Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KULIAH

FAKTOR PSIKOSOSIAL
PERILAKU KESEHATAN

Disusun oleh:
TUTORIAL D
Rio Gyver Anthonio 41120060
Steven Arief Wibowo 41130008
Anggoro Ristianto S. 41130020
Hening Taruna K 41130031
Alexander Ganda 41130041
Alfonsus Aditya Lodjing 41130051
Ni Luh Zallila Gustina 41130061
Patricia Dissy Andrea 41130071
Putu Damaya Dipariasta Y. 41130078
Luh Gede Ramonarie 41130083
Stieven Malombeke 41130093
Angelica Olivia 41130103

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA
YOGYAKARTA
2017
I. LATAR BELAKANG

Suku Amungme dan Suku Kamoro di Papua merupakan suku yang


masih menjunjung tinggi nilai kebudayaan yang mereka miliki. Hampir
separuh ibu melahirkan tidak ditolong petugas kesehatan. Bagi ibu yang
melahirkan di rumah, persalinan dilakukan di kamar mandi, kamar tidur, dan
bawah rumah. Persalinan dilakukan sendiri tanpa pertolongan, dengan bantuan
keluarga perempuan atau dukun, dilakukan dengan cara-cara yang
membahayakan kesehatan ibu dan bayi. Perilaku ibu masih kuat didasari oleh
beberapa tema budaya yang merugikan kesehatan ibu antara lain: menganggap
urusan persalinan adalah sepenuhnya urusan kaum perempuan, peristiwa
persalinan adalah sesuatu yang menjijikkan dan membawa penyakit berbahaya
bagi laki-laki dan anak-anak, dan ibu yang meninggal waktu persalinan karena
kutukan tuan tanah (teheta). Proses persalinan yang dijalani sesuai dengan
adat istiadat yang mereka anut merugikan kesehatan ibu dan bayi. Hal ini
meningkatkan risiko komplikasi bahkan kematian bagi ibu dan bayi.

II. TUJUAN

Studi ini dilakukan untuk mengetahui hal yang mendasari budaya


penatalaksanaan persalinan ibu Suku Amungme dan Kamoro serta
menentukan intervensi perilaku yang sesuai tanpa menghilangkan nilai budaya
tersebut.

III. STAKEHOLDER

Pihak yang terlibat dalam intervensi perilaku yang akan dilakukan


yaitu ibu hamil, dukun anak, kepala suku, tenaga medis dan dinas kesehatan
setempat. Ibu hamil berperan sebagai pengambil keputusan dalam
penatalaksanaan persalinan yang akan dijalaninya. Dukun anak turut andil
dalam membantu persalinan yang akan dipimpin oleh tenaga medis seperti
bidan atau dokter. Kepala suku bertugas sebagai rekan tenaga medis dalam
tindakan intervensi terhadap ibu hamil dan dukun anak. Ia memiliki
wewenang dan kemampuan untuk merangkul masyarakat. Tenaga medis
terdiri atas bidan dan/atau dokter yang berperan sebagai tim promotif dan
penolong persalinan yang tidak membahayakan ibu dan bayi. Dinas kesehatan
bertugas sebagai penyedia sarana dan prasarana yang dibutuhkan.

IV. INTERVENSI DOKTER

Sebagai tim medis yang memiliki kompetensi menolong persalinan,


kita perlu mendalami dan memahami hal apa yang membentuk perilaku dan
budaya setempat. Tema budaya pertama, penduduk menganggap bahwa
persalinan adalah peristiwa alami, urusan perempuan dan tidak perlu dibesar-
besarkan. Laki- laki tidak perlu ikut campur memikirkan atau membantu
persalinan istrinya karena itu sudah kodrat perempuan. Darah dan kotoran
persalinan dapat menimbulkan penyakit yang mengerikan bagi laki-laki dan
anak-anak, karena itu harus dijauhkan atau disembunyikan. Kepercayaan ini
memojokkan posisi perempuan dan sangat merugikan kesehatannya. Dalam
mempersiapkan persalinan, ibu memerlukan kondisi fisik dan mental yang
optimal. Dukungan suami merupakan salah satu faktor yang memperkuat
mental ibu dalam menghadapi persalinan.

Tema budaya kedua, penduduk meyakini bahwa asap kayu bakar


membawa kekuatan bagi orang yang sakit atau lemah termasuk ibu yang
sedang melahirkan. Suami dapat membantu dalam proses persalinan istrinya
dengan menghidupkan dan menjaga kayu bakar apinya selalu hidup tidak jauh
dari tempat persalinan sehingga asapnya bertiup mengarah ke tempat ibu dan
bayi. Keyakinan ini secara fisik merugikan kesehatan ibu dan bayi terjadi
sesak nafas dan infeksi saluran pernafasan.

Tema budaya ketiga, ibu-ibu Suku Kamoro mengangap dukun sebagai


pewaris oto (pengobat) ditentukan oleh roh leluhur. Dukun dianggap tokoh
masyarakat dan tidak pernah dituntut atas perbuatannya walaupun ibu dan
bayi meninggal ditangannya. Bahkan ibu meninggal yang dianggap salah
karena perilaku yang melanggar tradisi semasa hamil. Kepercayaan mutlak
terhadap dukun dapat menimbulkan kerugian bagi kesehatan ibu, tetapi dukun
juga dapat dijadikan potensi bila dukun tersebut ditingkatkan pengetahuan dan
keterampilannya dalam memelihara kesehatan ibu.
Tema budaya keempat, adanya larangan bagi ibu untuk mandi sebelum
diadakan pesta kerabat yang biasanya 1-2 minggu setelah persalinan. Dalam
kesempatan itu ibu boleh mandi sendiri atau dimandikan ibu-ibu lain sambil
bernyanyi beramai- ramai. Setelah itu diberikan kebebasan bagi ibu untuk
melakukan hubungan seks dengan suami. Selama belum dipestakan, suami
dilarang makan minum dan tidur di rumah, harus di rumah keluarga yang lain
atau rumah tetangga. Akibat negatif bagi kesehatan ibu dari larangan mandi
ini yaitu timbul berbagai penyakit infeksi yang dapat menular kepada bayinya.
Untuk hubungan seksual 1-2 minggu setelah persalinan dapat menyebabkan
kerusakan dan infeksi alat kelamin ibu karena pemulihan tubuhnya belum
sempurna.

Berdasarkan hasil pengamatan tema budaya di atas, peran kita sebagai


tenaga medis dalam intervensi perilaku yaitu melakukan edukasi dan
workshop terhadap para stakeholder dari masyarakat mengenai
penatalaksanaan persalinan yang steril. Kegiatan ini tentunya perlu dukungan
dinas kesehatan dalam penyediaan sarana dan pra-sarana. Selain itu, pelatihan
mengenai persalinan yang steril dapat diberikan kepada dukun anak seperti
pemotongan tali pusat, sterilisasi alat sampai dengan penanganan awal bayi
baru lahir.

V. MONITORING

Monitoring dan evaluasi pelaksanaan persalinan steril di Suku


Amungme dan Suku Kamoro dilakukan setiap 6 bulan oleh tenaga kesehatan
yang langsung mendatangi wilayah tersebut. Monitoring juga dilakukan setiap
2 bulan sekali oleh perwakilan dinas kesehatan setempat. Hal-hal yang
dipantau ialah jumlah persalinan yang dibantu oleh dukun anak secara steril,
meningkatnya dukungan suami dalam mendampingi proses persalinan, angka
kematian bayi dan ibu, serta angka terjadinya infeksi pasca persalinan pada
bayi maupun ibu.
VI. PEMELIHARAAN PERILAKU

Agar perilaku kesehatan ini terus berjalan, diperlukan dukungan dari


masyarakat sekitar dan lingkungan dalam mewujudkan persalinan steril.
Semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya persalinan secara
steril, maka akan meningkatkan partisipasi masyarkat dalam mewujudkan
perilaku kesehatan tersebut.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Q., Ghani, L., Delima (2011) Budaya persalinan Suku Amungme dan
Suku Kamoro, Papua. Badan Penelitian Kesehatan dan Pengembangan
Departemen Kesehatan R.I. Diakses di: http://www.univmed.org/wp-
content/uploads/2011/02/Qomariah.pdf tanggal 26 April 2017.

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba.


Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2007.

Anda mungkin juga menyukai