Anda di halaman 1dari 10

MINI RISET

ELEKTROKIMIA
“PENENTUAN KADAR FLAVONOID DALAM DAUN BELIMBING WULUH
(AVERRHOA BILIMBI L.) DENGAN METODE KOLOMETRI ”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Matakuliah Elektrokimia

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3


Desi Heriyanti Nasution ( 4162210002 )
Fakta Ideal Zega ( 4172210004 )
Intan Ayu Safitri ( 4161210006 )
Ivan Daniel Sitepu ( 4163210009 )
Jumaida Sari Nasution ( 4162210005 )
Sumiati Br Nainggolan ( 4163210020 )
Verayanti Tanjung ( 4163210021 )

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan tanaman yang sering ditemukan di
pekarangan rumah. Di Indonesia,daun belimbing wuluh banyak dimanfaatkan sebagai obat
tradisional. Kandungan senyawa kimia dalam daun belimbing wuluh yaitu tanin, flavonoid,
alkaloid, saponin, kalium, asam sitrat danglikosida (Hayati dkk., 2010;Royet al.,
2011;Panjaitan dkk., 2017). Senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun belimbing wuluh
dapat membentuk senyawa kompleks, salah satu zat aktif tersebut adalah tanin.
Untuk itu perlu dikembangkan metode standardisasi simplisia, salah satunya adalah
dengan penetapan kadar salah satu kandungan senyawa. Dari penelitian sebelumnya diketahui
bahwa daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) memiliki kandungan senyawa flavonoid
sehingga dapat dijadikan sebagai senyawa marker.
Penentuan jumlah flavonoid total ekstrak etanol daun Belimbing Wuluh (Averrhoa
bilimbi L.) adalah secara kolorimetri komplementer atau menggunakan metode yaitu metode
alumunium klorida untuk menentukan golongan flavon dan flavonol.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah apakah penetapan
flavonoid dalam daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) secara kolometri dengan
pereaksi AlCl3 didapat hasiL yang lebih tinggi?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah menentukan kandungan flavonoid dalam daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) secara metode kolometri dengan pereaksi AlCl3 .

1.4 Manfaat Penelitian


Dari penelitian ini diharapkan dapat:
1. Menambah wawasan di bidang ilmu pengetahuan mengenai penetapan kadar flavonoid
secara kolorimetri dengan pereaksi AlCl3 yang efektif.
2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan jika hendak dilakukan penelitian sejenis
maupun penelitian pengembangan dari penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)


Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu spesies dalam keluarga
belimbing (Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari daerahAmerika tropik. Tanaman
ini tumbuh baik di negara asalnya,sedangkan diIndonesia banyak dipelihara di pekarangan dan
kadang–kadang tumbuh secara liar diladang atau tepi hutan (Thomas, 2007).Tanaman ini
mudah sekali tumbuh dan berkembang melalui cangkok atau persemaian biji. Jika ditanam
lewat biji,pada usia 34 tahun sudah mulai berbuah. Jumlah setahun bisa mencapai 1.500 buah
(Mario, 2011).Pohon belimbing wuluh bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5–10 m.
Batang utamanya pendek,berbenjolbenjol, cabangnya rendah dan sedikit (Masripah, 2009).

Gambar 1 Buah Belimbing Wuluh

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu spesies dalam keluarga
belimbing (Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman
ini tumbuh baik di negara asalnya, sedangkan di Indonesia banyak dipelihara di pekarangan
dan kadang–kadang tumbuh secaraliar diladang atau tepi hutan (Thomas, 2007). Tanaman ini
mudah sekali tumbuhdan berkembang melalui cangkok atau persemaian biji. Jika ditanam
lewat biji,pada usia 34 tahun sudah mulai berbuah. Jumlah setahun bisa mencapai 1.500 buah
(Mario, 2011).Pohon belimbing wuluh bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5–10 m.
Batang utamanya pendek, berbenjolbenjol, cabangnya rendah dan sedikit (Masripah, 2009).
Gambar 2 Pohon Buah Belimbing Wuluh

Klasifikasi ilmiah belimbing wuluh adalah (Dasuki, 1991)


Kingdom :Plantae
Subkingdom :Tracheobionta
Divisio :Magnoliophyta
Kelas :Dicotyledone
Sub kelas :Rosidae
Ordo :Geraniales
Familia :Oxalidaceae
Suku :Oxalidaceae
Genus :Averrhoa
Spesies :Averrhoa bilimbi L

2.2 Kandungan Senyawa Kimia dalam Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Buah belimbing wuluh(Averrhoa blimbi L.) memiliki kandungan kimia yaitu alkaloid,
flavonoid, tanin, steroid, saponin, triterpenoid (Lathifah, 2008). Ekstrak daun belimbing wuluh
mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin (Anggraini dan Oktadoni,2016). Tanin
yang paling dominan pada tanaman belimbing wuluh adalah tanin terkondensasi. Bunga
belimbing wuluh mengandung senyawa kimia yang bersifat antibakteri seperti saponin,
flavonoid dan polifenol (Ardananurdin, 2004). Kandungan kimia dalam daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) dapatdilihat pada Tabel berikut
Kandungan Kimia dalam Daun Belimbing Wuluh(Averrhoa bilimbi L.)
KandunganKomponen (%)
Saponin 10,0
Tanin 6,0
Sulfur 2,5
Kalium Oksalat 17,5
Peroksida 1,0
Glukosida 14,5
Tabel 1 Kandungan Kimia dalam Daun Belimbing Wuluh(
(Sumber :Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006)

2.3 Metode Ekstraksi


Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda. Prinsip ekstraksi adalah melarutkan
senyawa polar dalam pelarut polar dan senyawa non polar dalam senyawa non polar. Secara
umum ekstraksi dilakukan secara berturutturut mulai dengan pelarut non polar (nheksan)
lalu pelarut yang kepolarannya menengah (etil asetat), kemudian pelarut yang bersifat polar
misalnya metanol atau etanol (Harborne, 1987).
Berdasarkan bentuk fase yang diekstraksi, ekstraksi digolongkan dalam dua jenis yaitu
ekstraksi cair–cair dan ekstraksi cair-padat. Untuk cair-cair dapat menggunakan corong pisah,
sedangkan ekstraksi cair-padat terdiri dari beberapa cara yaitu maserasi, perkolasi, dan
sokletasi (Harborne, 1987).
Maserasi berasal dari bahasa latin macerase berarti mengairi dan melunakkan. Maserasi
merupakan cara ekstraksi yang paling sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyariakan menembus dinding sel dan masuk
ke dalam rongga sel simplisia yang mengandung zat aktif, kemudian zat aktif akan larut.
Simplisia yang akan diekstraksi ditempatkan dalam wadah bersama larutan penyari yang telah
ditetapkan, wadah ditutup rapat kemudian dikocok berulang–ulang sehingga memungkinkan
pelarut masuk ke seluruh permukaan simplisia (Ansel, 1989). Sedangkan jika dalam keadaan
diam, akan menyebabkan turunnya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis, pada suatu
maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut. Semakin besar perbandingan
simplisia terhadap cairan pengekstraksi, akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigh,
1994). Keuntungan metode ekstraksi ini, adalah metode ini lebih mudah dikerjakan dan biaya
yang lebih relatif murah.
2.4 Struktur dan kegunaan flavonoid
Tokusoglu dkk. (2003) mengemukakan flavonoid mempunyai aktivitas antara lain
sebagai agen antiinflamasi, antioksidan dan antialergi. Selain itu, flavonoid juga memiliki
aktivitas sebagai antivirus dan antikarsinogenik (Harborne, 1994). Flavonoid merupakan
senyawa pereduksi yang baik dan banyak menghambat reaksi oksidasi dan bertindak sebagai
penangkap radikal yang baik dari radikal hidroksi dan superoksida (Robinson,1995). Aktivitas
sebagai antioksidan dimiliki oleh sebagian besar flavonoid disebabkan oleh adanya gugus
hidroksi fenolik dalam struktur molekulnya. Ketika bereaksi dengan radikal bebas, flavonoid
membentuk radikal baru yang distabilkan oleh efek resonansi benzen.

Gambar 3 Kerangka Dasar Flavonoid

2.5 Metode kuantifikasi flavonoid


Metode kuantifikasi flavonoid klasik yang paling banyak digunakan adalah kolorimetri
atau spektrofotometri, dengan menggunakan pereaksi AlCl3 (Bruneton, 1999). Aluminium
klorida digunakan sebagai pereaksi pengompleks dengan gugus orto-dihidroksi dan
menimbulkan pergeseran khas menuju pita panjang gelombang tinggi yang berguna pada
analisis beberapa golongan flavonoid (Robinson, 1995). Pereaksi AlCl3 dan flavonoid akan
membentuk kompleks tahan asam antara gugus hidroksi dan keton yang bertetangga.
Sedangkan dengan gugus hidroksi pada kedudukan orto, kompleks yang terjadi tidak tahan
asam (Mursyidi, 1990).

2.6 Kolorimetri
Metode kolorimetri dapat digunakan untuk penetapan kadar flavonoid yaitu dengan
menggunakan pereaksi AlCl3. Terjadi kompleks tahan asam antara gugus hidroksi dan keton
yang bertetangga dengan pereaksi AlCl3 dan membentuk kompleks tidak tahan asam dengan
gugus ortohidroksi pada flavonoid. Oleh karena itu, pereaksi AlCl3 digunakan untuk
mendeteksi kedua gugus tersebut (Mursyidi, 1990).
Penetapan kadar secara kolorimetri harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain
(Vogel, 1994):
1.Selektivitas reaksi warna
2.Kesebandingan antara warna dan kadar
3.Kestabilan warna
4.Reprodusibilitas
5.Kejernihan larutan
6.Sensitivitas
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2019 sampai Oktober 2019 di Laboratorium
Penelitian Kimia Universitas Negeri Medan.

3.2 Alat dan Bahan


Alat: Alat-alat gelas yang biasa dipergunakan di laboratorium, cawan penguap, krus silikat,
penangas air,timbangan analitik (Sartorius BL 210 S), botol semprot, termometer, cawan
penguap, krus silikat, desikator, tanur (Nabertherm-Germany), oven (Memmert),stopwatch,
spektrofotometer (Shimadzu.UV-Visible Spektrophotometer 1601).
Bahan : Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), air suling, etanol redestilasi, metanol
redestilasi, asam sulfat, alumunium (III) klorida LP, kertas saring, kalium hidroksida, asam
klorida, kertas saring, kalium asetat, toluen, pereaksi Dragendorff, pereaksi Mayer, serbuk
magnesium, amil alkohol, besi (III) klorida, gelatin, pereaksi Lieberman Bourchard, vanilin
asam sulfat, naringenin murni, kuersetin murni, reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin.

3.3 Metodologi Penelitian


Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) diperoleh dari daerah Unimed
dideterminasi diLaboratorium Biologi USU. Bahan disiapkan hingga menjadi simplisia dan
dilakukan penetapan karakteristiknya meliputi pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan
mikroskopik, penetapan kadar air simplisia, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu
larut air, penentuan kadar abu tidaklarut asam, penetapan kadar sari larut air dan penetapan
kadar sari larut etanol. Penapisan fitokimia meliputi pemeriksaan alkaloid, flavonoid, tanin,
polifenolat, saponin, kuinon, monoterpenoid/seskuiterpenoid dan steroid/triterpenoid.
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara ekstraksi dingin yaitu secara maserasi
dengan alat pengaduk dalam pelarut etanol 95% kemudian diaduk pada kecepatan 200 rpm
selamadelapan jam selama tiga hari.
Penentuan jumlah flavonoid total ditentukan secara kolorimetri komplementer
terhadapekstrak etanol daun buah merah dengan dua metode kolorimetri, yaitu: metode klorida
dan metode 2,4dinitrofenilhidrazin. Setelah diperoleh jumlah flavonoid dari masing-masing
metode tersebut kemudian ditentukan jumlah flavonoid totalnya dengan menjumlahkan
kandungan flavonoid dari kedua metode tersebut.
Penentuan jumlah flavonoid metode alumunium klorida:
1.Pembuatan larutan ujiekstrak etanol yaitu 1,0 g serbuk simplisia dalam 25 mL etanol 95%.
Kemudian diaduk selama delapan jam dengan menggunakan alat pengaduk pada kecepatan
200 rpm selama tiga hari, kemudian disaring, filtrat yang diperoleh di adetanol 95% sampai
25,0 mL.
2.Pembuatan kurva kalibrasi dengan kuersetin sebagai pembanding. Dibuat serangkaian
larutan kuersetin dalam etanol dengan konsentrasi40, 60, 80, 100, dan 120 μg/mL. Sejumlah
0,5 mL dari masing-masing larutan, dicampur dengan 1,5 mL etanol 95%;0,1 mL alumunium
klorida 10%, 0,1 mL kalium asetat 1M dan 2,8 mL aquadest. Diinkubasikan pada suhu kamar
selama 30 menit. Diukur serapannya dengan spektrofotometer uv-vis pada panjang gelombang
maksimum yaitu438 nm.
3.Penentuan jumlah flavonoid dari larutan uji ekstrak etanol daun buah merah. Sejumlah 0,5
mL ekstrak etanol sampeldiperlakukan sama seperti pada pembuatan kurva kalibrasi.
Kemudian dihitung kadar flavonoidnya.
4.Perhitungan untuk menentukan jumlah flavonoid dengan metode kolorimetri alumunium
korida dihitung dengan menggunakan persamaan :
F1 = CxVxFx10-6 x100%m
Keterangan :
F 1 = Jumlah flavonoid dengan metode alumunium klorida,
C= Kesetaraan kuersetin (.g/mL),
V = Volume total ekstrak etanol (mL),
F = Faktor pengenceran (2),
m = Berat sampel (g)
Penentuan Flavonoid Metode kolorimetri 2,4-dinitrofenilhidrazin
1.Pembuatan reagen 2,4-dinitrofenilhidrazin: Ditimbang seksama 1,0 gram 2,4-
dinitrofenilhidrazin dilarutkan dalam 2 mL asam sulfat 96% dan diencerkan sampai 100 mL
dalam labu ukur dengan metanol.
2.Pembuatan kurva kalibrasi dengan naringenin sebagai pembanding. Dibuat serangkaian
larutan naringenin dalam metanol dengan konsentrasi 400, 800, 1000 dan 1200 μg/mL.
Sejumlah 1,0 mL dari masing-masing larutan yang telah dilarutkan, ditambahkan 24mL reagen
2,4dinitrofenilhidrazin 1%. Diinkubasikanpada suhu 500C selama 50 menit. Setelah dingin
pada suhu kamar, ditambahkan KOH 10% dalam metanol sampai 10 ml dalam labu ukur.
Dipipet 1,0 mL dari campuran tersebut diatas, ditambah metanol sampai 10,0 mL. Diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum yaitu 494 nm.Blanko 1,0 mL larutan
pembanding diganti dengan methanol 1,0 mL dan prosedur seterusnya diperlakukan sama
seperti diatas. Kemudian dibuat kurva kalibrasi.
3.Penentuan jumlah flavonoid dari ekstrak etanoldaun buah merah. Diambil 1,0 mL
ekstraketanol kemudian diperlakukan sama seperti pada pembuatan kurva kalibrasi. Kemudian
dihitung kadar flavonoidnya.Perhitungan untuk menentukan jumlah flavonoid dengan metoda
kolorimetri 2,4-dinitrofenilhidrazin dihitung dengan menggunakan persamaan :
F2 = CxVxFx10-6x100%m
Keterangan :
F2 = Jumlah flavonoid dengan metode 2,4 -dinitrofenilhidrazin ,
C =Kesetaraan naringenin (.g/mL),
V =Volume total ekstrak etanol (mL),
F = Faktor pengenceran (1),
m =Berat sampel (g)
Perhitungan Jumlah Flavonoid Total Jumlah flavonoid total daun buah merah dihitung
dengan menggunakan persamaan :
FT = F1 + F2.
Keterangan :
F 1 = Jumlah flavonoid dengan metode alumunium klorida,
F 2 = Jumlah flavonoid dengan metode 2,4 –dinitrofenilhidrazin,
FT = Jumlah flavonoid total

Anda mungkin juga menyukai