Sandra Filsafat
Sandra Filsafat
“FILSAFAT ILMU”
Disusun oleh :
PO.71.24.4.16.007
JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam, sholawat dan salam semoga tetap
terlantum bagi kekasih-Nya Muhammad SAW, beserta keluarganya yang mulia, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah ini merupakan salah satu tugas “FILSAFAT ILMU”.
oleh karena itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dan
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari dan mencari kebenaran
mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur apakah yang dimaksud disini
bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu
yang semakin pesat sekarang ini, tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk
mencari dan mencari kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada
sebelumnya untuk menguji sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya.
bersifat ilmiah untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
Karena itu bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu titik,
tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi rasa
keingintahuannya terhadap dunia. Untuk itulah setiap manusia harus dapat berfikir
filosofis dalam menghadapi segala realitas kehidupan ini yang menjadkan filsafat
harus dipelajari. Filsafat merupakan sebuah disiplin ilmu yang terkait dengan perihal
karena ia dapat menjadikan manusia untuk bersikap dan bertindak atas dasar
istimewa.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
3. Mendeskripsikan kepercayaan.
PEMBAHASAN
A. Fakta
Fakta (Latin : factus) ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia.
Fakta seringkali diyakini oleh banyak orang (umum) sebagai hal yang sebenarnya,
baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena
Dalam kamus istilah keilmuan, fakta adalah suatu hasil pengamatan yang objektif dan
dapat dilakukan verifikasi oleh siapapun. Fakta adalah suatu yang ada, apakah setiap
orang berpikir demikian atau tidak. Fakta juga didefinisikan secara luas yaitu segala
Definisi lain tentang fakta adalah apa yang membuat pernyataan itu benar atau
salah. Contoh, jika “Brutus” adalah seorang Romawi dan “Casius” adalah seorang
Romawi maka keduanya menyatakan fakta suatu fakta. Fakta atau kenyataan
memiliki pengertian yang beragam, tergantung dari sudut pandang filosofis yang
4. Realisme metafisik, berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada koherensi
5. Pragmatisme, memiliki pandangan bahwa dikatakan kenyataan bahwa yang ada itu
tentang fakta obyektif dan fakta ilmiah. Fakta obyektif yaitu peristiwa, fenomena atau
bagian realitas yang merupakan obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia.
Sedangkan fakta ilmiah merupakan refleksi terhadap fakta obyektif dalam kesadaran
manusia. Yang dimaksud refleksi adalah deskripsi fakta obyektif dalam bahasa
tertentu.
Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bangunan teoritis. Tanpa fakta-fakta ini
banguan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan dari bahasa yang
deskripsi ilmiah.
B. Kepercayaan
Manusia itu berdimensi percaya, percaya adalah sifat dan sikap membenarkan
sesuatu atau menganggap sesuatu itu benar. Kepercayaan itu dapat dipahami dengan
Hubungan antara fakta dan kepercayaan memiliki hubungan yang sangat erat.
Kepercayaan yang merupakan sifat dan sikap membenarkan sesuatu atau menganggap
sesuatu sebagai fakta, sebagai contoh dalam ilmu matematika misalnya, 2 x 2 = 4, jadi
faktanya benar-benar mempunyai hasil yang kebenarannya dapat dibuktikan sehingga
kita mempunyai kepercayaan dengan hal tersebut. Ada beberapa macam kepercayaan:
Contohnya adalah ibu kandung kita, sesungguhnya kita terima status beliau sebagai
ibu kandung kita atas dasar kepercayaan, karena kita merasa tidak perlu
membuktikannya. Kita tidak akan pernah naik motor yng dikemudikan orang lain
bila kita tidak mempunyai kepercayaan atas kendaraan yang kita tumpangi
Para pemula ilmu pengetahuan tertentu pertama-tama akan menerima saja terlebih
dahulu suatu dalil atau aksioma atas dasar kepercayaan. Ilmu pengetahuan dalam
mutlak yang diterima dengan begitu saja atas dasar kepercayaan semata.
Menurut aliran rasionalisme akal manusia itu memang cukuo kuat untuk
“percaya” adalah Esa akan akal manusia sebagai kunci yang membuka segala tabir
rahasia. Rasionalisme yang mengagungkan akal tidak lain adalah semacam suatu
kepercayaan juga, begitu juga dengan aliran idealisme yang percaya bahwa unsur
pokok sarwa yang ada ini adalah ide, dan materialisme yang percaya bahwa unsur
pokok sarwa ini adalah materi, keduanya adalah kepercayaan. Bahkan, atheisme
yang kita kenal sebagai tidak percayaan kepada Tuhan pun pada hakekatnya adalah
karena itu adalah kebutuhan. Demikian pula cara berkepercayaan pun harus benar
pula. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja dikehendaki akan tetapi bahkan
kenyataannya kita temui bentuk-bentuk kepercayaan itu berbeda satu sama lainnya,
maka sudah tentu ada 2 kemungkinan, semuanya itu salah atau salah satu
diantaranya benar. Faktor kepercayaan ini mutlak dalam agama. Agama adalah
satu bentuk dan corak kepercayaan (dalam arti sesuatu yang diakui dan diterima
sebagai kebenaran) yang tertinggi, karena kaum yang beragama meyakini sebagai
sesuatu yang diberitahukan oleh yang tak pernah berdusta (Tuhan) atau kepada
C. Kebenaran
Sedangkan kebenaran adalah persesuaian antara tahu dengan objeknya juga antara
Pada setiap jenis pengetahuan tidak sama kriteria kebenarannya karena sifat
dan watak pengetahuan itu berbeda. Pengetahuan alam metafisika tentunya tidak sama
dengan pengetahuan tentang alam fisik. Alam fisik pun memiliki perbedaan ukuran
sesuatu kesimpulan bahwa perlu dibedakan adanya 3 jenis kebenaran, yaitu kebenaran
pengetahuan manusia, kebenaran dalam arti ontologis adalah kebenaran sebagai sifat
dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan. Kebenaran
dalam arti semantis adalah kebenaran yang terdapat serta melekat dalam tutur kata
dan bahasa. Namun, dalam pembahasan ini dibahas kebenaran epistemologis karena
kebenaran yang lainnya secara interen akan masuk dalam kategori kebenaran
1. Teori koherensi
Bagi penganut teori ini, maka suatu pernyataan yang dianggap benar bila
sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, “semua
manusia akan mati”, adalah sebagai pernyataan yang benar, maka pernyataan
bahwa “Panjul adalah seorang manusia, dan Panjul pasti akan mati” adalah benar
2. Teori korespondensi
Mengenai teori ini, tentang kebenaran dapat disimpulkan sebagai 2 hal yang sudah
sesuatu itu sendiri. Sebagaimana contoh dapat dikemukakan : “Jakarta adalah ibu
Ibukota Republik Indonesia, pernyataan itu salah karena tidak sesuai antara
3. Teori pragmatisme
Kadang-kadang teori ini disebut teori kebenaran Inherensi. Menurut filsafat ini
benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori semata-mata bergantung kepada asas
meletakkan ukuran kebenaran dalam salah satu jenis konsekuensi, atau proporsi itu
pengalaman, pernyataan itu adalah benar. Misalnya ada orang yang menyatakan
Manusia adalah makhluk pencari kebenaran. Salah satu cara untuk menemukan
memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia, baik
tentang alam, manusia, maupun tentang Tuhan. Kalau ketiga teori kebenaran
sebelumnya lebih mengedepankan akal, budi, rasio, dan reason manusia, dalam
5. Teori performatif
Menurut teori ini persyaratan kebenaran bukanlah kualitas atau sifat sesuatu, tetapi
sebuah tindakan (performatif). Untuk menyatakan sesuatu itu benar, maka cukup
melakukan tindakan konsesi (setuju/menerima/membenarkan) terhadap gagasan
yang telah dinyatakan. Jadi, sesuatu itu dianggap benar jika memang dapat
Ilmu alam, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah natural science,
atau ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada
rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang
pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek
fisik dan non manusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk
landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu sosial, humaniora,
Matematika tidak dianggap sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai
penyedia alat/perangkat dan kerangka kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam.
Istilah ilmu alam juga digunakan untuk mengenali “ilmu” sebagai disiplin yang
mengikuti metode ilmiah, berbeda dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam
IPA).
Tingkat kepastian ilmu alam relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit,
karena hal ini ilmu alam lazim juga disebut ilmu pasti. Di samping penggunaan secara
tradisional di atas, saat ini istilah “ilmu alam” kadang digunakan mendekati arti yang
lebih cocok dalam pengertian sehari- hari. Dari sudut ini, “ilmu alam” dapat menjadi
arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam proses-proses biologis, dan dibedakan dari
ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum fisika dan kimia yang mendasari alam
semesta). Cabang-cabang utama dari ilmu alam, antara laing: Astronomi, Biologi,
Ekologi, Fisika, Geologi, Geografi fisik berbasis ilmu, Ilmu bumi, dan Kimia.
E. Filsafat ilmu sosial
Ilmu sosial (Inggris : social science) atau ilmu pengetahuan sosial adalah
dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan
inter-subjektif, dan objektif atau struktural, sebelumnya dianggap kurang ilmiah bila
dibanding dengan ilmu alam. Namun sekarang, beberapa bagian dari ilmu sosial telah
lintas-disiplin dalam penelitian sosial terhadap perilaku manusia serta faktor sosial
dan 1ingkungan yang mempengaruhinya telah membuat banyak peneliti ilmu alam
tertarik pada beberapa aspek dalam metodologi ilmu sosial. Penggunaan metode
kuantitatif dan kualitatif telah makin banyak diintegrasikan dalam studi tentang
Ilmu sosial secara garis besar dianggap sebagai „ilmu yang tidak mungkin‟.
Argumentasi yang ada melihat bahwa gejala sosial adalah terlalu rumit untuk
diselidiki. Ilmu sosial, yang membahas mengenai seluruh seluk beluk kehidupan
gejala dan perilaku yang selalu berubah-ubah, inilah yang mendasari munculnya
argumentasi tersebut. Namun, pandangan ini muncul disebabkan oleh kesalahan pada
Tak dapat disangkal bahwa terdapat perbedaan antara ilmu-ilmu alam dan
ilmu-ilmu sosial, namun perbedaan ini hanyalah bersifat teknis yang tidak menjurus
dari kedua ilmu tersebut adalah sama. Metode yang diperguankan untuk mendapatkan
pengetahuannya adalah metode yang sama, tak terdapat alas an yang bersifat
alam mempelajari dunia fisik yang relatif tetap dan mudah dikontrol. Obyek-obyek
penelaahan ilmu-ilmu alam dapat dikatakan tak pernah mengalami perubahan baik
dalam perspektif waktu maupun tempat. Sebuah batuan yang menjadi obyek
penelaahan kita tetapa merupakan batuan yang mempunyai karakteristik yang sama
diamana dan kapanpun juga. Hal ini sangat berlainan keadaannya dengan manusia
karakteristik yang unik yang membedakan dia dari ujud yang lain. Ia mempunyai
kemampuan untuk belajar dan dan disebabkan oleh faktor belajar itu dia
manusia tidak hanya bervariasi dari waktu ke waktu tetapi juga dari satu tempat ke
yang sangat pesat, ilmu-ilmu sosial agak tertinggal di belakang. Beberapa ahli bahkan
berpendapat bahwa ilmu-ilmu sosial takkan pernah menjadi ilmu dalam artian
sepenuhnya. Di pihak lain terdapat pendapat bahwa secara lambat laun ilmu-ilmu
sosial akan berkembang juga meskipun tak akan memcapai derajat keilmuan seperti
apa yang dicapai ilmu alam. Menurut kalangan lain adalah tak dapat disangkal bahwa
dewasa ini ilmu-ilmu sosial masih berada dalam tingkat yang belum dewasa.
Waalapun begitu, mereka beranggapan bahwa penelitian-penelitian di bidang ini akan
mencapai derajat keilmuan yang sama seperti apa yang dicapai ilmu alam. Terdapat
beberapa kesulitan tujuan ini karena beberapa sifat dari obyek yang diteliti ilmu sosial
mempelajari tingkah manusia. Berikut sedikit uraian perbedaan ilmu alam dengan
ilmu sosial :
Gejala sosial adalah lebih kompleks dibandingkan dengan gejala alami. Ahli
ilmu alam berhubungan dengan satu jenis gejala yang bersifat fisik. Gejala sosial
juga memiliki karakteristik fisik, namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam
untuk mampu menerangkan gejala tersebut. Untuk menjelaskan hal ini berdasarkan
hukum-hukum seperti yang terdapat dalam ilmu alam dan ilmu hayat adalah tidak
cukup.
Ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala fisik yang bersifat umum.
Penelaahannya meliputi beberpa variabel dalam jumalah yang relative kecil yang
dapat diukur secara tepat. Ilmu-ilmu sosial mempelajari manusia baik selaku
ilmu alam mempelajari suatu eksplosi kimiawi maka hanya beberapa faktor fisik
yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Jika seorang ahli ilmu sosial
mempelajari suatu eksplosi sosial yang berupa huru-hara atau kejahatan maka
terdapat faktor yang banyak sekali dimana diantaranya terdapat faktor-faktor yang
tidak bersifat fisik : senjata yang digunakan, kekuatan dan arah tusukan, urat darah
rasial.
alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin melihat, mendengar, meraba, mencium, atau
mencecap gejal yang sudah terjadi di masa lalu. Seorang ahli pendidikan yang
dapat melihat dengan mata kepala sendiri kejadian-kejadian tersebut. Seorang ahli
ilmu fisika atau kimia yang bisa mengulang kejadian yang sama setiap waktu dan
bisa mengamati suatu kejadian tertentu seara langsung. Hal ini berlainan sekali
denagn ahli ilmu jiwa yang tak mungkin mencampurkan ramuan-ramuan ke dalam
tertentu lain sekali kesimpulannya dengan pengamatan terhadap jumlah murid dan
sekolah yang sama di kota lain umpamanya ditinjau dari segi umr anak-anak
tersebut. Di dalam situasi tertentu seorang ahli ilmu sosial akan memperlakukan
setiap individu secara sama rata umpamanya dalam tabulasi waktu lahir mereka.
Akan tetapi karena variasi yang nyata dari hakiki manusia maka pengambilan
Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan gejala tersebut dapat diamati
sekarang. Gejala sosial banyak yang bersifat unik dan sukar untuk terulang
kembali. Abstraksi secara tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik lewat
perumusan kuantitatif dan hokum yang berlaku secara umum. Masalah sosial
sering kali bersifat spesifik dalam konteks histories tertentu. Kejadian tersebut
bersifat mandiri dimana mungkin saja terjadi pengulangan yang sama dalam waktu
Gejala fisik seperti unsur kimia bukanlah suatu individu melainkan barang
mati. Ahli ilmu alam tidak usah memperhitungkan tujuan atau atau motif palnit dan
lautan. Tetapi ahli ilmu sosial mempelajari manusia yang merupakan mahluk yang
penuh tujuan dalam tingkah lakunya. Karena obyek penelaahan ilmu sosial sangat
dipengaruhi oleh keinginan dan pilihan manusia maka gejala sosial berubah secara
tetap sesuai dengan tindakan manusia yang didasari keinginan dan pilihan tersebut.
Ahli alam menyelidiki prose salami menyusun hokum yang bersifat umum
mengenai proses tadi. Sedangkan ilmu-ulmu sosial tidak bisa terlepas dari jalinan
unsure-unsur kejadian sosial. Kesimpulan umum mengenai suatu gejala sosial bisa
mempengaruhi kegiatan sosial tersebut. Ahli ilmu sosial tidaklah bersikap sebagai
penonton yang menyaksikan suatu proses kejadian sosial. Dia merupakan bagian
integral dari objek kehidupannya ynag ditelaahnya. Ahli ilmu alam mempelajari
fakta dimana dia memusatkan perhatiannya pada keadaan yang terdapat pada alam.
PENUTUP
A. Kesimpulan
disimpulkan bahwa :
1. Fakta ialah segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia. Definisi lain
tentang fakta adalah apa yang membuat pernyataan itu benar atau salah.
2. Kepercayaan itu dapat dipahami dengan suatu keadaan tertentu dari tubuh atau
pikiran atau keduanya. Kepercayaan yang merupakan sifat dan sikap membenarkan
3. Benar pada dasarnya adalah persesuaian antara pikiran dan kenyataan. Kebenaran
kebenaran adalah persesuaian antara tahu dengan objeknya juga antara pengetahua
dan objeknya.
4. Ilmu alam, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah natural science, atau
ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada rumpun
ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang pasti
dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Ilmu alam mempelajari aspek-aspek
fisik dan non manusia tentang Bumi dan alam sekitarnya. Ilmu-ilmu alam
membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya dibedakan dari ilmu
5. Ilmu sosial (Inggris : social science) atau ilmu pengetahuan sosial adalah
dengan manusia dan lingkungan sosialnya. Ilmu ini berbeda dengan seni dan
humaniora karena menekankan penggunaan metode ilmiah dalam mempelajari
6. Perbedaan ilmu alam dengan ilmu sosial, yaitu : obyek penelaahan yang kompleks,
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan adalah informasi yang penulis masukkan
dalam makalah ini belumlah lengkap dan sempurna secara keseluruhan. Untuk itu
kritik dari pembaca sangat diperlukan agar penulis dapat lebih baik lagi dalam
A. Susanto. Filsafat Ilmu : Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan
http://hadikasmajads.blogspot.com/2011/01/filsafat-ilmu-fakta-kepercayaan.html, diakses
http://www.sobookk.blogspot.com/2011/05/fakta-kepercayaan-kebenaran.html, diakses
Jujun S. Suria Sumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan. 2005
Surajiyo. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2012