DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
Penulis
6 April 2019
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................... II
Daftar Isi..................................................................................................................... III
Bab II : Pembahasan..................................................................................................... 2
a. Definisi Diare................................................................................................... 2
b. Etiologi Diare……………………................................................................... 2
c. Manifestasi klinis……………………………………………………………. 3
d. Pemeriksaan diagnostic……………………………………………………… 5
e. Penatalaksanaan medis………………………………………………………. 5
f. Pengkajian teori……………………………………………………………… 6
g. Diagnosa keperawatan……………………………………………………….. 6
h. Intervensi keperawatan………………………………………………………. 7
BAB III : WOC diare …………….............................................................................. 13
BAB IV : Konsep tumbuh kembang………………………………………………… 14
BAB V : Penutupan………………………………………………………………… 17
a. Kesimpulan....................................................................................................... 17
b. Saran................................................................................................................. 17
Daftar Pustaka.............................................................................................................. 18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
b. Tujuan
1
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Definisi Diare
Etiologi diare sebagian besar adalah infeksi intestinal oleh virus, bakteri,
parasite, dan Candida. Pada makalah ini akan dibahas tentang infeksi intestinal
oleh beberapa bakteri, diantaranya: Escherichia coli, shingella, salmonella, dan
vibrio cholera. Penyakit diare akut dapat disebabkan oleh beberapa faktor:
1. Infeksi
a) Virus
Merupakan penyebab diare akut terbanyak pada anak (70 – 80%).
Rotavirus serotype 1, 2, 8,dan 9 : pada manusia. Serotype 3 dan 4
didapati pada hewan dan manusia, dan serotype 5, 6, dan 7 didapati
hanya pada hewan. Norwalk virus : terdapat pada semua usia, umumnya
akibat fool borne atau water borne transmisi, dan dapat juga terjadi
penularan person to person.
b) Bakteri
Enterotoxigenic E.coli (ETEC) Mempunyai 2 faktor virulensi yang
penting yaitu faktor kolonisasi yang menyebabkan bakteri ini melekat
pada enterosit pada usus halus dan enterotoksin (heat labile (HL) dan
heat stabile (ST) yang menyebabkan sekresi cairan dan elektrolit yang
2
menghasilkan watery diarrhea. ETEC tidak menyebabkan kerusakan
brush border atau menginvasi mukosa. Enterophatogenic E.coli (EPEC)
Mekanisme terjadinya diare belum jelas. Didapatinya proses perlekatan
EPEC ke epitel usus menyebabkan kerusakan dari membran mikro vili
yang akan mengganggu permukaan absorbsi dan aktifitas disakaridase.
Shigella menginvasi dan multiplikasi sel epitel kolon, menyebabkan
kematian sel mukosa dan timbulnya ulkus. Shigella jarang masuk ke
dalam aliran darah. Faktor virulensi termasuk: smooth
lipopolysaccharide cell-wall antigen yang mempunyai aktifitas
endotoksin serta membantu proses invasi dan toksin yang bersifat
sitotoksik dan neurotoksik dan mungkin menimbulkan watery diarrhea
(Zeinª, 2004).
c) Protozoa
Entamoeba histolytica prevalensi Disentri amoeba ini bervariasi, namun
penyebarannya di seluruh dunia. Insidennya meningkat dengan
bertambahnya umur, dan terutama pada laki-laki dewasa. Kira-kira 90%
infeksi asimtomatik yang disebabkan oleh E.histolytica non patogenik.
Amobiasis yang simtomatik dapat berupa diare yang ringan dan
persisten sampai disentri yang fulminant (Zeinb, 2004).
Cryptosporidium Di negara yang berkembang, cryptosporidiosis 5 –
15% dari kasus diare pada anak. Infeksi biasanya simtomatik pada bayi
dan asimtomatik pada anak yang lebih besar dan dewasa. Gejala klinis
berupa diare akut dengan tipe watery diarrhea, ringan dan biasanya self
limited. Pada penderita dengan gangguan sistim kekebalan tubuh seperti
pada penderita AIDS, cryptosporidiosis merupakan reemerging disease
dengan diare yang lebih berat dan resisten terhadap beberapa jenis
antibiotik (Zeinª, 2004).
2. Malabsorbsi karbohidrat, lemak, dan protein
3. Makanan basi, beracun, makanan pedas.
4. Psikologis contohnya rasa takut dan cemas (Arif dkk, 2000).
c. Manifestasi klinis
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang
disertai wial dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih
asam akibat banyaknya asam laktat.
3
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit
menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan
disertai penurunan berat badan.
a) Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dan BB, turgor masih baik,
penderita belum jatuh dalam keadaan pre syok, haus.
b) Dehidrasi sedang : kehilangan cairan 5-8% dari BB, turgor kulit
menurun, UUB cekung, mata cowong, nadi cepat, nafas cepat dan
dalam (kusmaul), penderita jatuh pada pre syok/syok.
c) Dehidrasi berat: kehilangan cairan 8-10 % dari BB, turgor jelek,
kesadaran turun (apatis sampai koma), otot kaku, sianosis, nadi cepat,
nafas cepat dan dalam, penderita jatuh pada pre syok/syok.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun,
denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis,
samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan
cepat dan dalam. (Kusmaul).
Akibat paling fatal dari diare yang berlangsung lama tanpa rehidrasi yang
adekuat adalah:
Keluhan dan gejala ini disebabkan oleh deplesi air yang ocialc. Karena
kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam karbonat
berkurang mengakibatkan penurunan Ph darah yang merangsang pusat
4
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam
(pernapasan Kussmaul).
d. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Hassan dan Alatas (1998) pemeriksaan laboratorium pada diare
adalah:
1. Feses
a. Makroskopis dan Mikroskopis
b. Ph dan kadar gula pada tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest,
bila diduga terdapat intoleransi gula.
c. Biakan dan uji resisten.
2. Pemeriksaan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
Ph dan cadangan alkalin atau dengan analisa gas darah.
3. Ureum kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Elektrolit terutama natrium, kalium dan fosfor dalam serium.
5. Pemeriksaan Intubasi deudenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau
parasit.
e. Penatalaksanaan medis
Perbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan dehidrasi
Pengetahuan dan pemahaman mengenai proses yang menyebabkan
terjadinya diare memungkinkan klinis untuk mengembangkan terapi obat
5
yang paling efektif. Campuran yang seimbang antara glukosa dan elektrolit
dalam volume yang setara dengan cairan yang hilang dapat mencegah
terjadinya dehidrasi (Goodman dan Gilman, 2003).
Terapi diare didasarkan pada diagnosa yang tepat dan penggantian cairan
dan elektrolit yang hilang dan juga penggunaan obat-obat antidiare yang
spesifik, dan juga menghindari makanan dan obat-obat yang dapat
menyebabkan timbulnya diare, seperti obat laksatif, antasida dan obat-obat
yang mempengaruhi motilitas usus (Watts, 1984).
Prinsip pengobatan adalah menghilangkan kausa diare dengan memberikan
antimikroba yang sesuai dengan etiologi, terapi supportive atau fluid
replacement dengan intake cairan yang cukup atau dengan Oral Rehidration
Solution (ORS) yang dikenal sebagai oralit, dan tidak jarang pula diperlukan
obat simtomatik untuk menyetop atau mengurangi frekwensi diare.
f. Pengkajian teori
g. Diagnosa keperawatan
1. Resiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan dan elektrolit.
2. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi diusus.
3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara
aktif.
6
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan intake makanan
5. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan iritasi karena defekasi
yang sering dan feses yang cair.
h. Intervensi keperawatan
7
- Magnesium serum
dbn - PH darah serum
dbn
2. Gangguan Setelah diberikan NIC :
pertukaran gas b.d tindakan keperawatan - Airway Management
perubahan pasien dapat - Buka jalan nafas,
membran alveolar- mempertahankan gunakan tehnik chin lift
kapiler pertukaran gas yang atau jawthrust bila perlu
kuat - Posisikan pasien untuk
NOC : memaksimalkan pentilasi
- Respiratory Status : - Identifikasi pasien
Gas Exchange perlunya pemasangan
- Respiratory Status : alat jalan nafas buatan
Ventilation - Pasang mayo bila perlu
- Vital Sign Status - Lakukan fisioterapi
dada jika perlu
Kriteria hasil : - Lakukan suction pada
- Mendemonstrasikan mayo
peningkatan pentilasi - Berikan pelembab
dan oksigenasi yang udara
adekuat. - Respiratory Monitoring
- Memelihara - Monitor rata-rata,
kebersihan paru-paru kedalaman, irama dan
dan bebas dari tanda- usaha respirasi
tanda distress - Catat pergerakan dada,
pernafasan. amati kesimetrisan,
- Mendemonstrasikan penggunaan otot
batuk efektif dan suara tambahan, retraksi otot
nafas yang bersih, tidak supraclavitural dan
ada sianosis dan intercostal
dyspneu (mengeluarkan - Monitor pola nafas:
sputum, mampu bradipena, takipenia,
8
bernafas dengan kusmaul, viperpentilasi,
mudah, tidak ada cheyne stokes, biot.
pursed lips). - Catat lokasi trakhea.
- Tanda-tanda vital
dalam rentang normal.
3. Diare b.d proses Setelah dilakukan NIC:
infeksi, inflamasi tindakan keperawatan - Diarhae Menagement
diusus. 3x24 jam di harapkan - Evaluasi efek samping
Diare pada pasien pengobatan terhadap
teratasi. gastrointestinal
NOC : - Ajarkan pasien untuk
- Bowel elimination menggunakan obat anti
- Fluid balance diare
- Hydration - Evaluasi intake
- Electrolyte and acid makanan yang masuk
base balance - Identifikasi faktor
penyebab dari diare
- Monitor tanda dan
gejala diare
Kriteria hasil : - Observasi turgor kulit
- Fases berbentuk, BAB secara rutin
sehari sekali tiga kali - Ukur diare/keluaran
- Menjaga daerah BAB
sekitar rectal dari iritasi - Hubungi dokter jika ada
- Tidak mengalami kenaikan bising usus
diare - Menjelaskan - Monitor persiapan
penyebab diare dan makanan yang aman
rasional tindakan
- Mempertahankan
turgor kulit
4. Kekurangan Setelah dilakukan NIC :
volume cairan b.d tindakan keperawatan - Fluid management
9
kehilangan cairan 3x24 jam diharapkan - Timbang
secara aktif pasien tidak kekurangan popok/pembalut jika
cairan diperlukan
NOC : - Pertahankan catatan
- Fluid balance intake dan output yang
- Hydration akurat
- Nutritional Status : - Monitor status hidrasi
Food and fluid intake (kelembaban membran
mucosa, nadi adekuat,
Kriteria hasil : tekanan darah,
- Mempertahankan artostatik), jika
urine output sesuai diperlukan
dengan usia dan BB , - Monitor vital sign
BJ urine normal, HT - Monitor status nutrisi
normal - Monitor memasukan
- Tekanan darah, nadi, makanan/cairan dan
suhu tubuh dalam batas hitung intake kalori
normal harian
- Tidak ada tanda-tanda - Dorong masukan oral
dehidrasi, elastisitas - Berikan penggantian
turgor kulit baik, nesogatrik sesuai output
membran mucosa - Dorong keluarga untuk
lembab, tidak ada rasa membantu pasien makan
haus yang berlebihan - Kolaborasi dengan
dokter
5. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan NIC :
nutrisi kurang dari tindakan keperawatan - Nutrition management
kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan - Kaji adanya alergi
b.d penurunan nutrisi pasien terpenuhi makanan
intake makanan NOC : - Kolaborasi dengan ahli
- Nutritional Status : gizi untuk menentukan
food and fluid intake
10
- Nutritional Status : jumlah kalori dan nutrisi
nutrient intake yang dibutuhkan pasien
- Weight control - Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake fe
Kriteria hasil : - Anjurkan pasien untuk
- Adanya peningkatan meningkatkan protein
berat badan sesuai dan vitamin C
dengan tujuan - Berikan supstansi gula
- Berat badan ideal - Monitor jumlah nutrisi
sesuai tinggi badan dan kandungan kalori
- Mampu - Berikan informasi
mengidentifikasi tentang kebutuhan nutrisi
kebutuhan nutrisi - Kaji kemampuan pasien
- Tidak ada tanda-tanda untuk mendapatkan
malnutrisi nutrisi yang dibutuhkan
- Menunjukan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
- Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti
6. Kerusakan Setelah dilakukan NIC :
integritas kulit tindakan keperawatan - Pressure management
yang b.d iritasi 3x24 jam diharapkan - Anjurkan pasien untuk
karena defekasi pasien tidak terjadi menggunakan pakaian
yang sering dan infeksi. yang longgar
feses yang cair. NOC : - Hindari kerutan pada
- Tissue Integrity: Skin tempat tidur
and mucous membranes - Jaga kebersihan kulit
- Hemodyalis akses agar tetap bersih dan
kering
11
Kriteria Hasil : - Mobilisasi pasien (ubah
- Integritas kulit yang posisi pasien) setiap dua
baik bisa di jam sekali
pertahankan (sensasi, - Monitor kulit akan
elastisitas, temperatur, adanya kemerahan.
hidrasi, pigmentasi) - Oleskan lotion atau
- Tidak ada luka/lesi minyak/baby oil pada
pada kulit daerah yang tertekan
- Perfusi jaringan baik - Monitor status nutrisi
- Menunjukan pasien
pemahaman dalam - Memandikan pasien
proses perbaqikan kulit dengan sabun dan air
dan mencegah hangat
terjadinya cedera
berulang
- Mampu melindungi
kulit dan
mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami
12
BAB III
WEB OF CAUTION
Pergeseran air
Isi rongga dan elektrolit ke Penyerapan
usus rongga usus makanan
DIARE
Kehilangan Kerusakan
cairan&elektrolit integritas kulit Mual, muntah
berlebihan perianal
Nafsu makan&BB
13
BAB IV
KONSEP TUMBUH KEMBANG
14
berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya sekitar 5 cm/tahun dan
penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun (Nursalam, 2008).
3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak
Cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga
terhambat. Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal
dengan mengambil rerata 3 kali pengukuran sebagai standar
(Chamidah, 2009). Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata adalah 34-
35 cm dan lingkar kepala ini lebih besar daripada lingkar dada. Pada
anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun
47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm. Jadi, pertambaha lingkar
kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm, atau sekitar 50%
pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa terjadi 6 bulan
pertama kehidupan. (Soetjiningsih, 2013).
B. Perkembangan
1) Perkembangan motorik kasar, aspek perkembangan lokomosi
(gerakan) dan postur (posisi tubuh). Pada usia 6 bulan, bila bayi
didudukkan di lantai, bayi bisa duduk sendiri tanpa disokong tetapi
punggung masih membungkuk, bayi mampu berguling sebagai
aktivitas yang disadari sehingga untuk mencapai benda dengan jarak
dekat, bayi dapat berguling-guling. Kontrol kepala bayi muncul lebih
dulu pada posisi tengkurap, sehingga bayi lebih dahulu berguling dari
posisi terlentang.
2) Perkembangan motorik halus, kemampuan motorik halus dipengaruhi
oleh matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang
baik, fungsi visual yang akurat, dan kemampuan intelek nonverbal.
Pada usia 6 bulan bayi mampu memindahkan objek dari tangan satu ke
tangan lainnya, bayi juga mampu meraih dan mengambil benda dengan
baik, tanpa disertai gerakan simultan pada tangan yang lain, bayi juga
15
mampu memasukkan balok ke dalam gelas tapi tidak bisa mengambil
kembali
3) Perkembangan bahasa, kemampuan untuk memberikan respons
terhadap suara, mulai mengenal kata-kata “da da, pa pa, ma ma”.
4) Perkembangan sosial, banyak dipengaruhi faktor lingkungan
(pengasuhan). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial
dan gaya berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh
gaya orangtua dan lingkungan sosial, bayi akan merasa nyaman
disekitar orang-orang akrab dan timbul kecemasan di sekitar orang
asing. Pada usia ini bayi senang bermain dengan bayi lainnya, dan
sekali- kali ia akan tersenyum dan meniru suara masing-masing, diusia
ini bayi mulai mengenali orang tua.
16
BAB V
PENUTUPAN
a. Kesimpulan
b. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
18