Anda di halaman 1dari 12

PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN ISLAM DI UNIVERSITAS AL-

AZHAR

Disusun Guna Memenuhi Tugas Makalah

Mata Kuliah: Sejarah Pendidikan Islam

Dosen Pengampu: Aang Kunaepi, M.Ag

Oleh:

Miftakhul Ulum (1703016155)

Ibrizatul Mutammimah (1703016164)

Ina Ade Irma S. (1703016173)

Ulya Ainur Rohmi (1703016174)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

SEMARANG

2018

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah yang berjudul “Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Universitas al-Azhar.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
Sejarah Pendidikan Islam kami Bapak Aang Kunaepi yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Semarang, 10 Oktober 2018

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Universitas Al-Azhar adalah universitas tertua didunia yang hingga saat ini menjadi
rujukan masyarakat untuk menimba ilmu. Al-Azhar merupakan lembaga pendidikan Islam
yang mengajarkan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik ilmu agama, seperti fiqih, AL-
Qur’an, Hadits, tasawuf, bahasa Arab, Nahwu, sharaf, dan lain-lain.
Al-Azhar juga memiliki peran penting yaitu mencetak dan mengantarkan mahasiswa
menjdi orang-orang penting dalam kehidupan. Al-Azhar sejak berdirinya mengalami pasang
surut karena pengaruh kepentingan penguasa saat itu, hal ini karena posisi al-Azhar yang tidak
independen. Pergeseran fungsi masjid menjadi sarana menanamkan faham syi’ah hingga
kemudian berganti ke faham sunni, serta jatuh bangunnya lembaga ini hingga mampu bertahan
dan menjadi rujukan para pencari ilmu.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pertumbuhan dan perkembagan Islam di Universitas al-Azhar?
2. Bagaimanakah sistem dan metode pendidikan AL-Azhar?
3. Bagaimanakah perkembangan ilmu pengetahuan di Universitas Al-Azhar?
C. Tujuan Penulisan
1. Mendeksripsikan bagaimanakah pertumbuhan dan perkembangan Islam di Universitas
Al-Azhar.
2. Mendeksripsikan bagaimana sistem dan metode pendidikan al-Azhar.
3. Mendeksripsikan bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan di Universitas al-Azhar

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pertumbuhan dan Perkembangan Islam di Universitas al Azhar

Al-Azhar tidak hanya dikenal sebagai universitas Islam tertua di dunia, tetapi Al-Azhar juga
sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan mesir selama 1.000 tahun. Al-Azhar telah
melahirkan pemimpin-pemimpin besar, filusuf-filusuf, sarjana-sarjana, tokoh-tokoh politik dan
orang-orang terkenal. Pada abad ke-9 Hijriyah merupakan masa kejayaan bagi Al-Azhar karena
pada saat itu Al-Azhar menempati tempat tertinggi di antara madrasah-madrasah dan perguruan
tinggi yang ada di kairo. Ketika itu, Al-Azhar sebagai induk madrasah juga sebagai perguruan
tinggi terbesar yang tidak ada tandingannya.1
1. Al-Azhar Pada masa Khalifah :
a. Masa Dinasti Fatimiyyah
Sejarah mengenai kebijakan pendidikan Fatimiyyah dimulai dari paruh abad ke
sepuluh. Setelah mereka menduduki Mesir dan membangun ibu kota baru, Kairo, Al-
Azhar ditahbiskan dan dibuka untuk ibadah dibulan Ramadhan, 361 H/972 M. Fungsi
Al-Azhar sebagai masjid dan pusat pendidikan, Al Azhar diikuti oleh sejumlah
bangunan lain yang sama diperuntukkan bagi tujuan pendidikan dari peribadatan,
sebagaimana yang ditulis oleh Syalaby, dan setelah Al-Azhar muncul berbagai macam
masjid yang didalamnya diseleggarakan halaqah-halaqah pengajaran.
Pada tahun 378 H/988 M khalifah al-Aziz dan wazirnya Ya’qubbin Killis
membuka sebuah yayasan untuk 35 profesor, dengan memberinya gaji dan tempat
tinggaldirumah yang besar disamping masjid. Yayasan ini memberikan mereka 1000
dinar setiap bulan untuk gaji dan buku.2
Al-Azhar pada masa dinasti Fatimiyyah dijadikan sebagai alat propaganda
kekuasaan khalifah dan sebagai alat penyebaran doktrin faham Syi’ah. Pada masa ini
pula sistem pengajaran terbagi menjadi empat kelas yaitu :
1. Kelas umum diperuntukkan bagi orang yang datang ke al-Azhar untuk
mempelajari al-Qur’an dan penafsirannya.

1
Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam. (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 48
2
Fatah Syukur, Sejarah Pendidikan Islam. (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 61

1
2. Kelas para mahasiswa universitas al-Azhar kuliah dengan para dosen yang
ditandai dengan mengajukan pertanyaan dan mengkaji jawabannya.
3. Kelas Darul hikam, kuliah formal ini diberikan oleh para mubalig seminggu
sekali pada hari senin yang dibuka untuk umum dan pada hari kamis dibuka
khusus untuk mahasiswa pilihan.
4. Kelas nonformal, yaitu kelas untuk pelajar wanita.
Mahasiswa yang belajar di al-Azhar dilarang mempelajari mazhab selain
Syi’ah. Sedemikian ketatnya, sampai ada mahasiswa yang dipenjara karena
menyimpan kitab Al-Muwattho’ karya monumental Imam Malik.
Pada masa khalifah Al-Aziz Billah, 378 H dengan usaha wazirnya Yakub
ibn Kills, yang menyelenggarakan kuliah umum di al-Azhar yang diikuti oleh
peminat yang sangat banyak. Kegiatan inilah yang dianggap sebagai awal lahirnya
sistem pedidikan tinggi di al-Azhar. Karena hal inilah al-A zhar dijadikan sebagai
Universitas Islam yang mengajarkan ilmu-ilmu agama, ilmu logika, dan ilmu umum
lainnya.
Untuk menunjang kegiatan pendidikan dan pengajaran, al-Azhar dilengkapi
dengan asrama untuk para fuqaha (dosen, tenaga pendidik) serta semua urusan dan
kebutuhannya ditanggung oleh khalifah. Adapun ilmu agama yang diajarkan
meliputi: ilmu tafsir, qiraat, hadits, fiqih, nahwu, sharaf, dan sastra. Sedangkan
ilmu-ilmu umum yang dipelajari ialah: filsafat, ilmu falak, ilmu ukur, musik
kedokteran, kimia, dan sejarah , serta ilmu bumi. Diantara para ulama yang turut
belajar pada masa itu antara lain: Hasan ibn Ibrahim atau yang lebih dikenal Ibnu
Zulaq, al-Amir al-Mukhtar ‘Izzul Mulk Muhammad bin Abdullah, Abu Abdillah
al-Qudha’i, Abi Ali Muhammad bin al-Hasanbin al-Haitsam.
b. Masa Dinasti Ayyubi
Setelah Sholahuddin Al-Ayyubi menguasai Mesir dan menjatuhkan dinasti
Fatimiyyah, kegiatan keilmuan di al-Azhar harus terhenti. Karena Sholahuddin al-
Ayyubi adalah penganut faham Sunni, ia menutup al-Azhar baik untuk shalat jumat
maupun sebagai universitas. Al-Azhar tidak lagi menjadi penyelenggara pendidikan
islam yang membanggakan.

2
Kendati al-Azhar ditutup sebagai lembaga pendidikan, perkuliahan beralih ke
madrasah-madrasah dan lembaga kuliah setingkat universitas, yang jumlahnya hinga
mencapai 25 lembaga di Kairo. al-Azhar juga sering mendapat kunjungan ulama-ulama
terkenal yang juga memberikan kuliah. Pada tahun 589 H Abd Latif al-baghdadi
berkunjung ke Mesir, pada masa al-Malik al-Aziz Imad al-Din Utsman anak Sholah al-
Din. Pada kunjungannya ini ia sempat mengajar mantiq dan al-Bayyan di al-Azhar.
Setelah Daulah Fatimiyah jatuh ke tangan Shalahuddin al- ayyubi pada tahun
567 H (1171 M), maka ia mengambil kebijakan baru untuk menghilangkan aliran
Syi’ah yangtelah tumbuh dan berkembang sekian lama. Terutama melalui sarana al-
Azhar untuk digantinya dengan aliran Sunni. Beberapa peristiwa penting yang terjadi
pada masa Sholahuddin adalah:
1) Pembekuan kegiatan khutbah di al-Azhar selama hampir seratus tahun
sampai masa Sultan al-Mamluki al-Dzahir pada tahun 665 H/1226 M.
2) Melakukan renovasi pembangunan al-Azhar oleh Amir Edmir dan Sultan
Berbes atau Sultan al-Dzohir Berbes.
3) Al-Azhar menjadi pusat studi islam yang amat penting, terutama ketika
Kairo menjadi kiblat para ulama, fuqaha, dan mahasiswa.
c. Masa Dinasti Mamalik
Pada masa ini terjadi serbuan besar-besaran dari bangsa Mongol ke timur dan
jatuhnya islam di barat, sehingga banyak para ulama dan ilmuan yang mencari
perlindungan ke al-Azhar. Hal ini menyebabkan posisi al-Azhar menjadi penting. Sejak
saat itu banyak pelajar dan negara-negara islam yang tertarik menjadi mahasiswa dan
belajar di al-Azhar.
Terhitung 98 tahun sejak al-Azhar ditutup, sejak masa Sholahuddin al-Ayyubi
sampai 17 tahun dari pemerintahan dinasti Mamalik. Pada tahun 665 H seorang amir
yang tinggal tidak jauh dari al-Azhar mengajukan usul kepada Sultan al-Zahir Baibars
untuk membuka al-Azhar kembali sebagai tempat untuk shalat jumat.usulan itupun
diterima dan sejak saat itu ia dan amir mengeluarkan uang sendiri untuk memperbaiki
al-Azhar. Semenjak saat itu pula al-Azhar sering dikunjungi oleh ulama-ulama terkenal
dari berbagai daerah untuk belajar dan mengajar, seperti Ibn Khaldun, Abu al-‘Abbas

3
Ahmad al-Qalqasyandi (w. 821 H/1418 M) dan Jalal al-Din al-Suyuthi (w.911 H/1505
M).
Sejak dibuka kembali sebagai tempat shalat jumat dan tempat kegiatan
keilmuan, al-Azhar yang dulunya beraliran faham Syi’ah sekarang berubah menjadi
Faham Sunni. Pada masa ini, kebijakan dan perhatian pemerintah terhadap al-Azhar
sangat kondusif untuk pengembangan al-Azhar sebagai sebuah perguruan tinggi.
Diantaranya adalah al-Azhar banyak mendapat wakaf dari para sultan dan umara yang
tujuannya adalah untuk membantu dan memelihara kemasyhuran ilmu pengetahuan di
al-Azhar dan untuk kelanjutan al-Azhar sebagai pusat pergerakan ilmu pengetahuan di
Mesir dan dunia islam. Harta wakaf al-Azhar sampai saat ini masih digunakan untuk
membayar gaji para dosen dan karyawannya, baik untuk warga Mesur sendiri maupun
warga negara asing, juga digunakan untuk membiayai pembangunan asrama pelajar dan
mahasiswa.
Pada masa dinasti Mamalik, sistem pembelajaran di al-Azhar adalah para
mahasiswa diberi kebebasan dalam memilih mata kuliah yang dipelajarinya, sesuai
dengan disiplin ilmu yang dikuasai oleh masing-masing dosen. Setelah mahasiswa
dapat menguasai disiplin ilmu yang diberikan oleh seorang dosen, maka ia dipersilahkan
untuk memilih dosen yang lain untuk mempelajari mata kuliah yang berbeda. Setelah
mahasiswa yang sudah meyelesaikan kuliahnya kepada seorang dosen, maka ia akan
diberi Syahadah (ijazah).
Ketika Mesir hilang kedaulatannya tahun 922 H/1517 M, pendidikan dan
pengajaran mengalami kemunduran di al-Azhar khususnya dan madrasah-madrasah
lainnya. Pada masa itu ilmu yang diajarkan hanya bahasa arab dan ilmu-ilmu agama
saja, sedangkan ilmu aqliyah, seperti filsafat, ilmu bumi, ilmu pasti tidak ada dan
dianggap haram hukumnya.
Kendati demikian bukan berarti tidak ada seorangpun yang belajar dan
mengajarkan ilmu aqliyah, tetapi dengan kemauan sendiri, seperti Syaikh Abdul
Mun’im Damanhuri (w.1192 H/1778 M) dalam ijazahnya disebutkan ilmu yang telah
dipelajarinya meliputi al-Jabar, ilmu falak, ilmu kesehatan dan lain-lain.3

3
Hamid Hasan Bilgrami, Konsep Universitas Islam. (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1989) hlm. 110

4
B. Sistem dan Metode Pendidikan Al-Azhar
Pada mulanya pengajaran di Universitas al-Azhar sama dengan institusi pendidikan yang
lain, yaitu sistem halaqah (melingkar). Seorang pelajar bebas memilih guru dan pindah sesuai
dengan kemauannya. Umumnya guru atau syaikh yang mengajar itu duduk bersama para
pelajar, tetapi guru kadang-kadang duduk di kursi ketika menerangkan kitab yang
diajarkannya. Di samping itu, metode diskusi sangat dikembangkan sebagai metode dalam
proses pembelajaran antarpelajar. Seorang guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
memberikan penajaman dari materi yang didiskusikan
Al-Azhar merupakan univertas Islam tertua di Dunia, yang sampai saat ini masih
menggunakan sistem kalsik Al-Azhar menerapkan sistem pendidikan dengan jenjang empat
tahun. Yang mana dalam setiap pertemuannya tidak menggunakan sistem absen. Dimana hal
tersebut memiliki filosofi yang luar biasa yaitu bahwasanya seorang mahasiswa itu harus lebih
mengutamakan ilmu yang didapatkannya, bukan sekedar datang absen saja tanpa ilmu yang
didapat. Dalam menyelesaikan administrasi pun Al-Azhar masih menggunakan sistem manual,
dimana hal tersebut dapat melatih kesabaran mahasiswa.
Al-Azhar pun terkenal dengan sistem sanad (riwayat), di mana seorang mahasiswa
mengambil sebuah ilmu langsung dari gurunya dengan bertatap muka dan tentunya para murid
pun diuji seberapa jauh ia menguasi ilmu tersebut. Sistem ini ternyata sudah ada semenjak
Rasulullah SAW dan dipraktikkan oleh para Sahabat dan ulama sesudahnya. Sistem sanad ini
pulalah yang menjadikan kelimuan Islam tetap terjaga dari masa ke masa.Selain dibangku
kuliah, para mahasiswa Al-Azhar juga banyak menimba ilmu melalui halaqah-halaqah yang
diadakan di masjid Al-Azhar.
Al-Azhar megajarkan mahasiswanya untuk bersifat sederhana, hal ini dapat dilihat dari
ruang kuliahnya yang masih menggunakan meja dan bangku panjang yang diduduki 5-7 orang.
Saat perkuliahan pun mahasiswa bebas bertanya apapun kepada dosen bahkan sampai keluar
ruanganpun mereka masih dizinkan untuk bertanya, hingga mereka paham betul dengan ilmu
yang didapatnya Al-Azhar menggunakan sistem paket, jadi nilai mata kuliah yang diujikan
ketika semester ganjil dan genap disatukan. Bagi mereka yang membawa lebih dari dua mata
kuliah, akan mengulang selama setahun di kelas yang sama dengan mata kuliah yang ia bawa.

5
Sedangkan mereka yang membawa satu atau dua mata kuliah, ia tetap naik kelas dan hanya
diuji ulang mata pelajaran tersebut tanpa mengulang satu tahun di kelas yang sama.
Di sinilah terlihat ketatnya sistem ujian dan penialan di al-Azhar. Hal ini tidak lain karena
al-Azhar ingin mengajarkan kepada para mahasiwanya sebuah kesungguhan dalam belajar dan
mencari ilmu.4
Adapun tujuan Universitas al-Azhar adalah:
1. Mengemukakan kebenaran dan pengaruh turas Islam terhadap kemajuan umat
manusia dan jaminannya terhadap kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
2. Memberikan perhatian penuh terhadap ke-bangkitan turas ilmu, pemikiran, dan
keruhanian bangsa Arab Islam.
3. Menyuplai dunia Islam dengan ulama-ulama aktif yang beriman, percaya terhadap
diri sendiri, mempunyai keteguhan mental dan ilmu yang mendalam tentang
akidah, syariah, dan bahasa al-Quran.
4. Mencetak ilmuwan agama yang aktif dalam semua bentuk ke-giatan, karya,
kepemimpinan dan menjadi contoh yang baik, serta mencetak ilmuwan dari
berbagai ilmu pengetahuan yang sanggup aktif dalam dakwah Islam yang di-pimpin
dengan hikmat kebijaksanaan dan pelajaran yang baik di luar dan di dalam
Republik Arab Mesir.
5. Meningkatkan hubungan kebudayaan dan ilmiah dengan universitas dan lembaga
ilmiah Islam di luar negeri.
C. Perkembangan Ilmu pengetahuan di Universitas al-Azhar
Warisan lembaga pendidikan yang paling masyhur dan hingga kini masih bertahan adalah
Universitas AL-Azhar di Kairo, Mesir. Universitas ini pada mulanya sebuah masjid yang oleh
khalifah Fathimiyah dijadikan sebagai pusat untuk menyebarkan dakwah mereka. Pada masa
ini intervensi pemerintah terhadap al-Azhar sangat besar, misalnya seorang guru tidak boleh
mengajar sebelum mendapat izin dari khalifah.

4
Muhammad Hambal Shafwan, Intisari Sejarah Pendidikan Islam. (Solo: Pustaka Arafah, 2014) hlm. 155

6
Penggunaan masjid al-Azhar sebagai kegiatan pendidikan tinggi terjadi pada akhir masa
al-Mu’iz Lidinillah al-Fatimi pada bulan Safar 365 H/975 M. Beberapa pakar pernah menjadi
guru besar di Universitas Al-Azhar, salah satunya Abu Hasan Ali bin Nu’man al-Maghribi,
beliau mengajar kitab al-iqtishar, kitab ini berisi masalah fiqhiyah.

Al-azhar sebagai lembaga pendidikan saat ini telah banyak melahirkan ulama yang tidak
diragukan lagi dari aspek keilmuannya, dan telah banyak menyumbangkan khasanah ilmu
pengetahuan terutama keIslaman, baik dari Mesir maupun Ulama yang berasal dari daerah
lainnya. Diantara mereka ialah Izauddin bin Abdissalam, Imam Subkhi Jallaludin As- Suyuti,
Al Hafiz Ibnu Hajar Al-Asqolani, dan karya monumental dari para ulama tersebut masih dapat
dipelajari dan disaksikan sampai sekarang ini.5

5
Hanun Asrahah, Sejarah Pendidikan Islam. (Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu, 1999) hlm. 56

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Warisan lembaga pendidikan yang paling masyhur dan hingga kini masih bertahan
adalah Universitas AL-Azhar di Kairo, Mesir. Universitas ini pada mulanya sebuah
masjid yang oleh khalifah Fathimiyah dijadikan sebagai pusat untuk menyebarkan
dakwah mereka. Al-Azhar tidak hanya dikenal sebagai universitas Islam tertua di
dunia, tetapi Al-Azhar juga sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan mesir
selama 1.000 tahun. Al-Azhar telah melahirkan pemimpin-pemimpin besar, filusuf-
filusuf, sarjana-sarjana, tokoh-tokoh politik dan orang-orang terkenal. Pada abad ke-9
Hijriyah merupakan masa kejayaan bagi Al-Azhar karena pada saat itu Al-Azhar
menempati tempat tertinggi di antara madrasah-madrasah dan perguruan tinggi yang
ada di kairo. Ketika itu, Al-Azhar sebagai induk madrasah juga sebagai perguruan
tinggi terbesar yang tidak ada tandingannya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Asrahah, Hanun, 1999, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT LOGOS Wacana Ilmu.a
Bilgrami, Hamid Hasan, 1989, Konsep Universitas Islam, Yogyakarta: PT Tiara Wacana.
Shafwan, Muhammad Hambal, 2014, Intisari Sejarah Pendidikan Islam, Solo: Pustaka Arafah.
Syukur, Fatah, 2002, Sejarah Pendidikan Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Anda mungkin juga menyukai