DISUSUN OLEH:
1. MUHAMMAD CHOIRUS ROZIZ
2. TAUFAN ARDITYA
3. FIRMAN ARDIANSYAH
4. MUHAMMAD FAIZA
1. Tengku
2. Tuanku
3. Pocut
4. Teuku
5. Laksamana
6. Uleebalang
7. Cut
8. Panglima Sagoe
9. Meurah
Segala Hal Tentang Kerajaan Aceh Dalam Istana Darut Donya Cap Sikureung (cap
Sembilan Meuligoe Gajah Putih Pasukan Gajah Perang Aceh Perang Aceh dimulai
sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah
melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun tidak berhasil merebut wilayah yang
besar. Perang kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada
1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh.
Dr. Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil
mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran
kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada
sultan. Saran ini ternyata berhasil. Pada tahun 1898, J.B. van Heutsz dinyatakan
sebagai gubernur Aceh, dan bersama letnannya, Hendricus Colijn, merebut sebagian
besar Aceh Sultan M. Dawud akhirnya meyerahkan diri kepada Belanda pada tahun
1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh
Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh seluruhnya pada tahun 1904.
Lambang Aceh
Lambang Aceh adalah Pancacita. Pancacita adalah lima cita, yaitu keadilam,
1. Bahasa Aceh
2. Bahasa Tamiang
3. Bahasa Gayo
4. Bahasa Alas
5. Bahasa Kluet
6. Bahasa Julu
7. Bahasa Pakpak
8. Bahasa Jamee
9. Bahasa Sigulai
Agama
Mayoritas penduduk di provinsi Aceh memeluk agama Islam. Selain itu provinsi Aceh
memiliki keistimewaan dibandingkan dengan provinsi yang lain, karena di provinsi ini
Syariat Islam diberlakukan kepada sebagian besar warganya yang menganut agama
Islam.
Pendidikan
Dalam hal pendidikan, sebenarnya provinsi ini mendapatkan status Istimewa selain dari
D.I. Yogyakarta. Namun perkembangan yang ada tidak menunjukkan kesesuaian antara
status yang diberikan dengan kenyataannya. Pendidikan di Aceh dapat dikatakan
terpuruk. Salah satu yang menyebabkannya adalah konflik yang berkepanjangan,
dengan sekian ribu sekolah dan institusi pendidikan lainnya menjadi korban. Pada UAN
(Ujian Akhir Nasional) 2005 ada ribuan siswa yang tidak lulus dan terpaksa mengikuti
ujian ulang.
Aceh juga memiliki sejumlah Perguruan Tinggi Negeri seperti :
2. IAIN Ar-Raniry
3. Universitas Malikussaleh
Jumlah penduduk
Menurut data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Provinsi Aceh pada terakhir
perhitungan yaitu tahun 2016 mencapai 5.096.248 jiwa.
Kebudayaan
- Suku
1. Suku Aceh
2. Suku Tamiang
3. Suku Gayo
4. Suku Alas
5. Suku Kluet
6. Suku Julu
7. Suku Pakpak
9. Suku Sigulai
Rumah adat Krong Bade –atau juga biasa disebut Rumoh Aceh, adalah sebuah
rumah dengan struktur panggung dengan tinggi tiang 2,5 sd 3 meter dari
permukaan tanah. Keseluruhan rumah ini dibuat dari bahan kayu, kecuali
atapnya yang terbuat dari bahan daun rumbia atau daun enau yang dianyam,
serta lantainya yang dibuat dari bambu. Karena memiliki struktur panggung,
pada rumah adat Aceh ini kita dapat menemukan ruang bawah. Ruang ini
biasanya digunakan sebagai gudang tempat penyimpanan bahan pangan, serta
sebagai tempat para wanita untuk melakukan aktivitas, misalnya aktivitas
menenun kain khas Aceh. Untuk memasuki rumah, kita perlu meniti tangga di
bagian depan rumah. Tangga tersebut biasanya memiliki jumlah anak tangga
yang ganjil. Adapun setelah naik ke bagian atas, kita akan menemukan banyak
sekali lukisan yang menempel di dinding-dinding rumah sebagai hiasan. Jumlah
lukisan pada dinding luar rumah dapat menjadi simbol tingkat ekonomi
pemiliknya.
- Pakaian
Pria memakai BAJE MEUKASAH atau baju jas leher tertutup. Ada sulaman
keemasan menghiasi krah baju. Jas ini dilengkapi celana panjang yang disebut
CEKAK MUSANG. Kain sarung (IJA LAMGUGAP) dilipat di pinggang berkesan
gagah. Kain sarung ini terbuat dari sutra yang disongket. Sebilah rencong atau
SIWAH berkepala emas / perak dan berhiaskan permata diselipkan di ikat pinggang.
Bagian kepala ditutupi kopiah yang populer disebut MAKUTUP. Tutup kepala ini dililit
oleh TANGKULOK atau TOMPOK dari emas. TANGKULOK ini terbuat dari kain
tenunan.
TOMPOK ialah hiasan bintang persegi 8, bertingkat, dan terbuat dari logam mulia
BAJU ADAT WANITA ACEH :
Wanita mengenakan baju kurung berlengan panjang hingga sepinggul. Krah bajunya
sangat unik menyerupai krah baju khas china. Celana cekak musang dan sarung
(IJA PINGGANG) bercorak yang dilipat sampai lutut. Corak pada sarung ini
bersulam emas. Perhiasan yang dipakai : kalung disebut KULA. Ada pula hiasan lain
seperti : Gelang tangan, Gelang kaki, Anting, dan ikat pinggang (PENDING)
berwarna emas. Bagian rembut ditarik ke atas membentuk sanggul kecil dengan
hiasan kecil bercorak bunga. Pada jaman dulu pelapisan terhadap status sosial
yang terdapat di masyarakat Aceh, khususnya daerah Aceh Barat telah
menyebabkan baju adat Aceh Barat tampil dalam beragam variasi diantaranya
adalah pakaian :
Ulee Balang, busana untuk para raja beserta keluarganya
Ulee Balang busana untuk Cut dan para Ulama.
Patut-patut (pejabat negara), pakaian untuk para tokoh masyarakat cerdik pandai
Rakyat jelata Busana adat Aceh yang menonjol sekarang ini adalah yang
pakaian adat tradisional yang dikenakan pada saat ada upacara adat
perkawinan, khususnya karena akibat munculnya kembali apresiasi masyarakat
terhadap budaya ash daerah akhir-¬akhir ini.
- Tarian
1. Tari Saman
Tari saman merupakan salah satu tarian yang berasal dari etnis Suku Gayo, suku ini
merupakan ras tertua yang ada di pesisir Aceh. Penampilan tari saman tentu bukan
hanya membius penampilan masyarakat Aceh atau sekitar bahkan sampai masyarakat
yang ada di luar negeri.Tarian ini bersifat hiburan dan sering sekali dibawakan dalam
berbagai acara, mulai dari acara kenegaraan sampai acara yang bertema agama.
Masyarakat biasanya menarikan tari saman dengan menyelipkan pesan agama Islam
yang membawa hal menjadi lebih positif. Tari Saman sendiri diciptakan sesuai dengan
namanya, yaitu tokoh islam yang bernama Syeh Saman dan menggunakan bahasa
arab. Syair yang dilagukan membuat suasana semakin gembira dan ditambah dengan
tepukan lutut, mengangkat tangan bergantian dan tentu sinkronasi dari gerakan yang
luar biasa.
Tari yang serupa dengan Tari Saman ini merupakan tarian yang mengangkat cerita
mengenai kehidupan nelayan pesisir Aceh yaitu membuat jaring atau biasa disebut
pukat untuk menangkap ikan di tengah laut. Karena banyak masyarakat Aceh pesisir
yang berprofesi menjadi nelayan untuk menghidupi keluarga.Suasana menarik pukat
dan mendapatkan ikan dirasa menjadi semangat kerja dan riang serta dituangkan
dalam tarian.
3. Tari Laweut
Kembali dipengaruhi oleh budaya dan agama Islam, Tari Laweut merupakan tarian yang
ditampilkan untuk melakukan sanjungan pada Nabi Muhammad SAW dan juga
dipersembahkan oleh 8 wanita penari. Dimana tarian ini berasal dari kata Seulawet ,
dengan gerakan yang ringan dan lembut maka tarian ini memberikan edukasi dengan
jelas terkait bagaimana kita menyampaikan rasa suka dan kagum pada Rasulullah
SAW.
4. Tari Meusago
Tari Meusago merupakan tarian Aceh yang diartikan bersudut, bersegi dan berujung
begitu lengkap mulai dari persoalan yang dihadapi hingga bagaimana manusia harus
beribadah pada Tuhan YME. Tarian ini juga menjadi simbol gotong royong, adanya
persaudaraan dan mewujudkan persatuan. Dimana kipas barang memiliki arti manakala
sedang bersama maka harus membagikan manfaat bagi kehidupan dan teman yang
lainnya.
5. Tari Bines
Tarian yang berasal dari Gayo ini merupakan tarian yang mengharuskan jumlah
anggotanya genap, 10 ataupun 12 dan boleh lebih. Tari Bines memiliki ciri khas dimana
gerakan tarian dilakukan dengan lambat kemudian cepat hingga berhenti serentak
secara bersama-sama. Tentu keluesan dan juga refleks dari penari dibutuhkan agar
tidak salah dan bisa mendalaminya.
Ada hal unik lain yang dilakukan jika anda memberikan uang sebagai tanpa apresiasi
pada penari maka mereka akan menaruh uang diatas kepalanya dan menganggap
uang tersebut sebagai bunga penghias kepala penari hingga tarian berakhir.
Tarian ini membutuhkan kekuatan dan kekebalan, dimana Tari Rapai Daboh memang
permainan ketangkasan dan kekebalan para pria seperti Debus jika di budaya Banten.
Dimana beberapa orang menabuh rebana dan membiarkan para pria menaruh senjata
tajam dan tidak terluka. Menurut para penari mereka hanya berkeyakinan bahwa milik
Tuhan merupakan segalanya dan tidak ada yang bisa menggantikan kuasanya.
Sehingga ketika tubuh dari penari diuji menggunakan alat maka mereka mencoba
memusatkan seluruh pikirannya pada keyakinan diatas.
- Senjata
Rencong adalah senjata tradisional yang mulai dipakai pada zaman kesultanan
Aceh, yaitu sejak pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah (Sultan Pertama Aceh).
Rencong ini selalu ada dan diselipkan dipinggan Sultan Aceh, para Ulee Balang dan
masyarakat pun menggunakan Rencong sebagai senjata pertahanan diri. Rencong
dikenakan oleh Sultan dan para bangsawan lainnya, biasanya terbuat dari emas dan
sarungnya terbuat dari gading. Sedangkan rencong yang digunakan oleh
masyarakat biasa terbuat dari kuningan atau besi putih, sedangkan sarungnya
terbuat dari kayu atau tanduk kerbau.
- Makanan
1. Mie Aceh
Mie Aceh, satu jenis kuliner yang menggoda dari Aceh, dapat dicicipi dengan dua
cara, yakni di goreng atau direbus alias menggunakan kuah. Untuk rasa bisa
memilih sendiri, apakah ingin pedas atau tidak. Sebagai variasi bisa meggunakan
kepiting, daging atau seafood. Variasi inilah yang nanti menentukan nama mienya.
2. Sate Matang
Sate matang sudah bergema di setiap kota seluruh Aceh, medan bahkan Jakarta. Di
mana ada masyarakat Aceh bermukim di kota-kota besar di Indonesia. Pasti ada
gerobak yang bertulis sate “sate matang” . Dinamakan sate matang karena asalnya
dari daerah Matang, Bireuen. Yang bikin special sate ini karena makanya dengan
kuah soto. Di Banda Aceh, banyak warung yang menyediakan makanan ini, salah
satunya adalah di Rex Peunanyong.