Anda di halaman 1dari 17

PANDUAN MANAJEMEN NYERI

I. DEFINISI

Nyeri merupakan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan diakibatkan adanya


kerusakan jaringan. Nyeri bersifat subyektif yang artinya masing-masing individu memiliki
respon nyeri yang berbeda-beda, kadang-kadang sulit diungkapkan dan hanya dapat dirasakan
oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh orang lain. (Daniels,2004 ).
Menurut International Association for Study of Pain ( IASP ), nyeri adalah suatu sensori
subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang aktual dan potensial atau yang dirasakan , atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan.
Pada tahun 1999, the Veterans Health Administrasion mengeluarkan kebijakan untuk
memasukkan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya mengkaji suhu
tubuh,nadi,tekanan darah,dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri.
Berdasarkan hal diatas maka saat ini dalam proses perawatan pasien, nyeri telah dimasukkan
dalam salah satu tanda vital pasien sehingga setiap pasien yang dilakukan perawatan mulai
pasien rawat jalan maupun rawat inap perlu dilakukan manajemen nyeri.
Mengingat pentingnya manajemen nyeri bagi pasien maka rumah sakit Mardi Rahayu perlu
untuk membuat panduan manajemen nyeri yang akan dipakai untuk pengelolaan pasien yang
mengalami nyeri.

TUJUAN

Tujuan Umum :
Sebagai acuan atau petunjuk bagi tenaga kesehatan di Rumah Sakit Haji Kamino dalam
melakukan pengelolaan pasien yang mengalami sakit atau nyeri.

Tujuan khusus :
1. Petugas dapat melakukan penilaian nyeri pada pasien sesuai dengan usia dan kondisi pasien.
2. Agar petugas dapat melakukan penatalaksanaan nyeri yang efektif bagi pasien .
3. Membantu meningkatkan kualitas hidup pasien, menurunkan angka mortalitas dan
menfasilitasi proses pemulihan pasien.

1
II. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup dalam manajemen nyeri, meliputi :

A. Asesmen nyeri
1. Cara melakukan asesmen
2. Pemeriksaan pada pasien nyeri.

B. Metode penilaian skor nyeri


1. Neonatal Infants Pain Scale (NIPS) untuk pasien usia < 1 tahun
2. Numeric Rating Scale ( NRS )
3. Wong Baker Face Pain Scale ( WBFPS)
4. FLACC ( Face,Leg,Activity,Cry,Consolability )
5. Asesmen Nyeri menggunakan COMFORT scale
6. Functional Pain Scale-hospital version (FPS-hv) Untuk pasien Geriatri

C. Kriteria nyeri
1. Nyeri Ringan
2. Nyeri Sedang
3. Nyeri Berat

D. Penanganan nyeri
1. Nyeri Ringan
2. Nyeri Sedang
3. Nyeri Berat

2
III. TATA LAKSANA

A. ASESMEN NYERI

Asesmen nyeri adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa nyeri pada pasien di rumah
sakit yang terdiri dari asesmen awal dan asesmen ulang nyeri. Nyeri merupakan salah satu
dari tanda-tanda vital. Oleh karena itu dalam melakukan asesmen dan pemeriksaan tanda-
tanda vital , faktor nyeri harus dilakukan asesmen.
Asesmen nyeri awal adalah suatu tindakan melakukan penilaian rasa sakit / nyeri pada saat
pasien dilayani pertama kali di rawat jalan, IGD maupun rawat inap.
Asesmen nyeri ulang adalah suatu tindakan melakukan penilaian ulang terhadap rasa sakit /
nyeri pada pasien yang telah dilakukan asesmen nyeri awal maupun yang telah dilakukan
pengelolaan nyeri baik di rawat jalan, IGD, ruang rawat inap, rawat khusus ICU, HDN,
maupun Hemodialisa, sampai pasien terbebas dari rasa nyeri

1. CARA MELAKUKAN ASESMEN NYERI


a. Semua pasien yang diperiksa di rumah sakit Mardi Rahayu baik pasien anak maupun
dewasa, pasien yang ada di UGD, URJ , URI , Pasien yang akan operasi , pasien di
ICU,HDN, maupun Peresti harus dilakukan asesmen awal nyeri .
b. Asesmen awal nyeri dilakukan dengan cara anamnesa kepada pasien , pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tanda-tanda vital.
c. Anamnesa terhadap keluhan nyeri pada pasien, hal –hal yang ditanyakan pada
pasien saat melakukan anamnesa adalah sebagai berikut :
- Onset : Kapan mulai terjadi nyeri?,Berapa lama
nyeri dirasakan ? (menit,jam,hari,bulan dll),
Seberapa sering nyeri terjadi ?
- Provocating (Penyebab) : Apa yang menjadi pencetus atau yang
memperberat terjadinya nyeri?Apa yang dapat
meredakan nyeri?
- Quality (kualitas ) : Kualitas nyeri ? Seperti apa nyeri yang
dirasakan?Apakah seperti tertusuk?terbakar?
kena benda tumpul? seperti tertekan benda
berat?kram?
- Region (Lokasi ) : Apakah nyerinya menyebar?bila menyebar
ke daerah tubuh yang mana?
- Severate (Skala) : Berapa skala nyeri yang dirasakan pasien,
dengan cara mengukur skala nyeri dengan
menggunakan metode yang sesuai dengan
pasien..

d. Asesmen ulang nyeri dilakukan kepada pasien yang telah dilakukan penanganan /
pengelolaan nyeri atau dilakukan tiap 30 menit s/d 1 jam setelah pemberian obat
nyeri.
e. Asesmen ulang nyeri dilakukan setiap
- Shift
- Ppada saat pengukuran tanda – tanda vital pasien
- 1 jam setelah pengelolaan nyeri atau sesuai jenis dan onset obat.
- Setelah pasien menjalani prosedur operasi / tindakan lain yang menimbulkan rasa
sakit.
- Sebelum transfer pasien antar ruang / bagian
- Setelah pasien transfer antar ruang / bagian
3
- Sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
f. Untuk pasien yang mengalami nyeri cardiak ( jantung ), dilakukan asesmen ulang
tiap 5 menit setelah pemberian nitrat atau obat-obat intravena.

2. PEMERIKSAAN PADA PASIEN DENGAN NYERI


a. Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan pemeriksan fisik kepada pasien yang mengalami nyeri , ada
beberapa hal yang nampak dan perlu diperhatikan yaitu :
1) Respon Fisiologis
Stimulasi Simpatik ( pada nyeri ringan, sedang dan berat ), seperti :
- Dilatasi saluran bronchial
- Peningkatan RR , HR dan TD
- Peningkatan kadar GD,kekuatan otot
- Diaphoresis
- Dilatasi pupil
- Penurunan motilitas GI
Stimulasi Parasimpatis ( khusus pada nyeri sangat berat ),seperti :
- Muka pucat
- Otot mengeras
- Penurunan HR dan TD
- Nafas cepat dan irreguler
- Nousea dan vomitus
- Kelelahan dan keletihan
2) Respon Tingkah laku
- Pernyataan verbal ( mengaduh,menangis, sesak nafas, mendengkur )
- Ekspresi wajah ( menangis,menggeletukkan gigi , menggigit bibir )
- Gerakan tubuh ( gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan
tangan dan jari )
- Interaksi sosial ( menghindari percakapan,menghindari kontak sosial,
penurunan perhatian, focus pada aktivitas menghilangkan nyeri

b. Pemeriksaan Umum
- Tanda vital : Suhu, Tensi, Nadi, Pernafasan.
- Ukur BB dan PB/TB.
- Cek apakah terdapat lesi / luka pada kulit seperti jaringan parut akibat operasi,
hyperpigmentasi,ulserasi, tanda bekas jarum suntik
- Perhatikan apakah ada ketidak segarisan tulang ( malalignment), atrofi otot,
fasikulasi,diskolorasi dan edema.

c. Pemeriksaan Staus Mental


- Orientasi pasien
- Kemampuan mengingat jangka panjang,pendek dan segera.
- Kemampuan kognitif
- Kondisi emosional pasien termasuk gejala depresi,tidak ada harapan atau
kecemasan.

d. Pemeriksaan Sendi
- Periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
- Catat pergerakan aktif semua sendi,perhatikan adanya keterbatasan gerak,
diskinesis, raut wajah meringis atau asimetris
4
- Catat pergerakan pasif sendi yang terlihat abnormal/ dikeluhkan oleh pasien
(saat menilai pergerakan aktif ) perhatikan adanya limitasi gerak, raut wajah
meringis atau asimetris.
- Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri.
- Periksa stabilitas sendi apakah ada cidera pada ligament

e. Pemeriksaan Motorik
Nilai kekuatan motorik pasien dengan menggunakan kriteria dibawah ini :
Derajat Keterangan
5 Tidak terdapat keterbatasan gerak, mampu melawan tahanan kuat
4 Mampu melawan ringan
3 Mampu bergerak melawan gravitasi
2 Mampu bergerak/bergeser ke kiri dan ke kanan tetapi tidak mampu
melawan gravitasi
1 Terdapat kontraksi otot ( inspeksi/palpasi ), tidak menghasilkan
pergerakan.
0 Tidak terdapat kontraksi otot

f. Pemeriksaan Sensorik :
- Pemeriksaan sensorik mekanik ( tidak nyeri ) : getaran.
- Pemeriksaan sensorik mekanik ( nyeri ) : tusukan jarum pin prick,tekanan.
- Pemeriksaan sensasi suhu (dingin, hangat, panas )
- Pemeriksaan sensasi persepsi
g. Pemeriksaan Neurologi :
- Evaluasi nervus kranial I-XII terutama bagi pasien yang mengeluh nyeri
wajah, servikal dan sakit kepala.
- Periksa reflek otot
- Nilai adanya refleks babinski dan hoffman
- Nilai gaya berjalan pasien.

h. Pemeriksaan Khusus :
Terdapat 5 tanda non organik pada pasien dengan gejala nyeri, tetapi tidak
ditemukan etiologi secara anatomi. Pada beberapa pasien hal ini terjadi karena
hypokondriasis, histeria, depresi. Ke 5 tanda tersebut adalah :
1) Distribusi nyeri superfisial atau non anatomic
2) Gangguan sensorik atau motorik non-anatomik
3) Verbalisasi berlebihan terhadap nyeri ( over-reaktif )
4) Reaksi nyeri yang berlebihan saat menjalani tes / pemeriksaan nyeri
5) Keluhan akan nyeri yang tidak konsisten ( berpindah-pindah ) saat gerakan
yang sama dilakukan pada posisi yang berbeda ( distraksi )

i. Pemeriksaan Radiologi :
Dilakukan pada pasien dengan indikasi :
- Pasien nyeri curiga penyakit degeneratif tulang belakang.
- Curiga adanya neoplasma, infeksi tulang belakang, penyakit inflamatorik dan
penyakit vaskuler.
- Pasien dengan deficit neurologis motorik

j. Khusus pada bayi , tanda dan gejala nyeri yang perlu diperhatikan adalah :
- Menangis lebih keras, melengking, berlangsung lama dari biasanya.
5
- Jika bayi sangat sakit atau prematur kadang –kadang tenang jika kesakitan
karena tidak punya tenaga untuk menangis, perhatikan raut wajah bayi, mungkin
meringis, membuka mulut, kerut dahi,memiliki garis yang dalam disekitar
hidung dan menekan mata yang tertutup.
- Postur tubuh dan gerakan tubuh bayi mungkin tegang / kaku dengan lengan dan
kaki ditarik atau semua berbaring.
- Bayi bisa juga menggerakkan tangan dan kaki masuk dan keluar.Bayi bisa rewel,
gelisah, tidak sesuai jadwal biasanya,menolak makan dan tidur.
- Perubahan TTV seperti : detak jantung, pernafasan, TD, jumlah oksigen dalam
darah.

B. METODE PENILAIAN SKOR NYERI


Rumah Sakit Mardi Rahayu menetapkan 4 metode yang dapat dipakai untuk menilai skor
nyeri yaitu :

1. Neonatal Infants Pain Scale (NIPS) untuk pasien usia < 1 tahun

PARAMETER TEMUAN SKOR


Ekspresi wajah Santai 0
Meringis 1
Menangis Tidak menangis 0
Merengek 1
Menangis kuat 2
Pola bernafas Santai 0
Perubahan pola nafas 1
Kaki Santai 0
Fleksi/bangun 1
Keadaan rangsang Tertidur/bangun 0
Rewel 1
Skor : Tidak nyeri : 0
Nyeri ringan : 1-2
Nyeri sedang : 3-4
Nyeri hebat : >4

2. Numeric Rating Scale ( NRS )


- Indikasi : digunakan pada pasien dewasa dan anak > 3 tahun, dapat menggunakan
angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakan.
- Cara : Pasien ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan, yang
dilambangkan dengan angka 0 – 10.

- gambar :

6
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan ( pasien dapat berkomunikasi dengan baik )
4-6 : nyeri sedang ( pasien nampak mendesis,menyeringai , dapat
menunjukkan lokasi nyeri,dapat mendiskripsikannya,dapat
mengikuti perintah dengan baik )
7-10 : nyeri berat ( kadang-kadang pasien tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya,sudah tidak dapat diatasi
dengan alih posisi, nafas panjang dan distraksi.

3. Wong Baker Face Pain Scale ( WBFPS)

- Indikasi : digunakan untuk pasien dewasa dan anak > 3 tahun yang tidak
dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka.
- Cara : Dokter, Perawat, bidan menilai intensitas nyeri yang dirasakan
pasien dengan cara mencocokkan skala nyeri dengan ekspresi wajah pasien.

- Gambar :

Keterangan :
Wajah 0 : pasien tidak merasakan nyeri sama sekali.
Wajah 2 : pasien hanya sedikit merasakan nyeri.
Wajah 4 : pasien merasa lebih nyeri ( agak mengganggu )
Wajah 6 : pasien merasa jauh lebih nyeri ( mengganggu aktivitas )
Wajah 8 : pasien merasa sangat nyeri tetapi tidak sampai menangis
(sangat mengganggu )
Wajah 10 : pasien merasa sangat nyeri sampai menangis ( tak tertahankan )

4. FLACC ( Face, Leg, Activity, Cry, Consolability )


- Indikasi : digunakan pada anak usia < 3 tahun yang belum dapat berkomunikasi ,
atau pada pasien NICU yang tidak dalam pengaruh sedasi.
- Cara : Pasien diukur nyerinya dengan cara mengkaji ekspresi wajah pasien,
gerakan kaki,aktifitas pasien, menangis dan suara pasien dengan di
cocokkan pada tabel dan dilakukan scoring.
- Skala :
Pengkajian 0 1 2 Nilai
Wajah Tersenyum/ tak Terkadang Sering menggetarkan
ada ekspresi meringis /menarik dagu &meng-
khusus diri atupkan rahang
Kaki Gerakan normal/ Tidak tenang/ Kaki dibuat me-
relaksasi tegang nendang/menarik diri

7
Aktivitas Tidur,posisi Gerakan Melengkungkan
normal mudah menggeliat punggung/kaku/
bergerak berguling, kakuMenghentak
Menangis Tidak menangis Mengerang,mere-Menangis terus
(bangun/tidur) ngek-rengek menerus,terhisak,men
jerit
Bersuara Bersuara normal, Tenang bila dipe- Sulit utk ditenangkan
tenang luk,digendong
atau diajak bicara

Keterangan :
Skor
0 : Tidak Nyeri
1 – 3 : Nyeri Ringan
4 – 6 : Nyeri Sedang
7 -10 : Nyeri Berat

5. Asesmen Nyeri menggunakan COMFORT scale


- Indikasi: pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang kamar operasi atau ruang rawat inap
yang tidak dapat menggunakan Numeric rating scale atau wong-baker FACES scale
- Instruksi : terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki 1-5 dengan skor total
antara 9 – 45.

Kategori Skor Tanggal Waktu

Kewapadaan 1- Tidur pulas / nyenyak

2- Tidur kurang nyenyak

3- Gelisah

4- Sadar sepenuhnya dan waspada

5- Hiper alert

Ketenangan 1- Tenang

2- Agak cemas

3- Cemas

4- Sangat cemas

5- Panik

Distress 1- tidak ada respirasi spontan dan tidak

pernapasan ada batuk

2- respirasi spontan dengan sedikit /

tidak ada respon terhadap ventilasi

3- kadang-kadang batuk atau terdapat

8
tahanan terhadap ventilasi

4- seringa batuk, terdapat tahanan /

perlawanan terhadap ventilator

5- melawan secara aktif terhadap

ventilator, batuk terus-menerus /

tersedak

Menangis 1- bernapas dengan tenang, tidak

menangis

2- terisak-isak

3- meraung

4- menangis

5- berteriak

Pergerakan 1- tidak ada pergerkan

2- kadang-kadang bergerak perlahan

3- sering bergerak perlahan

4- pergerakan aktif / gelisah

5- pergerakan aktif termasuk badan

dan kepala

Tonus otot 1- otot relaks sepenuhnya tidak ada

tonus otot

2- penurunan tonus otot

3- tonus otot normal

4- peningkatan tonus otot dan rileks jari

tangan dan kaki

5- kekakuan otot ekstrim dan rileks jari

tangan dan kaki

Tegangan 1- otot wajah relaks sepenuhnya

wajah 2- tonus otot wajah yang nyata

3- tegangan beberapa otot wajah

terlihat nyata

9
C 4- tegangan hampir di seluruh otot
O
wajah
M
F 5- Seluruh otot wajah tegang meringis
O
Tekanan
R 1- Tekanan darah di bawah batas
T
darah basal normal
S 2- Tekanan darah berada di batas
c
a normal secara konsisten
l
3- Pengingkatan tekanan sesekali ≥
e
15% di atas batas normal (>3 kali

8 dalam observasi selama 2 menit)


-
1 4- Seringnya peningkatan tekanan
6 darah ≥ 15% di atas batas normal

(>3 kali dalam observasi selama 2

menit)
:
5- Peningkatan tekanan darah terus-
m
e menerus ≥ 15%
n
Denyut 1- Denyut jantung di bawah batas
g
i
jantung basal normal
n
d 2- Denyut jantung berada di batas
i
normal secara konsisten
k
a 3- Peningkatan denyut jantung sesekali
s
i ≥ 15% di atas batas normal (1-3 kali
k dalam observasi selama 2 menit)
a
n 4- Seringnya penigkatan denyut

jantung ≥ 15% di atas batas normal


p
e (> 3 kali dalam observasi selama 2
m
b menit)
e
5- Peningkatan denyut jantung terus-
r
i menerus ≥ 15%
a
n Skor Total

sedasi yang terlalu dalam


10
17-26 : mengindikasikan pemberian sedasi yang sudah optimal

27-45 : mengindikasikan pemberian sedasi yang tidak adekuat

6. Functional Pain Scale-hospital version (FPS-hv) Untuk pasien Geriatri

Skor Keterangan
0 Tidak nyeri
2 Dapat ditoleransi (aktivitas tidak terganggu)
4 Dapat ditoleransi (beberapa aktivitas sedikit terganggu)
5 Tidak dapat ditoleransi (tetapi masih dapat menggunakan telepon,
menonton tv dan membaca)
6 Tidak dapat ditoleransi (tidak dapat menggunakan telepon, menonton tv
dan membaca)
8 Tidak dapat ditoleransi (masih dapat berbicara karena nyeri)
10 Tidak dapat ditoleransi (dan tidak dapat berbicara karena nyeri)

C. KRITERIA NYERI
Berdasarkan skala nyeri atau berat ringannya nyeri , kriteria nyeri dibagi menjadi 3 yaitu
nyeri ringan,nyeri sedang dan nyeri berat.

1. Nyeri Ringan
Nyeri ringan adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang ringan dimana pada
pengukuran skala nyeri ada pada skala 1- 3. Pada nyeri ringan biasanya pasien secara
obyektif masih dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Nyeri Sedang
Nyeri sedang adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang sedang, dimana pada
pengukuran skala nyeri ada pada skala 4 - 6. Pada nyeri sedang secara obyektif pasien
nampak mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dan dapat
mendiskripsikan nyeri yang dirasakan serta masih dapat mengikuti perintah dengan
baik.

3. Nyeri Berat
Nyeri berat adalah nyeri yang timbul dengan intensitas yang berat, dimana pada
pengukuran skala nyeri pada skala 7-10. Pada nyeri berat secara obyektif pasien
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendiskripsikannya dan tidak dapat diatasi
dengan alih baring dan nafas panjang.

D. PENANGANAN NYERI
Sebelum melakukan penanganan nyeri , dokter/ perawat terlebih dahulu melakukan
asesmen nyeri yang dirasakan pasien karena nyeri merupakan pengalaman interpersona;
dari pasien sendiri.
Penanganan terhadap nyeri secara umum dilakukan dengan cara Non Farmakologis dan
Farmakologis. Dibawah ini cara penanganan nyeri berdasarkan tingkat berat ringannnya
nyeri yang dirasakan pasien.

11
1. Nyeri Ringan ( skala 1-3 )
Pada pasien dengan nyeri ringan atau skala 1-3 ,secara umum penanganannnya dilakukan
melalui tindakan non farmakologi yang disesuaikan menurut kemampuan pasien seperti
tindakan dibawah ini :

a. Stimulasi Kulit
Tehnik ini mendistraksi pasien dan menfocuskan perhatian pada stimulas taktil jauh
dari sensasi yang menyakitkan sehingga mengurangi persepsi nyeri. Beberapa
tindakan yang dapat mengurangi rasa nyeri adalah :
- Massage :
Suatu tindakan untuk memberikan rasa nyaman kepada pasien sehingga dapat
membantu relaksasi dan menurunkan ketegangan otot dan dapat mengurangi
kecemasan.
- Kompres panas atau dingin
Seperti : mandi hangat, bantalan pemanas, kantong es, massage es, kompres panas
atau dingin, rendam air hangat atau dingin : secara umum dapat meredakan nyeri
dan meningkatkan pemulihan area cidera.
- Stimulasi kontra lateral
Tindakan menstimulasi kulit pada area yang berlawanan dengan area nyeri ,
contoh : menstimulasi lutut kiri jika nyeri dirasakan pada lutut kanan dll. Dapat
juga dengan digaruk karena gatal, dimassage karena kram atau diberi kompres .

b. Immobilisasi
Pembatasan gerak bagian tubuh yang sakit dapat membantu mengatasi nyeri akut.
Dapat juga diberi bebat atau alat penyangga untuk nyeri akut pada area persendian.

c. Tehnik distraksi
Metode nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga
pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialami.
contoh :
- Distraksi visual : membaca, nonton TV.
- Distraksi audiometri : mendengarkan musik,humor dll.

d. Posisioning
Memberikan posisi tidur yang nyaman sehingga dapat mengurangi stress / penekanan
pada luka dengan cara :
- Beri bantal tambahan untuk menyokong tubuh.
- Atur posisi tempat tidur.
- Atur posisi tubuh ( miring kanan / miring kiri )

e. Relaksasi
Merupakan strategi yang efektif pada pasien yang nyeri kronis ada 3 hal utama yang
diperlukan untuk relaksasi :
- Posisi yang tepat
- Fikiran beristirahat / tenang.
- Lingkungan yang tenang untuk mengurangi nyeri
- Relaksasi nafas dalam.

f. Aromaterapi
Terapi dengan menggunakan wangi-wangian alamiah yang mengandung unsur
herbal dengan pendekatan sistem keseimbangan alam. Terapi dengan wewangian
membuat efek rileks,menghilangkan stress dan membuat pikiran menjadi tenang.
Wewangian tertentu diyakini dapat mempengaruhi sistem saraf terutama otak.
12
2. Nyeri Sedang ( skala 4 - 6 )
Pada pasien dengan nyeri sedang atau skala 4-6 , penanganannya dapat dilakukan
melalui tindakan non farmakologi dan dikombinasi dengan farmakologi. Pada nyeri
tingkat sedang ini perawat harus melakukan kolaborasi dengan DPJP atau dokter jaga.

3. Nyeri Berat ( skala 7 - 10)


Pada pasien dengan nyeri berat atau skala 7-10, penanganannya secara umum
menggunakan farmakologis.
Pada nyeri tingkat berat ini jika obat yang dberikan oleh DPJP tidak dapat mengatasi
nyerinya maka DPJP perlu untuk melakukan kolaborasi dengan dokter syaraf / dokter
anestesi.
Penggunaan obat-obatan yang sesuai dengan diagram based on the 3 step WHO
analgetsic Ladder, yaitu :
- Nyeri ringan – sedang : analgesik non opioid
- Nyeri sedang : opioid minor, dapat dikombinasi denga OAINS
dan analgesik adjuvant.
- Nyeri Berat : opioid poten

Dibawah ini diagram based on the 3 – step WHO Analgesic Ladder

Pemberian obat-obatan dalam pengelolaan pasien dengan nyeri harus berdasarkan advis
dokter.

Beberapa obat yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri adalah :


a. Paracetamol
- Efek analgesik untuk nyeri ringan - sedang dan anti piretik. Dapat dikombinasikan
dengan opoid untuk memberikan efek analgesik yang lebih besar.
- Dosis 10 mg/kg BB/kali dengan pemberian 3-4 kali sehari. Untuk dewasa dapat
diberikan dosis 3-4 kali 500 mg/hari.

b. Obat Anti Inflamasi Non Steroid ( OAINS )

13
- Efek analgesik pada nyeri akut dan kronik dengan intensitas ringan-sedang,
antipiretik.
- Kontra indikasi : pasien dengan Triad Franklin (polip hidung,angioedema dan
urtikaria ) karena sering terjadi reaksi anafilaktoid
- Efek samping : gastrointestinal ( erosi / ulkus gaster ), disfungsi renal,peningkatan
enzym hati.
- Ketorolak : - merupakan satu-satunya OAINS yang tersedia untuk parenteral.
Efektif untuk nyeri sedang-berat.
- Bermanfaat jika terdapat kontraindikasi opioid atau dikombinasikan dengan opioid
untuk mendapat efek sinergistik dan meminimalisasi efek samping opioid ( depresi
pernafasan, sedasi,statis gastrointestinal ). Sangat baik untuk terapi multianalgesik.

c. Tramadol
- Merupakan analgetik yang lebih poten dari OAINS oral, efek samping lebih sedikit
/ringan. Berefek sinergistik dengan medikasi OAINS
- Indikasi : efektif untuk nyeri akut dan kronik intensitas sedang (nyeri
kanker,osteoarthritis, nyeri punggung bawah, neuropati DM, fibromyalgia,
neuralgia pasca herpetik, nyeri pasca operasi.
- Efek samping : pusing, mual, muntah, letargi, konstipasi.
- Pemberian : IV, epidural, rektal, oral.
- Dosis tramadol oral : 3-4 kali 50-100 mg perhari. Dosis maximal : 400mg dalam
24 jam
- Titrasi : terbukti meningkatkan toleransi pasien terhadap medikasi terutama
digunakan pada pasien nyeri kronik dengan riwayat toleransi yang buruk terhadap
pengobatan atau memiliki resiko jatuh.

d. Opioid
- Merupakan analgetik poten (tergantung dosis ) dan efeknya dapat ditiadakan oleh
nalokson.
- Contoh opioid yang sering digunakan adalah : morfin, fentanyl, meperidin.
- Dosis opioid yang diberikan disesuaikan tiap individual untuk mendapatkan dosis
yang tepat, pemberian melalui titrasi.
- Adiksi terhadap opioid sangat jarang terjadi bila digunakan untuk penatalaksanaan
nyeri akut.
- Efek samping :
1) Depresi pernafasan , dapat terjadi bila :
- Overdosis : pemberian dosis besar, akumulasi akibat pemberian secara
infus, opioid long acting.
- Pemberian sedasi bersamaan ( benzodiazepin, antihistamin, antiemetik
tertentu )
- Adanya kondisi tertentu seperti : gangguan elektronik, hipovolemi,uremia,
gangguan respirasi dan peningkatan TIK.
- Obstruksi jalan nafas intermiten.
2) Sedasi .
3) Sistem saraf Pusat :
- Euforia,halusinasi, miosis, kekakuan otot.
- Coma ( pemberian petidin )
4) Toksisitas metabolit :
- Petidin ( norpetidin ) menimbulkan tremor,twitching,mioklonus
multifocal,kejang.
14
- Petidin tidak boleh digunakan >72 jam untuk penatalaksanaan nyeri pasca
bedah.
- Pemberian morfin kronik : menimbulkan gangguan fungsi ginjal terutama
pada pasien usia >70 th.
5) Efek kardiovaskular :
- Tergantung jenis, dosis dan cara pemberian , status volume intravascular
serta level aktifitas simpatetik.
- Morfin menimbulkan vasodilatasi
- Petidin menimbulkan takikardi.
6) Gastrointestinal : mual, muntah.

e. Efek analgesik pada Antidepresan


- Mekanisme kerja : memblok pengambilan kembali norepinefrin dan serotonin
sehingga meningkatkan efek neurotransmitter tsb dan meningkatkan aktivasi
neuron inhibisi nosiseptif.
- Indikasi : nyeri neuropatik ( neuropati DM, neuralgia pasca-herpetik,cedera saraf
perifer, nyeri sentral )

f. Anti-konvulsan
- Carbamazepine : efektif untuk nyeri neuropatik.
- Efek samping : somnolen,gangguan berjalan,pusing
- Gabapentin : merupakan obat pilihan utama dalam mengobati nyeri neuropati.

g. Antagonis kanal natrium


Lidocain dan Prokain: nyeri neuropatik dan pasca operasi.

15
Algoritma Manajemen Nyeri

Pasien mengeluh nyeri

Asesmen nyeri

Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat

Skala 1-3 Skala 4-6 Skala 7-10

Penanganan nyeri : Penanganan nyeri : Penanganan nyeri :

- Tindakan non -Lapor DPJP -DPJP consult ke dokter


Farmakologi
- Lapor DPJP -Kombinasi tindakan saraf/anestesi (k/p)
- pemberian obat- -Pemberian obat-obatan
obatan level 1 non Farmakologi &

obat-obatan level 2 Level 3

Asesmen ulang nyeri

16
IV. DOKUMENTASI

1. Kebijakan yang mendasari manajemen nyeri :


Kebijakan Pelayanan umum Rumah Sakit Haji Kamino
2. Panduan Manajemen nyeri
3. SPO-SPO terkait proses kerja yang disebutkan di dalam panduan ini :
a. SPO menilai nyeri
b. SPO manajemen nyeri
4. Form-form yang digunakan di dalam proses kerja ini :
a. Pengkajian Medis
b. Asesmen keperawatan
c. Catatan Perkembangan Terintegrasi
d. Form assessmen awal nyeri
e. Form assessmen ulang nyeri
5. Metodologi pendokumentasian proses kerja ini :
a. Bagi dokter yang telah melakukan asesmen nyeri awal di dokumentasikan dalam
formulir pengkajian medis.
b. Bagi perawat yang telah melakukan asesmen nyeri awal di dokumentasikan dalam
asesmen keperawatan .
c. Bagi dokter / perawat yang telah memberikan penanganan nyeri pada pasien dan
asesmen ulang nyeri harus didokumentasikan didalam Catatan Perkembangan
Terintegrasi.

17

Anda mungkin juga menyukai