Anda di halaman 1dari 12

Satya Widya, Vol. 31, No.2.

Desember 2015: 90-101

PELATIHAN DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KEPROFESIAN


BERKELANJUTAN GURU: SUATU TINJAUAN LITERATUR

Yustinus Windrawanto
windrawanto@staff.uksw.edu
Program Studi Bimbingan dan Konseling
FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru merupakan kebijakan pemerintah


dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, melalui peningkatn mutu guru. Salah satu
kegiatan dalam pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah pelatihan guru. Pelatihan
guru perlu dirancang agar memberikan dampak yang nyata. Artikel ini disusun dengan
metode tinjauan literatur. Terdapat berbagai model pelatihan guru dalam rangka
pengembangan keprofesian berkelanjutan (Luneta, 2012). Dengan mempertimbangkan
langkah dasar pelatihan menurut Furjanic dan Trotman (2000) dan tinjauan dari berbagi
teori, maka disimpulkan bahwa model pelatihan yang sesuai adalah model School focused:
University school Partnerships (Berfokus sekolah : kemitraan sekolah dan perguruan tinggi).
Kata kunci: Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, pelatihan guru

PENDAHULUAN memiliki kualitas kompetensi yang baik,


misalnya dapat dimulai dari sistem perekrutan
Kualitas pendidikan tentunya dipe-
calon mahasiswa LPTK atau melakukan
ngaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu
pembinaan bagi guru yang telah menjadi
faktor yang dipercaya mempengaruhi kualitas
bagian dari suatu sistem di satuan pendidikan.
pendidikan adalah faktor kualitas guru. Bahkan
Salah satu bentuk pembinaan atau peningkatan
secara tegas McKinsey & Co (2007) menya-
kompetensi yang dapat dilakukan adalah
takan bahwa kualitas sistem pendidikan tidak
dengan pelatihan guru. Saat ini banyak pihak
dapat mengalahkan kualitas guru dalam
melakukan pelatihan bagi guru. Persoalannya
mempengaruhi kualitas pendidikan. Dengan
adalah pelatihan yang seperti apa yang mampu
kata lain dapat dinyatakan bahwa sebaik apa-
menjamin peningkatan kompetensi guru?
pun sistem pendidikan yang dibangun, namun
jika tidak diikuti dengan kualitas guru yang KOMPETENSI GURU
baik, maka kualitas pendidikan tidak dapat
Kompetensi guru di Indonesia telah
diharapkan meningkat. Dari pendapat tersebut
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan
dapat dipahami bahwa peningkatan kualitas
dan Kebudayaan nomer 16 tahun 2007
guru harus mendapatkan perhatian utama.
tentang Standar Akademik dan Kompetensi
Terdapat beberapa cara yang dapat
Guru. Di dalam Peraturan Menteri tersebut
digunakan untuk mendapatkan guru yang
dinyatakan bahwa standar kompetensi guru

90
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)

dikembangkan secara utuh dari empat kan keprofesionalan secara berkelanjutan


kompetensi utama, yaitu kompetensi peda- dengan melakukan tindakan reflektif; me-
gogik, kepribadian, sosial, dan profesional. manfaatkan teknologi informasi dan komuni-
Keempat kompetensi tersebut terintegrasi kasi untuk berkomunikasi dan mengembang-
dalam kinerja guru. Di dalam artikel ini, yang kan diri. Sebagaimana kompetensi peda-
akan digunakan dalam pembahasan adalah gogik, kompetensi profesional yang telah
kompetensi pedagogik dan profesional yang dinyatakan di atas, merupakan kompetensi
diukur melalui uji kompetensi guru. inti. Kompetensi profesional tersebut masih
Kompetensi pedagogik guru yang dapat dijabarkan ke dalam kompetensi-
diatur dalam peraturan menteri tersebut kompetensi yang lebih rinci.
adalah sebagai berikut menguasai karakteristik PENGEMBANGAN KEPROFESIAN
peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, BERKELANJUTAN
kultural, emosional, dan intelektual; menguasai
teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran Salah satu kompetensi profesional
yang mendidik; mengembangkan kurikulum guru sebagaimana diatur dalam Peraturan
yang terkait dengan mata pelajaran/bidang Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomer
pengembangan yang diampu; menyeleng- 16 tahun 2007 adalah mengembangkan ke-
garakan pembelajaran yang mendidik; me- profesionalan secara berkelanjutan dengan
manfaatkan teknologi informasi dan komu- melakukan tindakan reflektif. Pengembangan
nikasi untuk kepentingan pembelajaran; keprofesian berkelanjutan adalah bentuk
memfasilitasi pengembangan potensi peserta pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang
didik untuk mengaktualisasikan berbagai merupakan kendaraan utama dalam upaya
potensi yang dimiliki; berkomunikasi secara membawa perubahan yang diinginkan ber-
efektif, empatik, dan santun dengan peserta kaitan dengan keberhasilan siswa (Kemdiknas,
didik; menyelenggarakan penilaian dan eva- 2011). Lebih lanjut diuraikan bahwa untuk
luasi proses dan hasil belajar; memanfaatkan konteks Indonesia, pengembangan kepro-
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepen- fesian berkelanjutan memiliki kekhususan
tingan pembelajaran; melakukan tindakan sebagai berikut (Kemdiknas, 2011). Dalam
reflektif untuk peningkatan kualitas pem- konteks Indonesia, PKB adalah pengembang-
belajaran. Kompetensi yang telah dinyatakan an keprofesian berkelanjutan yang dilaksana-
di atas merupakan kompetensi inti. Kompe- kan sesuai dengan kebutuhan guru untuk
tensi tersebut masih dapat dijabarkan ke mencapai standar kompetensi profesi dan/ atau
dalam kompetensi-kompetensi yang lebih meningkatkan kompetensinya di atas standar
rinci. kompetensi profesinya yang sekaligus ber-
Kompetensi profesional guru yang implikasi kepada perolehan angka kredit untuk
diatur dalam peraturan menteri tersebut kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru.
adalah menguasai materi, struktur, konsep, Day (dalam Rose & Reynolds, 2007)
dan pola pikir keilmuan yang mendukung menyusun suatu definisi pengembangan
mata pelajaran yang diampu; menguasai keprofesian guru sebagai berikut :
Professional development consists of all natural
standar kompetensi dan kompetensi dasar
learning experiences and those conscious and
mata pelajaran/bidang pengembangan yang planned activities which are intended to be of
diampu; mengembangkan materi pembelajar- direct or indirect benefit to the individual, group
an yang diampu secara kreatif; mengembang- or school, which contribute, through these, to

91
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101

the quality of education in the classroom. It is karya inovatif. Pengembangan keprofesian


the process by which, alone and with others, berkelanjutan sebagai kebijakan dari peme-
teachers review, renew and extend their
commitment as change agents to the moral rintah dalam rangka peningkatan kualitas
purpose of teaching; and by which they acquire pendidikan, khususnya pada area manajemen
and develop critically the knowledge, skills and pendidik dan tenaga kependidikan. Herawan
emotional intelligence essential to good dan Hartini (2014) menyatakan bahwa mana-
professional thinking, planning and practice
with children, young people and colleagues
jemen tenaga pendidik dan tenaga kepen-
throughout each phase of their teaching lives. didikan merupakan aktivitas yang harus
dilakukan mulai dari tenaga pendidikan dan
Inti dari pendapat Day adalah bahwa kependidikan itu masuk ke dalam organisasi
pengembangan profesional meliputi semua pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui
pengalaman belajar yang dimaksudkan untuk proses perencanaan SDM, perekrutan,
memberikan manfaat kepada individu guru, seleksi, penempatan, pemberian kompensasi,
kelompok atau sekolah, yang berkontribusi penghargaan, pendidikan, dan latihan/
meningkatkan kualitas pendidikan. Melalui pengembangan dan pemberhentian.
proses ini guru dapat memperbaharui dan me- Dari definisi yang dirumuskan oleh
ngembangkan komitmen mereka sebagai Herawan dan Hartini (2014) di atas, nampak
agen perubahan untuk pengembangan moral, jelas bahwa pengembangan diri yang berupa
kekritisan, ketrampilan, kecerdasan emosio- diklat fungsional merupakan bagian dari
nal, yang meningkatkan profesionalitas me- manajemen pendidik dan tenaga kependi-
reka dalam melayani rekan kerja dan siswa dikan. Dalam artikel ini, pembahasan akan
para guru. Pendapat Day di atas didukung dibatasi pada kegiatan pengembangan diri,
oleh pernyataan Greene (dalam Moeini, lebih khusus lagi pada pelaksanan pelatihan.
2008) yang menyatakan bahwa guru diharap- Kennedy (dalam Rose & Reynolds,
kan menjadi agen reformasi pendidikan, guru 2007) mengidentifikasikan sembilan model
perlu diberdayakan untuk memikirkan apa pengembangan keprofesian berkelanjutan
yang guru lakukan dan merasakan ada yaitu training (diberikan oleh ahli dan
alternatif yang berbeda. Guru perlu memiliki berfokus pada ketrampilan), award bearing
sudut pandang yang lebih luas tentang (berkaitan dengan pemberian beasiswa
masalah-masalah pendidikan yang perlu pendidikan lanjut), defecit (berkaitan dengan
ditransformasi dan dikembangkan. Cheung pelayanan terhadap mengatasi kekurangan
and Cheng (dalam Moeini, 2008) juga yang ada pada masing-masing individu guru),
menyatakan bahwa guru seharusnya sadar cascade (dapat disajikan dengan sumber daya
pentingnya pengembangan diri secara lebih yang murah, kurang melibatkan unsur kola-
strategis dengan tujuan pencapaian tujuan boratif dalam pelaksanaannya), standards
individu guru dan misi sekolah dan dapat based (mengandaikan bahwa standar pen-
diformulasikan dengan perencanaan pengem- didikan telah disusun secara efektif dan
bangan keprofesiannya. baku), coaching/mentoring (relasi dapat
Kegiatan pengembangan keprofesian dikembangkan secara konstruktif, memer-
berkelanjutan guru dapat dilakukan dalam lukan fasilitator yang dapat berkomunikasi
tiga bentuk, yaitu pengembangan diri (meli- dengan baik), community of practice (kelom-
puti diklat fungsional dan kegiatan kolektif pok dengan dasar pengetahuan yang sama
guru), publikasi ilmiah, dan pengembangan dapat bekerja sama, ada potensi masalah yang

92
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)

tidak terselesaikan dan tidak berkembang berbasis pebelajar (designing learner-based


karena anggotanya memiliki tingkat kemam- training), penyajian pelatihan yang menjamin
puan yang sama), action research (memung- pembelajaran (delivering training that ensure
kinkan guru untuk mencoba metode yang ber- learning), dan evaluasi proses pelatihan
beda khususnya jika dilakukan secara kola- (evaluating the training process).
boratif), transformative (dapat merupakan ANALISIS KEBUTUHAN
kombinasi dari beberapa model lain dengan PELATIHAN
memperhatikan masalah-masalah yang sedang
dibicarakan). Kebutuhan pelatihan dapat diperoleh
Luneta (2012) menyajikan pula model dengan menganalisa kesenjangan antara
pengembangan keprofesian berkelanjutan tujuan yang akan dicapai dan kondisi saat
sebagai suatu ringkasan dari berbagai peneliti- ini. Dari analisis ini dapat diketahui potensi
an (misalnya penelitian Steiner, Johnson et al, masalah yang dapat menghambat ketercapai-
dan Blazer). Model yang dikemukakan oleh an tujuan. Dalam pengembangan kepro-
Luneta dapat dilihat pada tabel di bawah ini. fesian berkelanjutan guru, tujuan akhirnya

Model Metode Penyajian Tujuan


Off-site programmes Di universitas berbasis kuliah , lokakarya guru, Sesuai untuk peningkatan
seminar, model pengembangan ketrampilan, kualifikasi guru dan pengetahuan
dan model berbasis proyek.
School based Observasi kelas, program mentoring, lokakarya Paling efektif untuk peningkatan
(Berbasis sekolah) guru, seminar, penelitian tindakan, studi kasus, strategi pembelajaran.
model pengembangan ketrampilan, model
berbasis proyek, coaching
School focused: Lokakarya sekolah, penelitian tindakan, diskusi Penyegaran dan peningkatan
University school kelompok, observasi pembelajaran dari praktek pengetahuan konten dan
Partnerships (Berfokus yang baik, model berbasis proyek, model ketrampilan pengajaran berbasis
sekolah : kemitraan pengembangan ketrampilan, coaching, pengetahuan guru.
sekolah dan perguruan mentoring, dan lesson study
tinggi)
Distance Education Kuliah jarak jauh, ACE, PGCE Sesuai untuk meningkatkan
(Pendidikan jarak jauh) kualifikasi guru dan pengetahuan
konten.

Dalam pedoman yang dikeluarkan adalah guru yang efektif (Luneta, 2012). Dari
oleh pemerintah Kemdinas, 2011), kegiatan berbagai penelitian, Luneta (2012) meng-
pelatihan harus mengutamakan kebutuhan identifikasi beberapa alasan pengembangan
guru untuk pencapaian standar dan/atau keprofesian guru dengan peran utama
peningkatan kompetensi profesi khususnya mengarahkan pada guru yang efektif. Alasan
berkaitan dengan melaksanakan layanan yang diajukan oleh Luneta (2012) adalah
pembelajaran. Untuk itulah dibutuhkan sebagai berikut:
suatu manajemen pelatihan yang terjamin 1. Untuk memperbaiki ketrampilan unjuk
kualitas hasilnya, bukan hanya sekedar kerja individu guru atau kelompok tenaga
pemenuhan aturan yang ditandai dengan kependidikan melalui pendekatan yang
diperolehnya sertifikat atau surat tanda lulus konstruktivistik. Guru dituntut dan diperla-
pelatihan. Artikel ditulis mengikuti langkah kukan sebagai pembelajar aktif, yang dili-
dasar proses pelatihan yang dikemukakan batkan dalam tugas-tugas konkret yaitu
oleh Furjanic dan Trotman (2000), yaitu pengajaran, penilaian, observasi, dan
analisis kebutuhan pelatihan (assessing the refleksi.
need for training), perancangan pelatihan

93
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101

2. Untuk meningkatkan unjuk kerja indi- pembelajaran, pembimbingan, atau pelak-


vidual guru dalam rangka pengembangan sanaan tugas tambahan yang relevan dengan
karir dan promosi jabatan. fungsi sekolah/madrasah; untuk menghitung
3. Untuk mengembangkan pengetahuan angka kredit yang diperoleh guru atas
profesional dan pemahaman individual kinerja pembelajaran, pembimbingan, atau
guru. Guru disadarkan hakekatnya seba- pelaksanaan tugas tambahan yang relevan
gai praktisi yang reflektif, yang mema- dengan fungsi sekolah/madrasah yang
suki profesi dengan pengetahuan terten- dilakukannya pada tahun tersebut.
tu, namun memperoleh pengetahuan dan Untuk alasan kedua dalam rangka
pengalaman baru dibandingkan penge- pengembangan karir guru. Secara praktis,
tahuan yang telah dimilikinya. karir guru dapat dilihat berdasarkan kepang-
4. Untuk memberikan kesempatan kepada katannya. Kepangkatan para guru PNS
guru berpartisipasi dan mempersiapkan mengikuti peraturan yang berlaku pada
diri mengalami perubahan. Hal ini dapat lembaga pemerintah. Sedangkan guru non
diperoleh dengan guru belajar terus me- PNS yang bekerja pada lembaga yang
nerus dan pengembangan diri dilakukan diselenggarakan masyarakat mengikuti
dalam proses yang panjang. Pengem- aturan yang berlaku pada lembaga yang
bangan diri dapat diperoleh melalui suatu bersangkutan. Pemerintah secara periodik
rangkaian pengalaman yang berkaitan mengeluarkan data tentang kondisi kepang-
dan bukan pengalaman yang hanya sekali katan guru. Tabel mengenai jumlah guru
dialami. Akan lebih efektif jika guru pendidikan dasar per golongan dapat dilihat
didampingi untuk melakukan pengaitan pada tabel di bawah ini.
antara pengetahuan yang telah dimiliki
REKAPITULASI JUMLAH GURU PER GOLONGAN 2012
dengan pengalaman yang baru diperoleh.
Dukungan yang teratur kepada guru
dibutuhkan sebagai katalisator penyalur-
an dari berbagai persoalan yang dihadapi
guru selama proses perubahan.
Dengan merujuk kepada keempat
alasan yang dikemukakan oleh Luneta
(2012), maka analisis kebutuhan pelatihan
untuk konteks Indonesia dapat dijelaskan
Total Gol II: 253.983
pada uraian berikut ini. Sumber: Badan PSDMPK & PMP, 2014
Untuk alasan pertama untuk memper-
baiki unjuk kerja guru. Dalam konteks Dari gambar di atas dapat diperoleh
Indonesia unjuk kerja guru diperoleh dari data bahwa jumlah terbesar kepangkatan
data Penilaian Kinerja Guru (PKG). Dalam guru berada pada kepangkatan IV/a sebanyak
Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja 823.278 orang atau sebesar 29,99% dari
Guru (PK Guru) tahun 2011 Secara umum, seluruh guru. Dari data di atas juga nampak
PK GURU memiliki 2 fungsi utama yaitu: bahwa terdapat kesenjangan yang antara guru
untuk menilai kemampuan guru dalam yang berada pada kepangkatan IV/a dengan
menerapkan semua kompetensi dan kete- yang setingkat di atasnya yaitu kepangkatan
rampilan yang diperlukan pada proses IV/b. Guru yang berada pada kepangkatan

94
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)

IV/b hanya sebesar 7,33 % jika dibandingkan sekolah, memiliki dampak yang terbatas
dengan guru dengan kepangkatan IV/a. terhadap praktek di sekolah dengan sedikit
Untuk alasan ketiga pengembangan diseminasi atau tindak lanjut, pelatihan sering
pengetahuan profesional dan pemahaman dilakukan selama hari efektif belajar sehingga
individual guru. Dalam konteks Indonesia, mengganggu proses belajar mengajar, terbuka
penilaian pengetahuan guru dapat diperoleh kemungkinan terjadi konflik antara guru
dari data Uji Kompetensi Guru. Mendikbud (praktisi) sebagai peserta pelatihan dengan
merilis bahwa nilai rata-rata uji kompetensi pelatih (ahli teori) yang menyajikan pelatihan,
yang dilaksanakan pada tahun 2012 hanya peserta berada pada titik mulai yang berbeda,
mencapai 42,25 dengan nilai tertinggi 97,0 sehingga pelatihan tidak dapat memuaskan
dan terendah 1,0 (Akuntono,2012). Hasil ini bagi setiap peserta.
menunjukkan bahwa pengetahuan profesional Sachs (2007) mengidentifikasi dua
para guru di Indonesia masih membutuhkan jalur pengembangan keprofesian berkelanjutan.
untuk ditingkatkan. Jalur pertama adalah jalur pendekatan pelatihan
Untuk alasan keempat pemberian tradisional dan yang kedua adalah orientasi
kesempatan guru berpartisipasi dan memper- pembelajaran guru. Pendekatan pelatihan
siapkan diri mengalami perubahan. Pendidik- tradisional dilaksanakan dengan pendekatan
an di Indonesia menunjukkan perkembangan pembekalan ulang dan pemodelan ulang para
yang sangat dinamis. Dinamisasi yang baru- guru. Sedangkan orientasi pembelajaran guru
baru ini terjadi dan cukup menimbulkan menyajikan pendekatan revitalisasi dan re-
gejolak adalah adanya perubahan kurikulum. imagining. Setiap pendekatan memiliki
Terdapat beberapa resistensi terhadap karakteristik yang berbeda. Seperti yang
perubahan kurikulum. Belum lagi beberapa diidentifikasi oleh Sachs (2007), guru-guru
perubahan kebijakan yang berkaitan dengan yang dibutuhkan pada abad 21 adalah guru
guru. Tidak semua guru memiliki kesiapan yang memiliki kemampuan selain praktisi
untuk menghadapi perubahan itu. yang terampil juga sebagai pembelajar yang
PERANCANGAN PELATIHAN mandiri. Pelatihan yang memberikan peluang
BERBASIS PEMBELAJAR lebih besar bagi guru untuk menjadi praktisi
dan pembelajar mandiri, menurut Sachs
Craft (2000) mengidentifikasi beberapa (2007) adalah pelatihan dengan pendekatan
kelemahan yang biasanya terdapat pada re-imagining. Beberapa karakteristik dari
pelatihan dalam rangka pengembangan pendekatan ini adalah digerakkan oleh hasrat
keprofesian yang disajikan berupa kursus. penemuan kembali profesionalitas; bertujuan
Kelemahan yang dimaksudkan adalah: guru yang transformatif; prosesnya diarahkan
didominasi oleh pelatihan di dalam ruangan, untuk membentuk pengetahuan baru dan
disesuaikan dengan keinginan individu disepakati antara peserta dan fasilitator;
daripada kepentingan kelompok guru, tidak pendekatan yang digunakan adalah inkuiri
dikaitkan dengan kebutuhan sekolah atau sebagai praktisi, penelitian tindakan, dan
departemen, dijalankan berbasis kesuka- inkuiri sebagai suatu sikap mental, luarannya
relaan dan kesukaan terhadap topik pelatihan adalah pengetahuan baru, khayalan yang
bukan berdasarkan kebutuhan terbesar, dibayangkan adalah sebagai agen perubahan.
kepesertaan dan materi pelatihan dipilih
secara acak sesuai keinginan masing-masing

95
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101

PENYAJIAN PELATIHAN YANG semakin beragam. Peserta didik berbeda latar


MENJAMIN PEMBELAJARAN belakangnya, motivasinya, aspirasi pendi-
Agar pelatihan tidak hanya sekedar dikannya, kebutuhan belajarnya, kemampuan
menjadi pertemuan atau lokakarya yang dan kecepatan belajarnya, bahkan kondisi
berkaitan dengan pekerjaan, namun menjadi fisik dan kesehatannya perlu mendapatkan
suatu pengembangan keprofesian, maka perhatian yang sewajarnya dari sekolah
penyelenggara harus menyadari bahwa sesuai dengan keadaannya. Faktor ini ikut
kegiatan ini adalah program keprofesian guru menentukan sejauh mana anak merasa ter-
(Moeini, 2008). Tanpa hal ini, maka seperti motivasi untuk belajar. Di pihak lain, sebagi-
pelatihan-pelatihan yang pernah dilakukan an kegagalan belajar siswa yang ditun-jukkan
dahulu, pelatihan tidak dapat memenuhi oleh keengganan untuk tetap berada di
harapan munculnya inisiatif-inisiatif baru sekolah bersumber dari kurang responsifnya
pendidikan di sekolah. Pelatihan dalam sekolah dan aparat pendidikan terhadap
peningkatan kualitas guru perlu mempertim- kondisi-kondisi di atas (Lynch, dalam Jalal
bangkan beberapa rekomendasi yang telah dan Supriadi, 2001). Kepekaan terhadap
disusun dalam Konferensi Pendidikan di keragaman latar belakang siswa dan kemam-
Indonesia: Mengatasi Krisis Menuju Pembaruan puan-kemampuan guru untuk menanganinya
(Jalal dan Supriadi, 2001). Beberapa reko- harus semakin ditampilkan dalam kurikulum
mendasi yang dihasilkan dalam konferensi pendidikan dalam-jabatan dan pelatihan-
tersebut dapat disajikan di bawah ini. pelatihan. Paling tidak, antara 20-30% kuri-
Pertama, pendidikan dalam-jabatan kulum pelatihan guru harus bermuatan topik-
ditekankan pada usaha meningkatkan efek- topik yang berkenan dengan anak dan latar
tivitas mengajarnya, mengatasi persoalan- belakangnya serta implikasinya pada proses
persoalan praktis dalam pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang dikelola oleh guru.
belajar-mengajar/proses belajar-mengajar, Ketiga, lembaga-lembaga diklat
dan meningkatkan kepekaan guru terhadap dioptimalkan peranannya; kerjasama dengan
perbedaan individual para siswa yang LPTK ditingkatkan dalam pemanfaatan
dihadapinya. Kegiatan pelatihan harus tenaga, pengembangan kurikulum dan
terkoordinasi antara program-program perangkat lunak pelatihan, serta pengembangan
melalui pemetaan kembali jenis-jenis sistem akreditasi pelatihan. Untuk meningkat-
penataran dengan tujuan untuk meningkatkan kan peran lembaga diklat, perlu dilakukan
efektivitas dan efisiensinya; pembinaan dan usaha-usaha memanfaatkan secara maksimal
pengembangan kemampuan professional fasilitas dan peralatan, peningkatan mutu
guru melalui wadah KKG dan MGMP/BK. instruktur, pemanfaatan secara maksimal
Program-program pembinaan mutu guru, tenaga instruktur yang tersedia di lembaga
baik melalui penataran-penataran maupun diklat dengan prinsip pemanfaatan bersama,
pendidikan dalam-jabatan lainnya harus memanfaatkan potensi lingkungan terutama
memberikan perhatian penuh terhadap tenaga yang tersedia di lembaga lain sebagai
persoalan ini dengan memberikan porsi yang mitra kerja sama, dalam hal ini LPTK,
cukup pada “pemahaman tentang dunia anak/ program-program Diklat dikembangkan
peserta didik”. dengan berorientasi pada dampak, dikembang-
Kedua, melatih kepekaan guru kan mekanisme tindak-lanjut guna mengeta-
terhadap latar belakang peserta didik yang hui relevansi dan dampak dari diklat, melan-

96
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)

jutkan usaha-usaha untuk memetakan kem- yang dilakukan oleh Indarti dan Rispantyo
bali jenis-jenis penataran yang diselenggara- (2009) menunjukkan bahwa pendidikan
kan, dan lembaga diklat diciptakan sebagian pelatihan memiliki pengaruh yang positif dan
komunitas belajar bagi para instruktur dan signifikan terhadap kinerja guru. Penelitian
peserta diklat. yang dilakukan oleh Mirza dan Ali (2014)
Keempat, sekolah diberi kewenangan menunjukkan bahwa pelatihan efektif untuk
yang lebih besar untuk menentukan apa yang membentuk sikap guru. Pelatihan dapat juga
terbaik untuk pembinaan mutu guru-gurunya, memberikan hasil yang tidak seperti diharap-
kegiatan penataran dan peningkatan mutu apa kan atau tidak efektif. Penelitian yang dilaku-
yang mereka butuhkan, dimana hal itu akan kan oleh Rahmadhani dan Astuti (2009)
diperoleh, dengan cara bagaimana dilakukan, menunjukkan bahwa pelatihan tidak efektif
berupa biaya dan darimana sumbernya. Salah untuk meningkatkan peran guru, karena
satu pelajaran dari reformasi pendidikan ialah dianggap tidak memiliki peran penting dalam
bahwa reformasi apapun dalam pendidikan memberikan bimbingan kepada siswa. Demi-
hanya berarti apabila terdesiminasi dan ber- kian juga dengan hasil penelitian Sugiyono
dampak pada tingkat sekolah. dan Rahadhini (2011) yang menunjukkan
bahwa pendidikan dan pelatihan tidak ber-
EVALUASI PELATIHAN
pengaruh terhadap kinerja guru.
Evaluasi pelatihan suatu tahap yang Suatu pelatihan merupakan suatu
harus dilakukan, sebagai suatu bagian dari proses yang kompleks dan rumit. Berbagai
pelatihan yang utuh. Menurut Kirkpatrick hasil penelitian sebagaimana termuat pada
(dalam Brown dan Seidner (ed), 1998) ada paragraf sebelumnya, walaupun tentu ber-
tiga alasan evaluasi harus dilakukan dalam manfaat, tidak dapat memberikan gambaran
suatu pelatihan. Alasan pertama adalah para yang utuh tentang efektivitas suatu pelatihan.
pelatih harus menunjukkan keberadaan Brinkerhoff (dalam Brown dan Seidner (ed),
sebagai pelatih. Evaluasi yang baik akan 1998) menyatakan bahwa tidak semua
semakin memperkuat keberadaannya sebagai komponen dalam pelatihan dapat diberikan
pelatih. Alasan kedua adalah evaluasi pelatih- bobot yang sama dalam evaluasi pelatihan.
an dapat menjadi pertimbangan keberlanjut- Menurut Brinkerhoff (dalam Brown dan
an pelatihan. Hasil evaluasi pelatihan yang Seidner (ed), 1998) terdapat tujuh tipe tujuan
menunjukkan bahwa pelatihan berhasil akan pelatihan yang secara urutan alfabet dibuat
memberikan pertimbangan bahwa pelatihan menjadi peringkat. Type A: Current Job
layak dilanjutkan. Alasan ketiga adalah Peiformance: penyajian ketrampilan dan
bahwa melalui evaluasi pelatihan, efektivitas pengetahuan yang dibutuhkan untuk memiliki
pelatihan dapat diketahui. Pelatihan yang unjuk kerja yang lebih efektif pada pekerjaan
efektif adalah pelatihan yang memberikan yang sekarang dilakukan; Type B: Advancement
dampak bagi peserta pelatihan. Dalam konteks & Promotion: penyajian ketrampilan dan
pengembangan keprofesian guru, pelatihan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mencapai
yang baik adalah pelatihan yang memberi promosi dan peningkatan karir lainnya; Type
dampak bukan hanya bagi guru, namun C: Organizational Capacity: pembangunan
khususnya bagi peserta didik. kapasitas organisasi dalam rangka antisipasi
Hasil pelatihan dapat sesuai ataupun masa depan melalui memberikan ketrampil-
tidak sesuai yang direncanakan. Penelitian an dan pengetahuan yang mungkin dibutuh-

97
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101

kan di masa depan; Type D: Orientation & PEMBAHASAN


Acculturation: penyajian pengetahuan dan
pemahaman mengenai profesi yang sedang Berdasarkan paparan di atas, pelatih-
diampu, budaya organisasi, kebijakan dan hal an dalam rangka pengembangan keprofesian
penting untuk menjadi tenaga profesional; berkelanjutan dapat dirancang dengan mem-
Type E: Employee Capacity : peningkatan perhatikan beberapa hal di bawah ini. Peran-
kapasitas dalam rangka meningkatkan daya cangan pelatihan ini dapat menuntun para
lenting (resiliency) yang dibutuhkan untuk pengambil kebijakan untuk menentukan
menunjukkan unjuk kerja yang lebih efektif model pelatihan yang sesuai dengan kondisi
dalam pekerjaan sehari-hari; Type F: Leader- Indonesia dalam rangka pengembangan
ship Capacity : pengembangan kepemimpin- keprofesian berkelanjutan guru.
an dalam organisasi; Type G: Personal Pertama, kebutuhan pelatihan guru
Benefits: penyajian kesempatan belajar untuk dapat diperoleh dari analisis butir-butir uji
memperoleh keuntungan yang ingin diperoleh. kompetensi yang dapat menggambarkan
pembagian tipe-tipe tersebut memberi kesenjangan kompetensi, kesulitan guru
inspirasi kepada para penyelia pelatihan dalam memenuhi angka kredit, dan alasan
untuk menitikberatkan evaluasi pada bagian resistensi guru terhadap perkembangan pen-
yang penting dan tidak memberikan bobot didikan yang dinamis. Analisis butir-butir uji
yang tinggi pada bagian yang kurang penting. kompetensi, baik kompetensi pedagogik
Jelas nampak dalam pembagian tipe itu, maupun kompetensi profesional, hanya dapat
bahwa keuntungan individu peserta pelatihan dilakukan jika hasil uji kompetensi diad-
merupakan bagian yang paling kurang pen- ministrasi dengan baik. Guru tidak hanya
ting dibandingkan tipe lainnya. Tipe penca- mendapatkan nilai akhirnya saja, namun
paian pelatihan yang paling penting untuk dilengkapi dengan daftar kompetensi yang
dievaluasi menurut Brinkerhoff (dalam belum dikuasai. Kesulitan guru dalam
Brown dan Seidner (ed), 1998) adalah ke- memenuhi angka kredit biasanya bersumber
trampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan dari belum terbiasanya guru menyusun karya
untuk menunjukkan unjuk kerja yang efektif tulis ilmiah dan dipublikasikan. Untuk itulah
pada pekerjaannya sekarang (Type A). diperlukan pelatihan yang melibatkan
Terdapat beberapa model evaluasi pemangku kepentingan yang berkaitan
pelatihan, misalnya model empat level yang dengan karya tulis ilmiah dan publikasi,
dikemukakan oleh Kirkpatrick (dalam Brown misalnya LPTK, LPMP, dan P4TK. Resis-
dan Seidner (ed), 1998) dan model RoI yang tensi guru terhadap perkembangan pendidik-
dikembangkan oleh Phillips (dalam Brown an yang dinamis muncul dapat diakibatkan
dan Seidner (ed), 1998) sebagai penyem- dari komunikasi yang kurang baik antara
purnaan dari model empat level Kirkpatrick. pengambil kebijakan di satu sisi dan guru di
Sedangkan secara teknik, teknik observasi sisi yang lain. Misalnya penolakan terhadap
ketika digunakan mengevaluasi dampak pemberlakukan kurikulum 2013 lebih karena
pelatihan dapat memberikan banyak manfaat, tidak semua guru siap dan terlatih dalam
sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan pelaksanaan kurikulum. Kajian terhadap
Rose dan David (2007). alasan penyesuaian kurikulum dan pembe-
lajaran di kelas seringkali tidak terkomuni-
kasikan kepada para praktisi.

98
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)

Kedua, pelatihan dirancang dengan yang demikian akan memudahkan guru


pendekatan re-imagining yang mengarahkan melaksanakan hasil pelatihan dan melakukan
guru untuk menjadi agen perubahan. Guru pengimbasan kepada guru yang lain. Tentunya
dapat diajak untuk membayangkan dan luaran pelatihan yang diharapkan adalah hasil
merumuskan kembali guru yang ideal. pelatihan dapat diterapkan di sekolah dan
Rumusan ini selanjutnya dianalisis kesen- berdampak kepada peserta didik.
jangannya dengan kondisi dan situasi guru Keempat, evaluasi proses pelatihan
saat ini. Tindakan reflektif ini memungkinkan harus dititikberatkan pada ketrampilan dan
guru untuk menjadi pembelajar yang oto- pengetahuan yang dibutuhkan untuk menun-
matis dan otonom, sehingga menghasilkan jukkan unjuk kerja yang efektif pada peker-
identitas guru yang otentik. Guru akan mampu jaannya sekarang. Evaluasi pelatihan, baik
memberdayakan dirinya sendiri menjadi guru oleh penyelia, pengguna, maupun penyeleng-
yang profesional, cukup dengan intervensi gara pelatihan mutlak diperlukan. Namun
minimal dari pihak-pihak di luar guru. titik berat evaluasi perlu diperhatikan. Pela-
Ketiga, penyajian pelatihan yang tihan yang berhasil tentunya bukan agar
menjamin pembelajaran harus dirancang peserta mendapatkan sertifikat semata dan
untuk meningkatkan efektivitas pengajaran, memperoleh angka kredit. Pelatihan yang
mengasah kepekaan terhadap peserta didik, berhasil, paling mudah dilihat dari apakah
melibatkan LPTK dan lembaga diklat, dan setelah mengikuti pelatihan, guru menjadi
memberikan kewenangan kepada sekolah lebih efektif dalam melakukan pekerjaannya
untuk menentukan pelatihan yang dibutuhkan. sebagai guru. Teknik observasi dapat diguna-
Pelatihan harus disajikan dengan memberi- kan oleh penyelia untuk mengevaluasi
kan porsi yang cukup untuk guru dapat mere- dampak dari pelatihan. Melalui observasi,
fleksi yang sudah dilakukan dan memprak- perubahan-perubahan yang terjadi setelah
tekkan perolehan yang baru. Guru perlu pelatihan dapat dianalisis. Hasil analisis dapat
mengasah kepekaan terhadap situasi dan digunakan untuk merencanakan pelatihan-
kondisi peserta didik yang sangat beragam pelatihan berikutnya.
seiring dengan kebijakan pendidikan untuk
SIMPULAN
semua. Kepekaan ini penting, agar guru
mampu memberikan layanan dan intervensi Berdasarkan tinjauan teori dan pem-
yang cocok bagi setiap peserta didik, bahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
sehingga peserta didik mampu belajar sesuai model pelatihan dalam rangka pengembang-
karakteristiknya. Pelatihan yang melibatkan an keprofesian berkelanjutan yang paling
LPTK sebagai center of excellent harus sesuai adalah model School focused:
diusahakan maksimal. Dosen-dosen yang University School Partnerships (Berfokus
secara khusus mendalami suatu topik dapat sekolah: kemitraan sekolah dan perguruan
berbagi dengan para guru sebagai praktisi. tinggi).
Kiranya kerja sama ini dapat saling mengun-
tungkan dan menghilangkan dikotomi antara
teori dan praktek. Pelaksanaan pelatihan
harus disesuaikan dengan kebutuhan dan
budaya warga sekolah agar pelatihan lebih
mendekati kenyataan di sekolah. Pelatihan

99
Satya Widya, Vol. 31, No.2. Desember 2015: 90-101

DAFTAR PUSTAKA Kementrian Pendidikan Nasional. 2011.


Pedoman Pengelolaan Pengembangan
Akuntono, Indra.2012. Rata -ata Hasil Uji Keprofesian Berkelanjutan. Jakarta:
Kompetensi guru Masih Rendah. http:/ Kementrian Pendidikan Nasional
/edukasi.kompas.com/ read/2012/03/
16/ 17455390/Rata.rata. Hasil.Uji. Kementrian Pendidikan Nasional. 2011.
Kompetensi.Guru.Masih.Rendah. Pedoman Penilaian Kinerja Guru (PK
Diakses 14 Maret 2014 Guru).Jakarta: Kementrian Pendidikan
Nasional
Badan BPSDMPK & PMP.2014.Sistem
Pembinaan Guru Profesional. Tersedia Kirkpatrick, Donald L.The Four Level of
dalam http://www.slideshare.net/ Evaluation. Dalam Brown, Stephen M.
kie242004/profesi-guru-42111282. dan Constance J. Seidner (eds).1998.
Diakses 28 November 2014 Evaluating Corporate Training:
Models and Issues. New York: Springer
Brinkerhoff, Robert O. Clarifying And Science+Business Media
Directing Impact Evaluation. Dalam
Brown, Stephen M. dan Constance J. Luneta, K.2012. Designing Continuous
Seidner.1998. Evaluating Corporate Professional Development Programmes
Training:Models and Issues. New For Teachers: A literature review.
York: Springer Science + Business Tersedia dalam http://web.a.ebscohost.
Media com/ ehost/detail/detail? vid=11&sid=
537f9655-4079-4ace-8dc1-872d e 5 7
Craft, Anna.2000. Continuing Professional e c0 e % 4 0 s e s s i o n m g r 4 0 0 4
Development: A Practical Guide For & hid=4107&bdata=JnNp
Teachers And Schools: Taylor & dGU9ZWhvc3QtbGl2ZQ%3d % 3d#
Francis e-Library AN=82611189&db=ehh. Diunduh
Furjanic, Sheila W & Laurie A Trotman. tanggal 15 Juni 2014
2000.Turning Training into Learning. McKinsey & Company.2007. How the
New York : AMACOM World’s Best- Performing School
Jalal, Fasli dan Dedi Supriadi (ed). 2001. Systems Come Out on Top. Laporan
Reformasi Pendidikan Dalam Konteks penelitian. Tersedia dalam http://
Otonomi Daerah. Yogyakarta:Adicita mckinseyonsociety.com/downloads/
Karya Nusa. reports/Education/Worlds_ School_
Systems_Final.pdf. Diunduh 27
Herawan, Endang dan Nani Hartini. Mana-
November 2014
jemen Tenaga Pendidik dan Kepen-
didikan. Dalam Tim Dosen Adminis- Mirza, Munawar S., Asghar Ali. 2014.
trasi Pendidikan Universitas Pendidik- Effectiveness of Training Program in
an Indonesia.2014. Manajemen Pen- Changing Teachers’ Attitude towards
didikan. Bandung:Alfabeta Students’ Corporal Punishment. Journal
of Research and Reflections in Edu-
Indarti, Sri dan Rispantyo.2009.Pengaruh
cation Vol.8, No.2, pp 97-104. Tersedia
Pendidikan Pelatihan, Motivasi Kerja
dalam http://www.ue.edu.pk/jrre
dan Lingkungan Kerja Terhadap
Kinerja Guru Sekolah Dasar. Jurnal Moeini, Hosein. 2008. Identifying Needs: A
Manajemen Sumberdaya Manusia. Missing Part in Teacher Training
Volume 3 No. 2 Desember 2009 Programs. Tersedia dalam www.

100
Pelatihan Dalam Rangka Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru (Yustinus Windrawanto)

seminar.net/images/stories/vol4- Rose, Jo & David Reynolds.2007.Teachers’


issue1/moini-identifyingneeds.pdf. Continuing Professional Development:
Diunduh tanggal 14 Juni 2014. A New Approach. tersedia dalam http:/
Phillips, Jack J. Level Four and Beyond : An /www.fm-kp.si/zalozba/ISBN/978-
ROI Model. Dalam Brown, Stephen M. 961-6573-65-8/219-240.pdf. Diunduh
dan Constance J. Seidner (eds).1998. tanggal 10 Juli 2014
Evaluating Corporate Training: Sachs, Judyth. 2007. Learning to Improve
Models and Issues. New York: Springer or Improving Learning: The Dilemma
Science+ Business Media. of Teacher Continuing Professional
Rahmadhani A, Azisah dan Yulianti Dwi Development. Tersedia dalam
Astuti.2009. Efektivitas Pelatihan www.fm-kp.si/zalozba/ISBN/978-961-
Peningkatan Peran Guru dalam 6573-65-8/009-020.pdf. Diunduh
Memberi-kan Bimbingan Kepada tanggal 10 September 2014.
Siswa. Tersedia dalam http:// Sugiyono dan MD Rahadhini.2011.Pengaruh
psychology.uii.ac.id/images/stories/ Pendidikan Pelatihan, Motivasi Kerja,
jadwal_kuliah/naskah-publikasi- dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
01320336.pdf. Diunduh tangga 13 Juni Guru. Jurnal Manajemen Sumber
2014. Daya Manusia. Volume 5 No. 1 Juni
2011.

101

Anda mungkin juga menyukai