Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KASUS

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. A

No. RM : 161949

Umur : 30 tahun

Alamat : Abbanuang Komp. Barebbo Kab. Bone

Agama : Islam

Suku : Bugis

Status Perkawinan : Menikah

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Pasien masuk ke UGD Jiwa RSKD pada tanggal 7 Juli 2017 untuk pertama

kalinya diantar oleh ibu kandung pasien dan kakak pasien.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis dari :

Nama : Ny. J

Umur : 55 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Bone
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung pasien

A. Keluhan Utama:

Gelisah

B. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Seorang pasien laki-laki masuk UGD RSKD untuk pertama kalinya

dibawa oleh ibu kandungnya dengan keluhan gelisah sejak 2 tahun yang

lalu yang semakin memberat. Pasien suka mondar-mandir keluar rumah.

Pasien susah tidur malam hari dan sering meminta untuk dibelikan obat

tidur. Jika pasien terbangun pasien sering berteriak-teriak. Pasien

berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Pasien merasa ada yang mau

membunuh dan pada saat mau makan pasien mendengar suara berbisik

yang mengatakan bahwa ada racun di dalam makanannya sehingga

pasien langsung membuang makanannya.

Awal perubahan perilaku kurang lebih 2 tahun yang lalu, pada

tahun 2015. Pada saat itu pasien merasa cemburu terhadap kakaknya

karena kakaknya yang diwarisi sawah oleh ayahnya sementara sawah

itu merasa hasil dari kerja kerasnya. Semenjak saat itu pasien lebih

mudah marah dan keluar rumah tanpa tuuan yang jelas. Pasien tinggal

bersama ibu kandung dan kakak perempuannya.

1. Hendaya Fungsi

Hendaya dalam bidang sosial : ada

Hendaya dalam aspek pekerjaan : ada


Hendaya dalam penggunaan waktu senggang: ada

2. Faktor stressor psikososial : masalah keluarga

3. Hubungan gangguan sekarang dengan gangguan riwayat penyakit

fisik dan psikis sebelumnya

Riwayat infeksi : tidak ada

Riwayat trauma : tidak ada

Riwayat kejang : tidak ada

Riwayat merokok : ada, (± 1 bungkus/hari)

Riwayat alkohol : tidak ada

Riwayart NAPZA : tidak ada

C. Riwayat Gangguan Psikiatri Sebelumnya

Keluhan dan gejala pertama kalinya dirasakan sejak tahun 2015.

Saat ini pasien masuk RSKD untuk yang pertama kalinya. Saat ini

pasien semakin sering marah dan tidak dapat menahan emosinya.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Pasien lahir normal, cukup bulan. di bantu oleh dukun. Waktu

kecil pasien mendapatkan ASI eksklusif. Berat badan lahir normal,

riwayat kejang dan infeksi pada saat bayi tidak ada

2. Riwayat Masa Kanak Awal (1 – 3 tahun)

Tumbuh kembang pasien normal seperti anak lain seusianya.

Pasien tidak mengalami keterlambatan dalam perkembangan.

3. Riwayat Masa Kanak Pertengahan ( 4 – 11 tahun )


Pasien bersekolah di Sekolah Dasar, pasien mampu mengikuti

pelajaran sekolah, pergaulan pasien dengan teman seusianya juga

baik.

4. Riwayat Masa Kanak Akhir (usia 12 – 14 tahun)

Pasien tidak melanjutkan pendidikannya di jenjang SMP

dikarenakan kekurangan biaya sehingga pasien hanya membantu

keluarganya bekerja di sawah namun hubungan dengan keluarga

dan orang sekitar masih baik.

5. Riwayat Masa Remaja (Usia 15-18 tahun)

Pasien setiap hari bekerja membantu orang tuanya bertani sawah

demi meningkatkan perekonomian keluarga namun kedua orang tua

pasien pisah rumah karena merasa sudah saling tidak menyayangi.

Pasien memilih tetap tinggal bersama bapaknya dengan tetap

bekerja sebagai petani padi. Ibu pasien memilih tinggal di rumah

keluarganya di daerah Belopo Kab. Luwuk. Hubungan pasien

dengan keluar akan tetapi

6. Riwayat Masa Dewasa

Dimasa dewasa pasien masih bekerja sebagai petani hingga usia

27 tahun. Pasien dikenal sebagai pekerja yang paling kuat dari

saudara-saudaranya sebagai petani. Namun pada suatu hari, ayah

pasien mewarisi sawah kepada kakak pasien padahal menurut pasien

sawah itu adalah sawah yang selalu dikerjakan olehnya. Semenjak

saat itu pasien mulai marah-marah kepada orang tuanya.


a. Riwayat Pendidikan

Pasien bersekolah hingga tamat SD.

b. Riwayat Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai petani padi.

c. Riwayat Pernikahan

Pasien menikah di tahun 2011, dari pernikahannya pasien

memiliki satu orang anak perempuan. Hubungan suami istri

mulai kurang baik sekitar 3 tahun yang lalu dikarenakan pasien

pernah memarahi istrinya dan pernah mengusirnya sehingga istri

dan anak pasien memliih untuk tidak tinggal bersama dengan

pasien.

d. Riwayat Kehidupan Pribadi

Pasien dikenal sebagai orang yang baik dan sedikit pendiam.

Namun hubungan pasien dengan teman-temannya baik. Pasien

dikenal sebagai orang yang pemalu bila berbicara dengan

perempuan. Pasien dikenal sebagai pekerja keras, suka bertani

semenjak umur 13 tahun dan tidak melanjutkan sekolah

dijenjang SMP karena kurangnya biaya sehingga pasien ingin

membantu kehidupan keluarganya dengan bertani.

e. Riwayat Kehidupan Keluarga


Anak ke 8 dari 10 bersaudara. (♀,♂,♂,♂,♂,♀,♀,♂,♀,♀).

Hubungan dengan keluarga baik, pasien tinggal bersama ibu

kandung dan kakak kandungnya..

Genogram

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: Menikah

: Anak

f. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal bersama ibu kandungnya dan saudara

perempuannya, berdasarkan keterangan saudaranya, pasien

adalah orang yang suka keluar rumah dan pergi ke gunung-

gunung tanpa ada tujuan yang jelas.


PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGI

a. Status Internus

Keadaaan umum pasien tampak baik, gizi cukup, kesadaran

composmentis, tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 84 kali/menit,

frekuensi pernapasan 22 kali/menit, suhu tubuh 36,4oC, konjungtiva

tidak anemis, sklera tidak ikterus. Pemeriksaan fisis jantung, paru-paru,

abdomen kesan dalam batas normal, ekstremitas atas dan bawah tidak

ada kelainan.

b. Status Neurologi

Gejala rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), kernig’s sign (-)/(-),

pupil bulat dan isokor 2,5 mm/2,5 mm, reflex cahaya (+)/(+). Fungsi

motorik dan sensorik keempat ekstremitas dalam batas normal, dan tidak

ditemukan reflekspatologis.

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

a. Deskripsi umum

1. Penampilan : seorang laki-laki, wajah sesuai umur (30 tahun),

perawakan tubuh sedikit kurus, kulit coklat, menggunakan jaket

berwarna hitam, dan celana jeans panjang, Perawatan diri cukup.

2. Kesadaran : Berubah.

3. Perilaku dan aktifitas psikomotor : Tenang.

4. Pembicaraan : spontan, lancar, intonasi biasa

5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif


b. Keadaan afektif

1. Mood : disforik

2. Afek : Terbatas

3. Empati : tidak dapat dirabarasakan

c. Fungsi Intelektual (Kognitif)

1. Taraf pendidikan

Pengetahuan umum dan kecerdasan pasien sesuai dengan tingkat

pendidikannya yakni lulusan Sekolah Dasar.

2. Orientasi

a. Waktu : baik

b. Tempat : baik

c. Orang : baik

3. Daya ingat

a. Jangka panjang : baik

b. Jangka pendek : baik

c. Jangka segera : baik

4. Konsentrasi dan Perhatian : cukup

5. Pikiran abstrak : baik

6. Bakat Kreatif : tidak ada

7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik

d. Gangguan Persepsi dan Pengalaman Diri

1. Halusinasi :
- visual : tidak ada.

- auditorik : ada, pasien mendengar suara seseorang yang

mengatakan bahwa ada yang ingin membunuhnya dan ada yang

mengatakan bahwa ia seorang raja dan memiliki istana. Pasien

mendengarnya setiap hari.

2. Ilusi : tidak ada

3. Depersonalisasi : tidak ada

4. Derealisasi : tidak ada

e. Proses Berfikir

1. Produktivitas : biasa

2. Kontuinitas : relevan dan koheren

3. Hendaya berbahasa : tidak ada

4. Isi pikiran

Preokupasi : tidak ada

Gangguan isi pikir :

- Waham kejaran (pasien merasa ada yang ingin membunuhnya).

- Waham kebesaran (pasien mengatakan bahwa ia adalah Raja)

f. Pengendalian Impuls

Pengendalian Impuls : baik

g. Daya Nilai dan Tilikan


1. Norma Sosial : baik

2. Uji Daya Nilai : baik

3. Penilaian Realitas : baik

4. Tilikan : pasien merasa tidak sakit (tilikan 4)

h. Taraf Dapat Dipercaya

Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Seorang pasien laki-laki 30 tahun masuk IGD RSKD untuk pertama

kalinya dengan keluhan gelisah yang memberat sejak 2 tahun. Pasien suka

mondar-mandir keluar rumah dan terkadang hanya pulang mandi dan

kemudian kembali keluar rumah. . Pasien kurang tidur di malam hari dan

biasanya tidur di sembarang tempat. Jika pasien terbangun di malam hari

pasien sering berteriak-teriak, berbicara sendiri, dan tertawa sendiri. Pasien

merasa ada yang mau membunuh dan pada saat mau makan pasien

mendengar suara bisikan yang mengatakan bahwa ada racun di dalam

makanannya. Riwayat penggunaan obat belum ada.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan kesadaran pasien tidak

berubah, Psikomotor tetap, pembicaraan spontan, lancar, intonasi sedang.

Mood baik, afek tumpul, keserasian serasi, empati tidak dapat diraba

rasakan. Tidak terdapat halusinasi visual. Halusinasi auditorik mendengar

suara seseorang yang mengatakan bahwa ada yang ingin membunuhnya.


Gangguan isi pikir berupa waham kejaran dan waham kebesaran. Pasien

merasa dirinya Raja dan pasien merasa ada yang ingin membunuh dirinya.

V. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I:

Dari autoanamnesis dan alloanamnesis ditemukan adanya gejala

klinis bermakna yaitu pasien sering marah, berbicara sendiri dirumahnya

dan mondar-mandir keluar rumah. Keadaan ini menimbulkan penderitaan

(distress) pada dirinya dan keluarga serta terdapat hendaya (dissability)

pada fungsi psikososial, pekerjaan dan penggunaan waktu senggang

sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan jiwa.

Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam

menilai realita dimana pasien bersikap tidak mengakui keadaannya yang

sakit dan membutuhkan pertolongan, hendaya berat dalam fungsi mental

berupa halusinasi auditorik, waham kejaran, waham kebesaran, serta

hendaya berat dalam fungsi sosial berupa ketidakmampuan membina relasi

dengan keluarga dan orang lain sehingga didiagnosis Gangguan Jiwa

Psikotik.

Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan

adanya kelainan yang mengindikasikan gangguan medis umum yang dapat

menimbulkan gangguan otak, sehingga penyebab organik dapat

disingkirkan dan pasien dapat didiagnosis berdasarkan PPDGJ-III sebagai

Gangguan Jiwa Psikotik Non Organik.


Pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya beberapa gejala

yaitu halusinasi auditorik, waham kejar, waham kebesaran dengan

perlangsungan lebih dari 1 bulan lalu sehingga berdasarkan PPDGJ III

pasien didiagnosis sebagai gangguan skizofrenia. Sehingga berdasarkan

pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa (PPDGJ III) diagnosis

diarahkan pada gangguan skizofrenia paranoid (F20.0).

Aksis II

Tidak ditemukan

Aksis III

Tidak ditemukan

Aksis IV

Stressor psikososial : masalah keluarga

Aksis V

GAF Scale saat ini : 50-41 (gejala berat, disabilitas berat)

VI. DAFTAR MASALAH

 Organobiologik

Tidak ditemukan kelainan fisik bermakna, namun karena terdapat

ketidak seimbangan neurotransmitter maka memerlukan

psikofarmakoterapi.

 Psikologik
Ditemukan adanya hendaya berat dalam menilai realita berupa adanya

halusinasi auditorik yang menimbulkan gejala psikis sehingga pasien

memerlukan psikoterapi.

- Sosiologi

Didapatkan adanya hendaya dalam bidang sosial, pekerjaan dan

penggunaan waktu senggang, sehingga memerlukan sosioterapi.

VII. PROGNOSIS :

Dari hasil alloanamnesis, didapatkan keadaan-keadaan berikut ini

Prognosis : Dubia et malam

a. Faktor yang mendukung kearah prognosis baik:

– Gejala positif yang menonjol

– Tidak ada kelainan organik

– Riwayat yang sama dalam keluarga tidak ada

b. Faktor yang mendukung kearah prognosis buruk

- Pasien merasa dirinya tidak sakit

- Dukungan keluarga yang tidak kooperatif

- Adanya masalah dalam keluarga dan ekonomi, sikap pemarah

pasien.

VIII. RENCANA TERAPI

a. Psikofarmakoterapi

- Haloperidol 5mg 3x1


- Chlorpromazine 100 mg (0-0-1)

- Trihexyphenidil 2 mg 3X1

b. Psikoterapi

- Suportif

Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien

dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi

penjelasan dan pengertian mengenai penyakitnya, manfaat

pengobatan, cara pengobatan, efek samping yang mungkin timbul

selama pengobatan, serta memotivasi pasien supaya mau minum

obat secara teratur.

- Sosioterapi

Memberikan penjelasan kepada orang-orang terdekat pasien

sehingga bisa menerima keadaan pasien dan memberikan dukungan

moral serta menciptakan lingkungan yang kondusif untuk

membantu proses penyembuhan dan keteraturan pengobatan.

IX. FOLLOW UP

Memantau keadaan umum pasien serta perkembangan penyakitnya,

selain itu menilai efektifitas terapi dan kemungkinan efek sampingnya.

XI. DISKUSI
Skizofrenia adalah gangguan psikotik dan paling sering ditemukan.

Hampir 1% penduduk didunia menderita skizofrenia selama hidup mereka.

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa

muda. Gejala skizofrenia yang paling menonjol adalah waham dan

halusinasi. Skizofrenia terbagi menjadi beberapa subtipe berdasarkan

variabel kliniknya yaitu skizofrenia paranoid, skizofrenia disorganisasi,

skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual,

skizofrenia simpleks, depresi pasca skizofrenia, skizofrenia yang tak

tergolongkan.1,2

Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:

a. Didapatkan dua gejala atau lebih di bawah ini, setiap gejala spesifik

dialami selama kurang lebih 1 bulan. Di antaranya:

- Waham

- Halusinasi

- Inkohorensia

- Tingkah laku katatonik

- Gejala-gejala negatif seperti emosi, dan lain-lain.

b. Untuk hasil yang lebih signifikan onset masalah tersebut, akan

mengganggu fungsi level satu atau dua lebih area seperti pekerjaan,

hubungan dengan relasi atau diri sendiri.

c. Tanda yang berulang selama kira-kira 6 bulan

d. Gangguan skizoaktif dan depresi atau gangguan bipolar, tetapi tidak

sering.
e. Masalah yang menyangkut penggunaan zat ataupun obat-obatan.3

Skizofrenia ditandai adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar

dan khas, dan adanya afek yang tidak wajar atau tumpul. Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga

(PPDGJ III) membagi simptom skizofrenia dalam kelompok-kelompok

penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama untuk diagnosis.

Cara diagnosis pasien skizofrenia menurut PPGDJ III antara lain;3


Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan

biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau

kurang jelas):3

a. Thought echo: isi pikiran diri sendiri yang berulang atau bergema

dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun

isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau

Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asing dari luar

masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal)

Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga

orang lain atau umum mengetahuinya.

b. Waham dikendalikan (delusion of control). waham dipengaruhi

(delusion of influence), atau "passivity", yang jelas merujuk pada

pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran,

perbuatan atau perasaan (sensations) khusus; persepsi delusional;


c. Halusinasi suara (audiotorik) yang berkomentar secara terus-

menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien

di antara mereka sendiri. atau jenis suara halusinasi lain yang berasal

dari salah satu bagian tubuh.

d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya

dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya

mengenai identitas keagamaan atau pulitik, atau kekuatan dan

kemampuan "manusia super" (misalnya mampu mengendalikan

cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

 Atau paling sedikit gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas

dalam kurun waktu satu bulan atau lebih;

a. Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas. apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang

setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun

oleh ide-ide berlebihan (over valued ideas) yang menetap, atau

apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-

bulan terus-menerus;

b. Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan

(interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidakrelevan, atau neologisme;


c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),

sikap tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas serea,

negativisme, mutisme dan stupor;

d. Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodo (apatis),

pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul

atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari

pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas

bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau

medikasi neuroleptika;

e. Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan,

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas,

sikap berdiam diri (self-absorbed attitude) dan penarikan diri secara

sosial.

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung

selama kurun waktu satu bulan atau lebih. Kondisi-kondisi yang

memenuhi persyaratan gejala tersebut tetapi yang lamanya kurang dari

satu bulan (baik diobati atau tidak) harus didiagnosis pertama kali

sebagai gangguan psikosis fungsional.

Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis dan

pemeriksan status mental. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang

mengarah dengan diagnosis Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid


adalah tipe paling stabil dan paling sering. Berdasarkan PPDGJ III,

kriteria diagnosis skizofrenia paranoid:

 Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia dan sebagai tambahan:

1. Halusinasi yang harus menonjol yaitu suara-suara halusinasi yang

mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik

tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit, mendengung, atau bunyi

tawa.

2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual

atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi

jarang menonjol.

3. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan atau “passivity” dan keyakinan dikejar-kejar yang

beraneka ragam, adalah yang paling khas.

Gejala terlihat sangat konsisten, sering paranoid, pasien dapat atau tidak

bertindak sesuai dengan wahamnya.3

Psikoterapi bermanfaat untuk mengurangi atau menghilangkan keluhan-

keluhan dan mencegah kambuhnya pola perilaku maladaptif atau gangguan

psikologik. Psikoterapi dapat diberikan secara individual, kelompok, atau

pasangan sesuai dengan gangguan psikologis yang dialaminya. Efek obat

anti-psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah

dosis terakhir masih mempunyai efek klinis. sehingga tidak langsung

menimbulkan kekambuhan setelah obat dihentikan, biasanya 1 bulan

kemudian baru gejala sindrom psikosis kambuh kembali.4


Obat anti-psikosis yang digunakan dalam mengatasi sindrom psikosis

anti-psikosis tipikal dan atipikal. tipikal mencakup golongan phenothiazine,

butyrophenon, diphenyl butyl piperidine dan atipikal mencakup golongan

benzamide, dibenzodiazepine, benzisoxazole. Mekanisme kerja obat anti-

psikosis tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca-sinaptik

neuron di otak, khususnya di system limbik dan system ekstrapiramidal

(dopamine D2 receptor antagonist) sehingga efektif untuk gejala positif

sedangkan anti-psikosi atipikal untuk gejala positif dan negatif.4

Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol sehingga digunakan obat

anti-psikosis tipikal yaitu Haloperidol merupakan obat golongan

butyrophenon yang menurunkan ambang rangsang konvulsi,

memperlambat dan menghambat jumlah gelombang teta dan sama-sama

memiliki efek sedatif. Haloperidol selain menghambat efek dopamine juga

bisa meningkatkan turn over ratenya, efek sampingnya dapat menimbulkan

reaksi ekstrapiramidal syndrome yang insidensnya cukup tinggi. Batas

keamanan obat ini cukup lebar sehingga obat ini cukup aman, efek samping

berupa gejala seperti ikterus, dermatitis, dan leukopenia mungkin timbul.5

Pasien ini masuk dengan keluhan gelisah karena bermasalah dengan

keluarga terutama suami, pasien sering mendengar suara-suara yang

mengganggunya dan menakutinya, sehingga pemberian obat ini dapat

menenangkan pasien agar suara-suara yang di dengar berkurang atau hilang

dan pasien dapat tenang beristirahat. 4,5


Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad bonam, dinilai dari faktor

pendukung ke prognosis baik yaitu tidak ada kelainan organik dan riwayat

yang sama dalam keluarga tidak ada. Faktor pendukung ke prognosis buruk

yaitu adanya masalah dalam keluarga dan ekonomi, sikap pemarah pasien,

dan pasien yang merasa bahwa dirinya tidak sakit dan tidak membutuhkan

pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan & Sadock. (2010). Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi 2. Jakarta : Penerbit

Buku Kedokteran ECG.

2. Elvira S, Hadisukanto G. (2010). Buku Ajar Psikiatri. Jakarta : Badan Penerbit

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

3. Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-

III dan DSM-5. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

4. Maslim, R. (2014). Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. edisi

3.Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya.

5. Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. (2011). Farmakologi dan terapi. Edisi

5. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai