Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Sistem Politik Demokrasi

Konsep Dan Ciri Negara Hukum

Sejarah Lahir Dan Perkembangan HAM

DISUSUN OLEH :

PELAMITA ( 1811154010144 )

DOSEN PEMBIMBING:

H. IKHSAN YUSDA SH. LLM. MM

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

TA : 2018 / 2019
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………... ………………………………….…………..…….I

DAFTAR ISI……………….. …………………………….………………...…….….....II

BAB I PENDAHULUAN…………………. .…………………………………………..1

A. Latar Belakang………………………...................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... .……1
C. Tujuan Makalah .......................................................................................... …….1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………. 2

A. Sistem Politik Demokrasi ................................................................................. …….2


B. Konsep Dan Ciri Negara Hukum ...................................................................... …….5
C. Sejarah Lahir Dan Perkembangan HAM. ......................................................... ..….10

BAB III PENUTUP…………..……………………………………………………….16

A. Kesimpulan ................................................................................................. …..16


B. Saran . ......................................................................................................... …..16

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………III
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,


yang telah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga
penulis telah dapat menyelesaikan makalah. Kemudian shalawat beriringan salam
senantiasa kita mohonkan kepada-Nya agar selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan risalah-Nya kepada kita sehingga
menjadikan kita menjadi manusia beradab dan berilmu pengetahuan.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menghadapi berbagai macam halangan dan
rintangan. Namun, penulisan makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dan
bimbingan dengan penuh ketulusan dan keikhlasan dari beberapa pihak.

Selanjutnya penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam penyelesaian penulisan makalah ini. Penulis berdo’a
dan berharap kepada Allah SWT semoga amal dan kebaikan kita semua diridhai oleh
Allah SWT dan bernilai ibadah di hadapan-Nya.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa di dalamnya masih belum
terlepas dari kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun
penyampaiannya. Untuk itu, penulis sangat menghargai kritik dan saran yang konstruktif
dari segenap pembaca untuk lebih sempurnanya makalah ini. Atas kritik dan saran yang
disampaikan, penulis ucapkan terima kasih.

Bukittinggi, Maret 2019

PELAMITA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Demokrasi berarti kekuasaan yang berada ditangan rakyat. Jadi, kekuasaannya
berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Semua golongan mempunyai
kesempatan untuk turut serta dalam proses politik dan pemerintah. Dalam sistem politik
kekuasaan bukanlah tujuan, kekuasaan merupakan cara untuk mencapai hal-hal yang
diinginkan aktor politik untuk mewujudkan kesejahteraan warga Negara.
Dalam sistem politik demokrasi kepentingan rakyat diutamakan. Sistem politik
demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis.
Sistem politik demokrasi diyakini mampu menjamin hak kebebasan warga Negara,
membatasi kekuasaan pemerintahan dan memberikan keadilan. Indonesia sejak awal
berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politiknya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa pengertian sistem politik demokrasi ?
1.2.2 Apa itu konsep dan cirri Negara hukum ?
1.2.3 Apa sejarah lahir dan perkembangan HAM ?

1.3 Tujuan Makalah


1.3.1 Untuk mengetahui tentang system politik demokrasi
1.3.2 Untuk mengetahui tentang konsep dan cirri Negara hukum
1.3.3 Untuk mengetahui tentang sejarah lahir dan perkembangan HAM
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SISTEM POLITIK DEMOKRASI


2.1.1 Landasan Sistem Politik Demokrasi Di Indonesia
Berdasarkan pembagian system politik ada dua pembedaan yaitu system politik
demokrasi dan system politik non demokrasi. ( Samuel Huntington, 2001 ). Sistem politik
demokrasi didasarkan pada nilai, prinsip, prosedur, dan kelembagaan yang demokratis.
Sistem politik demokrasi diyakini mampu menjamin hak kebebasan warga Negara,
membatasi kekuasaan pemerintahan dan memberikan keadilan. Indonesia sejak awal
berdiri sudah menjadikan demokrasi sebagai pilihan sistem politiknya. Namun sejak awal
perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami pasang surut demokrasi sesuai dengan
konteks zamannya.
Landasan Negara Indonesia sebagai Negara demokrasi terdapat dalam :
1. Pembukaan UUD 1945 pada alinea 4 yaitu “ Maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu UUD Negara RI yang terbentuk dalam suatu
susunan Negara RI yang berkedaulatan rakyat “.
2. Pasal 1 ayat ( 2 ) UUD 1945 yang menyatakan bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan
dilakukan menurut ketentuan UUD.
Isi dan mekanisme sistem politik demokrasi Indonesia dirumuskan pada bagian
pasal - pasal UUD 1945. Hal demikian sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 ayat ( 2 )
UUD 1945 bahwa kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD
1945.

2.1.2 Sendi-Sendi Pokok Sistem Politik Demokrasi Indonesia


Adapun sendi-sendi pokok sistem politik demokrasi di Indonesia adalah :
1. Ide kedaulatan rakyat
Bahwa yang berdaulat di Negara demokrasi adalah rakyat. Ide ini menjadi
gagasan pokok dari demokrasi. Tercermin pada pasal 1 ayat ( 2 ) UUD 1945 yang
berbunyi “ Kedaulatan di tangan rakyat dan dilakukan menurut ketentuan UUD ”.
2. Negara berdasar atas hukum
Negara demokrasi adalah negara hukum. Negara hukum Indonesia menganut
hukum dalam arti materiil ( luas ) untuk mencapai tujuan nasional. Tercermin pada pasal
1 ayat ( 3 ) UUD 1945 yang berbunyi “ Negara Indonesia adalah Negara hukum ”.
3. Bentuk republik
Negara dibentuk untuk memperjuangkan realisasi kepentingan umum ( republika
). Negara Indonesia berbentuk republik yang memperjuangkan kepentingan umum.
Tercermin pada pasal 1 ayat ( 1 ) UUD 1945 yang berbunyi “ Negara Indonesia adalah
Negara kesatuan yang berbentuk Republik ”.
4. Pemerintahan berdasarkan konstitusi
Penyelenggaraan pemerintahan menurut ketentuan peraturan perundang -
undangan dan berlandaskan konstitusi atau undang-undang dasar yang demokratis.
Tercermin pada pasal 4 ayat ( 1 ) UUD 1945, bahwa “ Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar ”.
5. Pemerintahan yang bertanggung jawab
Pemerintah selaku penyelenggara negara merupakan pemerintah yang
bertanggung jawab atas segala tindakannya. Berdasarkan demokrasi pancasila,
pemerintah ke bawah bertanggung jawab kepada rakyat dan ke atas bertanggung jawab
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.
6. Sistem perwakilan
Pada dasarnya, pemerintah menjalankan amanat rakyat untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Demokrasi yang dijalankan adalah demokrasi perwakilan atau tidak
langsung. Para wakil rakyat dipilih melalui pemilu.
7. Sistem pemerintahan presidensiil
Presiden adalah penyelenggara Negara tertinggi. Presiden adalah kepala Negara
sekaligus kepala pemerintahan.

2.1.3 Mekanisme Dalam Sistem Politik Demokrasi Indonesia


Pokok-pokok dalam dalam sistem politik Indonesia sebagai berikut :
1. Merupakan bentuk Negara kesatuan dengan prinsip otonomi yang luas. Disamping
adanya pemerintah pusat terdapat pemerintah daerah yang memiliki hak otonom.
2. Bentuk pemerintahan republik, sedangkan sistem pemerintahan presidensiil.
3. Presiden adalah kepala Negara sekaligus kepala pemerintahan. Presiden dan wakil
presiden dipilih secara langsung oleh rakyat untuk masa jabatan 5 tahun.
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR maupun DPR. Disamping kabinet,
presiden dibantu oleh suatu dewan pertimbangan.
5. Parlemen terdiri dari dua ( bicameral ), yaitu Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ), dan
Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ). Para anggota DPR dan DPD merupakan anggota
MPR. DPR terdiri atas para wakil yang dipilih rakyat melalui pemilu dengan sistem
proporsional terbuka. Anggota DPD adalah para wakil dari masing-masing provinsi.
Anggota DPD dipilih oleh rakyat melalui pemilu dengan sistem distrik berwakil banyak.
Selain lembaga DPR dan DPD, terdapat DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten / Kota
yang anggotanya juga dipilih melalui pemilu. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan
kekuasaan mengawasi jalanya pemerintahan.
6. Pemilu diselenggarakan untuk memilih presiden dan wakil presiden, anggota DPR,
anggota DPD, anggota DPRD Provinsi, anggota DPRD Kabupaten/Kota dan kepala
daerah.
7. Sistem multipartai. Banyak sekali partai politik yang bermunculan di Indonesia
terlebih setelah berakhir Orde Baru. Pemilu 1999 diikuti 48 partai politik. Pemilu 2004
diikuti oleh 24 partai politik.
8. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di
bawahnya yaitu pengadilan tinggi dan pengadilan negeri serta sebuah Mahkamah
Konstitusi.
9. Lembaga Negara lainnya adalah Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Yudisial.

2.1.4 Masa Depan Demokrasi


Enam kondisi yang diperlukan untuk kelancaran demokratisasi dinegara
berkembang yaitu :
1. Penguatan struktur ekonomi yang berbasis keadilan sehingga memungkinkan
terwujudnya prinsip kesederajatan warga Negara.
2. Tersedianya kebutuhan – kebutuhan dasar bagi kepentingan survive warga Negara
seperti pangan, kesehatan dan pendidikan.
3. Kemapanan kesatuan dan identitas nasional sehingga tahap terhadap pembelaan dan
perbedaan social politik warga Negara.
4. Pengetahuan yang luas, pendidikan, kedewasaan, sikap toleransi dan rasa tanggung
jawab kolektif warga Negara khususnya masyarakat pemilih.
5. Rezim yang terbuka dan bertanggung jawab dalam menggunakan sumber – sumber
puplik secara efisien.
6. Pengakuan yang berkelanjutan dari Negara – Negara demokratis terhadap praktik
demokrasi yang berjalan dan secara khusus bersedia menawarkan pelatihan dan
penyebarluasan praktik demokrasi yang baik dan kredibel.
Lima kondisi yang dianggap dapat mendukung pembangunan demokrasi yang
stabil yaitu :
1. Para pemimpin tidak menggunakan intrumens kekerasan yaitu polisi dan militer
untuk meraih dan mempertahankan kekuasaan.
2. Terdapatnya organisasi masyarakat pluralis yang modern dan dinamis.
3. Potensi konflik dalam pluralism subkultural dipertahankan pada level yang masih
dapat ditoleransi.
4. Diantara penduduk negeri kuhusnya lapisan politik aktif terdapat budaya politik dan
sistem keyakinan yang mendukung ide dan lembaga demokrasi.
5. Dampak dari pengaruh dan control oleh Negara asing dapat menghambat dan
mendukung secara positif.

2.2 KONSEP DAN CIRI NEGARA HUKUM


2.2.1 Pengertian Negara Hukum
Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah rechsstaat atau rule of law. Rechsstaat atau
rule of law itu sendiri dapat dikatakan sebagai bentuk perumusan yuridis dari gagasan konstitusional.
Oleh karena itu, konstitusi dan Negara ( hukum ) merupakan dua lembaga yang tidak terpisahkan. Secara
sederhana, yang dimaksud dengan Negara hukum adalah Negara yang penyelenggaraan kekuasaan
pemerintahannya didasarkan atas hukum. Dalam Negara hukum, kekuasaan menjalankan pemerintahan
berdasarkan kedaulatan hukum ( supremasi hukum ) dan bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban
hukum ( Mustafa Kamal Pasha, 2003 ).
Oleh karena itu dapat saja Negara berdasar atas suatu hukum tetapi justru landasan hukum yang
dibuat tersebut digunakan untuk menyalahgunakan kekuasaan serta tidak menjamin kepentingan rakyat.
Dengan demikian di dalam Negara hukum, kekuasaan Negara berdasar atas hukum bukan kekuasaan
belaka serta pemerintahan Negara berdasar pada kontitusi yang berpaham konstitusionalisme. Negara
berdasar atas hukum menempatkan hukum sebagai hal yang tertinggi ( supreme ) sehingga ada istilah
supremasi hukum. Supremasi hukum harus tidak boleh mengabaikan tiga ide dasar hukum, yaitu
keadilan, kemanfaatan, dan kepastian ( Achmad Ali : 2002 ). Di negara hukum, hukum tidak hanya
sekedar sebagai “ Formalitas “ atau “ prosedur “ belaka dari kekuasaan.
Bila sekedar formalitas, hukum dapat menjadi sarana pembenaran untuk dapat melaksanakan
tindakan yang salah satu atau menyimpang. Oleh karena itu di Negara hukum, hukum harus tidak boleh
mengabaikan “ rasa keadilan masyarakat “. Apalagi Negara berdasar atas hukum, pemerintahan Negara
itu juga harus berdasar atas suatu konstitusi atau undang – undang dasar sebagai landasan
penyelenggaraan pemerintahan. Konstitusi dalam Negara hukum adalah konstitusi yang bercirikan
gagasan konstitusionalisme yaitu adanya pembatasan atas kekuasaan dan jaminan hak dasar warga
Negara. Negara – Negara komunis atau Negara otoriter memiliki konstitusi tetapi menolak gagasan
tentang konstitusionalisme sehingga tidak dapat disebut Negara hukum dalam arti yang sesungguhnya.
Negara hukum adalah unik, sebab Negara hendak dipahami sebagai suatu konsep hukum (
Jimly Asshiddiqie, 2004 ). Dalam Negara hukum nantinya akan terdapat satu kesatuan system hukum
yang berpuncak pada konstitusi atau undang – undang dasar. Dengan adanya system hukum,
penyelenggaraan Negara dan rakyat dapat bersatu di bawah dan tunduk pada system yang berlaku.
Dengan demikian, dalam Negara yang berdasar atas hukum, konstitusi Negara merupakan sarana
pemersatu bangsa. Hubungan antara warga Negara dengan Negara, hubungan antar lembaga Negara dan
kinerja masing – masing elemen kekuasaan berada pada satu system aturan yang disepakati dan
dijunjung tinggi.

2.2.2 Negara Hukum Formil Dan Negara Hukum Materiil


Salah satu cirri penting dalam Negara yang menganut konstitusionalisme yang hidup pada abad
ke – 19 adalah sifat pemerintahannya yang pasif, artinya pemerintah hanya sebagai wasit atau pelaksana
dari berbagai keinginan rakyat yang dirumuskan para wakilnya di parlemen. Jika dikaitkan dengan Trias
Politika dalam konsep Montesquieu, tugas pemerintah terbatas pada tugas eksekutif, yaitu melaksanakan
undang – undang yang dibuat oleh parlemen. Pada waktu itu ( abad ke – 19 ) masih dikuasai gagasan
bahwa pemerintah hendaknya tidak turut campur dalam urusan warga negaranya kecuali dalam hal
menyangkut kepentingan umum seperti bencana alam, hubungan luar Negeri dan pertahanan Negara (
Mirriam Budiardjo, 1977 ) aliran ini disebut liberalisme yang dirumuskan dalam dalil the least
government is the best government ( pemerintahan yang paling sedikit mengatur adalah pemerintahan
yang baik ).
Negara dalam pandangan ini adalah Negara yang memiliki ruang gerak sempit. Negara
mengurusi hal – hal sedikit sedangkan yang banyak terutama dalam kepentingan ekonomi diserahkan
pada warga secara liberal. Negara hanya mempunyai tugas pasif yaitu baru bertindak apabila hak – hak
warga Negara dilanggar atau ketertiban keamanan umum terancam. Konsepsi Negara demikian adalah
Negara hukum dalam arti sempit atau disebut Negara hukum formil, Negara hukum klasik. Negara
dalam pandangan ini hanya dianggap sebagai Negara penjaga malam ( Nachtwachterstaat ). Jadi Negara
hukum formil adalah Negara hukum dalam arti sempit yaitu Negara yang membatasi ruang geraknya dan
bersifat pasif terhadap kepentingan rakyat Negara. Urusan ekonomi diserahkan pada warga dengan dalil
laissez faire, laissez aller yang berarti bila warga dibiarkan mengurus kepentingan ekonominya sendiri
maka dengan sendirinya perekonomian Negara akan sehat.
Gagasan bahwa pemerintah dilarang campur tangan dalam urusan warga baik dalam bidang
ekonomi dan social lambat laun berubah menjadi gagasan bahwa pemerintah bertanggung jawab atas
kesejahteraan rakyat dan karenanya harus aktif mengatur kehidupan ekonomi dan social ( Mirriam
Budiardjo, 1977 ). Gagasan baru ini disebut dengan welfare state atau Negara kesejahteraan. Sebagai
konsep hukum, Negara yang muncul adalah Negara hukum materiil atau Negara hukum dalam arti luas.
Dalam Negara hukum materiil atau dapat disebut Negara hukum modern, pemerintah diberi tugas
membangun kesejahteraan umum diberbagai lapangan kehidupan. Pemerintah diberi freies ermessen
yaitu kemerdekaan yang dimiliki pemerintah untuk turut serta dalam kehidupan ekonomi social dan
keleluasaan untuk tidak terikat pada produk legislasi parlemen.
Konsep Negara hukum materiil ( modern ) dengan demikian berbeda dengan konsep Negara
hukum formil ( klasik )yang muncul pada abad ke – 19. Pemerintah dalam Negara hukum materiil bisa
bertindak lebih luas dalam urusan dan kepentingan puplik jauh melebihi batas – batas yang pernah diatur
dalam konsep Negara hukum formil. Pemerintah ( eksekutif ) bahkan bisa memiliki kewenangan
legislative kewenangan ini meliputi tiga hal, pertama adanya hak inisiatif yaitu hak mengajukan
rancangan undang – undang yang sederajat dengan undang – undang terlebih dahulu persetujuan
parlemen meskipun dibatasi kurun waktu tertentu. Kedua hak delegasi yaitu membuat peraturan
perundang – undangan dibawah undang – undang. Ketiga droit ermessen ( menafsirkan sendiri aturan –
aturan yang masih enunsiatif ).( Mahfud MD, 1993 ).
Jadi Negara hukum materiil ( Negara hukum modern ) atau dapat disebut welfare state adalah
Negara yang pemerintahnya memiliki keleluasaan untuk turut campur tangan dalam urusan warga
dengan dasar bahwa pemerintah ikut bertanggung jawab terhadap kesejahteraan rakyat. Negara bersifat
aktif dan mandiri dalam upaya membangun kesejahteraan rakyat.

2.2.3 Ciri – Ciri Negara Hukum


Negara hukum yang muncul pada abad ke – 19 adalah Negara hukum formil atau Negara
hukum dalam arti sempit. Telah dikemukakan bahwa Negara hukum merupakan terjemahan dari istilah
rechtsstaat atau rule of law. Istilah rechtsstaat diberikan oleh para ahli hukum eropa konstinental
sedangkan istilah rule of law diberikan oleh para ahli hukum anglo saxon.
Ciri – cirri Rechtsstaat dari kalangan ahli hukum eropa konstinental Friendrich Julius Stahl yaitu :
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak asasi manusia yang biasa dikenal
sebagai Trias Politika
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan – peraturan
4. Peradilan administrasi dalam perselisihan
Ciri – cirri rule of law dari kalangan ahli hukum anglo saxon AV dicey yaitu :
1. Supremasi hukum dalam arti tidak boleh ada kesewenang – wenangan sehingga seseorang hanya
boleh dihukum jika melanggar hukum
2. Kedudukan yang sama didepan hukum baik bagi rakyat biasa maupun bagi penjabat
3. Terjaminnya hak – hak manusia dalam undang – undang atau keputusan pengadilan
Ciri – cirri rechtsstaat atau rule of law diatas masih dipengaruhi oleh konsep Negara hukum
formil atau Negara hukum dalam arti sempitt. Dari pencirian diatas terlihat bahwa peranan pemerintah
hanya sedikit karena ada dalil bahwa “ pemerintah yang sedikit adalah pemerintah yang baik “. Dengan
munculnya konsep Negara hukum materiil pada abad ke – 20 maka perumusan ciri – ciri Negara hukum
sebagaimana dikemukakan oleh stahl dan dicey diatas kemudian ditinjau lagi sehingga dapat
menggambarkan perluasan tugas pemerintahan yang tidak boleh lagi bersifat pasif. Sebuah komisi para
juris yang tergabung dalam international commission of jurist pada konferensinya dibangkok tahun 1965
merumuskan ciri – ciri pemerintahan yang demokratis dibawah rule of law yang dinamis yaitu :
1. Perlindungan konstitusional dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin hak – hak individu harus
menentukan cara procedural untuk memperoleh perlindungan atas hak – hak yang dijamin.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat
4. Pemilihan umum yang bebas
5. Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan civics ( kewarganegaraan )
Menurut Montesquieu Negara yang paling baik ialah Negara hukum sebab didalam konstitusi
dibanyak Negara terkadung tiga inti pokok yaitu :
1. Perlindungan HAM
2. Ditetapkannya ketatanegaraan suatu Negara
3. Membatasi kekuasaan dan wewenang organ – organ Negara
Prof. Sudargo Gautama mengemukakan ada tiga ciri atau unsure dari Negara hukum yaitu :
1. Terdapat pembatasan kekuasaan Negara terhadap perorangan maksudnya Negara tidak dapat
bertindak sewenang – wenang. Tindakan Negara dibatasi oleh hukum individual mempunyai hak
terhadap Negara atau rakyat mempunyai hak terhadap penguasa
2. Asas legalitas setiap tindakan Negara harus berdasarkan hukum yang telah diadakan terlebih dahulu
yang harus ditaati juga oleh pemerintah atau apaturnya
3. Pemisahan kekuasaan agar hak – hak asasi itu betul – betul terlindungi diadakan pemisahan
kekuasaan yaitu badan yang membuat peraturan perundang – undangan melaksanakan dan badan
yang mengadili harus terpisah satu sama lain tidak berada dalam satu tangan
Franz Magnis Suseno ( 1997 ) mengemukakan adanya lima cirri Negara hukum sebagai salah
satu cirri hakiki Negara demokrasi yaitu :
1. Fungsi kenegaraan dijalankan oleh lembaga yang bersangkutan sesuai dengan ketetapan sebuah
undang – undang dasar
2. Undang – undang dasar menjamin hak asasi manusia yang paling penting. Karena tanpa jaminan
tersebut hukum akan menjadi sarana penindasan. Jaminan hak asasi manusia memastikan bahwa
pemerintah tidak dapat menyalahgunakan hukum untuk tindakan yang tidak adil atau tercela
3. Badan – badan Negara menjalankan kekuasaan masing – masing selalu dan hanya taat pada dasar
hukum yang berlaku
4. Terhadap tindakan badan Negara masyarakat dapat mengadu ke pengadian dan putusan pengadilan
dilaksanakan oleh badan Negara
5. Badan kehakiman bebas dan tidak memihak
Mustafa Kamal Pasha ( 2003 ) menyatakan adanya tiga cirri khas Negara hukum yaitu :
1. Pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia, Didalam cirri ini terkandung ketentuan
bahwa didalam suatu Negara hukum dijamin adanya perlindungan hak asasi manusia berdasarkan
ketentuan hukum. Jaminan itu umumnya dituangkan dalam konstitusi Negara bukan pada peraturan
perundang – undangan dibawah konstitusi Negara. Undang – undang dasar Negara berisi ketentuan
– ketentuan tentang hak asasi manusia inilah salah satu gagasan konstitusionalisme
2. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak, dalam cirri ini terkandung
ketentuan bahwa pengadilan sebagai lembaga peradilan dan badan kehakiman harus benar – benar
indenpenden dalam membuat putusan hukum tidak dipengaruhi oleh kekuasaan lain terutama
kekuasaan eksekutif dengan wewenang sebagai lembaga yang mandiri terbebas dari kekuasaan lain
diharapkan Negara dapat menegakan kebenaran dan keadilan
3. Legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya, bahwa segala tindakan penyelenggara Negara
maupun warga Negara dibenarkan oleh kaedah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum

2.3 SEJARAH LAHIR DAN PERKEMBANGAN HAM


Latar belakang sejarah hak asasi manusia pada hakikatnya muncul karena inisiatif
manusia terhadap harga diri dan martabatya sebagai akibat tindakan sewenang – wenang
dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan kezaliman ( tirani ).
Perkembangan pengakuan hak asasi manusia ini berjalan secara perlahan dan
beraneka ragam. Perkembangannya dapat kita lihat berikut ini :

2.3.1 Perkembangan Hak Asasi Manusia Pada Masa Sejarah


1. Pejuangan nabi musa dalam membebaskan umat yahudi dari perbudakan ( tahun 6000
sebelum masehi )
2. Hukum Hammurabi di babylonia yang member jaminan keadilan bagi warga Negara (
tahun 2000 sebelum masehi )
3. Socrates ( 469 – 399 SM ), Plato ( 429 – 347 SM ), dan Aristoteles ( 384 – 322 SM )
sebagai filsuf Yunani peletak dasar diakuinya hak asasi manusia. Mereka mengajarkan
untuk mengkritik pemerintah yang tidak berdasarkan keadilan, cita – cita dan
kebijaksanaan.
4. Perjuangan nabi Muhammad saw. Untuk membebaskan para bayi wanita dan wanita
dari penindasan bangsa Quraisy ( tahun 600 masehi )

2.3.2 Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Inggris


Inggris merupakan Negara pertama didunia yang memperjuangkan hak asasi
manusia. Perjuangan tersebut tampak dari beberapa dokumen sebagai berikut :
1. Tahun 1215, Munculnya piagam “ Magna Charta “ atau Piagam agung terjadi pada
pemerintahan Raja John yang bertindak sewenang – wenang terhadap rakyat dan
terhadap kelompok bangsawan. Tindakan Raja John tersebut mengakibatkan rasa
tidak puas kaum bangsawan yang kemudian berhasil membuat suatu perjanjian yang
disebut Magna Charta. Magna Charta membatasi kekuasaan Raja John di Inggris
2. Tahun 1628, Keluarnya piagam “ Petition of Rights “ Dokumen ini berisi pertanyaan
mengenai hak – hak rakyat beserta jaminannya. Hak – hak tersebut adalah :
a. Pajak dan pungutan istimewa harus disertai persetujuan
b. Warga Negara tidak boleh dipaksakan menerima tentara dirumahnya
c. Tentara tidak boleh menggunakan hukum perang dalam keadaan damai
3. Tahun 1679, munculnya “ Habeas Corpus Act “ Dokumen ini merupakan undang –
undang yang mengatur tentang penahanan seseorang . Isinya adalah sebagai berikut :
a. Seseorang yang ditahan segara diperiksa dalam waktu dua hari setelah penahanan
b. Alasan penahanan seseorang harus disertai bukti yang sah menurut hukum
4. Tahun 1689, keluar “ Bill of Rights “ merupakan undang – undang yang diterima
parlemen inggris sebagai bentuk perlawanan terhadap Raja James II Bill of Rights ini
merupakan undang – undang yang diterima parlemen inggris yaitu tentang :
a. Kebebasan dalam pemilihan anggota parlemen
b. Kebebasan berbicara dan mengeluarakan pendapat
c. Pajak, undang – undang dan pembentukan tentara tetap harus seizin parlemen
d. Hak warga negara untuk memeluk agama menurut kepercaannya masing – masing
e. Parlemen berhak untuk mengubah keputusan raja

2.3.3 Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Amerika Serikat


Perjuangan penegakan hak asasi manusia diamerika didasari pemikiran John
Locke, yaitu tentang hak – hak alam seperti, hak hidup ( life ), hak kebebasan ( liberty ),
dan hak milik ( property ). Dasar inilah yang kemudian dijadikan landasan bagi
pengakuan hak – hak asasi manusia yang terlihat dalam Declaration of Independence of
the United States.
Di amerika serikat perjuangan hak – hak asasi manusia itu adalah karena rakyat
Amerika Serikat yang berasal dari eropa sebagai emigran merasa tertindas oleh
pemerintahan inggris, yang pada waktu itu merupakan jajahan inggris. Amerika Serikat
berhasil mencapai kemerdekannya pada tanggal 4 juli 1776. Dalam sejarah perjuangan
hak asasi manusia Negara amerika serikat dapat dikatakan sebagai Negara pertama yang
menetapkan dan melindungi hak asasi manusia dalam konstitusinya.

2.3.4 Perkembangan Hak Asasi Manusia Di Prancis


Perjuanan hak asasi manusia di prancis dirumuskan dalam suatu naskah pada awal
revolusi prancis pada tahun 1789, sebagai pernyataan tidak puas dari kaum borjuis dan
rakyat terhadap kesewenang – wenang Raja Louis XVI. Naskah tersebut dikenal dengan
Declaration des Droits de L’homme et Du Citoyen ( pernyataan mengenai hak – hak asasi
manusia dan warga Negara ). Deklarasi ini menyatakan bahwa “ hak asasi manusia ialah
hak – hak alamiah yang dimiliki manusia menurut kodratnya, yang tidak dapat
dipisahkan daripada hakikatnya dan karena itu bersifat suci “.
Revolusi Prancis ini terkenal sebagai perjuangan penegakan HAM di Eropa.
Dalam revolusi ini muncul semboyan Liberty, Egality dan Fraternity ( kebebasan,
persamaan dan persaudaraan ). Pada tahun 1791, deklarasi ini dimasukan dalam
konstitusi prancis.
2.3.5 Atlantik Charter Tahun 1941
Atlantik Charter muncul pada saat terjadinya perang dunia II yang dipelopori oleh
F. D. Roosevelt yang menyebutkan The Four Freedom ( empat macam kebebasan ) :
1. Kebebasan untuk beragama ( freedom of religion )
2. Kebebasan untuk berbicara dan berpendapat ( freedom of speech and thought )
3. Kebebasan dari rasa takut ( freedom of fear )
4. Kebebasan dari kemeralatan ( freedom of want )
Empat kebebasan tersebut dianggap sebagai tiang penjaga hak – hak asasi
manusia yang mendasar.

2.3.6 Pengakuan Hak Asasi Manusia Oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa


Pada tanggal 10 Desembar 1948 PBB telah berhasil merumuskan naskah yang
dikenal dengan Universal Declaration of Human Right, yaitu pernyataan sedunia tentang
hak – hak asasi manusia sehingga tanggal 10 desember sering diperingati sebagai hari
hak asasi manusia.
Isi pokok deklarasi itu tertuang dalam pasal 1 yang menyatakan “ Sekalian orang
dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak – hak yang sama. Mereka
dikaruniai akal dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan “
Deklarasi universal ini menjadi pedoman sekaligus standar minimum yang dicita -
citakan umat manusia untuk menciptakan dunia yang lebih baik dan damai. Berawal dari
deklarasi universal tersebut Negara – Negara yang tergabung dalam berbagai organisasi
dan kelompok regional mulai merumuskan bersama hak asasi manusia sebagai komitmen
mereka dalam menegakkan hak asasi manusia.

2.3.7 Hasil Sidang Majelis Umum PBB Tahun 1996


Tahun 1966, dalam sidang majelis umum PBB telah diakui covenants on human
rights dalam hukum international dan diratifikasi oleh Negara – Negara anggota PBB.
Covanants tersebut antara lain :
1. The International on civil and political rights yaitu tentang hak sipil dan hak politik (
konvensi tentang hak sipil dan politik, 1966 ).
2. The International Covenant on Ekonomic, social and cultural rights, yaitu berisi
syarat – syarat dan nilai – nilai bagi system demokrasi ekonomi, social dan budaya (
konvensi tentang hak ekonomi social dan budaya 1966 ).
3. Optional Protocol adanya kemungkinan seorang warga Negara yang mengadukan
pelanggaran hak asasi manusia kepada The Human Rights Committee PBB setelah
melalui upaya pengadilan di negaranya.
Selanjutnya berkembang beberapa deklarasi mengenai hak asasi manusia didunia
antara lain :
1. Declaration on the Rights of Peoples to Peace ( Deklarasi hak bangsa atas perdamaian
) pada tahun 1984 oleh Negara dunia ketiga
2. Declaration on the rights to development ( deklarasi hak atas pembangunan ) pada
tahun 1986 oleh Negara dunia ketiga
3. African Charter on human and peoples rights ( Banjul Charter ) oleh Negara afrika
yang tergabung dalam persatuan afrika ( OAU ) pada tahun 1981.
4. Cairo Declaration on human rights in islam oleh Negara yang tergabung dalam OKI (
organisasi konferensi islam ) tahun 1990
5. Bangkok declaration diterima oleh Negara – Negara asia pada tahun 1993
6. Deklarasi wina tahun 1993 yang merupakan deklarasi universal dari Negara – Negara
yang tergabung dalam PBB.
Berdasarkan sejarah perkembangannya ada tiga generasi hak asasi manusia yaitu :
1. Generasi pertama adalah hak sipil dan politik yang bermula didunia barat ( eropa ).
2. Generasi kedua adalah hak ekonomi social dan berbudaya yang diperjuangkan oleh
Negara sosialis di eropa timur
3. Generasi ketiga adalah hak perdamaian dan pembangunan yang diperjuangkan oleh
Negara – Negara berkembang ( asia – afrika ).
Perkembangan berikutnya yaitu munculnya generasi keempat hak asasi manusia (
Tim ICCE UIN, 2003 ). Hak asasi manusia generasi keempat ini mengkrtik peranan
Negara yang sangat dominan dalam proses pembangunan yang berfokus pembangunan
ekonomi sehingga menimbulkan dampak negative bagi keadilan rakyat. Program
pembangunan dijalankan tidak memenuhi kebutuhan rakyat banyak tetapi untuk
sekelompok atau elite penguasa saja.
Pemikiran hak asasi manusia generasi keempat dipelopori oleh Negara – Negara
asia pada tahun 1983 yang melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic duties of asian people and government. Pemikiran generasi
keempat ini lebih maju dari generasi ketiga karena tidak saja mencakup structural tetapi
juga berpijak pada terciptanya tatanan social yang berkeadilan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem adalah sekumpulan objek ( unsur-unsur) yang berbeda-beda yang saling
berhubungan, saling bekerja sama, dan saling mempengaruhi satu sama lain serta terikat
pada rencana yang sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang
kompleks. Sedangkan, politik secara umum menyangkut proses penentuan tujuan Negara
dan cara melaksanakannya. Jadi, Sistem politik yaitu suatu keseluruhan komponen-
komponen atau lembaga-lembaga yang berfungsi dibidang politik yang kegiatannya
menyangkut penentuan kebijakan umum dan bagaimana kebijakaan itu dilaksanakan,
yaitu hal-hal yang menyangkut kehidupan Negara atau pemerintah.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang berisikan tentang sistem politik demokrasi di
Indonesia. Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang
ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai
penunjang pada makalah ini. Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, S.Pd, M.Si ( Edisi Kedua ) Diterbitkan Oleh PT Bumi Aksara. Jalan Sawo Raya No. 18,
Jakarta 13220

Anda mungkin juga menyukai