Karangka Karangan
Karangka Karangan
PENDAHULUAN
Kerangka karangan mempunyai arti yang sama dengan ragaan atau outline yaitu
rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah
kerangka kyang akan ditulis.
Oleh karena itu, di makalah ini akan dijelaskan mengenai kerangka karangan, lagkah-
langkah pembuatan karangan, fungsi kerangka karangan dan contoh-contoh dalam pembuatan
kerangka karangan.
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut perlu kiranya merumuskan masalah sebagai
pijakan untuk terfokusnya kajian makalah ini. Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut.
BAB 1 Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang,rumusan masalah, metode pemecahan
masalah,dan sistematika penulisan masalah.
BAB II Pembahasan yang terdiri dari: pengertian kerangka karangan, fungsi kerangka
karangan, bentuk-bentuk kerangka karangan, langkah-langkah pembuatan kerangka
karangan, contoh-contoh kerangka karangan.
PEMBAHASAN
Menurut Nursisto kerangka karangan sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis
besar atau susunan pokok pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka
karangan ditulis dalam rangka untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian
tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga
akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan
bersasaran dari target pembacanya.
Menurut Gie seseorang yang akan mengarang tanpa membuat kerangka karangan
maka ia akan mudah terjerumus kearah keadaan yang anarkis. Pengarang akan mudah
kehilangan kontrol terhadap karangan yang ia tuju. Tanpa outline acap kali masalah dan
uraian yang disuguhkan menjadi kabur, kurang jelas, banyak bahan yang terlupa, ada bagian
yang sejajar, tetapi diuraikan tidak seimbang. Dengan outline, karangan akan tanpak tubuh
karangansecara utuh. Outline merupakan miniatur karangan.
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat contoh outline yang sudah diurutkan. Kerangka
karangan(outline) ini disadur dari laporan penelitian individu Drs. A. Umar, M.A., IAIN
Walisongo Semarang Tahun 1997.
Kerangka Karangan :
lain didalam suatu wacana. Disamping itu, yang perlu diperhatiakan pula adalah masalah
diksi dan penggunaan ejaan yang disempurnakan dengan benar. Mengarang bagi pengarang
dalam menuangkan gagasan-gagasannya kedalam karangan. Denag cara ini pula, seorang
guru atau dosen dapat mengajari siswa atau mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan
efesien.[2]
3. Mencegah pembahasan keluar dari sasaran yang sudah dirumuskan dalam topik, judul,
masalah, tujuan, dan kalimat tesis,
a. Kerangka kalimat
1). Ia memaksa penulis untuk merumuskan dengan tepat topik yang akan diuraikan,
serta perincian-rincian tentang topik itu.
2) .Perumusan topik-topik dalam tiap unit akan tetap jelas, walaupun telah lewat
bertahun-tahun.Penulis masih sanggup mengikuti rencana aslinya, walaupun baru
digarap bertahun-tahu kemudian.
3). Kalimat yang dirumuskan dengan baik dan cermat akan jelas bagi siapapun,
seperti bagi pengarangnya sendiri.
b. Kerangka topik
Kerangka topik dimulai dengan perumusan tesis dalam sebuah kalimat yang lengkap.
Sesudah itu semua pokok,. baik pokok-pokok utama maupun pokok-pokok bawahan,
dirumuskan dengan mencantumkan topiknya saja, dengan tidak mempergunakan
kalimat yang lengkap. Kerangka topik dirumuskan dengan mempergunakan kata atau
frasa. Sebab itu kerangaka topik tidak begitu jelas dan cermat seperti kerangka
kalimat. Kerangka topik manfaatnya kurang bila dibandingkan dangan kerangka
kalimat, terutama jika tenggang waktu antara perencanaan antara kerangka karangan
itu dengan penggarapannya cukup lama.
Kerangka karangan sementara atau non formal merupakan suatu alat bantu, sebuah
penuntun bagi suatu tulisan yang terarah. Sekaligus ia menjadi dasar untuk penelitiaan
kembali guna mengadakan perombakan-perombakan yang dianggap perlu. Karena
kerangka karangan ini bersifat sementara, maka tidak perlu disusun secara terperinci.
Tetapi karena ia juga merupakan sebuah kerangka karangan maka ia harus
memungkinkan pengarangnya untuk menggarap persoalannya secara dinamis,
sehingga perhatian harus dicurahkan sepenuhnya pada penyusunn-penyusunan
kalimat-kalimat, alenia-alenia, atau bagian-bagian tanpa memepersoalkan lagi
bagaimana susunan karangannya, atau bagaimana susunan bagian-bagiannya.
Kerangka karangan non-formal biasanya terdiri dari tesis dan pokok-pokok utama,
paling tinggi dua tingkat perincian. Alasan untuk menggarap sebuah kerangka
karangan sementara dapat berupa topik yang tidak kompleks atau karena penulis
segera menggarap karangan itu.
Kerangka karangan formal biasanya timbul dari penimbanga bahwa topik yang akan
digarap bersifat sangat kompleks, atau suatu topik yang sederhana tetapi penulis tidak
bermaksud untuk segera menggarapnya.
Proses perencanaan sebuah karangan formal mengikuti prosedur yang sama seperti
kerangka non-formal. Tesisnya dirumuskan dengan cermat dan tepat, kemudian
dipecah-pecah menjadi bagian-bagian bawahan (sub-ordinasi) yang dikembangkan
untuk menjelaskan gagasan sentralnya. Setiap sub-bagian dapat diperinci lebih lanjut
menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sejauh diperlukan untuk menguraikan
persoalan itu sejelas-jelasnya. Dengan perincian yang sekian banyak, sebuah kerangka
karangan dapat mencapai lima atau enam tingkat perincian. Suatu tesis yang diperinci
minimal atas tiga tingkat perincian sudah dapat disebut kerangka formal.[4]
Untuk menyusun kerangka karangan yang baik, penulis perlu memperhatikan kriteria berikut:
2. Menggunakan inden atau liurus secara konsisten, dan tidak mengombinasikan bentuk-
bentuk tersebut secara bersamaan dalam sebuah kerangka karangan,
1. Menyusun semua ide pokok yang berhubungan dengan topik karangan yang akan
ditulis.
2. Mencatat semua ide pokok yang muncul baik dari data yang tertulis maupun data
melalui wawancara.
3. Menyusun dan menyeleksi ulang terhadap ide yang tidak penting. Ide yang berdaya
dukung terhadap penulisan dikoordinasikan menjadi satu, sedangkan ide yang tidak pemnting
dihilangkan.
4. Memeriksa ulang apakah masih terdapat ide yang tidak sesuai atau terdapat ide yang
belum dimasukan serta memeriksa kembali urutan semua ide.
a. Prinsip nazafah(kebersihan)
b. Prinsip amanah
c. Prisip ukhuwah
d. Prinsip ilmiah
e. Prinsip diniah
Dari setiap kerangka karangan dapat dikembangkan menjadi satu paragraf atau dua
pragraf. Kerangka karangan yang telah disusun menjadi titik tolak kalimat-kalimat yang
dituangkan atau dijadikan sebagai pikiran utama atau kalimat topik pada setiap paragraf yang
dibuat. Dengan demikian, kecil kemungkinannya terjadi kesalahan atau pengulangan ide
didalam suatu karangan bahkan kesalahan itu dapat dihindari.
Pola pengembangan paragraf sebagai mana telah dipaparkan pada bab sebelumnya,
bisa menggunakan pola penalaran deduktif atau induktif. Hal perlu dingat pada saat
menyusun kalimat adalah menghadirkan unsur-unsur kalimat secara lengkap sehingga
kerancuan kalimat dapat dihindari dan ketidakjelasan kalimat dapat ditinggalkan. Dalam
menyusun kalimat perlu diperhatikan pula adanya oherensi antarkalimat dan antarparagraf.
Koherensi antarkalimat adalah suatu pertalian atau hubungan antara suatu kalimat
dengan kalimat lain didalam suatu paragraf, sedangkan koherensi antar paragraf adalah
pertalian atau hubungan antara satu paragraaf denagan paragraf
karangan. Denag cara ini pula, seorang guru atau dosen dapat mengajari siswa atau
mahasiswanya dengan lebih efe ktif dan efesien.
1. kerangka sistem lekuk, dengan angka romawi, huruf kapital, dan angka arab.
I. Pendahuluaan
A. Potensi Kecerdasan
A. Potensi Kewirausahaan
C. Budaya Kewirausahaan
A. Strtegi Awal
1. Konsep
2. Modal
3. Produk
4. Pasar
C. Perencanaan Awal,
3. Paradigma Kewirausahaan
4. Strategi Berwirausaha
4.1.1 Konsep
4.1.2 Modal
4.1.3 Produk
4.1.4 Pasar
5. Kesimpulan
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Masalah
a. Metode penelitian
c. Variabel
d. Instrumen
e. Prosedur Pengukuran
f. Teknik Analisis
5.2 Saran
BAB I Pendahuluan
BAB V Pembahasan
BAB VI Kesimpulan, Implikasi (saran)
5. Kerangka karangan dengan kombinasi romawi desimal lurus model kerangka penelitian
kualitatif, contoh model kajian teoritik
BAB I Pendahuluan
1.2 Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2.2 Analisis
2.3 Sintetis
3.1 Interpretasi
3.2 Implikasi
BAB IV KESIMPULAN
(Tindak lanjut)
6. Kerangka karangan dengan romawi lurus model kerangka penelitian kualitatif, untuk
penulisan artikel
I Sari tema
II Deskripsi umum
I PENDAHULUAN
II PEMBAHASAN
2.3 Dukungan
2.4 Hambatan
III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran[7]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kerangka karangan sering disebut juga dengan outline atau ragangan.Kerangka karangan
(outline) merupakan miniatur karangan.Pada dasarnya outline adalah proses penggolongan
dan penataan berbagai fakta yang kadang-kadang berbeda dengan jenis dan sifatnya, menjadi
kesatuan yang berpautan. Dengan memperhatikan outline akan terlihat dengan jelas struktur
dan sistematika berpikir pengarangnya.Sehingga pengarang dapat melihat dengan jelas,
dibagian mana fakta, penilaian, argumentasi, atau ilustrasi tertentu dikemukakan, sehingga
karangan menjadi tepat.
kerangka karangan juga sebagai rencana kerja yang memuat garis-garis besar atau an pokok
pembicaraan sebuah karangan yang akan ditulis. Kerangka karangan ditulis dalam rangka
untuk menghindari adanya tumpang tindih pada bagian-bagian tertentu. Selain itu, susunan
penulisan yang bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, logis, jelas, dan bersasaran dari
target pembacanya. kerangka karangan (outline) juga memudahkan kita dalam pembuatan
karangan yang lebih baik.
B. Saran
Agar kita dapat memperoleh karangan yang baik, logis, dan sistematis,maka kita harus
mmbuat kerangga terlebih dahulu.Karena dengan kerangka karangan kita bisa menghindari
penggarapan topik yang berulang-ulang,terhindar dari tumpang tindih pada bagian-bagian
tertentu. Selain itu, penyimpangan-penyimpangan dari topik pun dapat dihindarkan, dan juga
akan menjamin bahwa penulisan akan bersifat konseptual, menyeluruh, terarah, dan
bersasaran dari target pembacanya.