LP Dermatitis
LP Dermatitis
OLEH :
NIM : P07120116068
SEMESTER :V
NIM : P07120116068
Ruangan : Jamrud
Mengetahui,
1. Pengertian
2. Epidemiologi
Penyakit alergi merupakan kumpulan penyakit yang sering dijumpai di masyarakat.
Diperkirakan 10-20 % penduduk pernah atau sedang menderita penyakit tersebut. Alergi
dapat menyerang setiap organ tubuh, tetapi organ yang sering terkena adalah saluran napas,
kulit dan saluran pencernaan. Penyakit alergi yang sering dijumpai di Bagian Penyakit Dalam
RSCM Jakarta adalah asma, rinitis, urtikaria dan alergi makanan (Syamsuridjal dan kawan-
kawan, 1994)
3. Etiologi
a. Obat-obatan
b. Zat-zat kimia
4. Faktor Predisposisi
Beberapa hal yang menyulut atau mencetuskan timbulnya alergi disebut faktor
pencetus. Faktor pencetus tersebut dapat berupa faktor fisik seperti dingin, panas atau hujan,
kelelahan, aktifitas berlebihan tertawa, menangis, berlari,olahraga. Faktor psikis berupa
kecemasan, sedih, stress atau ketakutan.
5. Patofisiologi
Faktor lingkungan merupakan factor terpenting . Alergi paling sering menyerang
pada saluran nafas dan saluran pencernaan . Di dalam saluran nafas terjadi inflamasi yang
menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk dan sesak nafas.
6. Gejala klinis
Mata gatal, bersin-bersin, mengeluarkan ingus, batuk, gejala nafas sesak sampai
terjadi serangan asma. Sering pula muncul keluhan mual, muntah dan diare.
7. Pemeriksaan fisik
a. Kulit :Seluruh kulit harus diperhatikan apakah ada peradangan kronik seperti bekas
garukan terutama daerah pipi dan lipatan - lipatan kulit daerah fleksor.
b. Mata :Diperiksa terhadap hyperemia, edema, secret mata yang berlebihan dan
katarak yang sering dihubungkan dengan penyakit atopi ataupun pengobatan
kortikosteroid.
c. Telinga :Telinga tengah dapat merupakan penyulit rhinitis alergi.
d. Hidung :Pada pemeriksaan hidung di bidang alergi ada beberapa tanda yang sudah
baku, walaupun tidak patognomonik misalnya :
1. Allergic salute : pasien menggunakan telapak tangannya menggosok ujung hidungnya
kearah atas untuk menghilangkan rasa gatal dan melonggarkan
sumbatan.
2. Allergic crease : garis melintang akibat lipatan kulit ujung hidung.
3. Allergic shiners : daerah di bawah palpebra inferior menjadi gelap dan bengkak.
4. Allergic facies : terdiri dari pernafasan mulut, allergic shiners dan kelainan gigi geligi.
e. Mulut dan osofaring pada rhinitis allergic, sering terlihat mukosa orofaring kemerahan,
edema atau keduanya.
f. Dada :Diperiksa secara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultrasi baik terhadap
organ paru maupun jantung.
8. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Jumlah leukosit
Biasanya pada penyakit alergi jumlsh leukosit normal, kecuali kalau disertai alergi.
2. Sel eusenofil pada secret, konjungtiva, hidung dan sputum.
3. Serum lgE total.
Meningkatnya serum ini menyokong adanya penyakit alergi, tetapi hanya didapatkan
pada sekitar 60 – 80 % pasien.
4. lgE spesifik
Maksudnya mengukur lgE terhadap allergen tertentu. Ini bisa diperiksa secara invitro
dengan cara RAST ( Radio Allergo Sorbent Test ) keuntungan pemeriksaan ini
dibandingkan test kulit adalah resiko pada pasien tidak ada, hasilnya kuantitatif, tidak
dipengaruhi obat. Sedangakan kerugiannya mahal, hasil tidak segera dapat dibaca dapat
terjadi positif palsu atau negative palsu.
b. Pemeriksaan radiologi
Dengan foto dada ,untuk melihat komplikasi asma dan foto sinus paranasal untuk
melihat komplikasi rhinitis .bila ada kecurigaan rhinitis akut maupun kronik maka
diperlukan pemeriksaan scanning sinus.
9. Prognosis
a. Usia tua
b. Penderita ischemic heart disease
c. Kardiomiopati
d. Hipoksia
e. Asidosis metabolik
f. Gangguan elektrolit (kalium, natrium, magnesium)
g. Obat-obatan (beta-blocker, ACE inhibitor)
1. Pada orang tertentu, cromolyn sodium semprot mencegah alergi rhinitis, inflamasi di
hidung.
2. Decongestan dapat menghilangkan ingus pada sinus. Tersedia dalam bentuk cairan
yang dimasukkan ke mulut dan semprot. Digunakan hanya beberapa hari, namun
terjadi efek samping seperti tekanan darah yang meningkat, detak jantung yang
menguat, dan gemetaran.
12. Penatalaksanaan
Obat-obatan simtomatis seperti pencahar, anti histamine (AH1 dan AH2), ketotifen,
ketotofen, kortikosteroid, serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya dapat mengurangi
gejala sementara bahkan dlamkeadaan tertentu seringkali tidak bermanfaat, umumnya
mempunyai efisiensi rendah. Sedangkan penggunaan imunoterapi dan natrium kromogilat
peroral masih menjadi kontroversi hingga sekarang.
B. Konsep Dasar asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Riwayat keperawatan
Tanyakan tentang pola kebersihan individu sehari-hari ,sarana dan prasarana yang
dimiliki ,serta factor-faktor yang mempengaruhi hygiene personal individu ,baik factor
pendukung maupun factor penghambat.
b. Diagnosa
1. Resiko kerusakan kulit b.d terpapar alergen
Rencana Tindakan
d. Evaluasi
S : Subyektif, merupakan segala yang dikatakan pasien
O : Obyektif, merupakan segala sesuatu yang kita lihat dari pasien
A : Assessment, merupakan implementasi yang sudah tercapai atau belum
P : Planning, merupakan rencana tindakan selanjutnya.