PEMBAHASAN
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin lebih rendah dari nilai
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari harga normal yaitu bila Hb < 14 g/dL dan Ht < 41%, pada pria atau Hb <
defisiensi besi, anemia penyakit kronis), Anemia makrositik (defisiensi vitamin B12,
defisiensi asam folat), Anemia karena perdarahan, Anemia hemolitik, Anemia aplastik
(Mansjoer, 1999:547).
B. Etiologi
1
c. Fungsi sel induk ( sistem sel ) terganggu, sehingga dapat menimbulkan
2. Kehilangan darah :
4. Bahan baku pembentuk eritrosit tidak ada, yaitu protein,asam folat, vitamin B12,
mineral Fe.
5. Hemoglobinuria.
2
C. Patofisiologi
hampir dua pertiga besi terdapat dalam hemoglobin dilepas pada proses penuaan serta
kematian sel dan diangkat melalui transferin plasma ke sumsum tulang untuk
eritropoiesis. Pada peredaran zat besi berkurang, maka besi dari diet tersebut diserap
oleh lebih banyak. Besi yang dimakan diubah menjadi besi keto dalam lambung dan
duodenum, penyerapan besi terjadi pada duodenum dan jejenum proksimal, kemudian
besi diangkat oleh tranferin plasma ke sumsum tulang, untuk sintesis hemoglobin atau
pematangan besi merupakan susunan atau sebuah molekul dan hemoglobin, jika zat besi
rendah dalam tubuh maka pembentukan eritrosit atau eritropoetin akan mengganggu
sehingga produksi sel darah merah berkurang, sel darah merah yang berkurang atau
(Price, 1995).
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang dapat
terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor,atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merahdapat hilang melalui perdarahan atau
hemolisis (destruksi) pada kasus yangdisebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel
darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel darah merah normal atau akibat
beberapa faktor diluar sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sistem fagositik
3
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akanmasuk dalam
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah(hemolisis) segera direpleksikan
kadar 1,5 mg/dlmengakibatkan ikterik pada sclera.(Smeltzer & Bare. 2002 : 935 ).
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis anemia besi adalah : pusing, cepat lelah, takikardi, sakit
kepala, edema mata kaki dan dispnea waktu bekerja. (Gasche C., 1997:126).
E. Pemeriksaan Diagnostik
dan SDM).
2. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi.
1999:430)
4
F. Prognosis
besi saja lalu ditangani dengan penanganan yang adekuat. Gejala anemia dan
manifestasi klinik lainnya akan membaik dengan member preparat besi. jika terjadi
1) Kesalahan diagnosis
5
Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperwatan secara
menyeluruh. ( Boedihartono,1994 ).
anemia. disebabkan oleh kebutuhan zat besi wanita yang lebih banyak dari
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi 5L, biasanya klien datang ke rumah sakit dengan keluhan
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala gelisah, diaphoresis,
5. Riwayat keluarga
6
6. Pemeriksaan fisik
1) AKTIVITAS/ISTIRAHAT
2) SIRKULASI
3) INTEGRITAS EGO
4) ELIMINASI
5) MAKANAN/CAIRAN
atau pike untuk es, kotoran, tepung jagung, cat, tanah lias dan sebagainya.
6) HIGIENE
7
7) NEUROSENSORI
9) PERNAFASAN
aktivitas. .
10) KEAMANAN
7. PATHWAY
Faktor-faktor penyebab : penyakit kronis, faktor keturunan, kurang nutrisi,
kehilangan darah
Anemia
8
Metabolisme Menurun Pemecahan lemak meningkat Resistensi tubuh
menurun
Resiko cedera
8. Diagnosa Keperawatan
(Doenges, 1999:578).
9. Rencana Tindakan
Ditandai dengan:
9
a. Kelemahan dan keletihan.
Intervensi :
Ditandai dengan:
laboratorium normal.
Intervensi :
10
c. Timbang BB tiap hari.
(Doenges, 1999:578).
Intervensi :
a. Tingkatkan cuci tangan yang baik oleh pemberi perawatan pada pasien.
4. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan perubahan fungsi otak sekunder terhadap
Intervensi :
mengkaji keamanan.
11
d. Anjurkan individu untuk meminta bantuan selama malam hari.
BAB II
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit demam akut yang disertai
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah infeksi akut yang disebabkan oleh
Arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh
empat serotipe virus dengue dan ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu
sirkulasi sampai timbulnya renjatan (sindroma renjatan dengue) sebagai akibat dari
kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian (Rohim dkk, 2002 ; 45).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terutama terdapat pada
anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada
2. Etiologi
1) Virus Dengue.
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus
(Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3
12
dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat
dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk
dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel
mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel
2) Vektor.
nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa
spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan berperan.infeksi dengan salah
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief
Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegepthy. Virus Nyamuk aedes
aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu 370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah seperti
3. Patofisiologi
Virus dengue masuk dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes dan infeksi
13
pertama kali mungkin memberi gejala sebagai Dengue Fever (DF). Reaksi tubuh
merupakan reaksi yang biasa terlihat sebagai akibat dari proses viremia seperti demam,
nyeri otot dan atau sendi, sakit kepala, dengan / tanpa rash dan limfa denopati.
Sedangkan DBD biasanya timbul apabila seseorang telah terinfeksi dengan virus
dengue pertama kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Reinfeksi ini akan
3a dan C 5a, dua peptida yang berdaya melepaskan histamin dan merupakan
(plasma – Leakage), dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding itu, renjatan
yang tidak diatasi secara adekuat akan menimbulkan anoksia jaringan, asidosis
3. Terjadinya aktivasi faktor Hagemon (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya
pembekuan intra vaskuler yang meluas. Dalam proses aktivasi ini maka plasminogen
akan berubah menjadi plasmin yang berperan pada pembentukan anafilatoksin dan
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah viremia (virus
masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah
14
pembuluh darah karena reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah
dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi vaskulitis yang
merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan ini mengkibatkan plasma merembes
(kebocoran plasma) keluar dari pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah
menjadi lambat sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi
hipoksia jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan asidosis
jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila kerusakan jaringan
semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi organ vital seperti jantung, paru-paru
syok dan dapat mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem
gastrointestinal maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu sistem
kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi lemak. Namun,
karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat memecahkan asam lemak
hepatomegali, dimana pembesaran hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan
distensi abdomen. Bila virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem
permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat terjadi DHF
4. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
15
1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
6. Sakit kepala.
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
5. Pemeriksaan Diagnostik
(Nursalam, 2008)
6. Prognosis
diberikan,umur, dan keadaan nutrisi. Prognosis DBD derajat I dan II umumnya baik.
DBD derajat III dan IV bila dapat dideteksi secara cepat maka pasien dapat ditolong.
angka kematian pada syok yang tidak terkontrol sekitar 40-50 % tetapi dengan terapi
penggantian cairan yang baik bisa menjadi 1-2 %. Penelitian pada orang dewasa di
penyakit DHF pada orang dewasa umumnya lebih ringan dari pada anak-anak. pada
16
kasus-kasus DHF yang disertai komplikasi seperti DIC dan ensefalopati prognosisnya
buruk.
1. Pengkajian
a) Identitas Klien.
Nama, umur (Secara eksklusif, DHF paling sering menyerang anak – anak dengan
usia kurang dari 15 tahun. Endemis di daerah tropis Asia, dan terutama terjadi pada
saat musim hujan (Nelson, 1992 : 269), jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.
b) Keluhan Utama.
c) Riwayat Kesehatan.
kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke 7 dan
keadaan anak semakin lemah. Kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, serta adanya manifestasi pendarahan pada
kulit
Penyakit apa saja yang pernah diderita klien, apa pernah mengalami serangan ulang
DHF.
c. Riwayat imunisasi.
d. Riwayat gizi.
17
Status gizi yang menderita DHF dapat bervariasi, dengan status gizi yang baik
maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor predisposisinya. Pasien yang
menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka akan mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
menjadi kurang.
e. Kondisi lingkungan.
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
dan nyeri
anuria.
perawatan diri.
18
2. Pathway
19
Diagnosa Keperawatan
muntah, anoreksia.
akibat DHF.
4. Rencana Keperawatan
20
5. Berikan antipiretik
sesuai program tim
medis
21
Pe
3.
22
22
menetapkan diet dan
merencanakan
pertemuan secara
individual bila
diperlukan.
5
Gangguan rasa nyaman
Tujuan : Rasa nyaman pasien 1. Kaji tingkat nyeri 1. Mengetahui nyeri
(nyeri) terpenuhi dengan yang dialami pasien yang dialami pasien
berhubungan kriteria nyeri dengan memberi sehingga perawat
23
dengan berkurang atau rentang nyeri (0- dapat menentukan
keletihan hilang. 10). cara mengatasinya.
malaise 2. Kaji faktor- 2. Dengan
sekunder akibat faktor mengetahui faktor-
DHF.
yangmempengaruhi faktor tersebut maka
reaksi pasien perawat dapat
terhadap nyeri. melakukan intervensi
24
DAFTAR PUSTAKA
Burton, J.L. 1990. Segi Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Binarupa Aksara : Jakarta
Suriadi & Yuliani, Rita. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik : Asuhan
25