 1 45
memperhatikan guru di
depan kelas
Saya mempunyai
47,83%
7 kelompok belajar di 2 0 9 12 44
rumah
Saya selalu fokus pada
43,48%
saat proses
8 2 1 9 11 40
pembelajaran
berlangsung
Berdasarkan tabel 3 di atas dapat disimpulkan bahwa siswa masih memiliki

kebiasaan belajar kurang baik dengan rata-rata persentase ketercapaian 49,46%.

Pada angket yang penulis bagikan kepada siswa kelas X IPA SMA Ananda

Batam dapat dilihat bahwa siswa yang masih tidak fokus dan sering melamun

pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Bahkan pada saat pembelajaran

selesai, siswa jarang mencatat inti-inti dari pembelajaran yang telah selesai

7
tersebut. Jangankan mencatat, mendengarkan guru menjelaskan materi di depan

kelas saja siswa dibelakang malah berbicara dengan teman di sampingnya.

Sehingga siswa tersebut tidak dapat mengerti dengan materi yang disampaikan

oleh guru tersebut. Disamping itu, sangat sedikit siswa yang memiliki kelompok

belajar di rumah, ada siswa sebagian yang beralasan karena telah banyak

mengikuti ekstrakulikuler dari luar sehingga tidak mempunyai waktu membuat

kelompok belajar di rumah, ada juga siswa yang setelah pulang sekolah langsung

membantu orangtuanya bekerja, berjualan, dan ada juga yang ingin belajar

sendiri tanpa ada kelompok belajar. Jadi siswa tersebut tidak dapat belajar secara

teratur di rumah. Selain itu juga siswa sering menunda-nunda Pekerjaan Rumah

(PR) yang diberikan oleh guru, bahkan mereka sering mengerjakan PR di sekolah

akan mencontek punya temannya. Pada kenyataannya PR merupakan tugas yang

harus dikerjakan oleh siswa diluar dari sekolah, Hal demikian akan sangat

berdampak pada hasil belajar siswa tersebut. Rendahnya hasil belajar siswa

diduga diakibatkan oleh rendahnya fasilitas belajar dan kebiasaan belajar siswa.

Penelitian Iscahyati (2011) memaparkan bahwa apabila fasilitas belajar

memadai dan digunakan dengan baik maka akan membantu dan memperlancar

siswa untuk belajar, sebaliknya apabila fasilitas belajar tidak memadai dan siswa

tidak menggunakannya dengan baik maka akan mempersulit siswa untuk belajar

sehingga hasil belajar kurang memuaskan.

8
Penelitian Agustyaningrum dan Suryatini (2016) memaparkan bahwa

kebiasaan belajar yang baik akan memiliki rasa optimis dalam mencapai sesuatu

dengan yang diharapkan, sebaliknya seseorang yang memiliki kebiasaan belajar

yang buruk cenderung tidak percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya

sehingga hasil belajar tidak memuaskan.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN FASILITAS BELAJAR

DAN KEBIASAAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR

MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA ANANDA BATAM”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, maka dapat

diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Kurangnya kesadaran siswa untuk memanfaatkan fasilitas belajar yang ada

2. Siswa kurang berminat belajar di perpustakaan

3. Siswa masih memiliki kebiasaan belajar yang kurang baik

4. Hasil belajar siswa SMA Ananda Batam masih belum mencapai Kriteria

Ketuntasan Minimum (KKM).

C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah hubungan fasilitas belajar dan

kebiasaan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ananda

Batam.

9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah

yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ananda Batam?

2. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan

belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ananda

Batam?

3. Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar

dan kebiasaan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA

Ananda Batam?

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah disajikan diatas maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Mengetahui hubungan antara fasilitas belajar terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas X SMA Ananda Batam.

2. Mengetahui hubungan antara kebiasaan belajar terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas X SMA Ananda Batam.

3. Mengetahui hubungan antara fasilitas belajar dan kebiasaan belajar terhadap

hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ananda Batam.

10
F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan berbagai hal yang telah disampaikan sebelumnya, penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan.

b. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian

selanjutnya khususnya mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini memberikan kesempatan bagi peneliti untuk dapat

menerapkan ilmu pengetahuan yang dipeoleh dibangku kuliah serta

sebagai bekal kelak ketika menjadi seorang pendidik agar

memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

b. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang dapat digunakan

pihak sekolah sebagai bahan pertimbangan dalam upayanya

meningkatkan hasil belajar siswa dan mutu pendidikan sekolah agar

lebuh baik kedepan.

11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Fasilitas Belajar
a. Pengertian Fasilitas Belajar
Menurut Subroto (2012 : 67) Fasilitas adalah sesuatu yang dapat

memudahkan dan memperlancar dalam pelaksanaan segala usaha. Adapun

yang dapat memudahkan dan melancarkan usaha ini dapat berupa benda-

benda maupun uang, jadi dalam hal ini fasilitas dapat disamakan dengan

sarana yang ada di sekolah. Sedangkan dalam kamus besar Bahasa

Indonesia, fasilitas adalah segala hal yang dapat memudahkan perkara

(kelancaran tugas dan sebagainya) atau kemudahan.

Menurut Slameto (2013: 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah lauku

yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dalam lingkungannya. Berbeda dengan Ertiana (2014 : 10) yang

berpendapat belajar merupakan proses untuk memperoleh kecakapan,

keterampilan dan sikap yang baru sebagai hasil pengalaman individu untuk

mencapai suatu tujuan.

Menurut Prihatin (2017: 445) fasilitas belajar adalah salah satu faktor

dari luar diri siswa yang mempunyai peranan penting dalam mendukung

kegiatan belajar siswa baik di rumah maupun di sekolah. Ketika fasilitas

12
belajar lengkap dan dimanfaatkan secara optimal oleh siswa maka akan

mampu meningkatkan hasil belajar siswa yang baik.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas diambil kesimpulan bahwa

yang dimaksud fasilitas belajar adalah suatu peranan yang sangat penting

dalam meningkatkan proses pembelajaran yang bermutu sehingga

terbentuk suatu niat dari dalam diri sendiri untuk melangsungkan

pembelajaran dengan baik.

b. Macam-macam fasilitas belajar

Menurut Bafadal dalam Yulieta dan Sutriono (2017: 1049) “fasilitas

belajar adalah semua perangkatan peralatan, bahan dan perabot yang secara

langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah”. Benda-benda

tersebut dapat digolongkan sebagai berikut Muhsin dalam Yulieta

(2017:1049):

1. Ditinjau dari fungsinya terhadap proses belajar-mengajar dibagi

menjadi dua yaitu:

a. berfungsi tidak langsung merupakan prasarana yang kehadirannya

tidak begitu menentukan untuk mencapai tujuan pendidikan.

Misalnya ruang kelas, lab komputer, perpustakaan dan sebagainya.

b. berfungsi langsung merupakan sarana belajar yang kehadirannya

sangat menentukan untuk mencapai tujuan pendidikan. Misalnya

bangunan dan lokasi/tempat.

13
2. Ditinjau dari jenisnya terdapat dua jenis fasilitas, yaitu:

a. Fasilitas fisik atau fasilitas material, yaitu segala sesuatu yang

berwujud benda mati atau yang mempunyai peran untuk

memudahkan atau melancarkan proses pembelajaran.

b. Fasilitas non-fisik, yaitu sesuatu yang bukan benda mati yang tak

kalah mempunyai peranan penting untuk memudahkan dan

melancarkan suatu usaha, seperti manusia, jasa dan uang.

3. Ditinjau dari sifat barangnya terdapat beberapa jenis, yaitu:

a. Barang bergerak atau barang berpindah dikelompokkan menjadi

barang habis pakai dan barang tidak habis pakai. Barang habis

pakai adalah barang yang dipergunakan dalam jangka waktu

tertentu dan akan habis sehingga barang tersebut tidak berfungsi

lagi. Contohnya tinta, kertas, spidol, penghapus, dan sebaginya.

Sedangkan barang tidak habis pakai adalah barang-barang yang

masih dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang relatif lama,

tetapi memerlukan perawatan agar selalu siap pakai dengan baik

untuk pelaksanaan tugas. Contohnya alat bantu atau media

pembelajaran dan komputer.

b. Barang tidak bergerak, yaitu barang yang tidak berpindah-pindah

letaknya atau tidak dapat dipindahkan. Contohnya tanah,

bangunan/gedung sekolah, menara, air dan sebagainya

14
Menurut Gie (2004: 47) fasilitas belajar dapat dilihat dari tempat

dimana kegiatan belajar itu dilaksanakan. Berdasarkan tempat kegiatan

belajar dilaksanakan, maka fasilitas belajar dapat dikelompokkan menjadi

dua yaitu :

1. Fasilitas belajar di sekolah


a. Gedung sekolah
Gedung sekolah menjadi central perhatian dan pertimbangan

bagi setiap pelajar yang ingin memasuki suatu lembaga sekolah

tertentu. Karena mereka beranggapan kalau suatu sekolah

mempunyai bangunan fisik yang memadai tentunya para siswa

dapat belajar dengan nyaman dan menganggap sekolah tersebut

sebagai sekolah yang ideal.

b. Ruang belajar di sekolah


Ruang belajar di sekolah adalah suatu ruangan sebagai

tempat terjadinya proses interaksi belajar mengajar antara guru

dengan siswa. Ruang belajar yang baik dan nyaman adalah ruang

belajar yang dapat menciptakan kondisi yang kondusif, karena

ruangan belajar merupakan salah satu unsur penunjang belajar

yang efektif dan menjadi lingkungan belajar yang nantinya

berpengaruh terhadap kegiatan dan keberhasilan belajar. Dengan

demikian letak kelas sudah diperhatikan dan diperhitungkan

terhadap kemungkinan-kemungkinan yang dapat menghambat

15
proses belajar mengajar jika lingkungan belajar yang disediakan

dalam ruangan cukup menyenangkan, maka akan mendorong

peserta didik untuk lebih giat. Sebaliknya jika ruang belajar

menyediakan lingkungan yang kurang atau tidak menyenangkan,

maka kegiatan belajar yang kurang terangsang dan hasilnya

kurang memuaskan.

Secara ideal Menurut Hamalik (2003: 56) ruang belajar harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Pencahayaan serta ventilasi yang baik, karena ruang demikian

akan terasa besar bantuannya dalam kegiatan belajar.

Sebaliknya ruang yang gelap atau memerlukan penerangan

pada siang hari dan pengap tentunya kurang baik bagi

kesehatan dan sedikit-banyak kurang menunjang kepentingan

belajar.

2. Jauh atau keramaian kota, karena hal itu akan mengganggu

konsentrasi anak dalam belajar. Menempati ruang yang

tenang dan jauh dari kegaduhan lebih mendukung anak dalam

belajar.

3. Menjaga kebersihan, kerapian dan keindahan ruangan agar

ruangan sedap dipandang mata.

16
4. Lingkungan tertib dan aman, karena lingkungan yang kurang

aman akan turut mengganggu konsentrasi belajar, bahkan

secara fisik mungkin terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

5. Menciptakan situasi ruang belajar yang nyaman, hal tersebut

di rasa penting guna membantu ketenangan dan kesenangan

belajar serta kenyamanan dan akan membawa kejernihan

suasana dan akan mempengaruhi pula perilaku dan sikap.

6. Ukuran ruang cukup memadai untuk kegiatan belajar, ukuran

ruang kelas hendaknya disesuaikan dengan rancangan

pengembangan instruksional yang sangat efektif untuk belajar

mengajar sehingga daya serap anak didik terhadap suara guru

dapat mendengar dengan baik.

7. Cat tembok, meski tergolong sesuatu yang bersifat subjektif

namun hendaknya pemilihan warna jangan yang bersifat

mencolok.

8. Atur ruangan agar serasi terhadap penempatan meja dan kursi

serta peralatan-peralatan lain, dan jangan biarkan terkesan

semrawut dan berantakan karena akan mempengaruhi motif

belajar.

17
c. Alat Bantu Belajar dan Media Pembelajaran

Alat bantu belajar berfungsi untuk membantu siswa belajar

guna meningkatkan efisiensi dalam belajar, sedangkan media

pengajaran dapat diartikan “sebagai segala sesuatu yang dapat

dipergunakan untuk menyalurkan pesan, merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemuan siswa sehingga dapat mendorong

proses belajar”. Bentuk-bentuk media yang digunakan untuk

meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi kongkrit.

Penggunaan media tidak lain adalah untuk mengurangi verbalisme

agar anak mudah mengerti bahan pelajaran yang disajikan.

d. Perpustakaan Sekolah

Menurut Gie (2004: 89) perpustakaan adalah sebuah

bangunan gedung yang isinya berupa buku-buku dan bahan

bacaan lainnya serta berbagai sumber pengetahuan seperti film,

chalet yang disediakan untuk dimanfaatkan oleh para pengguna.

Dengan demikian perpustakaan berfungsi sebagai sumber

informasi, sebagai sumber referensi guna mempermudah siswa

dalam mengakses sumber belajar.

e. Alat-alat Tulis

Proses belajar tidak dapat dilakukan dengan baik tanpa alat

tulis yang dibutuhkan. Semakin lengkap alat tulis yang dimiliki

18
semakin kecil kemungkinan belajarnya akan terlambat. Alat-alat

tulis tersebut adalah berupa buku tulis, pensil, pena, penggaris,

penghapus, dan alat-alat lain yang berhubungan secara langsung

dengan proses belajar siswa yang perlu dimiliki.

f. Fasilitas-fasilitas lainnya

Disamping macam-macam fasilitas belajar yang sudah

disebutkan diatas, adapula hal-hal lain yang menunjang belajar

siswa antara lain yaitu soal uang, pembiayaan atau kesanggupan

pembiayaan guna pembayaran kebutuhan belajar seperti

pembayaran SPP, juga beberapa fasilitas lain seperti: rak buku, tas

sekolah, transportasi, dan lain-lain.

2. Fasilitas Belajar di rumah


Kelengkapan fasilitas belajar di rumah sangat diperlukan oleh

siswa untuk belajar, misalnya: sarana belajar yang meliputi meja,

kursi, lemari/rak buku, ruangan, alat-alat tulis dan gambar serta

penerangan. Mengenai prasayarat yang harus dipenuhi terkait fasilitas

belajar dirumah agar dikatakan baik bisa juga mengacu pada prasyarat

mengenai fasilitas belajar di sekolah seperti halnya mengenai

ruangan.

19
c. Indikator Fasilitas Belajar

Indikator fasilitas belajar menurut Feriady dan Sunarto (2012: 4) yaitu:


a. Penerangan di kelas

b. Ruang kelas

c. Buku-buku pelajaran

d. Peralatan pembelajaran

e. Ruang belajar di rumah

f. Buku pelajaran dan sumber belajar

g. Peralatan belajar di rumah

Menurut Yonitasari dan Setiyani (2014: 7) indikator fasilitas belajar yaitu :


a. Gedung Sekolah

b. Ruang Kelas

c. Perpustakaan Sekolah

d. Alat Bantu Belajar dan Media Pembelajaran

e. Buku Pelajaran

Berdasarkan kedua pendapat diatas, peneliti mengambil kesimpulan


indikator fasilitas belajar untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Buku Pelajaran

b. Perpustakaan Sekolah

c. Alat bantu dan media pembelajaran

d. Ruang kelas

20
2. Kebiasaan Belajar
a. Pengertian Kebiasaan Belajar
Menurut Djali dalam Ningsih dan Sari (2017: 79) Kebiasaan belajar

adalah “sebagai cara atau teknik yang menetap pada diri siswa pada

waktu menerima pelajaran, membaca buku, mengerjakan tugas dan

pengaturan waktu untuk menyelesaikan kegiatan”.

Sedangkan menurut Dimyati dan Moedjiono dalam

Agustyaningrum dan Suryantini (2016: 187) yang mengatakan bahwa

kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor internal yang

mempengaruhi hasil belajar. Sehingga kebiasaan belajar akan

membudayakan hasil belajar yang baik pula. Apabila pembelajaran sudah

membudaya, maka siswa akan melakukannya dengan senang hati.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar

adalah cara yang sangat penting dalam mencapai hasil belajar yang baik.

Dimana jika mempunyai perilaku yang baik dalam proses pembelajaran

maka hasil belajar yang diperoleh akan memuaskan, sebaliknya jika

mempunyai perilaku yang buruk maka hasil belajar yang diperoleh juga

akan buruk.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Belajar

Menurut Slameto (2013: 5) kebiasaan belajar akan mempengaruhi

diri sendiri. Adapun kebiasaan belajar yang mempengaruhi hasil belajar

adalah :

21
1. Pembuatan jadwal dan pelaksanaannya
Jadwal adalah pembagian waktu untuk sejumlah kegiatan yang

dilaksanakan seseorang setiap harinya. Jadwal juga berpengaruh

terhadap belajar. Agar belajar dapat berjalan dengan baik dan berhasil

seseorang siswa harus mempunyai jadwal yang baik dan

melaksanakannnya dengan teratur/disiplin

2. Membaca dan membuat catatan


Sebagian besar kegiatan belajar dilakukan dengan cara membaca.

Oleh karena itu siswa dituntun membaca dengan baik. Dengan cara

membaca yang baik dan benar maka siswa akan dapat mengingat dan

memahami isi dari materi yang dipelajari.

3. Mengulangi bahan pelajaran


Mengulangi bahan pelajaran besar pengaruhnya dalam belajar, karena

dengan adanya pengulangan (review) terhadap materi yang diajarkan

maka siswa akan mudah mengingat dan memahami materi yang telah

diajarkan. Mengulang pelajaran bisa dilakukan dengan cara membuat

sringkasan atau juga dengan cara mempelajari soal-soal yang dibuat.

Agar dapat mengulang pelajaran dengan baik siswa harus

menyediakan waktu untuk mengulang pelajaran dengan baik siswa

harus menyediakan waktu untuk mengulang dan menggunakan waktu

tersebut dengan waktu sebaik-baiknya sehingga siswa dapat

menghafal dan memahami pelajaran dengan baik.

22
4. Konsentrasi
Konsentrasi merupakan kebiasaan yang besar pengaruhnya terhadap

belajar. Seseorang yang dapat belajar dengan baik adalah orang yang

dapat berkonsentrasi dengan baik. Siswa yang cerdas pada umumnya

mempunyai kemampuan konsentrasi bukanlah bakat yang diperoleh

sejak lahir. Kemampuan konsentrasi merupakan kebiasaan yang dapat

dilatih.

5. Mengerjakan tugas
Mengerjakan tugas merupakan kebiasaan belajar yang mempengaruhi

hasil belajar. Memberikan tugas kepada siswa dilakukan agar siswa

mengulangi pelajaran yang telah diajarkan. Oleh karena itu dengan

selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, siswa akan selalu

mengulang dan melatih apa yang telah dipelajarinya di sekolah,

sehingga siswa akan terbiasa mempelajarinya di rumah dan akan lebih

paham dan mengerti dengan pelajaran yang sudah diajarkan di

sekolah.

Menurut Sulastri (2012: 47) mengemukakan bahwa yang

mempengaruhi kebiasaan belajar berasal dari dalam diri dan luar

individu.

23
Faktor dari dalam individu yang sering mempengaruhi adalah sebagai

berikut :

1. Minat, Motivasi, dan Cita-cita


Pada umumnya siswa yang memiliki kebiasaan malas belajar atau

sering tidak masuk sekolah karena tidak memiliki cita-cita dan

harapan.

2. Pengendalian diri dan emosi


Siswa malas dapat disebabkan siswa tersebut tidak dapat menolak

ajakan teman, perasaan takut, kecewa atau tidak suka kepada guru,

emosi yang tidak stabil seperti mudah tersinggung, murah marah dan

putus asa.

3. Kelemahan fisik, panca indra, dan kecacatan lainnya


Siswa yang memiliki kekurangan fisik kurang dapat berkembang

dengan normal dimungkinkan memiliki sikap dan kebiasaan belajar

kurang baik, siswa ingin diperhatikan, kurang percaya diri dan

sebaliknya sombong sekedar menutupi kekurangannya.

4. Kelemahan mental seperti kecerdasan/ intelegensi dan bakat khusus


Siswa yang memiliki mental yang lemah dapat ditunjukkan dengan

adanya gangguan yang terjadi pada kecerdasan pada saat proses

belajar mengajar dapat disebabkan karena banyaknya faktor-faktor

pendukung seperti kondisi psikologis maupun kondisi lingkungannya.

24
Faktor dari luar individu yang sering mempengaruhi adalah sebagai

berikut.

1. Sikap guru
Guru yang kurang memahami dan mengerti tentang kondisi siswa,

guru tidak adil, kurang perhatian, khususnya pada anak-anak yang

kurang cerdas atau pada siswa yang memiliki gangguan emosi atau

lainnya, guru yang sering marah jika siswa tidak dapat mengerjakan

tugas.

2. Keadaan ekonomi orang tua


Siswa tidak sekolah atau alpa dapat disebabkan siswa tidak memiliki

uang transport untuk ke sekolah karena lokasi sekolah sangat jauh dari

rumah, atau siswa tidak dapat mengerjakan tugas karena tidak

memiliki buku LKS, dan kesulitasn belajar dirumah karena tidak

memiliki buku paket dan kelengakapan belajarnya.

3. Kasih sayang dan perhatian orang tua


Siswa malas pada umumnya berasal dari keluarga yang broken home,

orang tua bercerai, memiliki ibu atau bapak tiri, sehingga orang tua

kurang dapat mencurakan perhatian dan kasih sayang pada anaknya,

anak merasa ditelantarkan, disia-siakan, merasa dirinya tidak berarti.

25
c. Indikator Kebiasaan Belajar
Menurut Agustyaningrum dan Suryantini (2016: 185) indikator kebiasaan
belajar adalah:
1. Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran

2. Kebiasaan dalam memantapkan pelajaran

3. Kebiasaan dalam membaca buku

4. Kebiasaan dalam menghadapi ujian

Menurut Ningsih & Sari (2017: 80) indikator dalam kebiasaan belajar
adalah:
1. Persiapan belajar

2. Cara mengikuti pelajaran

3. Cara belajar kelompok

4. Cara belajar individu

5. Membuat jadwal dan pelakasanaannya

6. Membaca dan membuat catatan

7. Mengulang bahan pelajaran

8. Waktu belajar

Berdasarkan pendapat diatas, disimpulkan bahwa peneliti akan


menggunakan indikator kebiasaan belajar yaitu:
a. Persiapan belajar

b. Membuat jadwal dan pelaksanaannya

c. Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran

d. Cara belajar kelompok

26
3. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Menurut Haris dan Jihad (2013: 14) mengartikan hasil belajar adalah

pencapaian bentuk perubahan tingkah laku siswa yang cenderung menetap

dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang

dilakukan dalam waktu tertentu

Menurut Anni dalam Ika (2014: 373) menyebutkan bahwa hasil

belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah

mengalami kegiatan belajar. Hasil belajar digunakan sebagai bahan acuan

untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan tingkat keberhasilan

siswa dalam menguasai ilmu yang dipelajari sesuai dengan tujuan

pembelajaran.

Dari penjelasan beberapa ahli diatas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik

setelah mengikuti proses pembelajaran, sehingga dari pembelajaran

tersebut siswa dapat mengetahui sejauh mana kemampuan dalam berbagai

aspek yang ditekuninya.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan kebiasaan yang tidak dapat

dipisahkan. Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan

beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut

27
Sudjana (2012: 39), ada beberapa faktor-faktor yang menentukan

pencapaian hasil belajar, yaitu:

1. Faktor intern (yang berasal dari dalam diri) yaitu kemampuan yang

dimilikinya, motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan

belajar, konsep diri, ketekunan, social ekonomi, serta fisik dan psikis.

2. Faktor ekstern (yang berasal dari luar diri) yaitu lingkungan (keluarga,

sekolah, dan masyarakat) dan yang paling dominan adalah kualitas

pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah professional

yang dimiliki oleh guru, yaitu kemampuan dasar guru baik di bidang

kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif), dan bidang perilaku

(psikomotorik).

Menurut Slameto (2013: 54) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar dapat diuraikan dalam dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Yang
termasuk kedalam faktor ini adalah :
a. Faktor jasmani, yaitu meliputi :
1. Faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap

badan beserta bagian-bagiannya/ bebas dari penyakit.

Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan

seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar

seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu

28
jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan

cepat lelah, kurang bersemangat.

2. Cacat tubuh. Yaitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik

atau kurang sempurna mengenai tubuh/ badan.

b. Faktor psikologis, yaitu meliputi intelegensi, perhatian, minat,

bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

1. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam

situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/

menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif,

mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

2. Perhatian adalah keaktifan jiwa yang di pertinggi, jiwa itu pun

semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau

sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil belajar yang

baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan

yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi

perhatian siswa, maka timbullah kebosanan, sehingga ia tidak

suka lagi belajar.

3. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan

dan mengenang beberapa kegiatan. Minat besar pengaruhnya

terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari

29
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar

dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya Tarik baginya .

4. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru

akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesuai belajar

dan berlatih. Jadi jelaslah bahwa bakat itu mempengaruhi

belajar, jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai

dengam bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia

senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi

dalam belajarnya itu.

5. Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan

dicapai. Di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau

tidak, akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat,

sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif itu

sendiri sebagai daya penggerak/ pendorongnya.

6. Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap

untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan belum

berarti anak dapat melaksanakan kegiatan secara terus-

menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran.

7. Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi response atau

bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan

juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan

30
berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan itu

perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa

belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil

belajarnya akan lebih baik.

c. Faktor kelelahan, yang meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh

dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan

dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk untuk

menghasilakan sesuatu hilang.

2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang

termasuk kedalam faktor eksternal adalah:

a. Faktor keluarga. Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga berupa : cara orang tua mendidik, relasi antara anggota

keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b. Faktor sekolah. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini

mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,

relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah pelajaran dan waktu

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan

tugas rumah.

c. Faktor masyarakat. Masyarakat sangat berpengaruh terhadap

belajar siswa karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.

31
Seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang juga

berpengaruh terhadap positif dan negatifnya, pengaruh dari teman

bergaul siswa dan kehidupan masyarakat disekitar siswa juga

berpengaruh terhadap belajar siswa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil

belajar siswa merupakan hasil dari suatu proses atau cara yang di

dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling mempengaruhi sehingga

hasil belajar yang diperoleh siswa bisa dikatakan baik atau buruk.

B. Kajian Penelitian Yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Isni Ischayati tahun 2011 mengenai pengaruh

persepsi mahasiswa mengenai kompetensi dosen dan fasilitas belajar terhadap

motivasi belajar akutansi keuangan menengah pada mahasiswa FKIP-UMS

Progdi pendidikan akutansi angkatan 2008/2009, menunjukkan bahwa hasil

penelitian ada pengaruh persepsi mahasiswa tentang kompetensi dosen dan

fasilitas belajar terhadap motivasi belajar akutansi keuangan menengah pada

mahasiswa FKIP-UMS Progdi pendidikan akutansi angkatan 2008/2009.

Berdasarkan analisis data diperoleh motivasi belajar yang menunjukkan

bahwa: (1) Ada pengaruh persepsi mengenai kompetensi dosen terhadap

motivasi belajar akutansi keuangan menengah pada mahasiswa FKIP-UMS

Progdi pendidikan akutansi angkatan 2008/2009. (2) Ada pengaruh fasilitas

belajar terhadap motivasi belajar akutansi keuangan menengah pada

mahasiswa FKIP-UMS Progdi pendidikan akutansi angkatan 2008/2009. (3)

32
Ada pengaruh persepsi mengenai kompetensi dosen dan fasilitas belajar

terhadap motivasi belajar akutansi keuangan menengah pada mahasiswa

FKIP-UMS Progdi pendidikan akutansi angkatan 2008/2009.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nina Agustyaningrum dan Silfia Suryantini

pada tahun 2016 tentang hubungan kebiasaan belajar dan kepercayaan diri

dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 27 Batam,

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan

belajar dengan hasil belajar matematika siswa dengan nilai korelasi sebesar

0,6 dimana termasuk kategori kuat antara kebiasaan belajar dengan hasil

belajar siswa kelas VIII SMP N 27 Batam.

C. Kerangka Berpikir

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel

independen yaitu fasilitas belajar dan kebiasaan belajar terhadap variabel

dependen yaitu hasil belajar matematika. Untuk mempermudah pelaksanaan

dalam penelitian agar tidak menyimpang dari inti permsalahan maka perlu

dijelaskan suatu kerangka pemikiran sebagai landasan dalam pembahasan.

Fasilitas belajar (x1 ) sebagai variabel bebas (variabel independen)

diperkirakan mempunyai hubungan untuk meningkatkan hasil belajar matematika

(y) siswa SMA Ananda Batam. Adanya fasilitas belajar akan menguntungkan bagi

guru dan siswa dalam mencapai hasil belajar yang tinggi. Dengan menggunakan

fasilitas belajar secara maksimal, mereka akan mampu mengikuti perkembangan

33
ilmu pengetahuan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi kemampuan

dan kemauan siswa dalam menggunakan fasilitas belajar yang ada maka semakin

baik pula hasil belajarnya.

Kebiasaan belajar (x2 ) sebagai variabel bebas (variabel independen)

diperkirakan mempunyai hubungan untuk meningkatkan hasil belajar matematika

(y) siswa SMA Ananda Batam. Kebiasaan belajar terdiri dari berbagai kegiatan

belajar dan usaha yang di lakukan untuk menunjang belajar, seperti cara belajar,

seringnya belajar serata jangka waktu belajar, pengaturan tempat yang dilakukan

secara berulang-ulang dan relatif menetap .

Adapun kerangka pemikiran digambarkan bagan sebagai berikut:

Kelas X SMA Ananda


Batam

Fasilitas Belajar(X1 ) Kebiasaan Belajar(X2 )

Hasil Belajar (Y)

Gambar 1: Kerangka Berpikir

34
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian teoritik di atas, hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai
berikut:
a. H01 : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas

belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ananda

Batam.

Ha1 : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ananda Batam.

b. H02 : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan

belajar terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ananda

Batam.

Ha2 : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan belajar

terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ananda Batam.

c. H03 : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas

belajar dan kebiasaan belajar terhadap hasil belajar matematika siswa

kelas X SMA Ananda Batam.

Ha3 : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara fasilitas belajar

dan kebiasaan belajar secara bersama-sama terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas X SMA Ananda Batam.

35
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah korelasional.

Menurut Siregar (2015: 5) Penelitian korelasional digunakan sebagai alat untuk

menentukan hubungan antara dua data dalam satu penelitian. Penelitian ini

merupakan studi korelasi yang ingin mengetahui hubungan kebiasaan belajar dan

fasilitas belajar dengan hasil belajar matematika siswa.

Desain Penelitian:

𝐱𝟏, 𝐲
(𝐱 𝟏 )

𝐱𝟏, 𝐱𝟐, 𝐲
(𝐘)
𝐱𝟐, 𝐲
(𝐱 𝟐 )

Gambar 2: Desain Penelitian

Keterangan:

x1 : Fasilitas Belajar

x2 : Kebiasaan Belajar

y : Hasil Belajar

36
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan (universum) dari objek penelitian yang

dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai,

peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya (Siregar, 2015: 56).

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa yang yang duduk di kelas

X SMA Ananda Batam yang berjumlah 63 siswa.

Tabel 4: Populasi
No. Kelas Jumlah Siswa
1 X IPA 23
2 X IPS 1 20
3 X IPS 2 20
Jumlah 63

2. Sampel
Menurut Siregar (2015: 57) Sampel adalah suatu prosedur

pengambilan data, dimana hanya sebagian populasi saja yang diambil dan

dipergunakan untuk menetukan sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu

populasi. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

sampel jenuh. Sampel jenuh merupakan teknik penentuan sampel bila

semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel. Teknik ini dilakukan

apabila populasi memiliki anggota yang relatif kecil (Sugiyono, 2015: 68).

Jadi sampel dalam penelitian ini sama dengan populasinya yaitu 63 siswa.

37
C. Identifikasi Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel bebas/independen (X) dan 1

variabel terikat/dependen (Y). Variabel bebas (X) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

bebasnya adalah fasilitas belajar dan kebiasaan belajar, sedangkan variabel

terikatnya (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Hasil

belajar merupakan variabel terikat untuk penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian
1. Teknik Pengumpulan Data
Sugiyono (2015: 193) menjelaskan bahwa “metode pengumpulan data

adalah berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data-data”

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Angket (Kuesioner)

Siregar (2015: 44) Angket adalah suatu teknik pengumpulan

informasi yang memungkinkan analisis mempelajari sikap-sikap,

keyakinan, perilaku, dan karakteristik beberapa orang utama di dalam

organisasi, yang bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau sistem

yang sudah ada. Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk

memperoleh data tentang fasilitas belajar dan kebiasaan belajar siswa.

Angket digunakan untuk mengumpulkan data fasilitis belajar dan

kebiasaan belajar siswa. Fasilitas belajar dan kebiasaan belajar siswa

38
yang diukur dari skor skala fasilitas belajar dan kebiasaan belajar

dengan model skala likert untuk masing-masing variabel dengan

memilih jawaban yang telah disediakan. Menurut Siregar (2015: 50)

skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena

tertentu. Skala likert memiliki 2 bentuk pernyataan, yaitu pernyataan

positif dan negatif. Pernyataan positif diberi skor 5, 4, 3, 2, dan 1,

sedangkan bentuk pernyataan negatif diberi skor 1, 2, 3, 4, dan 5.

Bentuk jawaban skala Likert terdiri dari sangat setuju, setuju, ragu-ragu,

tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Namun pada penelitian ini, peneliti

menggunakan skala likert yang diperbaharui yaitu dengan pernyataan

positif diberi skor 4, 3, 2, dan 1 sedangkan pernyataan negatif diberi

skor 1, 2, 3, dan 4. Pedoman penskoran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5: Pedoman penskoran angket fasilitas belajar dan kebiasaan


belajar.
No. Pernyataan Sikap Positif Negatif
1 Sangat Setuju 4 1
2 Setuju 3 2
3 Kurang Setuju 2 3
4 Tidak Setuju 1 4

Kisi-kisi instrument awal yang disajikan pada bagian ini merupakan

kisi-kisi dalam mengukur variabel fasilitas belajar dan kebiasaan belajar

siswa.

39
1) Kisi-kisi angket fasilitas belajar (𝐗 𝟏 )
Tabel 6: Kisi-kisi angket fasilitas belajar (𝐗 𝟏 )
No. No.
No Indikator Pernyataan Pernyataan Total
. Positif Negatif
1 Buku pelajaran
Perpustakaan
2
Sekolah
Alat bantu dan
3
media pembelajaran
4 Buku Pelajaran
TOTAL

2) Kisi-kisi angket kebiasaan belajar


Tabel 7: Kisi-kisi angket kebiasaan belajar
No. No.
No. Indikator Pernyataan Pernyataan Total
Positif Negatif
1 Persiapan belajar
Membuat jadwal dan
2
pelaksanaannya
Kebiasaan dalam
3
mengikuti pelajaran
Cara belajar
4
kelompok
TOTAL

b. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah suatu cara pengumpulan data yang diperoleh

dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-catatan yang tersimpan,

baik itu berupa catatan nilai dan lain sebagainya sebagai sumber data.

Metode dokumentasi ini dilaksanakan mulai senin tanggal 26 Maret 2018

dimulai dengan penyerahan surat izin observasi penelitian. Selanjutnya

40
pihak Ananda memberi konfirmasi waktu pada hari kamis tanggal 29

Maret 2018 untuk mencari data lebih lagi yaitu jumlah siswa dan

beberapa pertanyaan singkat menyangkut pembelajaran matematika,

faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dan beberapa hal penting

untuk menguatkan latar belakang. Hasil belajar matematika sebagai

variabel depent (variabel terikat) diperoleh dengan cara menggunakan

metode dokumentasi

E. Teknik Analisis Instrumen


Instrumen yang digunakan untuk mengukur fasilitas belajar dan kebiasaan

belajar adalah dengan angket. Maka agar informasi akurat, jelas dan tidak keliru,

diperlukan uji instrument yaitu uji validitas dan reliabilitas.

1. Uji validitas instrumen


Untuk mengetahui apakah butir-butir yang diuji cobakan dapat

digunakan untuk mengukur responden yang sebenarnya maka perlu adanya

uji validitas. Menurut Sugiyono (2017: 267) Validitas adalah derajat

ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang

dapat dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data

“yang tidak berbeda” antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data

yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Validitas dalam penelitian

ini menggunakan validitas construct dimana angket yang telah dibuat

berdasarkan indikator masing-masing variabel. Uji validitas dalam penelitian

41
ini menggunakan teknik korelasi product moment dengan rumus yang di

kemukakan oleh Siregar (2015: 77), yaitu:

𝑛(∑ 𝑋𝑌) − (∑ 𝑋)(∑ 𝑌)


𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
√[𝑛(∑ 𝑋 2 ) − (∑ 𝑋)2 ][𝑛(∑ 𝑌 2 ) − (∑ 𝑌)2 ]

Keterangan :
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = Koefisien korelasi
n = Jumlah responden
X = Skor variabel
Y = Skor total dari variabel untuk responden ke-n
Apabila 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar atau sama dengan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf

signifikan 𝛼 = 5%, maka butir pernyataan angket tersebut valid. Namun,

jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih kecil dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka butir pernyataan angket tidak valid

(Arikunto, 2013: 213).

Untuk mempermudah perhitungan validitas, maka dibantu dengan

menggunakan software SPSS versi 22 for windows.

2. Uji Reliabilitas Instrumen


Sugiyono (2015: 121) mengemukakan hasil penelitian yang reliabel, bila

terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Dalam penelitian ini, uji

reliabilitas dilakukan dengan menggunakan teknik alpha croncbach. Rumus

alpha cronbach digunakan untuk menentukan apakah suatu instrumen

penelitian reliabel atau tidak, bila jawaban yang diberikan berbentuk skala

atau tidak atau jawaban responden yang menginterpretasikan penilaian sikap.

42
Kriteria suatu instrument penelitian dikatakan reliable jika 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih

besar dari 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikan 5%.

Rumus koefisien Alpha Cronbach sebagai berikut (Siregar, 2015: 90):

a. Menentukan nilai varians setiap butir pertanyaan

(∑ 𝑋𝑖 )2
∑ 𝑋𝑖 2 −
𝑛
𝜎𝑖2 =
𝑛

b. Menentukan nilai varians total

(∑ 𝑋)2
∑ 𝑋2 −
𝑛
𝜎𝑖2 =
𝑛

c. Menentukan reliabilitas instrument

𝑘 ∑ 𝜎𝑏2
𝑟11 = [ ] [1 − 2 ]
𝑘−1 𝜎𝑡

Keterangan :
n = Jumlah sampel
Xi = Jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
∑X = Total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan
σ2t = Varian total
∑ σ2b = Jumlah varian butir
k = Jumlah butir pertanyaan
r11 = Koefisien reliabilitas instrumen
Kriteria suatu instrument dinyatakan reliabel dengan menggunakan teknik

ini apabila koefisien reliabilitas (𝑟11 ) > 0,6 (Siregar, 2015:93).

43
F. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis digunakan untuk mengetahui apakah analisis data

untuk pengujian hipotesis dapat dilanjutkan atau tidak. Pada penelitian ini uji

yang digunakan adalah uji normalitas dan uji hipotesis.

1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah uji prasyarat tentang kelayakan data untuk

dianalisis dengan menggunakan statistic parametrik atau statistik

nonparametrik. Melalui uji ini, sebuah data hasil penelitian dapat

diketahui distribusi normal atau tidak normal. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov (Siregar,

2015: 148). Fungsi uji normalitas dengan Kolmogorov smirnov adalah

untuk mengetahui data distribusi normal atau tidak. Apabila data

berdistribusi normal, maka statistik yang digunakan yaitu parametrik.

Statistik parametrik merupakan statistik yang digunakan apabila data

berdistribusi normal.

Untuk mempermudah dalam perhitungan, maka dibantu oleh software

SPSS versi 22 for windows (Siregar, 2015: 163), sebagai berikut:

a. Masuk ke program spss

44
b. Klik Variabel view pada spss data editor

c. Klik data view pada spss data editor

d. Klik Analysis → Descriptive statisticts → Explore

e. Pengisian (masukkan jawaban responden ke dependent list)

f. Klik Plot→steam and test → histogram → normalitas with tests→ok

Kaidah keputusan dengan sotware SPSS versi 22 sebagai berikut:

a) Jika probabilitas (sig.) ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal

b) Jika probabilitas (sig.) ≤ 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.

2. Uji Linieritas
Tujuan dilakukan uji linieritas pada penelitian ini adalah untuk

mengetahui apakah antara variabel terikat yaitu hasil belajar (Y) dan

variabel bebas yaitu fasilitas belajar dan kebiasaan belajar (X)

mempunyai hubungan linier.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bantuan SPSS versi

22, dengan langkah-langkah Siregar (2015: 184) sebagai berikut:

1. Masuk ke Program SPSS

2. Klik Variabel View pada SPSS Data Editor

3. Pengisian Data

4. Pengolahan Data

5. Klik Statistics

6. Kemudian Klik Options

45
7. Kemudian Tekan OK untuk Memproses Data

3. Uji Hipotesis
a. Uji hipotesis 1 dan 2
1. Korelasi Sederhana
Koefisien korelasi sederhana digunakan untuk mengetahui

kekuatan dan arah hubungan antara dua variabel. Untuk

menghitung korelasi parsial digunakan rumus sebagai berikut

(Siregar, 2015: 339):

1) Menghitung nilai korelasi X1 terhadap Y

𝑛(∑ 𝑋1 𝑌) − (∑ 𝑋1 )(∑ 𝑌)
𝑟𝑋1.𝑌 =
√[𝑛. (∑ 𝑋12 ) − (∑ 𝑋1 )2 . [𝑛. (∑ 𝑌 2 ) − (∑ 𝑌)2 ]]

2) Menghitung nilai korelasi X2 terhadap Y

𝑛(∑ 𝑋2 𝑌) − (∑ 𝑋2 )(∑ 𝑌)
𝑟𝑋2.𝑌 =
√[𝑛. (∑ 𝑋22 ) − (∑ 𝑋2 )2 . [𝑛. (∑ 𝑌 2 ) − (∑ 𝑌)2 ]]

Keterangan :
𝑟𝑋1.𝑌 : Korelasi antara variabel X1 dengan variabel Y
𝑟𝑋2.𝑌 :Korelasi antara variabel X2 dengan variabel Y
r : Korelasi Product Moment
X1 : Fasilitas Belajar
X2 : Kebiasaan Belajar
Y : Hasil Belajar
Pengujian dilakukan menggunakan bantuan komputer program

SPSS statistics 22 for windows.

Interpretasi dari nilai r koefisien korelasi dapat dilihat pada

tabel.

Tabel 8. Tingkat Korelasi dan Kekuatan Hubungan

46
No Nilai Korelasi Tingkat Hubungan
1 0,00 – 0,199 Sangat Lemah
2 0,20 – 0,399 Lemah
3 0,40 – 0,599 Cukup
4 0.60 – 0,799 Kuat
5 0,80 – 1,00 Sangat Kuat
Sumber : Siregar (2015: 337)

2) Uji Signifikansi Korelasi Sederhana


Uji signifikan koefisien korelasi digunakan untuk menguji

apakah hubungan yang terjadi itu berlaku untuk populasi (dapat

digeneralisasi). Analisis perbandingan satu variabel bebas

dikenal dengan Uji t dimana Uji t bertujuan untuk mengetahui

perbedaan variabel yang dihipotesiskan. Uji t ini memiliki rumus

yaitu (Siregar, 2015: 340):

r√n − 2
t hitung =
√1 − (r)2

Keterangan:
t hitung : Harga yang dihitung berdasarkan t tabel
r : Nilai koefisien korelasi
n : Jumlah sampel
Kaidah pengujian dengan taraf signifikan α = 5% adalah:

a. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak & data signifikan, ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

b. Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima & data tidak signifikan,

tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

47
b. Uji Hipotesis 3
1) Koefisien Korelasi Berganda
Menghitung nilai korelasi secara simultan:

b1 ∑ x1 y + b2 ∑ x2 y
R X1.X2.Y = √
∑ y2

Keterangan :
R X1.X2.Y : Koefisien antara variabel X1 , X2 dengan Y
R : Korelasi Product Moment
𝑏1 , 𝑏2 : konstanta
X1 : Fasilitas Belajar
X2 : Kebiasaan Belajar
Y : Hasil Belajar
Dimana pengujian dilakukan menggunakan bantuan

komputer program SPSS statistics 22 for Windows.

2) Uji Signifikan hubungan antara variabel bebas dengan


variabel terikat
Signifikan hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat secara simultan digunakan untuk menguji signifikan atau

tidaknya hubungan lebih dari satu variabel yang diuji dengan

menggunakan Uji F dengan menggunakan rumus Siregar (2015:

353):

R2X1.X2
m
Fhitung = (1−R2X1.X2 )
n−m−1

48
Keterangan:
Fhitung : Nilai F yang dihitung
𝑅2 : Nilai koefisien korelasi ganda
m : Jumlah variabel bebas
n : Jumlah sampel
Taraf signifikan α = 5%

Kaidah pengujian:

a. Jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak & data signifikan, ada

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

b. Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima & data tidak signifikan,

tidak ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Selanjutnya apabila diketahui signifikansi korelasi ganda maka

ditarik kesimpulan bahwa terdapat atau tidak terdapat

hubungan antara X1 , X2 terhadap Y.

49

Anda mungkin juga menyukai