Oleh :
Felisia Yunita
1522317025
Pembimbing:
FAKULTAS KEDOKTERAN
SURABAYA
2019
1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................. 3
ANATOMI............................................................................................................... 4
DEFINISI ................................................................................................................. 7
EPIDEMIOLOGI ..................................................................................................... 7
ETIOLOGI ............................................................................................................... 8
PATOFISIOLOGI.................................................................................................... 9
KLASIFIKASI ......................................................................................................... 9
MANIFESTASI KLINIS ....................................................................................... 13
DIAGNOSIS .......................................................................................................... 14
TATALAKSANA .................................................................................................. 18
KOMPLIKASI ....................................................................................................... 35
PROGNOSIS ......................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 38
2
BAB I
PENDAHULUAN
Hernia adalah protursi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia sendiri dibagi menjadi
hernia dibagi menjadi hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatana atau
akuisita. Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi anatominya
rentang usia 25 – 40 tahun dan mencapai 45% pada usia 75 tahun. Hernia inguinalis
dijumpai 25 kali lebih banyak pada pria dibandingkan wanita. Kejadian tersebut dapat
Penatalaksanaan hernia secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu tatalaksana
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
oblikus eksternus abdominis yang melipat ke dalam dan memanjang dari spina
iliaka anterior ssuperior sampai tuberkulum pubis. Titik tengah antara kedua
4
ligamentum lakunaris. Titik tengah antara spina iliaka anterior superior dan
antara lain
lateral.
medial. Oleh karena itu, kanalis inguinalis kuat pada bagian lateral
eksterna abdominis. Ring eksterna dibatasi oleh krura lateral dan medial yang
5
dibentuk oleh aponeurosis oblikus eksternus abdominis dan basis segitiga
Area yang lemah ini merupakan tempat dari semua hernia lipat paha
transversalis yang tampak sebagai pita fibrosa yang berjalan sejajar dan di
Batas medial adalah tepi lateral otot rektus abdominis. Batas inferior adalah
pektinea pubik.
6
bawah oleh ligamentum inguinalis. Hernia direk seringkali terjadi melalui
trigonum Hesselbach.
2.2 DEFINISI
titik lemah dalam tubuh. Sedangkan hernia inguinalis adalah suatu keadaan
dimana sebagian usus melalui sebuah lubang pada dinding perut ke dalam
2.3 EPIDEMIOLOGI
Hernia pada dinding abdomen yang tersering adalah hernia inguinalis yang
mencapai hingga 75-80%.
Jenis Hernia Inguinalis ada 3 macam :
1. Hernia Inguinalis Lateralis atau Hernia Inguinalis Indirect (60%)
2. Hernia Inguinalis Medialis atau Hernia Inguinalis Direct (25%)
3. Hernia Femoralis (15%)
Insiden hernia : Laki-laki lebih sering (85 %) dari seluruh kasus
Insiden hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1-2 %.
Kemungkinan terjadi pada sisi kanan 60 % dan sisi kiri 20-25 % serta bilateral 15
kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus vaginalis yang tetap terbuka lebih
tinggi pada perempuan. Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu
7
2.4 ETIOLOGI
Hernia dapat dijumpai pada segala usia dan lebih banyak terjadi pada laki –
pembentukan pintu masuk hernia di anulus internus yang cukup lebar sehingga
dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, diperlukan pula faktor
yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup
lebar.
i. Bawaan
iii. Obesitas
Asites
8
Kelainan kronis / penyakit kelemahan fisik yang
2.5 PATOFISIOLOGI
melekat pada permukaan posterior dari otot transversalis. Hal ini akan
hernia inguinalis.
2.6 KLASIFIKASI
yaitu
9
i. Hernia Indirek
10
Funikulas : kantong prosesus vaginalis terbuka sampai
indirek inkomplit.
muda.
ekstraperitoneal peritoneum.
11
Perbedaan Hernia Direk Hernia Indirek
setiap kelompok
usia
pembesaran prostat
keluar
bilateral)
interna
Malgaigne
dari strangulasi
dengan funikulus
funikulus spermatikus
12
spermatikus
ring interna
dilatasi
a. Direk
b. Pantaloon
c. Femoralis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia.
paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin atau mengedan dan
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk kedalam kantung hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah baru
13
timbul bila terjadi inkarserata karena ileus atau strangulasi karena nekrosis
atau gangrene.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada
inspeksi saat pasien mengedan dapat dilihat hernia inguinalis yang berjalan
dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang kosong kadang dapat
diraba pada funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong
yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera (tanda sarung tangan
sutera) namun sulit ditentukan. Bila kantong berisi organ maka tergantung dari
isinya, dapat teraba usus, omentum (seperti karet) atau ovarium. Dengan jari
telunjuk atau jari kelingking pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia
ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Bila dapat direposisi,
jari tetap berada dalam annulus eksternus dan pasien diminta mengejan, bila
ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis lateralis, namun bila
menyentuh sisi jari makan hernia inguinalis medialis. Isi hernia pada bayi
2.8 DIAGNOSIS
2.8.1 Anamnesis
14
vi. Suhu badan meninggi (dapat difikirkan kemungkinan
strangulata)
2.8.2 Pemeriksaan Fisik
i. Inspeksi
yang tidak jelas dan lebih jelas tanda sumbatan yang terjadi
ii. Palpasi
15
Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis
Lateralis.
Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis
Medialis.
16
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia
Inguinalis Lateralis.
iii. Perkusi
iv. Auskultasi
hernia, hanya pada kasus tertentu saja kadang diperlukan foto thoraks,
kekambuhan.
17
Beberapa diagnose banding berkaitan dengan diagnose hernia
yang dapat dipertimbangkan antara lain (Nyhus, 1991; Sjamsuhidayat,
1997).:
i. Hidrocele pada funikulus spermatikus maupun testis. Yang
membedakan:
Pasien diminta mengejan bila benjolan adalah
hernia maka akan membesar, sedang bila
hidrocele benjolan tetap tidak berubah.
Bila benjolan terdapat pada skrotum, maka
dilakukan transuliminasi, bila transluminasi (+)
maka benjolan merupakan hidrocele.
ii. Limfadenitis
iii. Orchitis
Tatalaksana hernia inguinalis secara garis besar dibagi menjadi dua cara antara
2.9.1 Konservatif
18
dapat menyebabkan atrofi testis karena pembuluh darah testis pada
funikulus spermatikus ikut tertekan .
2.9.2 Operatif
i. Herniotomi
19
dibebaskan jika ada perlengketan kemudian direposisi .
ii. Hernioplasty
20
berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk mengatasi masalah
inguinal.
21
Langkah 2 : otot kremaster dilakukan diseksi secara cermat dari sisi
hernia indirek
22
Langkah 5 : Dengan jahitan serial, fasia transversalis dipertemukan
area ini.
23
anatomiknya dan fasia obliqus abdominis eksternus diaproksimasikan
sebelumnya.
24
b) Herniorafi Inguinalis : McVay ( Lig. Cooper)
internus
25
Langkah 2 : Aponeurosis otot obliqus abdominis eksternus dibuika
26
Langkah 4 : Funikulus spermatikus diretraksi ke superior, dan bagian
dan fasia rektus yang dimulai tepat di atas simfisis pubis. Insisi dapat
27
Langkah 5 : Funikulus spermatikus dibuka dan serabut otot kremaster
28
Langkah 6 : Dimulai pada tuberkulum pubik, satu baris jahitan satu –
femoralis.
29
Langkah 7 : Kanalis femoralis ditutup dengan tiga atau empat jahitan
femoralis anterior
30
Langkah 2 : Fasia transversalis dibuka sepenuhnya, dan
pembulu darah epigastrika inferior dipotong untuk mempermudah
dalam membuka anulus inguinalis eksternus
31
d) Operasi Laparaskopi Hernia Inguinalis
32
Langkah 1 : Peritoneum pada anulus inguinalis internus diinsisi. Hal ini
33
Langkah 2 : Selembar mesh polypropylene 5 x 7 cm selanjutnya
34
Langkah 3 : Segera setelah mesh dipasang di tempat, peritoneum
2.10 KOMPLIKASI
35
2.10.2 Isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi jeratan
yang menimbulkan gejala obstruksi yang sederhana.
Sumbatan dapat total atau parsial seperti pada hernia
Richter
Sumbatan parsial biasa terjadi bila cincin hernia sempit,
kurang elastic atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis.
2.10.3 Jarang terjadi inkarserata retrograde (dua segmen usus
terperangkap didalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada
dalam rongga peritoneum seperti huruf W yang biasa disebut Hernia
Maydle).
2.10.4 Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia. Pada permulaan akan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi oedem organ atau struktur di dalam hernia dan
transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya oedem menyebabkan
jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinis.
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya
dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi
hubungan dengan rongga perut.
2.10.5 Gambaran klinik hernia inkarserata yang mengandung usus
dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila telah terjadi
strangulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi gambaran klinis
yang menjadi kompleks dan sangat serius akibat gangrene nekrosis
jaringan. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri
akan menetap karena rangsang peritoneal.
2.10.6 Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukan kembali disertai nyeri tekan dan tergantung keadaan isi
hernia dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia
strangulate merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu
mendapat pertolongan segera.
36
2.11 PROGNOSIS
Prognosis dari hernia adalah baik bila segera ditangani sebelum terjadi
kondisi pasien
37
DAFTAR PUSTAKA
38