ELEKTROKIMIA
“PENENTUAN KADAR FLAVONOID DALAM DAUN BELIMBING WULUH
(AVERRHOA BILIMBI L.) DENGAN METODE KOLOMETRI ”
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) merupakan salah satu spesies dalam keluarga
belimbing (Averrhoa). Diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman
ini tumbuh baik di negara asalnya, sedangkan di Indonesia banyak dipelihara di pekarangan
dan kadang–kadang tumbuh secaraliar diladang atau tepi hutan (Thomas, 2007). Tanaman ini
mudah sekali tumbuhdan berkembang melalui cangkok atau persemaian biji. Jika ditanam
lewat biji,pada usia 34 tahun sudah mulai berbuah. Jumlah setahun bisa mencapai 1.500 buah
(Mario, 2011).Pohon belimbing wuluh bisa tumbuh dengan ketinggian mencapai 5–10 m.
Batang utamanya pendek, berbenjolbenjol, cabangnya rendah dan sedikit (Masripah, 2009).
Gambar 2 Pohon Buah Belimbing Wuluh
2.2 Kandungan Senyawa Kimia dalam Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
Buah belimbing wuluh(Averrhoa blimbi L.) memiliki kandungan kimia yaitu alkaloid,
flavonoid, tanin, steroid, saponin, triterpenoid (Lathifah, 2008). Ekstrak daun belimbing wuluh
mengandung flavonoid, saponin, triterpenoid dan tanin (Anggraini dan Oktadoni,2016). Tanin
yang paling dominan pada tanaman belimbing wuluh adalah tanin terkondensasi. Bunga
belimbing wuluh mengandung senyawa kimia yang bersifat antibakteri seperti saponin,
flavonoid dan polifenol (Ardananurdin, 2004). Kandungan kimia dalam daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) dapatdilihat pada Tabel berikut
Kandungan Kimia dalam Daun Belimbing Wuluh(Averrhoa bilimbi L.)
KandunganKomponen (%)
Saponin 10,0
Tanin 6,0
Sulfur 2,5
Kalium Oksalat 17,5
Peroksida 1,0
Glukosida 14,5
Tabel 1 Kandungan Kimia dalam Daun Belimbing Wuluh(
(Sumber :Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006)
2.6 Kolorimetri
Metode kolorimetri dapat digunakan untuk penetapan kadar flavonoid yaitu dengan
menggunakan pereaksi AlCl3. Terjadi kompleks tahan asam antara gugus hidroksi dan keton
yang bertetangga dengan pereaksi AlCl3 dan membentuk kompleks tidak tahan asam dengan
gugus ortohidroksi pada flavonoid. Oleh karena itu, pereaksi AlCl3 digunakan untuk
mendeteksi kedua gugus tersebut (Mursyidi, 1990).
Penetapan kadar secara kolorimetri harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain
(Vogel, 1994):
1.Selektivitas reaksi warna
2.Kesebandingan antara warna dan kadar
3.Kestabilan warna
4.Reprodusibilitas
5.Kejernihan larutan
6.Sensitivitas
BAB III
METODE PENELITIAN