Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI

ACARA VII
MENGUKUR SUHU UDARA
Arum Sekar Kedhaton (17405244005/B1)

A. Tujuan
1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu udara.
2. Mahasiswa dapat melakukan analisis hasil pengukuran.

B. Dasar teori

Secara fisis suhu dapat didefinisikan sebagai tingkat gerakan molekul benda,

makin cepat gerakan molekul, makin tinggi suhunya. Suhu dapat juga didefinisikan

sebagai tingkat panas suatu benda. Panas bergerak dari sebuah benda yang

mempunyai suhu tinggi ke benda dengan suhu rendah. Untuk menyatakan suhu udara

dipakai berbagai skala. Dua skala yang sering dipakai dalam pengukuran suhu udara
adalah skala Farenheit yang dipakai di negara Inggris dan skala Celcius atau skala
perseratusan (centigrade) yang dipakai oleh sebagian besar negara di dunia (Tjasyono,

2004: 12). Suhu merupakan karakteristik inherent, dimiliki suatu benda yang

berhubungan dengan panas dan energi. Jika panas dialirkan pada suatu benda, maka

suhu benda tersebut akan meningkat, sebaliknya suhu benda tersebut akan turun jika
benda yang bersangkutan kehilangan panas (Lakitan, 1994: 89).

Suhu udara berubah sesuai dengan tempat dan waktu. Pada umumnya suhu
maksimum terjadi sesudah tengah hari, biasanya antara jam 12.00 dan jam 14.00, dan

suhu minimum terjadi pada jam 06.00 waktu lokal atau sekitar matahari terbit. Suhu

udara harian rata-rata didefinisikan sebagai rata-rata pengamatan selama 24 jam (satu

hari) yang dilakukan tiap jam. Di Indonesia suhu harian rata-rata dapat dihitung

dengan persamaan :
2𝑇7 + 𝑇13 +𝑇18
𝑇=
4

dengan :

𝑇 : suhu harian rata-rata

1
𝑇7 , 𝑇13 , 𝑇18 : pengamatan suhu udara pada jam 07.00, jam 13.00, dan jam

18.00 WIB atau waktu lokal


Secara kasar, suhu udara harian rata-rata dapat dihitung dengan menjumlah suhu
maksimum (𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 ) dan suhu minimum (𝑇𝑚𝑖𝑛 ) lalu dibagi dua :
𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 +𝑇𝑚𝑖𝑛
T=
2

Distribusi suhu udara dapat dinyatakan dengan isotherm, yaitu garis yang

menghubungkan tempat yang mempunyai suhu sama (Tjasyono, 2004: 13).


C. Alat dan bahan

Alat:

1. Thermometer untuk mengukur suhu udara.

2. Alat tulis untuk mencatat hasil pengukuran.

Bahan: -

D. Langkah kerja

1. Meletakkan thermometer.

2. Menggantungkan thermometer selama 10 menit.

3. Melihat angka yang ditunjukkan oleh thermometer.

4. Mencatat hasil pengukuran.

E. Hasil dan Pembahasan

Hasil

Berikut ini adalah hasil praktikum yang diperoleh berdasarkan pengukuran :

Tabel 7.1 Data pengukuran suhu udara.

Ketinggian Kondisi
No Hari Tempat Waktu Suhu
Tempat Lingkungan
Banyak
pohon,
Pukul
banyak 30o
07.00
bangunan,
Taman cerah
Minggu, 29
1. Ganesha, FIS 130 mdpl
Oktober 2017 Banyak
UNY
pohon,
Pukul
banyak 34o
13.00
bangunan,
cerah

2
Banyak
pohon,
Pukul
banyak 28o
18.00
bangunan,
berawan

Banyak
pohon,
Pukul
banyak 28o
07.00
bangunan,
cerah

Banyak
Taman pohon,
Senin, 30 banyak Pukul
2. Ganesha, FIS 130 mdpl 32o
Oktober 2017 bangunan, 13.00
UNY
cerah
berawan

Banyak
pohon,
Pukul
banyak 28o
18.00
bangunan,
cerah

Banyak
pohon,
Pukul
banyak 24o
07.00
bangunan,
cerah

Banyak
Kamis, 2 Taman pohon,
Pukul
3. November Ganesha, FIS 130 mdpl banyak 36o
13.00
2017 UNY bangunan,
cerah

Banyak
pohon,
Pukul
banyak 27o
18.00
bangunan,
berawan
Banyak
Jumat, 3 Taman pohon,
Pukul
4. November Ganesha, FIS 130 mdpl banyak 29o
07.00
2017 UNY bangunan,
cerah

3
Banyak
pohon,
Pukul
banyak 34o
13.00
bangunan,
cerah

Banyak
pohon,
Pukul
banyak 29o
18.00
bangunan,
berawan
Dekat
dengan
bangunan,
Pukul
banyak 25o
07.00
pohon
bambu, cerah
berawan
Dekat
dengan
Rabu, 1 bangunan,
Pukul
5. November Cangkringan 390 mdpl banyak 28o
13.00
2017 pohon
bambu, cerah
berawan
Dekat
dengan
bangunan,
Pukul
banyak 25o
18.00
pohon
bambu, cerah
berawan

Banyak
Pukul
pohon jati, 29o
07.00
Dusun mendung
Dunggubah,
Banyak
Sabtu, 28 Desa Duwet, Pukul
6. 163 mdpl pohon jati, 29o
Oktober 2017 Wonosari, 13.00
hujan deras
Gunung
Kidul Banyak
Pukul
pohon jati, 30o
18.00
berawan

4
Tabel 7.2 Data hasil perhitungan suhu udara rata-rata.

No Hari Tempat Suhu rata-rata


2𝑥30+34+28
𝑇= =
1. Minggu, 29 Oktober 2017 Taman Ganesha, FIS UNY 4
30.5o

2𝑥28+32+28
𝑇= =
2. Senin, 30 Oktober 2017 Taman Ganesha, FIS UNY 4
29o
2𝑥24+36+27
𝑇= =
3. Kamis, 2 November 2017 Taman Ganesha, FIS UNY 4
27.75o
2𝑥29+34+29
𝑇= =
4. Jumat, 3 November 2017 Taman Ganesha, FIS UNY 4
30.25o
2𝑥25+28+25
𝑇= =
5. Rabu, 1 November 2017 Cangkringan 4
25.75o

Dusun Dunggubah, Desa


𝑇=
2𝑥29+29+30
=
6. Sabtu, 28 Oktober 2017 Duwet, Wonosari, Gunung 4
29.25o
Kidul

Pembahasan

Berdasarkan praktikum pengukuran suhu udara yang telah dilakukan, diperoleh

hasil seperti pada tabel di atas. Tabel pertama menunjukkan hasil pengukuran suhu
yang dilakukan pada waktu dan tempat berbeda namun dalam periode yang sama.

Praktikum dilakukan selama enam hari, dilakukan di tiga tempat berbeda, dan

dilakukan sebanyak tiga periode dalam satu hari, yaitu pada pukul 07.00, 13.00 dan
18.00. Praktikum pertama dilakukan di Dusun Dunggubah, Desa Duwet, Wonosari,

Gunung Kidul pada hari Sabtu, 28 Oktober 2017.

Kabupaten Gunung Kidul tepatnya di merupakan daerah dataran tinggi, dimana

ketinggian yang dimiliki oleh Dusun Dunggubah, Desa Duwet, Wonosari adalah 163
mdpl. Pada lokasi pertama ini, disekelilingnya terdapat banyak vegetaasi, yaitu pohon
Jati. Pada periode pertama yaitu pada pukul 07.00, kondisi cuaca saat itu adalah

mendung. Thermometer kemudian digantungkan selama 10 menit, setelah itu air raksa
akan mengukur suhu lingkungan. Adapun suhu lingkungan yaitu sebesar 29 o celcius.

Periode kedua adalah pada pukul 13.00 pada lokasi yang sama, suhu udara sebesar
29o celcius. kondisi cuaca pada periode kedua ini berbeda, karena saat itu terjadi hujan

5
deras. Dan pada periode ketiga suhu udara terhitung sebesar 30 o celcius dimana suhu
cuaca pada saat itu berawan.

Praktikum kedua dilakukan di lokasi berbeda yaitu di Taman Ganesha, FIS UNY
selama 4 hari. Hari pertama dilakukan pada Hari Minggu, 29 Oktober 2017. Periode
pertama yaitu pada pukul 07.00 dengan kondisi cuaca cerah, tercatat suhu udara
sebesar 30o celcius. Periode kedua, yaitu pukul 13.00 dengan kondisi cerah, suhu udara

sebesar 34o celcius. Sedangkan pada periode ketiga yaitu pada pukul 18.00 dengan

kondisi cuaca berawan, suhu udara sebesar 28o celcius. kondisi lingkungan di Taman
Ganesha FIS UNY adalah berada di sekitar bangunan dan banyak pepohonan.
Hari kedua, masih pada lokasi yang sama, yaitu pada hari Senin, 30 Oktober 2017,

pada pukul 07.00 suhu udara sebesar 28o celcius. pada saat itu kondisi cuaca cerah.

Adapun pada periode kedua yaitu pada pukul 13.00 suhu udara mencapai 32 o celcius

dalam kondisi cerah berawan, dan periode terakhir yaitu pada pukul 18.00 suhu udara

adalah sebesar 28o celcius dalam kondisi cerah.

Praktikum hari ketiga yang dilakukan di Taman Ganesha FIS UNY dilakukan pada

hari Kamis, 2 November 2017. Perngukuran suhu udara masih dilakukan dengan tiga
periode waktu, yaitu periode pertama dilakukan pada pukul 07.00 dalam kondisi cerah,
thermometer mencatat suhu sebesar 24o celcius. Pada pukul 13.00, suhu udara

mencapai 36o celcius. kondisi cuaca pada saat itu adalah cerah. Dan periode ketiga

yaitu pada pukul 18.00 suhu udara turun menjadi 27o celcius dengan kondisi cuaca

berawan.
Hari keempat dilakukan pada hari Jumat, 3 November 2017. Pada pukul 07.00,

kondisi cuaca cerah, suhu udara sebesar 29o celcius. Pada pukul 13.00, suhu udara
mencapai 34o celcius dengan kondisi cuaca cerah tak berawan. Dan pada periode

terkahir yaitu pada pukul 18.00, suhu udara turun menjadi 29 o celcius. Adapun kondisi

cuaca saat itu adalah berawan dan cendurung mendung.

Praktikum selanjutnya dilakukan di lokasi berbeda yaitu di Cangkringan pada hari

Rabu, 1 November 2017. Cangkringan merupakan daerah dataran tinggi. Daerah ini
memiliki ketinggian 390 mpdl. Periode pertama dilakukan pada waktu yang sama yaitu

pada pukul 07.00. Kondisi cuaca pada saat itu cerah berawan, dan suhu tercatat

sebesar 25o celcius. Pada periode kedua yaitu pada pukul 13.00 dalam kondisi cerah

6
berawan, suhu udara mencapai 28o celcius. Dan periode pengukuran terakhir pada
pukul 18.00 dalam kondisi cuaca cerah berawan suhu udara sebesar 28o celcius.

Tabel kedua menunjukkan hasil suhu harian rata-rata dengan rumus :


2𝑇7 + 𝑇13 +𝑇18
𝑇= , perhitungan suhu harian rata-rata pada praktikum pertama yang
4

juga hari pertama yaitu pada 28 Oktober 2017 di Dusun Dunggubah, Desa Duwet,

Wonosari, Gunung Kidul yaitu sebesar 29.25o celcius. Pada praktikum kedua yaitu di

Taman Ganesha FIS UNY, hari pertama yaitu pada tanggal 29 Oktober 2017 suhu

udara sebesar 30.5o celcius, hari kedua pada 30 Oktober 2017 adalah sebesar 29 o
celcius, hari ketiga yaitu pada 2 November 2017 sebesar 27.75o celcius dan hari

keempat pada 3 November 2017, suhu udara mencapai 30.25o celcius. Praktikum

berikutnya di Cangkringan pada 1 November 2017 suhu rata-rata sebesar 25,75o


celcius.

Berdasarkan periode pengukuran suhu yang dilakukan Selama tiga kali dalam

satu hari, dapat kita ketahui bahwa periode pertama yaitu pukul 07.00 suhu udara

relatif rendah. Pada periode kedua yaitu pukul 13.00 suhu udara mengalami kenaikan

dan turun kembali pada periode ketiga yaitu pukul 18.00. Perbedaan suhu yang
dihasilkan pengukuran tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain vegetasi,

bangunan, cuaca, ketinggian tempat, kelembaban, uap air, kecepatan angin, kualitas
dan intensitas penyinaran matahari, dan albedo.

Vegetasi merupakan tumbuh-tumbuhan yang hidup disuatu daerah, seperti

pepohonan. Vegetasi mempengaruhi tinggi rendahnya suhu karena vegetasi

berhubungan dengan kelembaban udara. Semakin banyak vegetasi pada suatu darah
maka suhu daerah tersebut akan semakin rendah. Aktivitas makhluk hidup seperti

transpirasi mempengaruhi suhu juga jika pepohonan tersebut rimbun, maka akan
melindungi dan menghalangi suatu daerah dari sinar matahari secara langsung,

sehingga suhu menjadi berkurang.

Bangunan merupakan faktor lain yang juga mempengaruhi pengukuran suhu


udara. Faktor ini berhubungan dengan penyinaran matahari. Bangunan menjadi salah

satu penyebab terhambatnya sinar matahari untuk langsung mengenai daerah


tertentu. Hal tersebut menyebabkan perbedaan suhu pada daerah yang terkena panas
matahari secara langsung dengan yang terhalang bangunan. Bagian yang terhalang

7
bangunan akan lebih rendah suhunya dibandingkan daerah yang terkena matahari
secara langsung.

Cuaca adalah faktor berikutnya yang mempengaruhi suhu udara. Faktor ini
berhubungan dengan kondisi dan letak awan. Faktor ini juga terkait dengan
penyinaran matahari. Ketika cuaca cerah dan tanpa awan, maka kualitas penyinaran
matahari menjadi baik dan suhu akan meningkat. Sedangkan ketika cuaca sedang

berawan atau cenderung mendung atau bahkan hujan maka suhu akan rendah. Cuaca

cerah dan cerah berawan menghasilkan suhu yang berbeda. Meskipun cuaca cerah
berawan, intensitas matahari terbilang tinggi, namun dengan adanya awan
menyebabakan sinar matahari terhalang untuk mencapai permukaan bumi sehingga

suhu udara menjadi berkurang dibandingkan dengan cuaca cerah yang tidak terdapat

penghalang berupa awan.

Faktor berikutnya adalah ketinggian tempat. Ketinggian tempat mempengaruhi

suhu udara karena faktor ini juga berkaitan dengan kelembaban udara. Semakin tinggi

tempat maka suhu udara akan semakin rendah. karena semakin tinggi tempat maka

kemampuan udara untuk menyerap uap air maka akan semakin rendah, sehingga suhu
menjadi semakin rendah pula.
Faktor lainnya adalah kelembaban udara. Kelembaban udara sangat

mempengaruhi suhu pada suatu wilayah. Kelembaban relatif udara menunjukkan

ketidakmampuan udara untuk menyimpan uap air. Hal tersebut dapat dirumuskan

dengan semakin tinggi kelembaban relatif suatu tempat maka kemampuan udara
untuk menyimpan udara akan semakin kecil sehingga suhu udara semakin rendah.

Kandungan uap air pada suatu wilayah merupakan faktor yang juga
mempengaruhi tinggi rendahnya suhu pada suatu wilayah. Uap air yang banyak

mengindikasikan suhu rendah pada suatu daerah. Uap air ini berkaitan dengan faktor

kelembaban dan ketinggian tempat serta kecepatan angin. Semakin banyak

kandungan uap air pada suatu daerah maka semakin rendah pula suhunya.

Kecepatan angin juga dapat mempengaruhi suhu di suatu tempat. Hal itu
dikarenakan jika kecepatan angin pada suatu tempat tinggi maka kemampuan angin

untuk mengangkat uap air juga tinggi, sehingga lingkungan sekitar menjadi kering.

Hal itu berdampak pada suhu udara. Kecepatan angin berkaitan erat dengan uap air.

8
Maka semakin tinggi kecepatan angin, uap air akan semakin cepat terangkat naik dan
suhu lingkungan akan bertambah kering dan mengalami peningkatan.

Faktor selanjutnya adalah penyinaran matahari. Faktor ini merupakan salah satu
faktor utama dalam tinggi rendahnya suhu pada suatu wilayah. Matahari adalah
sumber panas bumi. Matahari yang menjadi faktor penentu panas di bumi. Kualitas
dan intensitas penyinaran matahari yang tinggi menyebabkan suhu bumi memanas.

Maka segala faktor penentu suhu tentu berhubungan dengan penyinaran matahari.

Jika suatu tempat memperoleh kualitas dan intensitas penyinaran matahari yang tinggi
maka tempat tersebut akan memiliki suhu udara yang tinggi.
Albedo merupakan kemampuan suatu medium untuk memantulkan panas

matahari. Semakin tinggi albedo suatu tempat maka semakin sedikit panas yang

diserap. Contohnya adalah daratan, daratan memiliki albedo tinggi sehingga panas

yang dipantulkan lebih banyak daripada yang diserap, sedangkan lautan memiliki

albedo rendah sehingga panas yang diserap lebih banyak daripada panas yang

dipantulkan. Pada suatu daerah akan lebih panas jika suatu daerah banyak memiliki

medium yang mampu menyerap panas.


F. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Suhu pada daerah satu dengan daerah lainnya tidak sama.

2. Suhu udara harian dapat diketahui dengan mengukur suhu di tiga periode waktu,

yaitu pada pukul 07.00, 13.00, 18.00.


2𝑇7 + 𝑇13 +𝑇18
3. Untuk menghitung suhu harian dengan menggunakan rumus 𝑇 = .
4

4. Suhu udara dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain vegetasi, bangunan,

cuaca, ketinggian tempat, kelembaban, uap air, kecepatan angin, kualitas dan

intensitas penyinaran matahari, dan albedo.


G. Daftar Pustaka
Lakitan, Benyamin. 1994. Dasar-dasar Klimatologi. Jakarta. PT Rajagrafindo.

Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. Bandung. ITB.

Anda mungkin juga menyukai