Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KONTRASEPSI

1.1.1 Definisi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti ‘mencegah’ atau
‘melawan’ dan konsepsi yang berartipertemuan antara sel telur yang
matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari
kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel
sperma tersebut.
Kontrasepsi adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung
preparat estrogen dan progesterone.

1.1.2 Metode/cara
Ada dua metode/cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan
cara kontrasepsi moderen (metode efektif):
1.1.2.1 Cara Kontrasepsi Sederhana : Kontrasepsi sederhana terbagi
lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan
alat/obat. Kontarsepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan
dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan
kontrasepsi dengan alat/obat dapat dilakukan dengan
menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelly, atau
tablet berbusa (vaginal tablet).
1.1.2.2 Cara Kontrasepsi Modern/Metode Efektif : Cara kontrasepsi
ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan
kontrasepsi permanen. Kontrasepsi permanen dapat
dilakukan dengan pil, AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam
Rahim), suntikan, dan norplant. Sedangkan cara kontrasepsi
permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu

1
2

dengan operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) vasektomi


(sterilisasi pada pria).

Gambar 2. Kontrasepsi Dalam Rahim

1.1.3 Jenis kontrasepsi sederhana tanpa obat


1.1.3.1 Senggama terputus
Merupakan cara kontrasepsi yang paling tua. Senggama
dilakukan sebagaimana biasa, tetapi pada puncak senggama,
alat kemaluan pria dikeluarkan dari liang vagina dan sperma
dikeluarkan di luar. Cara ini tidak dianjurkan karena sering
gagal, karena suami belum tentu tahu kapan spermanya
keluar.
1.1.3.2 Pantang berkala (Kalender)
Cara ini dilakukan dengan tidak melakukan senggama pada
saat istri dalam masa subur. Cara ini kurang dianjurkan
karena sukar dilaksanakan dan membutuhkan waktu lama
untuk ‘puasa’. Selain itu, kadang juga istri kurang terampil
dalam menghitung siklus haidnya setiap bulan.

1.1.4 Jenis kontrasei sederhana dengan alat/obat


1.1.4.1 Kondom/Diafragma
Kondom merupakan salah satu pilihan untuk mencegah
kehamilan yang sudah populer di masyarakat. Kondom
adalah suatu kantung karet tipis, biasanya terbuat dari lateks,
tidak berpori, dipakai untuk menutupi zakar yang berdiri
(tegang) sebelum dimasukkan ke dalam liang vagina.
3

Kondom sudah dibuktikan dalam penelitian di laboratorium


sehingga dapat mencegah penularan penyakit seksual,
termasuk HIV/AIDS.
1.1.4.2 Cream, jelly, tablet berbusa
Semua kontrasepsi tersebut masing-masing dimasukkan ke
dalam liang vagina 10 menit sebelum melakukan senggama,
yaitu untuk menghambat geraknya sel sperma atau dapat juga
membunuhnya. Cara ini tidak populer di masyarakat dan
biasanya mengalami keluhan rasa panas pada vagina dan
terlalu banyak cairan sehingga pria kurang puas.

1.1.5 Jenis kontrasepsi modernn/efektif


1.1.5.1 Pil

Pil adalah obat pencegah kehamilan yang diminum. Pil


diperuntukkan bagi wanita yang tidak hamil dan
menginginkan cara pencegah kehamilan sementara yang
paling efektif bila diminum secara teratur. Minum pil dapat
dimulai segera sesudah terjadinya keguguran, setelah
menstruasi, atau pada masa post-partum.
Kontrasepsi pil tidak boleh diberikan pada wanita yang
menderita hepatitis, radang pembuluh darah, kanker payudara
atau kanker kandungan, hipertensi, gangguan jantung,
varises, perdarahan abnormal melalui vagina, kencing manis,
pembesaran kelenjar gondok (struma), penderita sesak napas,
eksim, dan migraine (sakit kepala yang berat pada sebelah
kepala).
4

Pemakaian pil dapat menimbulkan efek samping berupa


perdarahan di luar haid, rasa mual, bercak hitam di pipi
(hiperpigmentasi), jerawat, penyakit jamur pada liang vagina
(candidiasis), nyeri kepala, dan penambahan berat badan.
a. Jenis-jenis pil
1) Pil gabungan atau kombinasi. Tiap pil mengandung
dua hormon sintetis, yaitu hormon estrogen dan
progestin. Pil gabungan mengambil manfaat dari cara
kerja kedua hormon yang mencegah kehamilan, dan
hampir 100% efektif bila diminum secara teratur.
2) Pil berturutan. Dalam bungkusan pil-pil ini, hanya
estrogen yang disediakan selama 14—15 hari pertama
dari siklus menstruasi, diikuti oleh 5—6 hari pil
gabungan antara estrogen dan progestin pada sisa
siklusnya. Ketepatgunaan dari pil berturutan ini hanya
sedikit lebih rendah daripada pil gabungan, berkisar
antara 98—99%. Kelalaian minum 1 atau 2 pil
berturutan pada awal siklus akan dapat
mengakibatkan terjadinya pelepasan telur sehingga
terjadi kehamilan. Karena pil berturutan dalam
mencegah kehamilan hanya bersandar kepada
estrogen maka dosis estrogen harus lebih besar
dengan kemungkinan risiko yang lebih besar pula
sehubungan dengan efek-efek sampingan yang
ditimbulkan oleh estrogen.
3) Pil khusus–Progestin (pilmini). Pil ini mengandung
dosis kecil bahan progestin sintetis dan memiliki sifat
pencegah kehamilan, terutama dengan mengubah
mukosa dari leher rahim (merubah sekresi pada leher
rahim) sehingga mempersulit pengangkutan sperma.
5

Selain itu, juga mengubah lingkungan endometrium


(lapisan dalam rahim) sehingga menghambat
perletakan telur yang telah dibuahi.

1.1.6 AKDR
AKDR atau IUD (Intra Uterine Device) adalah alat yang
dimasukkan kedalam rahim. Alat ini sangat efektif dan tidak perlu
diingat setiap hari seperti halnya pil. Bagi ibu yang menyusui, AKDR
tidak akan mempengaruhi ASI, kelancaran ataupun kadar ASI.
Prinsip pemasangan adalah menempatkan AKDR setinggi mungkin
dalam rongga rahim (cavum uteri). Saat pemasangan yang paling baik
ialah pada waktu mulut peranakan masih terbuka dan rahim dalam
keadaan lunak. Misalnya, 40 hari setelah bersalin dan pada akhir haid.
Pemeriksaan secara berkala harus dilakukan setelah pemasangan satu
minggu, lalu setiap bulan selama tiga bulan berikutnya. Pemeriksaan
selanjutnya dilakukan setiap enam bulan sekali.
Keluhan yang dijumpai pada penggunaan AKDR adalah terjadinya
sedikit perdarahan, bisa juga disertai dengan mules yang biasanya
hanya berlangsung tiga hari. Tetapi, jika perdarahan berlangsung terus-
menerus dalam jumlah banyak, pemakaian AKDR harus dihentikan.
Pengaruh lainnya terjadi pada perangai haid. Misalnya, pada
permulaan haid darah yang keluar jumlahnya lebih sedikit daripada
biasa, kemudian secara mendadak jumlahnya menjadi banyak selama
1–2 hari. Selanjutnya kembali sedikit selama beberapa hari.
Kemungkinan lain yang terjadi adalah kejang rahim (uterine cramp),
serta rasa tidak enak pada perut bagian bawah. Hal ini karena terjadi
kontraksi rahim sebagai reaksi terhadap AKDR yang merupakan benda
asing dalam rahim. Dengan pemberian obat analgetik keluhan ini akan
segera teratasi. Selain hal di atas, keputihan dan infeksi juga dapat
timbul selama pemakaian AKDR.
6

Selain keluhan-keluhan di atas, ekspulsi juga sering dialami


pemakai AKDR, yaitu AKDR keluar dari rahim. Hal ini biasanya
terjadi pada waktu haid, disebabkan ukuran AKDR yang terlalu kecil.
Ekspulsi ini juga dipengaruhi oleh jenis bahan yang dipakai. Makin
elastis sifatnya makin besar kemungkinan terjadinya ekspulsi.
Sedangkan jika permukaan AKDR yang bersentuhan dengan rahim
(cavum uteri) cukup besar, kemungkinan terjadinya ekspulsi kecil.
Kontra indikasi dari pemakaian AKDR/IUD adalah belum pernah
melahirkan, adanya perkiraan hamil, kelainan alat kandungan bagian
dalam seperti : perdarahan yang tidak normal dari alat kemaluan,
perdarahan di leher rahim, dan kanker rahim.
AKDR/IUD ini dapat terus dipakai selama pemakai merasa cocok
dan tidak ada keluhan. Untuk AKDR yang mengandung tembaga,
hanya mampu berfungsi selama 2–5 tahun, tergantung daya dan luas
permukaan tembaganya. Setelah itu harus diganti dengan yang baru.

1.1.6.1 Jenis AKDR


a. Copper 7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk
memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran
diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan
gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas
permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya
lilitan tembaga halus pada jenis Coper-T.

Gambar 4. Jenis AKDR coper 7


7

b. Multi Load
AKDR ini terbuat dari dari plastik (polyethelene) dengan
dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel.
Panjangnya dari ujung atas ke bawah 3,6 cm. Batangnya
diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan
250 mm2 atau 375 mm2 untuk menambah efektivitas. Ada
3 ukuran multi load, yaitu standar, small (kecil), dan mini.

Gambar 5. Jenis AKDR Multi Load

c. Copper T 380
Copper-T adalah alat kontrasepsi dalam rahim
(AKDR) berbentuk T dengan lilitan tembaga pada bagian
horizontal dan/atau vertikal dari lengan T ditempatkan di
myometrium pada fundus uteri.
AKDR copper-T atau AKDR-Cu merupakan pilihan
metode kontrasepsi yang bekerja secara lokalis di uterus.
AKDR menghambat motilitas sperma ke tuba falopi,
memiliki kemampuan spermatisidal dan ovosidal
sehingga mencegah terjadinya fertilisasi. AKDR-Cu juga
memiliki kemampuan post-fertilisasi yaitu dengan
menghancurkan ovum yang telah terfertilisasi dan
mencegah terjadinya implantasi dengan membuat suasana
inflamasi pada uterus dan perubahan regulasi sitokin dan
integrin pada dinding uterus sehingga blastosis tidak
dapat melakukan implantasi.
8

Efektifitas copper-T umumnya risiko kehamilan


kurang dari 1 di antara 100 ibu dalam 1 tahun. Efektivitas
copper-T dapat bertahan hingga 12 tahun namun dengan
persentase risiko kehamilan yang berbeda-beda.
Efek samping AKDR-Cu yang paling sering terjadi
adalah volume perdarahan menjadi lebih banyak pada
saat menstruasi, disertai dismenorea, siklus menstruasi
menjadi tidak teratur atau memanjang, dan menstrual
spotting (perdarahan diluar siklus menstruasi). Oleh
karena efek samping ini, banyak wanita pengguna
AKDR-Cu melepas kontrasepsi ini pada tahun pertama
pemakaian. Seiring dengan berjalannya waktu, efek
samping akan semakin berkurang gejala dan
keparahannya.

Gambar 6 jenis AKDR coper T 380

1.1.7 Suntikan
Kontrasepsi suntikan adalah obat pencegah kehamilan yang
pemakaiannya dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat tersebut
pada wanita subur. Obat ini berisi Depo Medorxi Progesterone Acetate
(DMPA). Penyuntikan dilakukan pada otot (intra muskuler).
9

Kontrasepsi suntikan tidak diperbolehkan untuk wanita yang menderita


penyakit jantung, hipertensi, hepatitis, kencing manis, paru-paru, dan
kelainan darah.
Kelebihan suntikan antara lain adalah sangat efektif sebagai alat
kontrasepsi (0.1 – 0.4 kehamilan per 100 perempuan) selama tahun
pertama penggunaan. Angka kegagalannya kurang dari 1%, dapat
diberikan pada ibu yang sedang menyusui bayinya, karena tidak
mengurangi produksi asi, risiko terhadap kesehatan kecil, jangka
panjang, efek samping sangat kecil.
Sedangkan kekurangan suntikan antara lain adalah terjadi
perubahan pada haid, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan,
ketergantungan klien terhadap petugas kesehatan, penambahan berat
badan, kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
Dua kontrasepsi suntikan berdaya kerja lama yang sekarang
banyak dipakai adalah :
1.1.7.1 DMPA (Depot Medroxyprogesterone asetat ) = Depo
Proveraa.
Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama
kuranglebih 20 tahun dan smapai saat ini akseptornya
berjumlah kira-kira5 juta wanita. Diberikan sekali setiap 3
bulan dengan dosis 150 mg. Angka kegagalan DMPA : < 1
per 100 wanita pertahun. Efek samping utama : gangguan
pola haid. Sedangkan efek samping lainkecil sekali, antara
lain :
a. Berat badan naik, antara 1-5 kg (DMPA).
b. Sebagian besar wanita belum kembali fertilitasnya selama
4-5 bulansetelah menghentikan suntikannya.Penelitian-
penelitian membuktikan bahwa sampai saat ini
kontrasepsisuntikan tidak menambah risiko terjadinya
karsinoma seperti
10

karsinoma payudara atau servik, progesteron, termasuk


DMPA digunakan untuk mengobati karsinoma
endometrium.
Farmakologi DMPA :
a. Tersedia dalam larutan mikrokristaline.
b. Setelah 1 minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar
puncak, lalukadarnya tetap tinggi untuk 2-3 bulan,
selanjutnya menurun kembali.
c. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari
penyuntikan, tetapiumumnya ovulasi baru timbul kembali
setelah 4 bulan atau lebih.
d. Pada pemakaian jangka alama, tidak tejadi efek
akumulatif dari DMPAdalam darah/serum.

1.1.7.2 NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerata.


a. Dipakai lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor
kira-kira 1,5 juta wanita.
b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8 minggu
atau sekalisetiap 8 minggu untuk 6 bulan pertama (= 3x
suntikan pertama),kemudin selanjutnya sekali setiap 12
minggu.Baik DMPA maupun NET EN sangat aktif
dengan angka kegagalan untuk NET EN : 2 per 100
wanita pertahun.
Farmakologi NET EN :
a. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone,
dibuat dalamlarutan minyak. Larutan minyak tidak
mempunyai ukuran partikel yangtetap dengan akibat
pelepasan obat dari tempat suntikan kedalam
sirkulasidarah dapat sangat bervariasi.
b. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan
lebih cepatdibandingkan dengan DMPA.
11

c. Setelah disuntikkan, NET EN harus di ubah menjadi


norethindrone (NET)sebelum ia menjadi aktif secara
biologis.
d. Kadar puncak dalam serum tercapai dlam 7 hari setelah
penyuntikan,kemudian menurun secara tetap dan tidak
ditemukan lagi dalam waktu 2,5 – 4 bulansetelah
disuntikkan.
1.1.8 Kontra-Indikasi Suntikan
WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan
pada:
1.1.8.1 Kehamilan
1.1.8.2 Ca Mammae
1.1.8.3 Ca Traktus Genitalia
1.1.8.4 Pendarahan Abnormal UterusDisamping itu WHO juga
menganjurkan untuk:
1.1.8.5 Mempertimbangkan kontra indikasi yang berlaku untuk POK
1.1.8.6 Pada wanita dengan DM atau riwayat DM selama kehamilan,
harus dilakukan follow up dengan teliti, karena dari beberapa
percobaanlaboratorium, ditemukan bahwa DMPA
mempengaruhi metabolismkarbohidrat.
1.1.9 Efek Samping Suntikan
1.1.9.1 Gangguan haid; ini yang paling sering terjadi dan paling
seringmengganggu.
1.1.9.2 Pola haid yang normal dapat berubah menjadi:
a. Amenore
b. Perdarahan ireguler
c. Perdarahan bercak
d. Perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang
hilang
e. Efek pada pola haid tergantung pada lama
pemakaianPerdarahan inter-menstrual dan perdarahan
12

bercak berkurangdengan jalannya waktu, sedangkan


kejadian amenore bertambah besar.
DMPA lebih sering menyebabkan perdarahan, perdarahan-
bercak dan amenore dibandingkan dengan NET EN, dan
amenore padaDMPA tampaknya lebih sering terjadi pada
akseptor dengan berat badan tinggi.
Bila terjadi amenore, berkurangnya darah haid sebenarnya
memberikan efek yang menguntungkan yakni berkurangnya
insidens anemia.
1.1.9.3 Berat badan yang bertambah.
Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar,
bervariasi antara < 1kg- 5 kg pada tahun pertama. Penyebab
pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi
karena bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi
cairan tubuh.
Hipotesa para ahli: DMPA merangsang pusat pengendalian
nafsu makan di hypothalamus, yang menyebabkan ekseptor
makan lebih banyak dari pada biasanya.
1.1.9.4 Sakit Kepala
Insedensakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET
EN danterjadi pada kurang dari 1-17% akseptor
1.1.9.5 System kardiovaskular
Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau
system pembekuan darah maupun system fibrinolitik.
Tidak ditemukan bukti bukti bahwa DMPA maupun
NET EN menambah resikotimbulnya bekuan darah atau
gangguan sirkulasi lain.
Perubahan dalam metabolism lemak, terutama penurunan
HDL kolesterol, baik pada DMPA maupun NET EN dicurigai
dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit
kardiovaskuler. HDL kolesterol rendah menyebabkan
13

timbulnya arterosklerosis. Sedangkan terhadap trigliserida


dan kolesterol total tidak ditemukan efek apapun dari
kontrasepsi suntikan.

1.1.10 Jenis kontrasepsi berdasarkan waktu pemberian


Kontrasepsi suntikan jangka panjang yang baru WHO meneliti dua
macam kontrasepsi suntikan yang baru, yang merupakan senyawa ester
berasal dari NET atau Levonorgestrel. Estera dalah kombinasi streroid
dengan suatu asam:
a. HRP002 : Berisi levonorgestrel butanoate, dosis 20 mg akan
mencegah ovulasi untuk 3 bulan, beredar tahun 1992
b. HRP011 : Berisi levonorgestrel 3-oxime cyclopentyl carboxylate,
yang secara kimiawi serupa dengan progestin lain yaitu
norgestimate. Senyawa tersebut kurang mengakibatkan perubahan-
perubahan endometrium. Dosis yang sedang diteliti 20, 40, dan 60
mg. jangka penyuntikan 6 bulan beredar pada pertengahan
dasawarsa 1990.
Keuntungan dari kontrasepsi suntikan senyawa ester ini
lebih banyak dibandingkan kontrasepsi suntikan yang sudah
ada atau standar:
a. Pelepasan hormon dari tempat suntikan berjalan hampirkonstan,
tanpa pelepasan-awal yang tinggi seperti yang terjadi pada DMPA
dan NET EN
b. Diberikan dalam larutan mikrokristaline yang aqueous sepertiyang
dipakai pada DMPA, sehingga pembuatannya lebihmudah dan
biaya nya lebih murah
1.1.11 Kontrasepsi suntikan sekali sebulan
Banyak digunakan di Negara-negara latin dan RRC terdiri dari
kombinasi dari estrogen dan progesteron. Kontrasepsi sekali sebulan
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan kontrasepsi biasa
atau standar, yaitu:
14

a. Menimbulkan perdarahan teratur setiap bulan


b. Kurang menimbulkan perdarahan bercak atau perdarahan irregular
lainnya
c. Kurang menimbulkan amenore
d. Efek samping lebih cepat menghilang setelah suntikan dihentikan
Adapun kekurangan dari kontrasepsi sekali sebulan adalah:
a. Penyuntikan lebih sering
b. Biaya keseluruhan lebih tinggi
c. Kemungkinan efek samping karena estrogen
Efek Non-Kontraseptif
Kontrasepsi suntikan juga mempunyai efek non-kontraseptif yang
menguntungkan, yaitu:
a. DMPA telah diakui sebagai terapi untuk karsinoma endometrium
(primer maupun mestatik)
b. Pada wanita yang sedang menyusui, DMPA dapat menambah
jumlah ASI
c. Kadar Hb sering bertambah, sehingga dapat menolong mencegah
anemia, baik pada DMPA maupu NET EN
d. Pada penderita penyakit sickle cell (suatu penyakit genetic di
afrika),DMPA mengurangi rasa sakit dan terdapat lebih sedikit sel
darahmerah abnormal.
e. DMPA juga memberi proteksi terhadap beberapa macam
infeksitraktus genitalia/PID
f. DMPA juga mencegah vulvo-vaginal candidiasisg
g. DMPA mengurangi resiko karsinoma ovarium dan
karsinomaendometrium
h. DMPA diperbolehkan di Amerika Serikat untuk dipakai
padakarsinoma ginjal (sebagai pengobatan paliatif)
i. DMPA kadang-kadang digunakan untuk mengobati pubertas.
15

j. DMPA dalam dosis sangat tinggi digunakan untuk mengurangi


kadartestosterone pada pria dengan kelakuan seksual yang
abnormal

1.1.12 Susuk/norplant
Norplant merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang bisa
digunakan untuk jangka waktu 5 tahun. Pemasangan norplant biasanya
dilakukan di bagian atas (bawah kulit) pada lengan kiri wanita (lengan
kanan bagi yang kidal), agar tidak mengganggu kegiatan. Norplant
dapat dipasang pada waktu menstruasi atau setelah melahirkan oleh
dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan
pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu dan juga disuntik untuk
mencegah rasa sakit. Luka bekas pemasangan harus dijaga agar tetap
bersih, kering, dan tidak boleh kena air selama 5 hari. Pemeriksaan
ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah pemasangan. Setelah itu,
setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun norplant harus
diambil/dilepas. Masing-masing kapsul mengandung progestin
levonogestrel sintetis yang juga terkandung dalam beberapa jenis pil
KB. Hormon ini lepas secara perlahan-lahan melalui dinding kapsul
sampai kapsul diambil dari lengan pemakai.

Efektivitas norplant cukup tinggi. Tingkat kehamilan yang ditimbulkan


pada tahun pertama adalah 0,2%, pada tahun kedua 0,5%, pada tahun
ketiga 1,2%, dan 1,6% pada tahun keempat. Secara keseluruhan,
tingkat kehamilan yang mungkin ditimbulkan dalam jangka waktu
lima tahun pemakaian adalah 3,9 persen. Wanita dengan berat badan
lebih dari 75 kilogram mempunyai risiko kegagalan yang lebih tinggi
sejak tahun ketiga pemakaian (5,1 persen).

Wanita yang tidak diperbolehkan menggunakan norplant adalah


mereka yang menderita penyakit diabetes, kolesterol tinggi, tekanan
16

darah tinggi, migrain, epilepsi, benjolan pada payudara, depresi


mental, kencing batu, penyakit jantung, atau ginjal.

Kelebihan norplant adalah masa pakainya cukup lama, tidak


terpengaruh faktor lupa sebagaimana kontrasepsi pil/suntik, dan tidak
mengganggu kelancaran air susu ibu. Sedangkan kekurangannya
adalah bahwa pemasangan hanya bisa dilakukan oleh dokter atau bidan
yang terlatih dan kadang-kadang menimbulkan efek samping, misalnya
spotting atau menstruasi yang tidak teratur. Selain itu, kadang-kadang
juga menimbulkan berat badan bertambah.

1.1.13 Tubektomi, vasektomi


Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita
yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapatkan
keturunan lagi. Sterilisasi bisa dilakukan juga pada pria, yaitu
vasektomi. Dengan demikian, jika salah satu pasangan telah
mengalami sterilisasi, maka tidak diperlukan lagi alat-alat kontrasepsi
yang konvensional. Cara kontrasepsi ini baik sekali, karena
kemungkinan untuk menjadi hamil kecil sekali. Faktor yang paling
penting dalam pelaksanaan sterilisasi adalah kesukarelaan dari
akseptor. Dengan demikian, sterilisasi tidak boleh dilakukan kepada
wanita yang belum/tidak menikah, pasangan yang tidak harmonis atau
hubungan perkawinan yang sewaktu-waktu terancam perceraian, dan
pasangan yang masih ragu menerima sterilisasi. Yang harus dijadikan
patokan untuk mengambil keputusan untuk sterilisasi adalah jumlah
anak dan usia istri. Misalnya, untuk usia istri 25–30 tahun, jumlah anak
yang hidup harus 3 atau lebih.

1.1.14 Penggunaan kontrasepsi menurut umur


a. Umur ibu kurang dari 20 tahun
1) Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral
17

2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan


muda frekuensi bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai
kegagalan tinggi
3) Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan
4) Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak
dulu
b. Umur ibu antara 20–30 tahun
1) Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan
melahirkan
2) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai
spiral sebagai pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau
pil
c. Umur ibu di atas 30 tahun
1) Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant.
Kondom bisa merupakan pilihan kedua
2) Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi
(sterlilisasi) dapat dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan
dengan spiral, kondom, maupun pil dalam arti mencegah.

1.2 Rencana asuhan keperawatan klien dengan kontrasepsi


1.2.1 Pengkajian
1.2.1.1 Identitas
Yang dikaji meliputi biodata dan suami mulai dari nama,
umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
alamat, no. telp.
1.2.1.2 Keluhan Utama
Dikaji keluhan klien yang berhubungan dengan penggunaan
KB antara lain amenorea/ perdarahan tidak terjadi,
perdarahan bercak, meningkatnya/ menurunnya BB.
1.2.1.3 Riwayat KB
18

Dikaji apakah klien pernah menjadi akseptor KB lain


sebelum menggunakan KB kombinasi dan sudah berapa lama
menjadi akseptor KB tersebut.
1.2.1.4 Riwayat Obstetri Lalu
Dikaji riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.
1.2.1.5 Riwayat Menstruasi Lalu
Dikaji menarche pada umur berapa, siklus haid, lamanya
haid, sifat darah haid, dysmenorhea atau tidak, flour albus
atau tidak.
1.2.1.6 Riwayat Kesehatan Klien
Dikaji apakah klien menderita penyakit jantung, hipertensi,
kanker payudara, DM, dan TBC.
1.2.1.7 Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga klien ada yang menderita penyakit
jantung, DM, TBC, hipertensi dan kanker payudara.
1.2.1.8 Pola Kehidupan
Dikaji meliputi pola nutrisi, pola eliminasi, pola istirahat,
pola aktivitas, pola aktivitas seksual, pola personal hygiene,
dan kebiasaan sehari-hari.
1.2.1.9 Pemeriksaan Umum
Meliputi pemeriksaan pada tekanan darah, nadi, pernafasan,
BB, TB, suhu badan, kesadaran.
1.2.1.10 Pemeriksaan Khusus
a. Wajah : dilihat adanya bercak hitam (chloasma) adanya
oedem, conjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterus.
b. Leher : diraba adanya pembesaran kelenjar tyroid dan
kelenjar limfe, adanya bendungan vena jugularis.
c. Dada : dilihat bentuk mammae, diraba adanya massa pada
payudara.
19

d. Genetalia : dilihat dari condiloma aquminata, dilihat dan


diraba adanya infeksi kelenjar bartholini dan kelenjar
skene.
e. Ekstremitas : dilihat adanya eodem pada ekstrimitas
bawah dan ekstrimitas atas, adanya varices pada
ekstremitas bawah.

1.3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


Diagnosa 1 Nyeri akut
1.3.2.1 Definisi
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang muncul secara aktual atau potensial
kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan.
1.3.2.2 Batasan karakteristik
a. Laporan secara verbal atau nonverbal
b. Fakta dari observasi
c. Respon autonom (seperti berkeringat, perubahan
tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi
pupil)
1.3.2.3 Faktor yang berhubungan
Agen cedera fisik

Diagnosa 2 : kurang pengetahuan


1.3.2.1 Definisi
Tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif
sehubungan dengan topik spesifik.
1.3.2.2 Batasan karakteristik
Memverbalisasikan adanya masalah.
1.3.2.3 Faktor yang berhubungan
20

Keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang


salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak
mengetahui sumber-sumber informasi.

1.3 Intervensi keperawatan


Diagnosa 1 nyeri akut
1.3.1 Tujuan
Nyeri teratasi
1.3.2 Kriteria hasil
a. Intensitas nyeri berkurang
b. Klien tampak rileks
1.3.3 Intervensi
a. Kaji tingkat nyeri
b. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam
c. Anjurkan klien menggunakan tekhnik relaksasi nafas dalam
d. Berikan tindakan kenyamanan misalnya memberi pijatan

Diagnosa 2 Kurang pengetahuan


1.4.1 Tujuan
Pengetahuan dapat meningkat
1.4.2 Kriteria hasil
Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang kontrasepsi
1.4.3 Intervensi
a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan klien tentang
kontrasepsi
b. Jelaskan tentang kontrasepsi yang akan dipilih
c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada pemakaian
kontrasepsi yang akan dipilih
21

Daftar Pustaka

Burns, August, dkk.2000. Pemberdayaan Wanita Dalam Bidang


Kesehatan.Yogyakarta: Andi
Hamilton, Persis Mary.1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta: ECG
Manuaba, Ida Bagus Gde.2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Nurarif.A.H, Kusuma.H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Nanda
NIC NOC. Jakarta: EGC
Pillitteri, Adele.2002. Buku Saku Perawatan Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai