Anda di halaman 1dari 11

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : An. Isma R. Sogarey

Umur : 12 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dobo

Pekerjaan : Siswi

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

II. ANAMNESA

Keluhan Utama : Demam

Keluhan Tambahan : Nyeri kepala

Telaah (Alloanamnesa)

Hal ini dialami pasien selama ± 5 hari, demam dialami pasien terus menerus terutama
di sore dan malam hari, kejang (-).pasien juga merasakan nyeri kepala dan nyeri di persendian.
Mual (+) muntah (-) nyeri ulu hati (+). Bintik bintik merah pada kulit tidak dijumpai, mimisan
(-) gusi berdarah (-) BAK (+) normal BAB (+) normal. Riwayat bepergian ke Tual beberapa
hari yang lalu.

Riwayat pengobatan terdahulu

Antibiotik, imboost, antasida doen.

Riwayat penyakit terdahulu

Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga


Tidak jelas

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit berat

Kesadaran : E1V1M5

Tekanan darah : 88/55 mmHg

Nadi : 66 x/i (ireguler)

Pernapasan :20 x/i

Suhu :38ºc

Status Lokalisata

Kepala : rambut hitam, lurus, tidak mudah dicabut

Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), lensa jernih, pupil isokor,

RC direk (+/+) indirek (+/+)

Leher : simetris, trakea tidak ada deviasi

Kel. Getah Bening : teraba (-)

Dada : pergerakan napas hemitoraks dextra sinistra simetris

Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

Perkusi : batas jantung kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra

Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra

Kiri bawah : SIC IV Linea Media Clavicularis Sinistra

Auskultasi : BJ I – II tunggal, murmur (-) gallop (-), HR 60x/menit. Pulsus defisit (+)

Paru :
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru

Auskultasi : vesikuler di kedua lapangan paru

Abdomen : soepel, Hepar/ Lien/ Renal tidak teraba. Nyeri tekan epigastrium (+)
Bising usus (+)

Alat kelamin : tidak dilakukan pemeriksaan

Anggota gerak : dalam batas normal, edema (-)

Refleks : dalam batas normal

Kulit : dalam batas normal

Gigi dan mulut : dalam batas normal

Saraf otak : dalam batas normal

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin
Hb : 13,3 gr %
Leukosit : 1.800/ uL
Ht : 40,6%
Trombosit : 39.000/ uL
SGOT/SGPT : 224/91
Albumin :2

Resume

Pasien seorang perempuan usia 12 tahun datang dengan keluhan demam dialami sejak 5
hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri di persendian. Riwayat bepergian di
daerah endemis DBD (+). Pemeriksaan fisik dijumpai nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan
Lan di dapatkan leukosit 1.800 u/L dan trombosit 39.000/uL

V. DIAGNOSA KERJA
Acute Febrile Illness day 5

VI. DIAGNOSA BANDING


1. Acute febrile illness day 5
1.1.DHF grade III
1.2.Other viral infection
2. Dyspepsia syndrome

VII. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. IVFD Asering 62,5 cc/jam (± 1500cc/hari)
3. Oral intake ± 300 cc
4. Antasida syrup 3 x 1 cth

VIII. RENCANA PEMERIKSAAN


1. Darah rutin/6 jam

IX. RENCANA LANJUT


Observasi TTV
Rujuk Spesialis Anak
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Defenisi

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (Dengue Haemorrhagic


Fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus Dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot, dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Sindrom rejatan dengue (dengue shock syndrome)
adalah demam berdarah yang disertai dengan rejatan/syok.10

2.2.Manifestasi Klinis

Virus dengue dapat bersifat asimptomatik, demam dengue, demam berdarah dengue,
ataupun sindrom syok dengue (SSD). Pasien pada mulanya akan mengalami fase demam
selama 2-7 hari, diikuti fase kritis selama 2-3 hari. Pada fase kritis, demam sudah tidak terjadi
lagi tetapi berisiko untuk terjadi SSD jika tidak mendapatkan terapi yang adekuat.

Gambar Manifestasi klinis infeksi virus dengue (WHO,1993)

2.3.Diagnosis

Demam dengue dapat ditegakkan bila ada demam aku selamat 2-7 hari dan ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis dibawah:

1. Nyeri kepala.
2. Nyeri retro-orbital.
3. Mialgia/artralgia.
4. Ruam kulit.
5. Manifestasi perdarahan.
6. Leukopenia.

Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis DBD ditegakkan bila ditemukan:

1. Demam atau riwayat demam akut (2-7 hari) yang selalunya bersifat bifasik.
2. Minimal salah satu manifestasi perdarahan: (a) uji bendung positif; (b) petekie,
ekimosis, purpura; (c) perdarahan mukosa atau perdarahan di tempat lain; (d)
hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (trombosit < 100000/ ᴜL).
4. Minimal satu tanda kebocoran plasma: (a) peningkatan hematokrit >20%; (b)
penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan; (c) tanda-tanda
kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, hipoproteinemia.

Pada pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan yang dilakukan berupa:

1. Leukosit: bisa normal atau menurun.


2. Trombosit: umumnya trombositopenia pada hari 3-8.
3. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan bila ditemukan peningkatan hematokrit ≥
20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam.
4. Hemostasis: pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-dimer, atau FDP jika dicurigai
perdarahan.
5. Protein/albumin: Bisa terjadi hipoproteinemia akibat dari kebocoran plasma.
6. SGOT/SGPT bisa meningkat.
7. Elektrolit: pemantauan pemberian cairan.
8. Immunoserologi: IgM yang mulai terdeteksi mulai hari 3-5 dan IgG yang mulai
terdeteksi pada hari ke-14. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari pertama sehingga
hari ke delapan.

DERAJAT INFEKSI VIRUS DENGUE


Tabel derajat penyakit infeksi virus dengue

2.4.Penatalaksanaan

Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematiam dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting dalam penangan kasus DBD.

Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protokol penatalaksanaan DBD, yang
dibagi menjadi lima protokol

Protokol I. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue dewasa


tanpa syok

Apabila didapatkan nilai Hb, Ht dan trombosit seperti:


1. Hb, Ht, trombosit normal atau trombosit antara 100.000-150.000, pasien dapat
dipulangkan dengan anjuran kontrol ke polklinik dalam waktu 24 jam berikutnyadimana
dilakukan pemeriksaan Hb, Ht dan Leukosit, trombosit tiap 24 jam, atauapabila keadaan
pendrita memburuk, segera kembali ke IGD

2. Hb, Ht normal tapi trombosi <100.000, dianjurkan untuk dirawat

3. Hb, ht meningkat dan trombosit normal dan atau turun juga dianjurkan untuk dirawat

Protokol II. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue dewasa diruang
rawat

Pasien tersangka demam berdarah dengue tanpaperdarahan spontan dan masif dan tanpa
syok, diberikan cairan infuse kristaloid dengan jumlah seperti rumus :

1500+(20 x(BB dalam kg - 20)

Sumber : Pan American health organization, 1994

Setelah pemberian cairan, dilakukan pemeriksaan Hb, Ht tiap 24 jam:

Bila Hb, Ht meningkat 10-20 % dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian cairan tetap
sesuai rumus diatas dengan pemantauan Hb,Ht trombosit tiap 12 jam

Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit < 100.000, maka pemberian cairan sesuai
dengan protokol III

Protokol III. Penatalaksanaan demam berdarah dengue dengan peningkatan Ht >20 %

Peningkatan Ht > 20 % berarti tubuh mengalami deficit cairan sebanyak 5 %. Terapi awal
pemberian cairan adalah infuse cairan kristaloid 6-7 ml/kgBB/jam.

1. Bila terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-tanda ht menurun,
frekuensi naïf (hearts rate) turun, tekanan darah stabil, produksi meningkat, maka
cairan infuse dikurangi menjadi 5 ml/KgBB/jam. Bila keadaan membaik setelah
pemantauan 2 jam, maka cairan infuse dikurangi lagi menjadi 3 ml/KgBB/jam. Jika
keadaan tetap membaik, maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
2. Bila tidak terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-tanda ht dan
frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun , < 20 mmHg, produksi menurun, maka
naikkan jumlah cairan cairan infuse menjadi 10 ml/KgBB/jam. Bila keadaan membaik
setelah pemantauan 2 jam, maka cairan infuse dikurangi menjadi 5 ml/KgBB/jam,
tetapi bila keadaan tidak membaik maka naikkan jumlah cairan infuse 15 ml/KgBB/jam
dan bila perkembangan menjadi buruk dengan tanda-tanda syok, tangani pasien sesuai
dengan protocol V. Bila syok teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti
pemberian terapi awal.

Protokol IV. Penatalaksanaan Perdarahan spontan pada demam berdarah dengue


dewasa

Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah epistaksisyang tidak
terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan saluran cerna
(hematemesis dan melena atau hematoskezia), hematuria,perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan 4-5 cc/ KgBB/jam. Pemeriksaan
Hb, Ht, trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam. Pemberian heparin diberikan
apabila secara klinis didapatkan tanda-tanda koagulsi intravaskular
diseminata/KID(protrombin time), PTT (partial protrombin time), fibrinogen, D-Dimer
atau CT (clotting time), BT (blooding time), tes parakoagulasi dengan ethanol gelation
test. Tranfusi komponen darah sesuai indikasi, seperti FFP (fresh frozen plasma) jika
terdapat defisiensi faktor pembekuan dengan PT dan APTT yang memanjang, PRC
(packed red cell) bila Hb < 10 gr% dan tranfuse trombosit jika terdapat perdarahan
spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/ μl disertai atau tanpa KID.

Protokol V. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa.

Atasi renjatan melalui penggantian cairan intravaskular yang hilang atauresusitasi


cairan dengan cairan kristaloid. Pada fase awal, guyur cairan 10-20 ml/ KgBB, evaluasi
setelah 15-30 menit. Bila renjatan telah teratasi (TD sistolik 100mmHg, tekanan nadi .
20 mmHg, frekuensi nadi <100 x/menit dengan volume cukup, akral hangat, kulit tidak
pucat dan diuresis 0,5-1 cc/KgBB/jam), jumlah cairan dikurangi 7 ml/KgBB/jam. Bila
keadaan tetap stabil 60-120 menit, pemberian cairan 5 ml/KgBB/jam. Bila 24-48 jam
renjatan teratasi, cairan perinfus dihentikan mencegah hipervolemi seperti edema paru
dan gagal jantung.
Selain itu dapat diberikan O2 2-4 L/ menit. Pantau tanda vital dalam 48 jam pertama
kemungkinan terjadinya renjatan berulang. Bila pada fase awal pemberian cairan
renjatan belum teratasi, periksa hematokrit, bila meningkat berarti perembesn plasma
masih berlangsung dan diberikan diberikan tranfusi darah segar 10 ml/kgBB dan dapat
diulang sesuai kebutuhan.

Pemberian cairan koloid mula-mula diberikan dengan tetsan cepat 10-20 ml/kg BB,
evaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan belum teratasi, pasang katetervena sentral
untuk memantau kecukupan cairan dan cairan koloid dinaikkan hingga jumlah
maksimum 30 ml/kgBB (maksimal 1-1,5 l/hari) dengan sasaran tekanan vena sentral
15-18 cmH2O. Bila keadaan belum teratasi, periksa dan koreksi gangguan asam basa,
elektrolit, hipoglikemi, anemia, KID, infeksi sekunder.Bila keadaan belum teratasi,
berikan obat inotropik atau vasopresor.

2.5.Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan pengontrolan vektor seperti
pemberantasan larva dengan larvasida(abatisasi), juga mencegah gigitan nyamuk
seperti tidur memakai kelambu, memasang kawat kasa pada pintu, lubang jendela, dan
ventilasi diseluruh bagian rumah, hindari menggantung pakaian dikamar mandi.

2.6.Prognosis
Mortalitas demam dengue relatif rendah . Namun, pada SSD mortalitas cukup
tinggi. Pada usia dewasa, prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan
dibandingkan anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyono, Tri Yunis Miko, Budi Haryanto, sigit Mulyono, Andrio Wibowo, 2010,
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian demam Berdarah dan Upaya
Penanggulangannya di Kecamatan Cimanggis, Dalam: Buletin Jendela Epidemiologi.
Volume 2, Agustus 2010
2. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI. 2010. Demam
Berdarah Dengue. Dalam: Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 2, Agustus 2010
3. World Health Organization, 2010, Trend of Dengue Case and CFR in SEAR
Countries [internet], available from:
http://www.searo.who.int/en/section10/section332/section2277_11960.htm
4. Departemen Kesehatan RI, 2007, CDC and Yearly Report 2007: Jakarta
5. Hua Xu., Biao Di., Yu-xian Pan, Li-wen Qiu, Ya-di Wang, Wei Hao, Li Juan He,
Kwok-yung Yuen, Xiao-yan Che, 2006, Serotype 1-Specific Monoclonal Antibody-
Based Antigen Capture Immunoassay for Detection of Circulating Nonstructural
Protein NS1: Implications for Early Diagnosis and Serotyping of Dengue Virus
Infections, J of Clinical Microbiology, Aug, p 2872-2878
6. Lei H.Y., 2007. Immunopathogenesis of the Dengue virus caused disease; presented
at International Collaboration on Research Development on the Efficacy and
Potential Application of Melaleuca Alternifolia Concentrate (MAC) for the Treatment
of Dengue Fever and a Range of Population Health issues. Griffith University,
Queensland, September 17-19
7. Young P.R. et al. 2006. Bridging the Gap in Early Diagnosis of Dengue Infection, 7th
Asia Pacific Congress of Medical Virology. New Delhi, Nov 13-15.
8. Partakusuma L. 2007. Diagnostic for Dengue; presented at Seminar for Dengue
Management. Borobudur Hotel, Jakarta, June 20
9. Achmadi U.F. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit UI Press:
Jakarta
Suhendro, Nainggolan L, Khie Chen, Pohan HT. 2009. Demam Berdarah Dengue. Dalam:
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF,

Anda mungkin juga menyukai