LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PRIBADI
Umur : 12 tahun
Alamat : Dobo
Pekerjaan : Siswi
Agama : Islam
II. ANAMNESA
Telaah (Alloanamnesa)
Hal ini dialami pasien selama ± 5 hari, demam dialami pasien terus menerus terutama
di sore dan malam hari, kejang (-).pasien juga merasakan nyeri kepala dan nyeri di persendian.
Mual (+) muntah (-) nyeri ulu hati (+). Bintik bintik merah pada kulit tidak dijumpai, mimisan
(-) gusi berdarah (-) BAK (+) normal BAB (+) normal. Riwayat bepergian ke Tual beberapa
hari yang lalu.
Tidak ada
Kesadaran : E1V1M5
Suhu :38ºc
Status Lokalisata
Mata : konjungtiva anemis (-/-) sklera ikterik (-/-), lensa jernih, pupil isokor,
Jantung :
Perkusi : batas jantung kanan atas: SIC II Linea Para Sternalis Dextra
Auskultasi : BJ I – II tunggal, murmur (-) gallop (-), HR 60x/menit. Pulsus defisit (+)
Paru :
Perkusi : sonor pada kedua lapangan paru
Abdomen : soepel, Hepar/ Lien/ Renal tidak teraba. Nyeri tekan epigastrium (+)
Bising usus (+)
Resume
Pasien seorang perempuan usia 12 tahun datang dengan keluhan demam dialami sejak 5
hari. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala dan nyeri di persendian. Riwayat bepergian di
daerah endemis DBD (+). Pemeriksaan fisik dijumpai nyeri tekan epigastrium. Pemeriksaan
Lan di dapatkan leukosit 1.800 u/L dan trombosit 39.000/uL
V. DIAGNOSA KERJA
Acute Febrile Illness day 5
VII. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. IVFD Asering 62,5 cc/jam (± 1500cc/hari)
3. Oral intake ± 300 cc
4. Antasida syrup 3 x 1 cth
2.2.Manifestasi Klinis
Virus dengue dapat bersifat asimptomatik, demam dengue, demam berdarah dengue,
ataupun sindrom syok dengue (SSD). Pasien pada mulanya akan mengalami fase demam
selama 2-7 hari, diikuti fase kritis selama 2-3 hari. Pada fase kritis, demam sudah tidak terjadi
lagi tetapi berisiko untuk terjadi SSD jika tidak mendapatkan terapi yang adekuat.
2.3.Diagnosis
Demam dengue dapat ditegakkan bila ada demam aku selamat 2-7 hari dan ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis dibawah:
1. Nyeri kepala.
2. Nyeri retro-orbital.
3. Mialgia/artralgia.
4. Ruam kulit.
5. Manifestasi perdarahan.
6. Leukopenia.
1. Demam atau riwayat demam akut (2-7 hari) yang selalunya bersifat bifasik.
2. Minimal salah satu manifestasi perdarahan: (a) uji bendung positif; (b) petekie,
ekimosis, purpura; (c) perdarahan mukosa atau perdarahan di tempat lain; (d)
hematemesis atau melena.
3. Trombositopenia (trombosit < 100000/ ᴜL).
4. Minimal satu tanda kebocoran plasma: (a) peningkatan hematokrit >20%; (b)
penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan; (c) tanda-tanda
kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites, hipoproteinemia.
2.4.Penatalaksanaan
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif. Dengan terapi suportif yang adekuat, angka kematiam dapat diturunkan hingga
kurang dari 1%. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling
penting dalam penangan kasus DBD.
Perhimpunan Dokter Ahli Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) bersama dengan Divisi
Penyakit Tropik dan Infeksi dan Divisi Hematologi dan Onkologi Medik Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun protokol penatalaksanaan DBD, yang
dibagi menjadi lima protokol
3. Hb, ht meningkat dan trombosit normal dan atau turun juga dianjurkan untuk dirawat
Protokol II. Penanganan Tersangka (probable) demam berdarah dengue dewasa diruang
rawat
Pasien tersangka demam berdarah dengue tanpaperdarahan spontan dan masif dan tanpa
syok, diberikan cairan infuse kristaloid dengan jumlah seperti rumus :
Bila Hb, Ht meningkat 10-20 % dan trombosit < 100.000, jumlah pemberian cairan tetap
sesuai rumus diatas dengan pemantauan Hb,Ht trombosit tiap 12 jam
Bila Hb, Ht meningkat >20% dan trombosit < 100.000, maka pemberian cairan sesuai
dengan protokol III
Peningkatan Ht > 20 % berarti tubuh mengalami deficit cairan sebanyak 5 %. Terapi awal
pemberian cairan adalah infuse cairan kristaloid 6-7 ml/kgBB/jam.
1. Bila terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-tanda ht menurun,
frekuensi naïf (hearts rate) turun, tekanan darah stabil, produksi meningkat, maka
cairan infuse dikurangi menjadi 5 ml/KgBB/jam. Bila keadaan membaik setelah
pemantauan 2 jam, maka cairan infuse dikurangi lagi menjadi 3 ml/KgBB/jam. Jika
keadaan tetap membaik, maka pemberian cairan dapat dihentikan 24-48 jam kemudian.
2. Bila tidak terdapat perbaikan setelah pemantauan 3-4 jam, dengan tanda-tanda ht dan
frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun , < 20 mmHg, produksi menurun, maka
naikkan jumlah cairan cairan infuse menjadi 10 ml/KgBB/jam. Bila keadaan membaik
setelah pemantauan 2 jam, maka cairan infuse dikurangi menjadi 5 ml/KgBB/jam,
tetapi bila keadaan tidak membaik maka naikkan jumlah cairan infuse 15 ml/KgBB/jam
dan bila perkembangan menjadi buruk dengan tanda-tanda syok, tangani pasien sesuai
dengan protocol V. Bila syok teratasi maka pemberian cairan dimulai lagi seperti
pemberian terapi awal.
Perdarahan spontan dan masif pada penderita DBD dewasa adalah epistaksisyang tidak
terkendali walaupun telah diberikan tampon hidung, perdarahan saluran cerna
(hematemesis dan melena atau hematoskezia), hematuria,perdarahan otak atau
perdarahan tersembunyi dengan jumlah perdarahan 4-5 cc/ KgBB/jam. Pemeriksaan
Hb, Ht, trombosit sebaiknya diulang setiap 4-6 jam. Pemberian heparin diberikan
apabila secara klinis didapatkan tanda-tanda koagulsi intravaskular
diseminata/KID(protrombin time), PTT (partial protrombin time), fibrinogen, D-Dimer
atau CT (clotting time), BT (blooding time), tes parakoagulasi dengan ethanol gelation
test. Tranfusi komponen darah sesuai indikasi, seperti FFP (fresh frozen plasma) jika
terdapat defisiensi faktor pembekuan dengan PT dan APTT yang memanjang, PRC
(packed red cell) bila Hb < 10 gr% dan tranfuse trombosit jika terdapat perdarahan
spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000/ μl disertai atau tanpa KID.
Pemberian cairan koloid mula-mula diberikan dengan tetsan cepat 10-20 ml/kg BB,
evaluasi setelah 10-30 menit. Bila keadaan belum teratasi, pasang katetervena sentral
untuk memantau kecukupan cairan dan cairan koloid dinaikkan hingga jumlah
maksimum 30 ml/kgBB (maksimal 1-1,5 l/hari) dengan sasaran tekanan vena sentral
15-18 cmH2O. Bila keadaan belum teratasi, periksa dan koreksi gangguan asam basa,
elektrolit, hipoglikemi, anemia, KID, infeksi sekunder.Bila keadaan belum teratasi,
berikan obat inotropik atau vasopresor.
2.5.Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan pengontrolan vektor seperti
pemberantasan larva dengan larvasida(abatisasi), juga mencegah gigitan nyamuk
seperti tidur memakai kelambu, memasang kawat kasa pada pintu, lubang jendela, dan
ventilasi diseluruh bagian rumah, hindari menggantung pakaian dikamar mandi.
2.6.Prognosis
Mortalitas demam dengue relatif rendah . Namun, pada SSD mortalitas cukup
tinggi. Pada usia dewasa, prognosis dan perjalanan penyakit umumnya lebih ringan
dibandingkan anak-anak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Wahyono, Tri Yunis Miko, Budi Haryanto, sigit Mulyono, Andrio Wibowo, 2010,
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian demam Berdarah dan Upaya
Penanggulangannya di Kecamatan Cimanggis, Dalam: Buletin Jendela Epidemiologi.
Volume 2, Agustus 2010
2. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI. 2010. Demam
Berdarah Dengue. Dalam: Buletin Jendela Epidemiologi. Volume 2, Agustus 2010
3. World Health Organization, 2010, Trend of Dengue Case and CFR in SEAR
Countries [internet], available from:
http://www.searo.who.int/en/section10/section332/section2277_11960.htm
4. Departemen Kesehatan RI, 2007, CDC and Yearly Report 2007: Jakarta
5. Hua Xu., Biao Di., Yu-xian Pan, Li-wen Qiu, Ya-di Wang, Wei Hao, Li Juan He,
Kwok-yung Yuen, Xiao-yan Che, 2006, Serotype 1-Specific Monoclonal Antibody-
Based Antigen Capture Immunoassay for Detection of Circulating Nonstructural
Protein NS1: Implications for Early Diagnosis and Serotyping of Dengue Virus
Infections, J of Clinical Microbiology, Aug, p 2872-2878
6. Lei H.Y., 2007. Immunopathogenesis of the Dengue virus caused disease; presented
at International Collaboration on Research Development on the Efficacy and
Potential Application of Melaleuca Alternifolia Concentrate (MAC) for the Treatment
of Dengue Fever and a Range of Population Health issues. Griffith University,
Queensland, September 17-19
7. Young P.R. et al. 2006. Bridging the Gap in Early Diagnosis of Dengue Infection, 7th
Asia Pacific Congress of Medical Virology. New Delhi, Nov 13-15.
8. Partakusuma L. 2007. Diagnostic for Dengue; presented at Seminar for Dengue
Management. Borobudur Hotel, Jakarta, June 20
9. Achmadi U.F. 2008. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Penerbit UI Press:
Jakarta
Suhendro, Nainggolan L, Khie Chen, Pohan HT. 2009. Demam Berdarah Dengue. Dalam:
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF,