Yustinus Windrawanto
windrawanto@staff.uksw.edu
Program Studi Bimbingan dan Konseling
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana
ABSTRAK
90
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)
91
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101
92
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)
Dalam pedoman yang dikeluarkan adalah guru yang efektif (Luneta, 2012). Dari
oleh pemerintah Kemdinas, 2011), kegiatan berbagai penelitian, Luneta (2012) meng-
pelatihan harus mengutamakan kebutuhan identifikasi beberapa alasan pengembangan
guru untuk pencapaian standar dan/atau keprofesian guru dengan peran utama
peningkatan kompetensi profesi khususnya mengarahkan pada guru yang efektif. Alasan
berkaitan dengan melaksanakan layanan yang diajukan oleh Luneta (2012) adalah
pembelajaran. Untuk itulah dibutuhkan sebagai berikut:
suatu manajemen pelatihan yang terjamin 1. Untuk memperbaiki ketrampilan unjuk
kualitas hasilnya, bukan hanya sekedar kerja individu guru atau kelompok tenaga
pemenuhan aturan yang ditandai dengan kependidikan melalui pendekatan yang
diperolehnya sertifikat atau surat tanda lulus konstruktivistik. Guru dituntut dan diperla-
pelatihan. Artikel ditulis mengikuti langkah kukan sebagai pembelajar aktif, yang dili-
dasar proses pelatihan yang dikemukakan batkan dalam tugas-tugas konkret yaitu
oleh Furjanic dan Trotman (2000), yaitu pengajaran, penilaian, observasi, dan
analisis kebutuhan pelatihan (assessing the refleksi.
need for training), perancangan pelatihan
93
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101
94
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)
IV/b hanya sebesar 7,33 % jika dibandingkan sekolah, memiliki dampak yang terbatas
dengan guru dengan kepangkatan IV/a. terhadap praktek di sekolah dengan sedikit
Untuk alasan ketiga pengembangan diseminasi atau tindak lanjut, pelatihan sering
pengetahuan profesional dan pemahaman dilakukan selama hari efektif belajar sehingga
individual guru. Dalam konteks Indonesia, mengganggu proses belajar mengajar, terbuka
penilaian pengetahuan guru dapat diperoleh kemungkinan terjadi konflik antara guru
dari data Uji Kompetensi Guru. Mendikbud (praktisi) sebagai peserta pelatihan dengan
merilis bahwa nilai rata-rata uji kompetensi pelatih (ahli teori) yang menyajikan pelatihan,
yang dilaksanakan pada tahun 2012 hanya peserta berada pada titik mulai yang berbeda,
mencapai 42,25 dengan nilai tertinggi 97,0 sehingga pelatihan tidak dapat memuaskan
dan terendah 1,0 (Akuntono,2012). Hasil ini bagi setiap peserta.
menunjukkan bahwa pengetahuan profesional Sachs (2007) mengidentifikasi dua
para guru di Indonesia masih membutuhkan jalur pengembangan keprofesian berkelanjutan.
untuk ditingkatkan. Jalur pertama adalah jalur pendekatan pelatihan
Untuk alasan keempat pemberian tradisional dan yang kedua adalah orientasi
kesempatan guru berpartisipasi dan memper- pembelajaran guru. Pendekatan pelatihan
siapkan diri mengalami perubahan. Pendidik- tradisional dilaksanakan dengan pendekatan
an di Indonesia menunjukkan perkembangan pembekalan ulang dan pemodelan ulang para
yang sangat dinamis. Dinamisasi yang baru- guru. Sedangkan orientasi pembelajaran guru
baru ini terjadi dan cukup menimbulkan menyajikan pendekatan revitalisasi dan re-
gejolak adalah adanya perubahan kurikulum. imagining. Setiap pendekatan memiliki
Terdapat beberapa resistensi terhadap karakteristik yang berbeda. Seperti yang
perubahan kurikulum. Belum lagi beberapa diidentifikasi oleh Sachs (2007), guru-guru
perubahan kebijakan yang berkaitan dengan yang dibutuhkan pada abad 21 adalah guru
guru. Tidak semua guru memiliki kesiapan yang memiliki kemampuan selain praktisi
untuk menghadapi perubahan itu. yang terampil juga sebagai pembelajar yang
PERANCANGAN PELATIHAN mandiri. Pelatihan yang memberikan peluang
BERBASIS PEMBELAJAR lebih besar bagi guru untuk menjadi praktisi
dan pembelajar mandiri, menurut Sachs
Craft (2000) mengidentifikasi beberapa (2007) adalah pelatihan dengan pendekatan
kelemahan yang biasanya terdapat pada re-imagining. Beberapa karakteristik dari
pelatihan dalam rangka pengembangan pendekatan ini adalah digerakkan oleh hasrat
keprofesian yang disajikan berupa kursus. penemuan kembali profesionalitas; bertujuan
Kelemahan yang dimaksudkan adalah: guru yang transformatif; prosesnya diarahkan
didominasi oleh pelatihan di dalam ruangan, untuk membentuk pengetahuan baru dan
disesuaikan dengan keinginan individu disepakati antara peserta dan fasilitator;
daripada kepentingan kelompok guru, tidak pendekatan yang digunakan adalah inkuiri
dikaitkan dengan kebutuhan sekolah atau sebagai praktisi, penelitian tindakan, dan
departemen, dijalankan berbasis kesuka- inkuiri sebagai suatu sikap mental, luarannya
relaan dan kesukaan terhadap topik pelatihan adalah pengetahuan baru, khayalan yang
bukan berdasarkan kebutuhan terbesar, dibayangkan adalah sebagai agen perubahan.
kepesertaan dan materi pelatihan dipilih
secara acak sesuai keinginan masing-masing
95
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101
96
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)
jutkan usaha-usaha untuk memetakan kem- yang dilakukan oleh Indarti dan Rispantyo
bali jenis-jenis penataran yang diselenggara- (2009) menunjukkan bahwa pendidikan
kan, dan lembaga diklat diciptakan sebagian pelatihan memiliki pengaruh yang positif dan
komunitas belajar bagi para instruktur dan signifikan terhadap kinerja guru. Penelitian
peserta diklat. yang dilakukan oleh Mirza dan Ali (2014)
Keempat, sekolah diberi kewenangan menunjukkan bahwa pelatihan efektif untuk
yang lebih besar untuk menentukan apa yang membentuk sikap guru. Pelatihan dapat juga
terbaik untuk pembinaan mutu guru-gurunya, memberikan hasil yang tidak seperti diharap-
kegiatan penataran dan peningkatan mutu apa kan atau tidak efektif. Penelitian yang dilaku-
yang mereka butuhkan, dimana hal itu akan kan oleh Rahmadhani dan Astuti (2009)
diperoleh, dengan cara bagaimana dilakukan, menunjukkan bahwa pelatihan tidak efektif
berupa biaya dan darimana sumbernya. Salah untuk meningkatkan peran guru, karena
satu pelajaran dari reformasi pendidikan ialah dianggap tidak memiliki peran penting dalam
bahwa reformasi apapun dalam pendidikan memberikan bimbingan kepada siswa. Demi-
hanya berarti apabila terdesiminasi dan ber- kian juga dengan hasil penelitian Sugiyono
dampak pada tingkat sekolah. dan Rahadhini (2011) yang menunjukkan
bahwa pendidikan dan pelatihan tidak ber-
EVALUASI PELATIHAN
pengaruh terhadap kinerja guru.
Evaluasi pelatihan suatu tahap yang Suatu pelatihan merupakan suatu
harus dilakukan, sebagai suatu bagian dari proses yang kompleks dan rumit. Berbagai
pelatihan yang utuh. Menurut Kirkpatrick hasil penelitian sebagaimana termuat pada
(dalam Brown dan Seidner (ed), 1998) ada paragraf sebelumnya, walaupun tentu ber-
tiga alasan evaluasi harus dilakukan dalam manfaat, tidak dapat memberikan gambaran
suatu pelatihan. Alasan pertama adalah para yang utuh tentang efektivitas suatu pelatihan.
pelatih harus menunjukkan keberadaan Brinkerhoff (dalam Brown dan Seidner (ed),
sebagai pelatih. Evaluasi yang baik akan 1998) menyatakan bahwa tidak semua
semakin memperkuat keberadaannya sebagai komponen dalam pelatihan dapat diberikan
pelatih. Alasan kedua adalah evaluasi pelatih- bobot yang sama dalam evaluasi pelatihan.
an dapat menjadi pertimbangan keberlanjut- Menurut Brinkerhoff (dalam Brown dan
an pelatihan. Hasil evaluasi pelatihan yang Seidner (ed), 1998) terdapat tujuh tipe tujuan
menunjukkan bahwa pelatihan berhasil akan pelatihan yang secara urutan alfabet dibuat
memberikan pertimbangan bahwa pelatihan menjadi peringkat. Type A: Current Job
layak dilanjutkan. Alasan ketiga adalah Peiformance: penyajian ketrampilan dan
bahwa melalui evaluasi pelatihan, efektivitas pengetahuan yang dibutuhkan untuk memiliki
pelatihan dapat diketahui. Pelatihan yang unjuk kerja yang lebih efektif pada pekerjaan
efektif adalah pelatihan yang memberikan yang sekarang dilakukan; Type B: Advancement
dampak bagi peserta pelatihan. Dalam konteks & Promotion: penyajian ketrampilan dan
pengembangan keprofesian guru, pelatihan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mencapai
yang baik adalah pelatihan yang memberi promosi dan peningkatan karir lainnya; Type
dampak bukan hanya bagi guru, namun C: Organizational Capacity: pembangunan
khususnya bagi peserta didik. kapasitas organisasi dalam rangka antisipasi
Hasil pelatihan dapat sesuai ataupun masa depan melalui memberikan ketrampil-
tidak sesuai yang direncanakan. Penelitian an dan pengetahuan yang mungkin dibutuh-
97
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101
98
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)
99
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101
100
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)
101