Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

ILMU PENYAKIT BEDAH


HERNIA INGUNIALIS

Oleh :

Felisia Yunita

1522317025

Pembimbing:

dr. Dayu Satriya Wibawa Sp.B

BAG/SMF ILMU PENYAKIT BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

RUMAH SAKIT ISLAM JEMURSARI

SURABAYA

2019

1
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
ANATOMI............................................................................................................... 4
DEFINISI ................................................................................................................. 7
EPIDEMIOLOGI ..................................................................................................... 7
ETIOLOGI ............................................................................................................... 8
PATOFISIOLOGI.................................................................................................... 9
KLASIFIKASI ......................................................................................................... 9
MANIFESTASI KLINIS ....................................................................................... 13
DIAGNOSIS .......................................................................................................... 14
TATALAKSANA .................................................................................................. 18
KOMPLIKASI ....................................................................................................... 35
PROGNOSIS ......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 38

2
BAB I

PENDAHULUAN

Hernia adalah protursi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau

bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia sendiri dibagi menjadi

beberapa jenis baik berdasarkan terjadinya dan letaknya. Berdasarkan terjadinya,

hernia dibagi menjadi hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatana atau

akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya

seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis.

Dari segi epidemiologinya, angka kejadian hernia inguinalis ini mencapai 75

– 80 % dari kejadian hernia lainnya di dinding abdomen. Di Indonesia sendiri

diperkirakan 15% populasi dewasa menderita hernia inguinal, dimana 5 – 8% pada

rentang usia 25 – 40 tahun dan mencapai 45% pada usia 75 tahun. Hernia inguinalis

dijumpai 25 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Kejadian tersebut dapat

berkomplikasi pada hernia inkarserata maupun strangularis yang cukup serius.

Penatalaksanaan hernia secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu tatalaksana

konservatif dan operatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan

reposisi dan pemakaian penyanggah atau penunjang dengan tujuan untuk

mempertahankan isi hernia yang telah di reposisi. Sedangkan prinsip tatalaksana

hernia pada anak adalah herniotomi. Tingkat keberhasilanpenatalaksanaan sangat

bergantung pada ketepatan diagnosis dan tatalaksana ang diberikan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAERAH INGUINAL


Daerah inguinal terbagi menjadi beberapa bagian antara lain

2.2.1 Ligamentum Inguinalis ( Ligamentum Poupart)

Ligamentum inguinalis adalah bagian ligamentous dari aponeurosis

oblikus eksternus abdominis yang melipat ke dalam dan memanjang dari spina

iliaka anterior ssuperior sampai tuberkulum pubis. Titik tengah antara kedua

struktur ini dikenal dengan titik tengah ligamentum inguinalis.

2.2.2 Ligamentum Lakunaris

Beberapa serabut ligamentum inguinalis berjalan ke posterior melekat

ke ramus pubis superior di sebelah lateral tuberkel dan membentuk

4
ligamentum lakunaris. Titik tengah antara spina iliaka anterior superior dan

simfisis pubis disebut dengan titik tengah inguinalis

2.2.3 Kanalis Inguinalis

Kanalis inguinalis mempunyai panjang 4 cm yang memanjang dari

anulus inguinalis profunda sampai anulus inguinalis superfisial. Kanalis

inguinalis berisi funikulus spermatikus, nervus ilioinguinalis, ramus genitalis

nervus genitofemoralis, ligamentum rotundum pada wanita, dan sisa vestigeal

dari kantong prosesus vaginalis. Kanalis inguinalis memiliki beberapa batasan

antara lain

i. Anterior : Aponeurosis oblikus eksterna abdominis dan beberapa

otot conjoined ( terutama oblikus internus abdominis) di sebelah

lateral.

ii. Superior : Serabut yang melengkung dari otot conjoined.

iii. Inferior : Ligamentum inguinalis dan ligamentum lakunaris pada

sisi medial ( Ligamentum Gimbernat).

iv. Posterior : Fasia transveralis dan conjoined tendon di sebelah

medial. Oleh karena itu, kanalis inguinalis kuat pada bagian lateral

di sebelah anterior dan bagian medial di sebelah posterior.

2.2.4 Ring Interna

Anulus inguinalis profunda adalah defek yang berbentuk U pada fasia

transversalis yang membentuk dinding posterior kanalis inguinalis. Ring

interna terletak 1,25 cm di atas titik tengah ligamentum inguinalis.

2.2.5 Ring Eksterna

Ring eksterna adalah suatu defek triangularis pada aponeurosis oblikus

eksterna abdominis. Ring eksterna dibatasi oleh krura lateral dan medial yang

5
dibentuk oleh aponeurosis oblikus eksternus abdominis dan basis segitiga

yang dibentuk oleh krista pubik.

2.2.6 Orifisium Miopektineal dari Fruchaud

Area yang lemah ini merupakan tempat dari semua hernia lipat paha

menurut Fruchaud. Orifisium miopektineal ini merupakan area antara

ligamentum inguinalis di sebelah anterior dan traktur iliopubik di sebelah

posterior. Traktus iliopubik merupakan penebalan margo inferior fasia

transversalis yang tampak sebagai pita fibrosa yang berjalan sejajar dan di

sebelah posterior dari ligamentum inguinalis. Traktus iliopubik berinsertio ke

ramus pubik superior untuk membentuk ligamentum lakunaris. Batas superior

dari orifisium miopektineal adalah serabut oblikus internus yang mekengkung.

Batas medial adalah tepi lateral otot rektus abdominis. Batas inferior adalah

pektinea pubik.

2.2.7 Trigonum Hesselbach

Trigonum Hesselbach dibatas di sebelah medial oleh tepi lateral otot

Rektus abdominis. Sebelah lateral oleh arteria epigastrika inferior dan di

6
bawah oleh ligamentum inguinalis. Hernia direk seringkali terjadi melalui

trigonum Hesselbach.

2.2 DEFINISI

Hernia adalah penonjolan abnormal viskus atau sebagian viskus melalui

titik lemah dalam tubuh. Sedangkan hernia inguinalis adalah suatu keadaan

dimana sebagian usus melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam

kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dapat terjadi baik melalui anulus

inguinalis ( hernia indirek ) atau melalui dinding posterior dari kanalis

inguinalis ( hernia direk ).

2.3 EPIDEMIOLOGI

Hernia pada dinding abdomen yang tersering adalah hernia inguinalis yang
mencapai hingga 75-80%.
Jenis Hernia Inguinalis ada 3 macam :
1. Hernia Inguinalis Lateralis atau Hernia Inguinalis Indirect (60%)
2. Hernia Inguinalis Medialis atau Hernia Inguinalis Direct (25%)
3. Hernia Femoralis (15%)
Insiden hernia : Laki-laki lebih sering (85 %) dari seluruh kasus
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1-2 %.

Kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60 % dan sisi kiri 20-25 % serta bilateral 15

%. Kejadian hernia bilateral pada anak perempuan dibandingkan laki-laki kira-

kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih

tinggi pada perempuan. Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu

bayi mempunyai kemungkinan 16 % mendapat hernia kontralateral pada usia

dewasa. Insiden hernia inguinalis pada orang dewasa kira-kira 2 % dan

kemungkinan kejadian hernia bilateral dari insiden tersebut mendekati 10%

7
2.4 ETIOLOGI

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau didapat.

Hernia dapat dijumpai pada segala usia dan lebih banyak terjadi pada laki –

laki daripada perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada

pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar sehingga

dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor

yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup

lebar.

Ada beberapa penyebab hernia yang diketahui antara lain

i. Bawaan

Kantong prosesus vaginalis yang persisten menjadi penyebab

utama hernia indirek.

ii. Kelainan serabut kolagen

 Kelainan Prune-Belly ( bawaan)

 Merokok  merusak kolagen

iii. Obesitas

iv. Penyebab kronis peningkatan tekanan intra abdominal

 Batuk yang kronis

 Konstipasi yang kronis

 Mengejan pada saat miksi

 Asites

v. Kelemahan conjoined tendon/ruptur beberapa serabut

 Mengangkat beban berat

 Post apendiktomi – trauma pada nervus ilioinguinalis

8
 Kelainan kronis / penyakit kelemahan fisik yang

menyebabkan kelemahan fasia transversalis di area Hasselbach.

2.5 PATOFISIOLOGI

Hernia inguinalis dapat terjadi apabila mekanisme pertahanan inguinal

terganggu. Beberapa mekanisme pertahanan inguinal antara lain

i. Kanalis inguinalis yang berjalan oblik ( pada anak – anak kanalis

inguinalis berjalan lurus ).

ii. Selama mengejan atau batuk, conjoined tendod berkontraksi dan

karena conjoined tendon membentuk batas - batas anterior, superior,

dan posterior, conjoined tendon menutup kanalis inguinalis.

iii. Peningkatan tekanan intra abdome menimbulkan efek sumbat pada

ring/cincin eksterna. Ring interna tertarik ke atas dan lateral karena

melekat pada permukaan posterior dari otot transversalis. Hal ini akan

menghasilkan oklusi anulus dan mencegah terjadinya herniasi.

Apabila mekanisme pertahanan inguinal terganggu, maka dapat terjadi

hernia inguinalis.

2.6 KLASIFIKASI

Hernia diklasifikasi berdasarkan

2.6.1 Berdasarkan Anatomik

Berdasarkan anatomik, hernia inguinalis dibagi menjadi dua

yaitu

9
i. Hernia Indirek

Hernia indirek adalah herniasi isi abdomen melalui ring interna

ke dalam kanalis inguinalis. Hernia indirek terjadi sebagai

akibat kantong prosesus vaginalis yang persisten. Hernia

indirek merupakan tipe hernia yang paling sering ditemukan

dalam tubuh. Kantong yang telah terbentuk sebelumnya

berjalan melalui ring interna, melintasi kanalis inguinalis dan

mungkin meluas ke skrotum melalui ring eksterna. Kantong

sampai ke dalam kanalis inguinalis, kantong ini diselimuti oleh


1
penutup yaitu Fasia spermatika eksterna yang berasal dari
2
aponeurosis oblikus eksternus abdominis, Fasia kremaster
3
yang berasal dari oblikus abdominis internus, dan Fasia

spermatika interna dari fasia transversalis. Hernia indirek

dibagi menjadi tiga antara lain

 Hernia inkomplit ( skrotal ) : Bila kantong terbuka

sampai dasar skrotum, maka hal ini disebut sebagai

hernia skrotalis komplit.

10
 Funikulas : kantong prosesus vaginalis terbuka sampai

pangkal skrotum, keadaan ini disebut sebagai hernia

indirek inkomplit.

 Bubonocoele : kantong prosesus vaginalis terbatas pada

daerah inguinal atau hanya kanalis inguinalis. Hernia

seperti ini dijumpai pada pasien yang usianya lebih

muda.

Adapun lapisan hernia inguinalis indirek dari luar ke dalam

yaitu kulit  dua lapisan fasia superfisialis;lemak dan

membranosa  fasia spermatika eksterna  otot kremaster

dan fasia  fasia spermatika interna  lemak

ekstraperitoneal  peritoneum.

ii. Hernia Direk

Hernia direk terjadi melalui trigonum Hesselbach yaitu area

lemah di dinding posterior kanalis inguinalis ( fasia

transversalis). Adapun lapisan hernia inguinalis direk dari luar

sampai ke dalam yaitu kulit  dua lapisan fasia superfisialis 

aponeurosis oblikus eksternus abdominis  conjoined tendon

 fasia transversalis  peritoneum.

11
Perbedaan Hernia Direk Hernia Indirek

Usia Sering terjadi pada usia tua Dapat terjadi pada

setiap kelompok

usia

Etiologi Kelemahan dinding posterior Kantong terbentuk

kanalis inguinalis sebelumnya

Faktor Pemicu Bronkitis kronik, -

pembesaran prostat

Dengan Berdiri Menonjol keluar Tidak menonjol

keluar

Posisi Biasanya bilateral Unilateral ( 30%

bilateral)

Pemeriiksaan Pembengkakan ditemukan Tidak ditemukan

Oklusi ring pembengkakan

interna

Benjolan Dapat ditemukan Tidak ada

Malgaigne

Komplikasi Tidak sering karena lehernya Sering, lehernya

lebar sempit – obstruksi

dari strangulasi

Hubungan Kantong hernia berada di Kantong hernia

topografi sebelah posterior funikulus terletak di sebelah

kantong hernia spermatikus anterolateral

dengan funikulus

funikulus spermatikus

12
spermatikus

Arah kantong Muncul keluar dari trigonum Kantong hernia

hernia Hesselbach muncul melalui

ring interna

2.6.2 Klasifikasi Nyhus

Klasifikasi ini didasarkan terutama pada defek yang membantu

untuk merencanakan repair yang sesuai. Berdasarkan klasifikasi

Nyhus, hernia inguinal diklasifikasikan menjadi

i. Tipe I : Hernia indirek dengan ring interna yang normal

ii. Tipe II : Hernia indirek dengan ring interna yang mengalami

dilatasi

iii. Tipe III : didasarkan pada defek dinding posterior

a. Direk

b. Pantaloon

c. Femoralis

iv. Hernia Residif ( berulang)

2.7 MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.

Pada hernia reponible keluhan satu-satunya adalah adanya bejolan di lipat

paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan

menghilang setelah berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada

biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri

visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus

masuk kedalam kantung hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru

13
timbul bila terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis

atau gangrene.

Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada

inspeksi saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis yang berjalan

dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat

diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong

yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera (tanda sarung tangan

sutera) namun sulit ditentukan. Bila kantong berisi organ maka tergantung dari

isinya, dapat teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dengan jari

telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia

dengan menekan kulit skrotum melalui annulus eksternus hingga dapat

ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Bila dapat direposisi,

jari tetap berada dalam annulus eksternus dan pasien diminta mengejan, bila

ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateralis, namun bila

menyentuh sisi jari makan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi

perempuan teraba seperti masa padat biasanya merupakan ovarium

2.8 DIAGNOSIS

2.8.1 Anamnesis

Beberapa keluhan dan riwayat yang dapat kita temukan dalam


anamnesis pasien dengan hernia antara lain:
i. Ada benjolan dilipat paha
ii. Keluhan nyeri, walau jarang dijumpai
iii. Pada anak kecil : sering nangis, batuk, kencing lancar/tidak
iv. Pada usia lanjut : pekerjaan & aktivitas, penyakit kronis, sering
partus
v. Nyeri disertai mual muntah (dapat difikirkan kemungkinan
inkarserata atau strangulata)

14
vi. Suhu badan meninggi (dapat difikirkan kemungkinan
strangulata)
2.8.2 Pemeriksaan Fisik

i. Inspeksi

Asimetri, terdapat benjolan pada lipat paha yang

kemudian bila dilakukan transiluminasi diperoleh hasil (-).

Pemeriksaan penerawangan dilakukan ditempat yang gelap dan

menyinari skrotum dengan cahaya terang. Jika isi skrotum

tampak menerawang berarti berisi cairan kistus dan dikatakan

sebagai transiluminasi postif diafonoskopi positif yang bisa

ditemukan pada hidrokel.

Benjolan pada hernia inguinalis medialis biasanya

berbentuk bulat, sedangkan pada hernia inguinalis lateralis

berjalan dari lateral atas ke medial bawah dengan bentuk

lonjong. Hernia femoralis memiliki bentuk benjolan lipat paha

yang tidak jelas dan lebih jelas tanda sumbatan yang terjadi

karena kecilnya benjolan atau penderita yang gemuk.

ii. Palpasi

Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga

teknik pemeriksaan sederhana yaitu Finger test, Ziemen test

dan Tumb test. Cara pemeriksaannya sebagai berikut :

 Pemeriksaan Finger Test

- Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


- Dimasukkan lewat skrotum melalui anulus eksternus ke
kanal inguinal
- Penderita disuruh batuk:

15
 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.
 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis
Medialis.

 Pemeriksaan Ziemen Test

- Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu


(biasanya oleh penderita).
- Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.
- Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :
 jari ke 2: hernia Inguinalis Lateralis.
 jari ke 3: hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4: hernia Femoralis.

 Pemeriksaan Thumb Test

Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita


disuruh mengejan:
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis
medialis.

16
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.

iii. Perkusi

Pada pemeriksaan fisik abdomen dapat ditemukan tanda

obstruksi bila telah terjadi komplikasi berupa gangguan pasase usus

seperti inkarserata maupun strangulata.

iv. Auskultasi

bising usus (+) pada benjolan hernia yang terjadi.

2.8.3 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan tambahan jarang dilakukan untuk mendiagnosa

hernia, hanya pada kasus tertentu saja kadang diperlukan foto thoraks,

USG dan CT-Scan. Pemeriksaan tersebut biasa kadang diperlukan

untuk mencari factor penyebab hernia yang terjadi sehingga terapi

kausatif yang diberikan dapat lebih optimal dalam mencegah

kekambuhan.

2.8.4 Diagnosis Banding

17
Beberapa diagnose banding berkaitan dengan diagnose hernia
yang dapat dipertimbangkan antara lain (Nyhus, 1991; Sjamsuhidayat,
1997).:
i. Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis. Yang
membedakan:
 Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah
hernia maka akan membesar, sedang bila
hidrocele benjolan tetap tidak berubah.
 Bila benjolan terdapat pada skrotum, maka
dilakukan transuliminasi, bila transluminasi (+)
maka benjolan merupakan hidrocele.
ii. Limfadenitis
iii. Orchitis

2.9 TATA LAKSANA

Tatalaksana hernia inguinalis secara garis besar dibagi menjadi dua cara antara

lain konservatif dan operatif.

2.9.1 Konservatif

Tindakan ini terbatas pada reposisi, pemakaian penyangga atau


penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Tidak
dilakukan pada hernia strangulate kecuali anak-anak. Reposisi dilakukan
secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan
sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Reposisi pada
anak dapat dilakukan dengan menidurkan anak dengan pemberian sedative
dan kompres es diatas hernia. Bila reposisi berhasil, anak disiapkan untuk
operasi hari berikutnya. Bila tidak berhasil harus dilakukan operasi segera .
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia
dan bukan menyembuhkannya sehingga harus dipakai seumur hidup. Cara
ini menimbulkan komplikasi merusak kulit, dan tonus dinding perut di
daerah yang ditekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak

18
dapat menyebabkan atrofi testis karena pembuluh darah testis pada
funikulus spermatikus ikut tertekan .

2.9.2 Operatif

Tindakan operatif merupakan satu-satunya tindakan

pengobatan rasional untuk hernia. Indikasi operasi sudah ada begitu

diagnosis ditegakan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas

herniotomi dan hernioplasty. Berikut penjelasan dari tindakan operatif

i. Herniotomi

Herniotomi adalah operasi pembebasan kantong hernia

sampai ke lehernya. Kantong hernia dibuka dan isi hernia

dibebaskan kalau ada perlengkatan, kemudian direposisi,

kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Indikasi dilakukan herniotomi adalah pada pasien yang

mengalami hernia dimana tidak dapat kembali dengan terapi

konservatif. Proses tindakan herniotomi adalah diawali dengan

membuat sayatan miring dua jari di atas SIAS kemudian

kanalis inguinalis dibuka, memisahkan funikulus dan kantong

hernia dilepas dari dalam tali sperma. Selanjutnya dilakukan

duplikasi ( pembuatan kantong hernia ) dan isi hernia

19
dibebaskan jika ada perlengketan kemudian direposisi .

Langkah terakhir adalah kantong hernia dijahit ikat setinggi

mungkin lalu dipotong.

ii. Hernioplasty

Dilakukan tindakan memperkecil annulus inguinalis internus


dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik
lebih penting dalam mencegah residif dibandingkan dengan
herniotomi. Dikenal beberapa metode hernioplastik, seperti:
 Memperkecil annulus inguinalis internus dengan jahitan
terputus
 Menutup dan memperkuat fascia transversa
 Menjahitkan pertemuan m. transverses internus abdominis dan
m. oblikus internus abdominis yang dikenal dengan nama
conjoint tendon ke ligamentum inguinale Poupart menurut
metode Bassini.
 Menjahitkan fascia transversa, m. transverses abdominis, m.
oblikuss internus abdominis ke ligamentum Cooper pada
metode Mc Vay.
a) Herniorafi Inguinalis : Bassini ( Lig. Inguinalis)

Metode bassini merupakan teknik herniorafi yang

pertama dipublikasikan tahun 1887. Setelah diseksi kanalis

inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara

mengaproksimasi m. oblikus internus, m. transverses

abdominis dan fascia transversalis dengan traktus iliopubik dan

ligamentum inguinale. Teknik ini dapat diterapkan pada hernia

direk maupun indirek.

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa

variasi teknik herniotomi Bassini adalah terdapatnya regangan

20
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah

ini, pada tahun 80-an dipopulerkan pendekatan operasi tension

free. Pada teknik itu digunakan prosthesis mesh untuk

memperkuat fasia transversalis tanpa menjahitkan otot-otot ke

inguinal.

Berikut adalah langkah – langkah dalam herniorafi

dengan metode Bassini :

Langkah 1 : Melalui insisi transversal atau sedikit oblique, anulus

inguinalis eksternus dan fasia obliqus abdominis eksternus

dibuka dan funikulus spermatikus dilingkupi

21
Langkah 2 : otot kremaster dilakukan diseksi secara cermat dari sisi

medial funikulus spermatikus untuk mengidentifikasi kantong

hernia indirek

Langkah 3 : setelah kantong hernia dilakukan diseksi bebas dari level

dinding abdomen, kantong dibuka dan isi hernia direduksi

Langkah 4 : Leher kantong hernia di level dinding abdomen diligasi,

dan sisa kantong hernia distal dipotong

22
Langkah 5 : Dengan jahitan serial, fasia transversalis dipertemukan

dengan ligamentum Cooper dan selanjutnya sepanjang perjalanan

traktus iliopubik. Perhatian diberikan pada sambungan ligamentum

inguinalis dan simfisis pubis sehingga jahitan transisi antara

ligamentum Cooper dengan traktus iliopubik menjamin penutupan

area ini.

Langkah 6 : Setelah aproksimasi fasia transversalis dengan traktus

iliopubik diselesaikan, funikulus spermatikus dikembalikan ke posisi

23
anatomiknya dan fasia obliqus abdominis eksternus diaproksimasikan

di atas funikulus spermatikus hingga level anulus inguinalis eksternus

sebelumnya.

Langkah 7 : Luka dicuci dan ditutup lapis demi lapis dengan

menggunakan jahitan subkutan dan subkutikular.

24
b) Herniorafi Inguinalis : McVay ( Lig. Cooper)

Berikut langkah – langkah dari teknik McVay :

Langkah 1 : Insisi melengkung dibuat sejajar garis kulit dari

tuberkulum pubik ke lateral melewati anulus inguinalis

internus

25
Langkah 2 : Aponeurosis otot obliqus abdominis eksternus dibuika

melalui anulus inguinalis eksternus. Funikulus

spermatikus dimobilisasi dan baik hernia inguinalis

indirek maupun hernia femoralis diperhatikan disini.

Langkah 3 : Dinding posterior kanalis inguinalis disini, yang

mengubah total anulus inguinalis internus. Ligamentum

Cooper dilakukan diseksi bebas.

26
Langkah 4 : Funikulus spermatikus diretraksi ke superior, dan bagian

ligamentum cooper yang lebih dalam dibebaskan. Fasia femoralis

anterior didapatkan dan permukaan anterior dari arteri dan vena

femoralis dibersihkan. Di saat mengerjakan di sebelah medial di

sekitar vena femoralis, kanalis femoralis dibersihkan dan setiap

hubungan yang abnormal dengan pembuluh darah obturatorius

dipotong. Arkus transversus abdominis terbentuk di sebelah superior,

dan setiap fasia transversalis dan otot obliqus abdominis internus

yang lemah dieksisi. Insisi relaksasi sepanjang 4 inchi dibuat ke

medial pada garis penyatuan aponeurosis obliqus abdominis eksternus

dan fasia rektus yang dimulai tepat di atas simfisis pubis. Insisi dapat

diperpanjang jika diperlukan relaksasi yang lebih besar.

27
Langkah 5 : Funikulus spermatikus dibuka dan serabut otot kremaster

diiris pada anulus inguinalis internus. Arteri spermatika eksterna

dipotong agar funikulus spermatikus dapat digerakkan ke lateral.

Setiap kantong indirek dilakukan diseksi, dibuka, dieksplorasi, dan

dijahit atau diligasi sama rata dengan peritoneum. Kantong hernia

indirek yang besar dipotong, dan bagian distal kantong ditinggal di

tempat untuk mencegah kerusakan funikulus spermatikus. Kantong

hernia indirek dan direk kombinasi disatukan bersamaan dengan

memotong pembuluh darah epigastrika inferior dan kantong hernia

ditutup sebagai salah satu defek peritoneum. Perbaikan defek dimulai

dengan menginversikan seluruh jaringan preperitoneal dengan jahitan

jejulur untuk mengurangi jaringan menjauhi repair yang utama.

28
Langkah 6 : Dimulai pada tuberkulum pubik, satu baris jahitan satu –

satu benang Prolene 1 – 0 diletakkan dan diikatkan antara arkus

transversalis dengan ligamentum Cooper. Klem alis digunakan untuk

memegang arkus transversus abdominis. Penjahitan arkus abdominis

dengan ligamentum Cooper ke lateral sejauh tepi medial vena

femoralis.

29
Langkah 7 : Kanalis femoralis ditutup dengan tiga atau empat jahitan

benang Prolene 2 – 0 antara ligamentum Cooper dengan fasia

femoralis anterior

c) Herniorafi Inguinalis : Shouldice

Menurut Abrahamson (1997) prinsip dasar tehnik Shouldice


adalah Bassini multi layer, di klinik khusus hernia Shouldice
digunakan kawat baja no 32 atau 34 untuk menjahit defek dinding
posterior kanal inguinal. Tetapi penggunaan benang monofilamen
sintetis non absorbsi lebih biasa dipakai diluar Toronto. Adapun
tahapan hernioplasty menurut Shouldice:

Langkah 1 : Anatomi lipat paha dilakukan diseksi secara


cermat dan kantong indirek diligasi letak tinggi

30
Langkah 2 : Fasia transversalis dibuka sepenuhnya, dan
pembulu darah epigastrika inferior dipotong untuk mempermudah
dalam membuka anulus inguinalis eksternus

Langkah 3 : Tepi irisan lateral ( atau inferior ) dari fasia


transversalis dijahit di sebelah medial dengan permukaan bawah otot
obliqus abdominis internus. Tepi superior medial fasia transversalis
dijahit dengan ligamentum inguinalis

Langkah 4 : Conjoined tendon dijahit dengan ligamentum


inguinalis, yang memberikan perbaikan yang kuat.
Aponeurosis obliqus abdominis eksternus ditutup di atas
funikulus spermatikus, dengan meninggalkan anulus inguinalis
eksterna yang baru tetap longgar. Larutan antibiotik digunakan dalam
irigasi insisi, yang ditutup dengan jahitan subkutan dan subkutikular.

31
d) Operasi Laparaskopi Hernia Inguinalis

Lokasi penempatan trokar untuk operasi laparaskopi

hernia inguinalis kanan.

32
Langkah 1 : Peritoneum pada anulus inguinalis internus diinsisi. Hal ini

memungkinkan pemotongan kantong dan menghasilkan

mobilisasi peritoneum sehingga mesh dapat diletakkan di

belakang peritoneum. Hal ini dikerjakan secara cermat agar

hanya peritoneum yang diinsisi. Segera setelah kantong

dipotong atau direduksi, diseksi tumpul digunakan untuk

memobilisasi peritoneum. Tindakan ini dikerjakan dengan hati

– hati untuk menghindari pembuluh darah epigastrika, dan

diseksi tumpul biasanya memaparkan ligamentum Cooper

dengan mudah. Peritoneum dimobilisasi ke superior hingga

fasia transversalis, ke laterala hingga krista illiaka anterior

superior , ke medial hingga ke tuberkulum pubik, dan ke

inferior hingga vasa deferens.

33
Langkah 2 : Selembar mesh polypropylene 5 x 7 cm selanjutnya

diletakkan melalui trokar 12mm dan difiksasi dengan staples

hernia. Staples hernia digunakan untuk memfiksasi mesh

dengan tuberkulum pubik, fasia transversalis dan ke lateral

dengan krista illiaka anterior superior. Tindakan staples ini

dikerjakan dengan hati – hati untuk menghindari pemasangan

staples di daerah bundel neurovaskuler iliaka atau nervus

kutaneus femoralis lateral.

34
Langkah 3 : Segera setelah mesh dipasang di tempat, peritoneum

ditutupkan di atasnya untuk reperitonealisasi tempat tersebut.

2.10 KOMPLIKASI

Komplikasi yang tejadi tergantung pada keadaan isi hernia.


2.10.1 Isi tertahan pada hernia ireponibel (bila isi hernia terlalu besar
seperti omentum, organ ekstraperitoneal pada hernia geser, atau
merupakan hernia akreta), disini gejala yang timbul hanya berupa
benjolan.

35
2.10.2 Isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi jeratan
yang menimbulkan gejala obstruksi yang sederhana.
 Sumbatan dapat total atau parsial seperti pada hernia
Richter
 Sumbatan parsial biasa terjadi bila cincin hernia sempit,
kurang elastic atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis.
2.10.3 Jarang terjadi inkarserata retrograde (dua segmen usus
terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada
dalam rongga peritoneum seperti huruf W yang biasa disebut Hernia
Maydle).
2.10.4 Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia. Pada permulaan akan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan
jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinis.
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi
hubungan dengan rongga perut.
2.10.5 Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila telah terjadi
strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi gambaran klinis
yang menjadi kompleks dan sangat serius akibat gangrene nekrosis
jaringan. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri
akan menetap karena rangsang peritoneal.
2.10.6 Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi
hernia dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia
strangulate merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu
mendapat pertolongan segera.

36
2.11 PROGNOSIS

Prognosis dari hernia adalah baik bila segera ditangani sebelum terjadi

komplikasi hernia inkarserata maupun strangulate yang dapat membahayakan

kondisi pasien

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Altan, A. 2010. A Different Technique of Primary Indirect Inguinal Hernia


Repair by Inserting a Synthetic Mesh into the Pre and Retroperitoneal Space to
Wrap the Peritoneal Reflection: Preliminary Report. Departement of General
Surgery, Faculty of Medicine, Trakya University, Edirne, Turkey.
2. Brunner & Suddarth, (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2. Jakarta EGC
3. Dermawan, D., & Rahayuningsih, T. 2010. Keperawatan Medikal Bedah
Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
4. Grace, P., & Baerly,N. (2007). At A Glance Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta :
Erlangga
5. Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Kelainan Bawaan Sistem
Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
6. Purnomo, Basuki B. 2009. Dasar-dasar Urologi Edisi Kedua. Malang: Sagung
Seto.
7. Syamsuhidayat, R.,& Jong.(2011).Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi3.Jakarta;EGC
8. Townsend et. Al. (e.d.) . Sabiston textbook of surgery, 17th edition. Elsevier-
Saunders.
9. Wexler-MJ., 1997. Symposium on the Management of Inguinal Hernias 2.
Overview the Repair of Inguinal Hernia. 110 year after Bassini. Can J. Surg ;
40 (3) : 186 – 97.

38

Anda mungkin juga menyukai