Anda di halaman 1dari 89

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA Ny. D G3P2A0 PRE DAN POST SC
DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

OLEH

NENENG HERAWATI
110 613 0002

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SARJANA
DEPOK
JULI 2014

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


 

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN


KESEHATAN MASYARAKAT PERKOTAAN
PADA Ny. D G3P2A0 PRE DAN POST SC
DENGAN INDIKASI KETUBAN PECAH DINI
DI RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Profesi Ners

OLEH

NENENG HERAWATI
110 613 0002

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI SARJANA
DEPOK
JULI 2014

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
anugerahNya penulis dapat menyelesaikan Karya ilmiah akhir ners dengan judul
“Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaaan Pada
Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini”.
Karya ilmiah akhir ners ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Program Studi Profesi Ilmu Keperawatan di
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. Penyusunan Karya ilmiah
akhir ners ini dapat terlaksana atas bantuan, dukungan, bimbingan dan kerjasama
dari berbagai pihak. Untuk itu, saya menyampaikan penghargaan, rasa hormat dan
terima kasih kepada :
1. Ibu Tri Budiati S.Kep.,M.Kep., Sp.Kep. Mat selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu, tenaga dan fikiran untuk memberikan
bimbingan dan masukan dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners ini.

2. Ibu Kuntarti S,kp., M.Biomed selaku Ketua Program Studi S1 dan


Profesi Ners FIK.

3. Ibu Fajar Waluyanti S.Kp.,M.Kep., selaku koordinator MA PKKKMP


dan KIAN, sekaligus Penanggungjawab Profesi/Sekretaris Program Studi
Ners FIK UI.

4. Ibu Wiwit Kurniawati, M.Kep., Sp. Mat selaku penguji yang telah
memberi masukan, bimbingan, dan motivasi dan menjadi fasilatator serta
pembimbing di keperawatan maternitas.

6. Kepala ruangan dan perawat Ruang Kebidanan RS Cipto


Mangunkusumo Jakarta Pusat yang telah mendukung praktik profesi
sehingga berjalan dengan lancar.

7. Seluruh staf pengajar Program Sarjana Keperawatan atas segala


bantuan, ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan selama masa
pendidikan.
 

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
8. Sahrudin, Najwa Syah Nabilah, dan Irsyad Syah Haidar (Suami dan
anak tercinta) yang selalu memberikan dorongan , semangat dan
mendo’akan keberhasilan yang tiada habisnya.

9. Terima kasih pada ibunda tercinta yang selalu memberi dukungan dan
doa yang tiada hentinya.

10. Rekan-rekan seperjuangan Ekstensi Angkatan 2011 dan Reguler


Angkatan 2008, ( Ana Nurjanah, Linda Ernawati, Ida Srihastuti, Sari
Nartiana, Lulu Aqilah , Kiki Rachmanisa, Titin Novi) yang telah banyak
memberikan dukungan dan semangat selama praktik profesi ilmu
keperawatan.

Akhirnya penulis menyadari karya ilmiah akhir ners ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis, mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi 

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
kesempurnaannya, serta semoga karya ilmiah akhir ners ini dapat bermanfaat bagi
dunia keperawatan dan ilmu pengetahuan.
Depok, Juli 2014
          Penulis

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
ABSTRAK

Nama : Neneng Herawati


Program Studi : Profesi Keperawatan
Judul Penulisan : Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaaan Pada Ny. D dengan G3P2A0 Pre
dan Post SC dengan Indikasi Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan
kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba. (2006). Penulisan karya
ilmiah akhir ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan Pada
Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan indikasi ketuban pecah dini. .
Masalah pre operasi dan post operasi ansietas, risiko infeksi, nyeri akut dan
ketidakefektifan pemberian ASI. Intervensi keperawatan yang diberikan meliputi
mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, melakukan, pemantauan kehamilan
selama proses persalinan dengan ketuban pecah dini, mengajarkan manajemen
laktasi. Hasil karya ilmiah ini menyarankan institusi pelayanan kesehatan untuk
memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan komprehensif.

Kata kunci: Ketuban Pecah Dini, Pre Operasi dan Post Operasi, Ny.D

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
ABSTRACT

Name : Neneng Herawati


Study Program : Profession of Nursing
Title : Analysis of Public Health Nursing Practice Clinic Urban
In Ms. D with G3P2A0 Pre and Post SC with Indication
Premature Rupture of Membranes

Premature rupture of membranes is rupture of membranes before there are signs


of labor and eagerly begin one hour before the in partu. Most of premature rupture
of membranes at term pregnancy occurs in more than 37 weeks, whereas less than
36 weeks is not too much. Manuaba. (2006). Writing scientific papers end aims to
provide an overview of nursing care In Ny. D with G3 P2 A0 Pre and Post SC
with Indication premature rupture of membranes. Problems preoperative and
postoperative anxiety, risk of infection, acute pain and ineffectiveness of
breastfeeding. Nursing interventions provided include teaches deep breathing
relaxation techniques, conduct, monitoring pregnancies with premature rupture of
membranes during childbirth, lactation management teaching. The results of this
paper suggest a health care institution to provide nursing care in a holistic and
comprehensive.

Keywords: Premature Rupture of Membranes, Pre and Post Surgery Operations,


Ms.D

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xi
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................. 6
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................ 7
BAB 2 Tinjauan Pustaka ...................................................................................... 8
2.1 Wilayah Kota & Pengertian Kota .......................................................... 8
2.2 Kesehatan Masyarakat Perkotaan Berhubungan dengan KPD .............. 9
2.3 Adaptasi Maternal ................................................................................. 12
2.4 Pengertian Ketuban Pecah Dini. ............................................................ 17
2.5 Etiologi Ketuban Pecah Dini . ............................................................... 17
2.6 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini .................................................. 19
2.7 Manifestasi Klinis .................................................................................. 19
2.8 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini .......................................................... 19
2.9 Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... 20
2.10 Penatalaksanaan ................................................................................... 21

BAB 3 ANALISIS KASUS


3.1 Pengkajian Pre Operasi SC .................................................................... 28
3.2 Pengkajian Post Operasi SC .................................................................. 29
3.3Masalah Keperawatan ............................................................................ 31
3.4 Rencana Keperawatan Prenatal ............................................................. 31
3.5 Diagnosis Post SC & Post SC ............................................................... 31
3.6 Kunjungan Rumah ................................................................................ 38

BAB 4 ANALISIS SITUASI


4.1 Profil Lahan Praktek .............................................................................. 39
4.2 Analisa Masalah Keperawatan ............................................................. 39
4.3 Analisis Intervensi Keperawatan........................................................... 43
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah ............................................................. 45
4.5 Evaluasi ................................................................................................. 47
 

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan ................................................................................................ 48
5.2 Saran ..................................................................................................... 49
5.2.1 Bagi Praktek Keperawatan .......................................................... 49
5.2.2 Bagi Pendidikan Keperawatan..................................................... 49
5.2.3 Bagi Penelitian ............................................................................. 50
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 51

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
LAMPIRAN

Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.

 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
 
 

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kota dapat diartikan sebagai suatu daerah yang memiliki gejala pemusatan
penduduk yang merupakan suatu perwujudan geografis yang ditimbulkan oleh
unsur-unsur fisiografis sosial , ekonomi , kultur, yang terdapat di daerah
tersebut dengan adanya pengaruh timbal balik dengan daerah-daerah lainnya
(Bintarto, 2000). Pada ruang-ruang kota tersebut tercipta lingkungan fisik,
sebagai tempat warga kota beraktivitas, dalam bentuk yang sangat kompleks.
Berbagai kepentingan, kesibukan dan kehangatan bergelut didalamnya.

Keramaian penduduknya bukan saja karena banyaknya jumlah orang yang


menghuninya dan lalu lintas yang hiruk pikuk, melainkan juga karena irama
pertumbuhan kota itu sendiri. Keramaian itu merupakan gejala terjalinannya
sekian banyak kebutuhan dan peranan yang terdapat didalamnya. Urbanisasi
merupakan salah satu factor pemicu perkembangan kota. Urban yang tinggi
menjadikan lahan pemukiman semakin sempit, pemukiman yang padat dan
tata ruang kota yang buruk. Tingginya AKI di Indonesia disebabkan oleh
banyak faktor penyebab, Departemen Kesehatan, RI (2007) menyebutkan
bahwa 28% penyebab kematian ibu di Indonesia adalah karena perdarahan,
24% karena eklamsi, 11% infeksi, 8% komplikasi pada puerpureum, 5%
persalinan lama, 5% abortus, 3% obstruksi emboli dan 11% lain-lainnya.

Melahirkan adalah proses alami dalam siklus kehidupan. Namun tidak semua
persalinan terjadi secara aman sesuai usia kehamilannya, tanpa masalah pada
trimester ke tiga ataupun diakhir menjelang persalinan. Kehamilan trimester
tiga dapat terjadi masalah perdarahan pervaginam, sakit kepala yang hebat,
penglihatan kabur, bengkak di wajah dan jari tangan, keluar cairan
pervaginam atau ketuban pecah dini, gerakan janin tidak terasa, dan nyeri
perut yang hebat. Kelahiran yang bermasalah dapat mengakibatkan persalinan

  1    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014

 

prematur diantaranya akibat perdarahan, keluarnya cairan pervaginam atau


ketuban pecah dini yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu dan janin
yang dilahirkannya.

Premature rupture of membaranes adalah istilah yang digunakan untuk


menyatakan ruptur spontan selaput ketuban sebelum awitan persalinan (dini)
dan sebelum aterm (prematur). Faktor –faktor resiko yang diketahui
menyebabkan ruptur membran premature adalah riwayat persalinan prematur,
tersamar cairan amnion, janin multipel, dan solutio plasenta. Kenneth, .
Leveno, et.al. (2003). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda mulai persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu
. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari
37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba.
(2006).

Penyebab ketuban pecah dini yaitu belum diketahui, tetapi dapat juga
disebabkan oleh adanya penyakit seksual menular, infeksi pada vagina yang
disebabkan oleh bacteri atau kondisi saluran genital bawah yang kurang
bersih. Becmann. (2010). Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterin atau
oleh kedua faktor tersebut. Berkuranya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.

Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : Inkompetensi serviks (leher rahim),


peninggian tekanan intra uterin, penekanan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini. Misalnya : Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin
atau lebih, makrosomia, hidramnion, penyakit infeksi karena mikroorganisme,
faktor keturunan (ion Cu rendah, vitamin C rendah dan kelainan genetik).
Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia,
meningkatnya enzim proteolitik).

 
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014

 

Menurut World Health Organzation (WHO) tahun (2010) , 536.000


perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99 % kematian ibu akibat
masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio
kematian Ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450
per 100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian Ibu di 9
negara maju 51 negara persemakmuran. Berdasarkan SDKI (2012) rata-rata
angka kematian ibu (AKI) tercatat mencapai 359 per 100 ribu kelahiran
hidup. Urutan penyebab kematian Ibu dari yang terbanyak adalah perdarahan,
eklamsi, perdarahan sebelum persalinan dan infeksi. Angka KPD di Indonesia
cukup tinggi, data dari RSCM pada bulan Pebruari 2012 sebanyak 57 dan
pada bulan Maret 2012 sebanyak 69 pasien.

Tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ke empat memuat tentang


pengurangan jumlah angka kematian anak. tingginya angka kematian anak si
Indonesia pada usia hingga satu tahun menunjukan masih rendahnya status
kesehatan ibu dan bayi baru lahir, rendahnya akses dan kualitas pelayanan
kesahatan ibu dan anak; serta perilaku ibu hamil, keluarga , dan masyarakat
yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Indonesia membuat
suatu program nasional untuk kesehatan anak-anak berdasarkan isu kematian
bayi dan balita tersebut. Program ini dijalankan berdasarkan pertimbangan
bahwa Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita
(AKBA).merupakan indikator yang umum untuk menentukan derajat
kesehtan masyarakat pada tingkat nasional maupun profibsi (MDGs, 2008).

Menurut Prawirohardjo, (2007) penyebab kematian maternal merupakan


suatu hal yang kompleks, yang dapat digolongkan pada faktor-faktor
reproduksi, komplikasi obstetrik, pelayanan kesehatan, dan sosial ekonomi.
Yang termasuk komplikasi obstetrik adalah infeksi. Infeksi disini dapat
terjadi pada pertolongan persalinan yang tidak mengindahkan syarat-syarat
asepsis-antiseptis, karena partus lama, ketuban pecah dini, dan sebagainya.

Menurut WHO, secara garis besar terdapat empat faktor yang dapat
berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi yaitu: faktor sosial- ekonomi,

 
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014

 

dan demografi (terutama kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan


ketidaktahuan perkembangan kesehatan seksual dan proses reproduksi, serta
lokasi tempat tinggal yang terpencil, faktor budaya dan lingkungan ( misalnya
praktik tradisional yang berdampak buruk pada kesehatan reproduksi .
Manuaba. (1999).

Hasil penelitian yang dilakukan Norwitz & Schorge (2008) dalam Ariyana,
Sayono, Kusumawati (2011) didapatkan bahwa kelahiran prematur salah
satunya disebabkan oleh ketuban pecah dini saat preterem yaitu sebesar 20%
-25 %. Damarati & Yulis Pujiningsih, ( 2012) didapatkan data dari hasil
penelitian bahwa dari 45 orang ( 24, 59%) mengalami ketuban pecah dini.

Berdasarkan data diatas didapatkan tingginya angka kejadian KPD. KPD


terjadi dikarenakan banyak faktor diantaranya dari hasil penelitian Yudin
(2008) KPD diakibatkan oleh infeksi sebesar 65 %. Hasil penelitian Fitri AS
(2010) dalam Tahir, (2012) didapatkan data 70,2 % infeksi genetalia dapat
mempengaruhi KPD. Hasil penelitian Ning Li, Qiulan Fu, Wenhua Cai
(2013),didapatkan hasil 57 kasus (30,2%) kelahiran dengan KPD diakibatkan
karena, infeksi bakterial pada vagina yang dilakukan pemeriksaan pada sekret
vagina. Department of Obstetrics and Gynecology, Nanning Maternal and
Child Health Care Hospital, Nanning, China (2013).

1.2 Rumusan Masalah


Jumlah kasus ibu hamil dan melahirkan dengan ketuban pecah dini dari tahun
ketahun semakin meningkat baik di dunia maupun Indonesia. Resiko
kematian, berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur adalah kondisi
yang terjadi pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mengalami ketuban
pecah dini. Bayi berat lahir rendah, bayi dengan distres pernapasan merupakan
masalah kesehatan yang terjadi pada bayi lahir dari ibu dengan kehamilan
yang disertai dengan ketuban pecah dini

 
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014

 

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu,
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2006).
Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya
didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada kehamilan atrem atau ataupun pada kehamilan pretrem
Prawirohardjo, (2010).

Berbagai permasalahan yang membahayakan ibu hamil saat ini sangat rentan
terjadi, hal ini seiring banyaknya kejadian atau kasus-kasus yang ditemui di
dunia kebidanan terkait dengan tanda-tanda bahaya kehamilan. Hasil data
penelitian oleh Pujiningsih, (2012) didapatkan 24,59 % ibu bersalin
mengalami ketuban pecah dini (KPD). KPD adalah pecahnya ketuban
ditunggu sampai 1 jam tidak diikuti tanda-tanda persalinan (inpartu).
Kemungkinan faktor predisposisi adalah infeksi, golongan darah ibu dan anak
tidak sesuai, multi graviditas (paritas), merokok, defisiensi gizi (vitamin C),
inkompetensi servik, polihidramnion, riwayat KPD sebelumnya, kelainan
selaput ketuban. Hidayat. (2009).

Pecahnya ketuban terlalu dini dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan


persalinan. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut
periode laten (lag period = LP ). Bil periode laten terlalu panjang dan ketuban
setelah pecah , maka akan dapat terjadi infeksi yang dapat meningkatkan
angka kematian ibu dan anak. Suwiyoga. (2006).

Menurut Hidayat (2009) komplikasi paling sering terjadi pada ketuban pecah
dini sebelum usia kehamilan 37 minggu adalah sindroma distress pernapasan,
yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir. Risiko infeksi meningkat pada
kejadian ketuban pecah dini, selain itu juga terjadinya prolaps tali pusat.
Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada ketuban pecah dini
preterm. Berdasarkan hal tersebut, penulis berperan sebagai perawat yang

 
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014

 

berkemampuan dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien.


Sehingga karya ilmiah ini disusun, sebagai upaya untuk mendapatkan
gambaran yang lebih komprehensif, dengan berfokus pada penerapan konsep
dan teori keperawatan dalam asuhan keperawatan pre dan post SC atas
indikasi KPD.

Menurut Manuaba. (2010) kejadian ketuban pecah dini mendekati 10% dari
semua persalinan. Hasil penelitian Wahyuni (2009) dalam Pujiningsih (2012)
kejadian ketuban pecah dini di Indonesia sebanyak 35,70% - 55,30% dari
17.665 kelahiran. Oleh karena itu sangat diperlukan asuhan keperawatan
untuk mengatasi hal tersebut.

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk memberikan gambaran
asuhan keperawatan pada Ny.D G3P2A0 dengan pre dan post sectio
caesarea dengan indikasi ketuban pecah dini.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Menggambarkan hasil pengkajian pada Ny. D G3P2A0 dengan pre
dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini di ruang kebidanan
lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Pusat.
b. Menggambarkan identifikasi masalah keperawatan pada kasus Ny. D
dengan G3P2A0 dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban
pecah dini di ruang kebidanan lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta Pusat.
c. Menggambarkan intervensi keperawatan pada Ny.D dengan G3P2A0
dengan pre dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini di ruang
kebidanan lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo
Jakarta Pusat.
d. Memaparkan implementasi keperawatan pada Ny.D dengan G3P2A0
dengan pre dan post SC dengan indikasi KPD di ruang kebidanan

 
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014

 

lantai 2 gedung A zona B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta


Pusat.
e. Memaparkan hasil intervensi nyeri setelah post operasi SC yang telah
diberikan pada Ny. D G3P2A0 dengan pre dan post SC dengan
indikasi ketuban pecah dini di ruang kebidanan lantai 2 gedung A zona
B RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat.

1.4 Manfaat Penulisan


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap :
1. Rumah sakit/Institusi
Karya ilmiah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada Rumah
Sakit bagi pengembangan asuhan keperawatan sehingga diharapkan akan
dapat meningkatkan kualitas di pelayanan lantai 2 gedung A Zona B RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat
2. Institusi pendidikan
Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat untuk institusi pendidikan sebagai
masukan untuk mempersiapkan anak didiknya sebagai calon perawat yang
profesional dalam memberikan asuhan keperawatan, khususnya pada kasus
maternitas dengan asuhan keperawatan pada Ibu dengan G3P2A0 pre dan post
SC dengan indikasi ketuban pecah dini.

 
Universitas Indonesia
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
 
 

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang teori dan konsep yang terkait dengan penulisan karya
ilmiah yang berjudul “Analisis Praktek Klinik Keperawatan Kesehatan
Masyarakat Perkotaaan Pada Ny. D dengan G3 P2 A0 Pre dan Post SC dengan
Indikasi Ketuban Pecah Dini ” .

2.1 Wilayah Kota

Wilayah/Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta


segenap unsur terkait padanya batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan atau aspek fungsional.
 Kawasan perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan
 pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan
sosial, dan kegiatan ekonomi. Budihardjo. (1983).

Pengertian Kota
Kota sebagai kesatuan jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan
kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi
yang heterogen serta coraknya materialistis. Masyarakat kota terdiri atas
penduduk asli daerah tersebut dan pendatang. Masyarakat kota merupakan
suatu masyarakat yang heterogen, baik dalam hal mata pencaharian, agama,
adat, dan kebudayaan. Bintarto, (1989)

Ciri-ciri yang dimiliki sebuah kota, menurut Bintarto (1989), ciri-ciri kota
dibedakan menjadi dua sebagai berikut. Ciri-ciri fisik di wilayah kota
terdapat: Sarana perekonomian seperti pasar atau supermarket, tempat parkir
yang memadai, tempat rekreasi dan olahraga, alun-alun, gedung pemerintah.
Ciri-ciri sosial : Masyarakatnya heterogen, bersifat individualistis dan
materialistis, mata pencaharian nonagraris, corak kehidupannya bersifat
gesselschsft (hubungan kekerabatan pudar), terjadi kesenjangan sosial antara
golongan masyarakat kaya dan masyarakat miskin, norma-norma agama

  8    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014

 

tidak begitu kuat, pandangan hidup lebih realistis, menerapkan strategi


keruangan, yaitu pemisahan kompleks atau kelompok sosial masyarakat
secara tegas.

Menurut Sugiharyanto, (2006) pengertian kota. Kota merupakan tempat


pemukiman yang padat penduduknya. Masyarakat kota pada umumnya
mempunyai mata pencaharian di bidang industri , perdagangan, dan jasa.
Lahan diperkotaan biasanya memiliki ruang yang relatif sempit dibandingkan
dengan pedesaan. Penggunaan lahan yang sempit didaerah perkotaan selain
untuk pemukiman dan perumahan juga dibangun untuk pabrik, pertokoan,
tempat hiburan, penginapan serta perkantoran. Keanekaragaman aktivitas
penduduk mendorong penggunaan lahan diperkotaan lebih berperan sebagai
fungsi ekonomis.

Perkotaan merupakan daerah yang paling banyak kegiatan penduduknya, dari


aktivitas produksi sampai dengan pelayanan jasa. Adapun pusat kegiatan di
perkotaan diantaranya berikut ini : a) Sebagai pusat pemerintahan, b) Sebagai
pusat kegiatan sosial budaya (pusat kegiatan kesenian, pusat pendidikan),
sebagai pusat kesehatan, sebagi pusat pemukiman penduduk, sebagi pusat
kegiatan ekonomi dan transportasi (pusat penanaman modal dan keuangan,
pusat kegiatan transportasi, pusat komsusi dan produksi, pusat perdagangan,
pusat perindustrian Sugiharyanto, (2006).

2.2 Kesehatan Masyarakat Perkotaan Berhubungan Dengan Ketuban Pecah


Dini (KPD).

Mengandung dan melahirkan adalah proses alami dalam siklus kehidupan.


Keberhasilan melalui tahapan tersebut dapat dilihat dari semakin rendahnya
angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Berdasarkan data WHO(1999) sekitar
80% kematian maternal akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan,
persalinan dan setelah melahirkan. Di dunia, setiap menit seorang perempuan
meninggal karena komplikasi terkait dengan kehamilan dan persalinan. Data
Nasional tahun 2007-2008 menunjukkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI)

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
10 
 

sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Urutan penyebab kematian Ibu dari
yang terbanyak adalah perdarahan, eklampsi, perdarahan sebelum persalinan
dan infeksi. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar akibat dari
adanya komplikasi/penyulit kehamilan, seperti febris, korioamnionitis, infeksi
saluran kemih, dan sebanyak 65% adalah karena ketuban pecah dini (KPD).

KPD didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan


yang dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan. Ketuban pecah disebut sebagai KPD preterm jika membran
ketuban pecah sebelum usia kehamilan 37minggu. KPD yang memanjang
adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan.
Hal ini sangat berbahaya karena merupakan salah satu faktor penyebab
asfiksia neonatorum dan infeksi. KPD terjadi akibat berkurangnya kekuatan
membran yang disebabkan oleh infeksi dari vagina dan servik. Kekuatan
membran ketuban juga dapat terganggu akibat pengaruh nikotin dari rokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok sangat berbahaya terhadap kehamilan
dan persalinan, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Amasha dan
Jaraeh di Jordania pada tahun (2012) dalam Muntoha, dkk. (2013) didapatkan
data bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada proses persalinan dan
kondisi kesehatan bayi pada ibu perokok dibandingkan ibu bukan perokok.

Pada saat hamil, seorang ibu tidak hanya harus menjaga kesehatan dirinya
sendiri, namun juga harus menjaga kesehatan bayi yang ada dalam kandungan
nya. Apalagi seorang ibu memiliki masalah kesehatan, bukan tidak mungkin
masalah tersebut juga nantinya akan berdampak langsung pada bayinya.
Salah satu yang menjadi masalah pada ibu hamil terutama diperkotaan saat ini
adalah banyaknya paparan polusi udara. Hasil penelitian Wahyuningsih, dkk
(2013) didapatkan 71,4 % pasien memilki riwayat suami merokok. Paparan
asap rokok merupakan salah satu faktor resiko pada ibu hamil yang dapat
terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Data di atas menjelaskan bahwa
kekuatan membran amnion juga bisa terganggu karena efek dari nikotin dari

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
11 
 

rokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok adalah berbahaya bagi


kehamilan.

Permasalahan kesehatan perkotaan yang muncul merupakan dampak dari


pembangunan yang kurang berwawasan kesehatan, sehingga peningkatan
kesehatan masyarakat pendekatannnya tidak hanya fokus pada pada
pelayanan kesehatan semata serta hanya menekankan kondisi sehat atau sakit
fisik secara medis saja, teteapi kepada seluruh aspek yang mempengaruhi
kesejahteraaan masyarakat termasuk sarana dan prasarana lingkungan fisik
serta perilaku hidup sehat dan bersih di tempat dimana mereka tinggal (Bina
gizi dan KIA DEPKES , 2012)

Status sosial ekonomi salah satu faktor yang berperan dalam menentikan
status kesehatan seseorang adalah status sosial ekonomi (FKM, UI, 2007).
Sosisal ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam
masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan, dan
pekerjaaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk
pemeliharaaan kesehatan , Notoadmojo. (2003). Keadaaan sosial ekonomi
yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah
kesehatan yang dihadapi, hal ini karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan
dalam mengatasi berbagai masalah tersebut, Effendi Nasrul, (1998).

Menurut WHO dalam, Notoadmojo. (2003) faktor ekonomi juga berpengaruh


terhadap sesorang dalam upaya deteksi dini komplikasi kehamilan. Status
ekonomi keluarga juga berperan bagi seseorang dalam mengambil keputusan
bertindak termasuk tindakan yang berhubungan dengan kesehatan. Perilaku
kesehatan menurut Notoadmojo. (2003) adalah suatu respon seseorang
(organisme) terhadap stimulasi atau aobjek yang berkaitan dengan sakit atau
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman dan lingkungan.
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikaikan menjadi 3
kelompok : a) perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
12 
 

usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. b) perilaku pencairan atau


penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan atau sering disebut perilaku
pencarian pengobatan (health seeking behavior) perilaku ini adalah
menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan
atau kecelakaaan. c) perilaku kesehatan lingkungan adalah apabila seseorang
merespon lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun sosial dan budaya, dan
sebagainya. Hasil penelitian Weinstein. (2008) didapatkan bahwa
kemungkinan kontaminan air oleh Nitrat dapat mempromosikan
pengembangan terjadinya ketuban pecah dini (KPD). Ada juga bukti yang
muncul bahwa spesies oksigen reaktif secara khusus mampu merusak kolagen
(melalui enzim MMP-9) di selaput janin, yang bisa pada gilirannya
menyebabkan KPD.

2.3 Adaptasi Maternal


Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama
kehamilan berlangsung banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang
wanita untuk itu diperlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai
perubahan yang terjadi dalam dirinya.   Perubahan-perubahan yang terjadi
selama kehamilan umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan
kekhawatiran bagi sebagian besar ibu hamil.

Perubahan-perubahan fisiologis selama kehamilan diantaranya 1) Sistem


Reproduksi; Ukuran, pada ada kehamilan cukup bulan,  ukuran uterus adalah
30 x 25 x 20 cm dengan kapasitas lebih dari 4.000 cc. Hal ini memungkinkan
bagi adekuatnya akomodasi pertumbuhan janin. Pada saati ini rahim
membesar akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim, serabut-serabut
kolagennya menjadi higroskopik, dan endometrium  menjadi desidua.
Berat, berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1.000 gram
pada akhir bulan, posisi rahim dalam kehamilan. Vaskularisasi, arteri uterin
dan ovarika bertambah dalam diameter, panjang, dan anak-anak cabangnya,
pembuluh darah vena mengembang dan bertambah.

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
13 
 

Serviks uteri, bertambah vaskularisasinya dan menjadi lunak, kondisi   ini


yang disebut dengan tanda Goodell. Ovarium Ovulasi berhenti namun masih
terdapat korpus luteum graviditas sampai terbentuknya plasenta yang akan
mengambil alih pengeluaran esterogen dan progesteron. Vagina dan Vulva
Oleh karena pengaruh esterogen, terjadi hipervaskularisasi pada vagina dan
vulva, sehingga pada bagian tersebut terlihat lebih merah ataiu kebiruan,
kondisi ini yang disebut dengan tanda Chadwick (Sulistyawati, 2011).

2) Sistem Urinaria, selama kehamilan, ginjal bekerja lebih berat. Ginjal


menyaring darah yang volumenya meningkat (sampai 30-50% atau lebih),
yang puncaknya terjadi pada usia kehamilan 16-24 minggu sampai sesaat
sebelum persalinan (pada saat ini aliran darah ke ginjal berkurang akibat
penekanan rahim yang membesar). 3) Sistem Kardiovaskular selama
kehamilan, jumlah darah yang dipompa oleh jantung setiap menitnya atau
biasa disebut sebagai curah jantung (cardiac output) meningkat sampai 30-
50%. Peningkatan ini mulai terjadi pada usia Peningkatan ini mulai terjadi
pada usia kehamilan 6 minggu dan mencapai puncaknya pada usia kehamilan
16-28 minggu. Oleh karena curah jantung yang meningkat, maka denyut
jantung pada saat istirahat juga meningkat (dalam keadaan normal 70
kali/menit menjadi 80-90 kali/menit). Pada ibu hamil dengan penyakit
jantung, ia dapat jatuh dalam keadaan decompensate cordis.
Sulistiyawati. (2011). 

4) Sistem Gastrointestinal perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu


hamil adalah sebagai berikut: Trimester pertama , pada bulan-bulan pertama
kehamilan, terdapat perasaan enek (nausea). Hal ini mungkin dikarenakan
kadar hormon esterogen yang meningkat. Tonus otot-otot traktus digestivus
menurun sehingga motilitas seluruh traktus digestivus juga berkurang.
Makanan lebih lama berada di dalam lambung dan apa yang telah dicernakan
lebih lama berada dalam usus. Hal ini mungkin baik untuk reabsorbsi, tetapi
menimbulkan konstipasi yang memang merupakan salah satu keluhan utama
wanita hamil. Tidak jarang dijumpai adanya gejala muntah (emesis) pada
bulan-bulan pertama kehamilan. Biasanya terjadi pada pagi hari, dikenal

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
14 
 

sebagai morning sickness. Apabila emesis terjadi terlalu sering dan terlalu
banyak dikeluarkan (hiperemesis gravidarum), maka keadaan ini patologik.

Hipersalivasi sering terjadi sebagai kompensasi dari mual dan muntah yang
terjadi. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang
mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa
yang bisa mengurangi rasa mual dan muntah. Kondisi  lainnya dalah Pica
(mengidam) yang sering dikaitkan dengan anemia akibat defisiensi zat besi
ataupun adanya suatu tradisi Hanifa Wiknjosastro. (2002). Trimester kedua
dan ketiga biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron
yang meningkat. Selain itu, perut kembung juga terjadi karena adanya
tekanan uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-
organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas dan
lateral. Wasir (hemoroid) cukup sering terjadi pada kehamilan. Sebagian
besar hal ini terjadi pada kehamilan akibat konstipasi dan naiknya tekanan
vena-vena dibawah uterus termasuk vena honoroidal. Panas perut karena
terjadi karena terjadinya aliran balik asam gastrik ke dalam esofagus bagian
bawah, Sunarsih, (2011).

5) Metabolisme pada metabolisme mineral yang terjadi adalah sebagai


berikut: Kalsium, dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan untuk
pembentukan tulang terutama di trimester akhir dibutuhkan 30-40 gram.
 Fosfor, dibutuhkan rata-rata 2 gr/hari. Air, wanita hamil cenderung
mengalami retensi air. Sulistyawati. ( 2011). 6) Sistem Muskuloskeletal
 Esterogen dan progesteron memberi efek maksimal pada relaksasi otot dan
ligamen pelvis pada akhir kehamilan. Relaksasi ini digunakan oleh pelvis
untuk meningkatkan kemampuannya menguatkan posisi janin pada akhir
kehamilan dan pada saat kelahiran. Ligamen pada simfisis pubis dan
sakroiliaka akan menghilang karena berelaksasi sebagai efek dari esterogen.
Simfisis pubis melebar sampai 4 mm pada usia kehamilan 32 minggu dan
sakrooksigeus tidak teraba, diikuti terabanya koksigis sebagai pengganti
bagian belakang. Sunarsih (2011).

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
15 
 

7) Sistem Integumen , perubahan sistem intugumen yang dirasakan ibu hamil


adalah sebagai berikut : Trimester pertama, palmar eritema (kemerahan di
telapak tangan) dan spider nevi, linea alba/nigra. Trimester kedua dan ketiga,
Chloasma dan perubahan warna areola, striae gravidarum (bulan 6-7)
Sunarsih, (2011).

8) Payudara, payudara sebagai organ target untuk proses laktasi mengalami


banyak perubahan sebagai persiapan setelah janin lahir. Beberapa perubahan
yang dapat diamati oleh ibu adalah sebagai berikut : selama kehamilan
payudara bertambah besar, tegang dan berat, dapat teraba nodul-nodul, akibat
hipertropi kelenjar alveoli, bayangan vena-vena lebih membiru,
hiperpigmentasi pada areola dan puting susu, kalau diperas akan keluar air
susu jolong (kolostrum) berwarna kuning. Mochtar. (1998).
 
9) Sistem Endokrin, selama siklus menstruasi normal, hipofisis anterior
memproduksi LH dan FSH. Follicle stimulating hormone (FSH) merangsang
folikel de graaf untuk menjadi matang dan berpindah ke permukaan ovarium
di mana ia dilepaskan. Folikel yang kosong dikenal sebagai korpus luteum
dirangsang oleh LH untuk memproduksi progesteron. Progesteron dan
esterogen merangsang poliferasi dari desidua (lapisan dalam uterus) dalam
upaya mempersiapkan implantasi jika kehamilan terjadi. Plasenta, yang
terbentuk secara sempurna dan berfungsi 10 minggu setelah pembuahan
terjadi, akan mengambil alih tugas korpus luteum untuk memproduksi
esterogen dan progesterone. Sunarsih. (2011).

10) Indeks Massa Tubuh (IMT) Dan Berat Badan, peningkatan berat badan
selama kehamilan juga mencakup produksi konsepsi (janin, plasenta dan
cairan amniotik), dan hipertropi beberapa jaringan maternal (uterus, payudara,
darah, cadangan lemak, cairan ekstraselular dan ekstravaskular). Sebagian
besar protein terdapat pada janin, tetapi terdapat juga pada uterus, darah,
plasenta dan payudara. Sebaliknya, sebagian besar deposit lemak terdapat

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
16 
 

pada jaringan adipose maternal, terutama regiogluteal dan paha atas, dan juga
janin yang merupakan satu-satunya hal penting utama lainnya.

11) Sistem Pernafasan, ruang abdomen yang membesar oleh karena


meningkatnya ruang rahim dan pembentukan hormon progesteron
menyebabkan paru-paru berfungsi sedikit berbeda dari biasanya. Wanita
hamil bernafas lebih cepat dan lebih dalam karena memerlukan lebih banyak
oksigen untuk janin dan untuk dirinya. Sulistyawati. (2011).

12) Sistem neurologi, perubahan fisiologis spesifik akibat kehamilan dapat


menyebabkan timbulnya gejala neurologis dan neuromuskular berikut:
kompresi saraf panggul atau stasis vaskular akibat pembesaran uterus dapat
menyebabkan perubahan sensori di tungkai bawah, lordosis dorsolumbar
dapat menyebabkan nyeri tarikan pada saraf atau kompresi akar saraf, edema
yang melibatkan saraf perifer dapat menyebabkan carpal tunnel syndrome
selama trimester akhir kehamilan. Edema menekan saraf median di bawah
ligamentum karpalis pergelangan tangan. Sindrom ini ditandai oleh parestesia
(sensasi abnormal seperti rasa terbakar atau gatal akibat gangguan pada
sistem saraf sensori) dan nyeri pada tangan yang menjalar ke siku.

Tangan yang dominan biasanya paling banyak terkena, akroestesia (rasa baal
dan gatal di tangan) yang timbul akibat posisi bahu yang membungkuk
dirasakan oleh beberapa wanita selama hamil. Keadaan ini berkaitan dengan
tarikan pada segmen pleksus brakialis, nyeri kepala akibat ketegangan umum
timbul saat ibu merasa cemas dan tidak pasti tentang kehamilannya. Nyeri
kepala dapat juga dihubungkan dengan gangguan penglihatan, seperti
kesalahan refraksi, sinusitis, atau migren, “nyeri kepala ringan”, rasa ingin
pingsan, dan bahkan pingsan (sinkop) sering terjadi pada awal kehamilan.
Ketidakstabilan vasomotor, hipotensi postural, atau hipoglikemia mungkin
merupakan keadaan yang bertanggung jawab atas gejala ini. Hipokalsemia
dapat menyebabkan timbulnya masalah neuromuskular, seperti kram otot atau
tetani. Sulistyawati. (2011).

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
17 
 

2.4 Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)


Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai
persalinan dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu . Sebagian besar
ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu,
sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Manuaba. (2006).

2.5 Etiologi Ketuban Pecah Dini


Penyebab ketuban pecah dini yaitu belum diketahui, tetapi dapat juga
disebabkan oleh adanya penyakit seksual menular, infeksi pada vagina yang
disebabkan oleh bacteri atau kondisi saluran genital bawah yang kurang
bersih. Becmann. (2010). Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena
berkurangnya kekuatan membrane atau meningkatnya tekanan intrauterin atau
oleh kedua faktor tersebut. Berkuranya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban
pecah dini merupakan masalah kontroversi obstetri.

Penyebab lainnya adalah sebagai berikut : Inkompetensi serviks (leher rahim)


inkompetensi serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot
leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga
sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan
desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks dengan suatu kelainan
anatomi yang nyata, disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri
atau merupakan suatu kelainan congental pada serviks yang memungkinkan
terjadinya dilatasi yang berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam
masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ke tiga yang diikuti
dengan penonjolan dan robekan selaput janin dan keluarnya hasil konsepsi.
Manuaba. (2002).

Peninggian tekanan intra uterin, penekanan intra uterin yang meninggi atau
meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini. Misalnya : Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
amniosintesis. Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua
janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli dapat terjadi distensi uterus

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
18 
 

berlebihan, sehingga menimbulkan adanya ketegangan rahim secara


berlebihan. Hal ini terjad karena jumlah yang berlebihan, isi rahim yang lebih
besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan dibagian bawah
tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan
mudah pecah. Saifudin. (2002).

Makrosomia adalah berat badan neonatus > 4000 gram kehamilan dengan
makrosomia menimbulkan dstensi uterus yang meningkat atau over distensi
yang menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan
selaput ketuban, menyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis dan
kekuatan membrane menjadi berkurang , menimbulkan selaput ketuban
mudah pecah. Winkjosastro. (2006).

Hidramnion adalah jumlah cairan amnion > 2000 ml. Uterus dapat
mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis
adalah peningkatan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur.
Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan
mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja. Kelainan letak
janin dan rahim : letak sungsang , letak lintang. Kemungkinan kesempitan
panggul: bagian terendah belum masuk PAP (sepalo pelvic disproporsi).
Korioaminonitis : adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebakan oleh
penyebaran organsme vagina ke atas. Dua faktor predisposisi terpenting
adalah pecahnya selaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah


mikroorganisme yang menyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang
terjadi menyebabkan terjadinya biomekanik pada selaput ketuban dalam
bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah. Faktor keturunan
(ion Cu rendah, kelainan genetik). Riwayat KPD sebelumnya. Kelainan atau
kerusakan selaput ketuban. Serviks (leher rahim) yang pendek (< 25 mm)
pada usia kehamilan 23 minggu.

Menurut Manuaba. (2006) penyebab ketuban pecah dini diantaranya : serviks


inkompeten, overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan ganda), faktor

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
19 
 

keturunan (ion Cu rendah, vitamin C rendah dan kelainan genetik). Pengaruh


dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genetalia, meningkatnya enzim
proteolitik). Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi
disebut fase laten, makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan
infeksi, makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa
menimbulkan morbiditas janin, komplikasi ketuban pecah dini makin
meningkat.

2.6 Tanda dan Gejala Ketuban Pecah Dini


Tanda yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina.
Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin
cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris
warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus
diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila Anda duduk atau berdiri, kepala janin
yang sudah terletak dibawah, biasanya “mengganjal” atau “menyumbat”
kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut,
denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang
terjadi.

2.7 Manifestasi Klinik


Manifestasi klinik menurut Mansjoer. (1999) antara lain : keluar air ketuban
berwarna putih keruh, jernih, kuning, hijau atau kecoklatan, sedkit-sedikit atau
sekaligus banyak, dapat disertai demam jika sudah ada infeksi, janin mudah
diraba, pada periksa dalam selaput ketuban tidak ada, air ketuban sudah
kering, Inspekulo tampak air ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada
dan air ketuban sudah kering.

2.8 Patofisiologi Ketuban Pecah Dini


Mekanisme terjadinya ketuban pecah dini dapat berlangsung sebagai berikut :
Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kuranya jaringan ikat dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dan mengeluarkan air ketuban. Kolagen terdapat pada
lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retiluler korion dan trofoblas.

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
20 
 

Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan
inhibisi interlukin -1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi ,
terjadi peningkaan aktivitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase
jaringan , sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion /
amnion , menyebakan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan.

Patofisiologi pada intrapartum : acending infection, pecahnya ketuban


menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia
luar. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau
dengan penjalaran melalui infeksi melalui dinding uterus, selaput janin,
kemudian ke ruang intraamnion. Atau juga jika ibu mengalam infeksi
sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal).
Tindakan iatrogenik traumatik atau hygine buruk, misalnya pemeriksaan
dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan Laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau
dan pH nya. Cairan vagina yang keluar ini kecuali air ketuban mungkin
urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5 , denga kertas
nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning. Tes lakumus (tes nitrazin) ,
jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukan adanya air
ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5 , darah dan infeksi vagina dapat
menghasilakan tes postif yang palsu. Mikroskopis (tes pakis), dengan
meneteskan air ketubanpada gelas objek dan dibiarkan kering.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukan gambaran daun pakis
.
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidramnion.

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
21 
 

Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,


namun pada umumnya KPD sudah bisa terdagnosis dengan anamnesa dan
pemeriksaan sederhana.

2.10 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Kasus KPD yang cukup bulan, kalau segera mengakhiri kehamilan akan
menaikan insidensi bedah caesarea, dan kalau menunggu persalinan
spontan akan menaikan insidensi chorioamniontis. Kasus KPD yang
kurang bulan kalua menumpuh cara-cara aktiv harus dipastikan bahwa
tidak akan terjadi RDS, dan kalua menempuh cara konservatif dengan
maksud untuk memberi waktu pematangan paru, harus bisa memantau
keadaan janin dan infeksi yang akan memperjelek prognosis janin.

Penatalaksanaan KPD tergantung pada umur kehamilan. Kalau umur


kehamilan tidak diketahui secara pasti segera dilakukan pemeriksaan
ultrasonografi (USG) untuk mengetahui umur kehamlan dan letak janin.
Resiko yang lebih sering pada KPD dengan janin kurang bulan adalah
RDS dibandingkan dengan sepsis. Oleh karena itu pada kehamilan kurang
bulan perlu evaluasi hati-hati untuk menentukan waktu yang optimal untuk
persalinan. Pada umur kehamilan 34 minggu atau lebih biasanya paru-paru
sudah matang, chorioamnionitis yang diikiti dengan sepsis pada janin
merupakan sebab utama tingginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada
kehamilan cukup bulan, infeksi janin langsung berhubungan lama
pecahnya selaput ketuban aau lamanya periode laten.

Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm ( > 37 Minggu). Beberapa


penelitan menyebutkan lma periode laten dan durasi KPD keduanya
mempunyai hubungan yang bermakna dengan peningkatan kejadian
infeksi dan komplikasi lain dari KPD. Jarak antara pecahnya ketuban dan
permulaan dari persalinan disebut periode laten = L.P = “lag” period.
Makin muda umur kehamilan makin memanjang L.P nya. Pada

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
22 
 

hakekatnya kulit ketuban yang pecah akan menginduksi persalinan dengan


sendirinya. Sekitar 70-80 % kehamilan genap bulan akan melahirkan
dalam waktu 24 jam setelah kulit ketuban pecah bila dalam 24 jam setelah
kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan
induksi persalinan, dan bila gagal dilakukan bedah sectio caesar.

Pemberian antibiotik profilaksis dapat menurunkan infeksi pada ibu.


Walapun antibiotik tidak berfaedah terhadap janin dalam uterus namun
pencegahan terhadap chorioamnionitis lebih penting dari pada
pengobatannya sehingga pemberian antibiotik profilaksis perlu dlakukan.
Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis
KPD ditegakan dengan pertimbangan : tujuan profilaksis, lebih dari 6 jam
kemungkinan infeksi mungkin telah terjadi , proses persalinan umumnya
berlangsung lebih dari 6 jam. Beberapa penulis menyarankan berperan
aktif, (induksi persalinan) segera dberikan atau ditunggu 6-8 jam dengan
alasan penderita akan menjadi inpartu dengan sendirinya. Dengan
mempersingkat periode laten, durasi KPD dapat diperpendek sehngga
resiko infeksi dan trauma obstetrik karena partus tindakan dapat dikurangi.

Pelaksanaan induksi persalinan perlu pengawasan yang sangat ketat


terhadap keadaan janin, ibu dan jalannnya proses persalinan berhubungan
dengan komplikasinya. Pengawasan yang kurang baik dapat menimbulkan
komplikasi yang fatal bagi bayi dan ibunya (his terlalu kuat) atau proses
persalinan menjadi semakin kepanjangan (his kurang kuat). Induksi
dilakukan dngan memperhatikan bishop score jika > 5 induksi dapat
dilakukan, sebaliknya < 5 dilakukan pematangan serviks, jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan sectio cesarean.

Penatalaksanaan KPD pada kehamilan preterem ( < 37 Minggu). Pada


kasus-kasus KPD dengan umur kehamilan yang kurang bulan tidak
dijumpai tanda-tanda infeksi pengelolaannya bersifat konservatif disertai
pemberian antibiotik yang adekuat sebgai profilaksi penderita perlu

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
23 
 

dirawat di rumah sakit, ditidurkan didalam posisi trendelenberg, tidak


perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya infeksi dan
kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu, obat-obatan
ultranelaksen atau tocolitic agar diberikan juga tujuan menunda proses
persalinan.

Tujuan dari pengelolaan konservatifdengan pemberian kortikosteroid pada


penderita KPD kehamilankurang bulan adalah agar tercapainya
pematangan paru, jika selama menunggu atau melakukan pengelolaan
konservatif muncul tanda-tanda infeksi, maka segera dilakukan induksi
persalinan tanpa memandang umur kehamilan. Induksi persalinan sebagai
usaha agar persalinan mulai berlangsung dengan jelas merangsang
timbulnya his ternyata dapat menimbulkan komplikasi-komplikasi yang
tidak ringan.

Komplikasi-komplikasi yag dapat terjadi gawat janin sampai mati, tetani


uteri, ruptura uteri, emboli air ketuban, dan juga mungkin terjadi
intoksikasi. Kegagalan dari induksi persalinan biasanya diselesaikan
dengan tindakan bedah cesarean hendaknya. Seperti halnya pada
pengelolaan KPD yang cukup bulan, tindakan bedah cesarean hendaknya
dikerjakan bukan semata-mata karena infeksi intrauterin tetapi seyogyanya
ada indikasi obstetrik yang lain, misalnya kelainan letak, gawat janin,
partus tak maju, dll.

Selain komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi akibat tindakan aktif.


Ternyata pengelolaan konservatif juga dapat menyebabkna komplikasi
yang berbahaya, maka perlu dilakukan pengawasan yang ketat, sehingga
dikatakan pengolahan konservatif adalah menunggu dengan kewaspadaan
terhadap kemungkinan infeksi intaruterin. Sikap konservatif meliputi
pemeriksaan lekosit darah tepi setiap hari, pemeriksaan tanda-tanda vital
terutama temperatur setiap 4 jam, pengawasan denyut jantung janin,
pemberian antibiotik mulai saat diagnosis ditegakkan dan selanjutnya

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
24 
 

setiap 6 jam. Pemberian kortikosteroid antenatal pada preterem KPD telah


dilaporkan secara pasti dapat menurunkan kejadian RDS. (8) The National
Institutes of Health (NIH) telah merekomondasikan penggunaan
kortikosteroid pada preterem KPD pada kehamilan 30-32 minggu yang
tidak ada infeksi intraamnion. Sediaan terdiri atas betametason 2 dosis
masing-masing 12 mg i.m tiap 24 jam atau dexsametason 4 dosisi masing-
masing 6 mg tiap 12 jam.

Menurut Clinical Guidelines. (2012), manajemen KPD dipengaruhi oleh


usia gestasi, adanya infeksi, tenaga kerja, dan munculnya gejala
mencurigakan pada fetal.

Pengkajian dan perawatan antenatal maternal


Observasi: 1) Setelah pendaftaran, lakukan pengkajian dasar pada suhu,
nadi, tekanan darah, aktivitas uterus, vaginal discharge, dan urinalisis, 2)
Observasi selanjutnya: ke satu, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal
discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, kedua , 2 kali sehari: DJJ,
ketiga, setiap hari: tekanan darah dan kaji aktivitas usus. Tes patologi:
Pada saat pendaftaran sudah diduga KPD: 1) Kumpulkan full blood
picture (FBP), 2) C-reactive protein jika diindikasikan, 3) Urine tengah, 4)
Low vaginal swab dan/atau endoservical swab.

Edukasi maternal: Ajari ibu tentang personal hygiene termasuk mengganti


pembalut setiap 4 jam atau sebanyak yang dibutuhkan. dan tidak
dianjurkan menggunakan tampon, anjurkan latihan kaki sesering mungkin
dan ajarkan ibu menggunakan graduated compressions hingga mobilitas
kembali normal. Elastic compression stockings digunakan untuk mencegah
deep vein thrombosis, jadwalkan dengan dokter anak saat usia gestasi <32
minggu atau selama kehamilan jika ada komplikasi. Diskusikan
manajemen anak premature, seperti metode memberi makan, NICU, faktor
risiko, dan hasil yang dicapai. Jadwalkan ibu dan kelurga tentang NICU,
informasikan ibu tentang sumber pelayanan informasi kesehatan atau tanya
ke perawat/bidan, hindari ibu melakukan hubungan seksual jika KPD.

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
25 
 

Manajemen KPD
Setelah dikonfirmasi bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini, usia
gestasi harus dipastikan terlebih dahulu. Kemudian, ibu diberikan hidrasi
dan antibiotic, serta janin selalu dimonitor. Sekitar 96.5% janin dengan
usia gestasi 32 minggu atau lebih memiliki kematangan paru-paru dan
lebih dapat bertahan hidup. Jika dalam 72 jam tidak ada tanda-tanda akan
melahirkan, maka ibu harus diberi induksi melahirkan. Hanya sedikit KPD
premature mencapai kematangan paru dan dapat bertahan hidup. Uterus
adalah inkubator yang terbaik bagi janin. Dengan cara memonitor tanda-
tanda komplikasi pada janin, yang berhubungan dengan sepsis, penurunan
volume cairan amnion, dan distres janin, proses kelahiran dapat ditunda
hingga janin mencapai kematangan paru.

Pasien dengan KPD yang mengalami penundaan kelahiran tidak hanya


memerlukan pelvic rest (tidak ada pemeriksaan vaginal, tidak hubungan
seksual), tetapi juga perlu pemeriksaan suhu dan nadi 4x/hari, jumlah
pergerakan janin setiap hari, dan jumlah sel darah putih serta nonstress
tests 2x/minggu., serta pemeriksaan speculum steril. Antibiotic yang
diberikan dapat memperpanjang kehamilan dan meningkatkan hasil yang
maksimal bagi ibu dan janin. Korticoid bermanfaat untuk KPD. Profilaksis
surfaktan dapat meningkatkan hasil yang maksimal pada janin premature.
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Manajemen terapi pada ketuban Pecah Dini: Konservatif : rawat rumah
sakit dengan tirah baring, tidak ada tanda-tanda infeksi dan gawat janin,
umur kehamilan kurang 37 minggu, antibiotik profilaksis dengan
amoksisilin 3 x 500 mg selama 5 hari, memberikan tokolitik bila ada
kontraksi uterus dan memberikan kortikosteroid untuk mematangkan
fungsi paru janin, jangan memeriksakan pemeriksaan dalam vagina
kecuali ada tanda-tanda gawat janin, melakukan terminasi kehamilan bila
ada tanda-tanda infeksi atau gawat janin, bila dalam 3 x 24 jam tidak ada
pelepasan air dan tidak ada kontraksi uterus maka lakukan mobilisasi

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
26 
 

bertahap. Apabila pelepasan air berlangsung terus, lakukan terminasi


kehamilan.
Aktif, bila didapatkan infeksi berat maka berikan antibiotik dosis tinggi.
Bila ditemukan tanda-tanda inpartu, infeksi dan gawat janin maka lakukan
terminasi kehamilan, induksi atau akselerasi persalinan, lakukan sectio
cesarean bila induksi atau akselerasi persalinan mengalami kegagalan,
lakukan sectio histrektomi bila terdapat tanda-tanda infeksi uterus berat
ditemukan. Hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi pecah ketuban.

Yang harus segera dilakukan : pakai pembalut tiap keluar banyak atau
handuk yang bersih, tenangkan diri jangan bergerak terlalu banyak pada
saat ini. Ambil nafas dan tenangkan diri. Yang tidak boleh dilakukan :
tidak boleh berendam dalam bath tub, karena bayi ada resiko terinfeksi
kuman, jangan bergerak mondar-mandir atau berlari kesana kemari, karena
air ketuban akan terasa keluar. Berbaringlah dengan pinggang diganjal
supaya lebih tinggi.

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
 
 

BAB 3

ANALISIS KASUS

3.1 Pengkajian Pre Operasi SC

Klien yang dikelola adalah Ny. D , berusia 33 tahun, pendidikan sekolah


dasar (SD), masuk rumah sakit tanggal 12 Mei 2014, masuk dengan diagnosa
G3P2A0 hamil 38 minggu dengan ketuban pecah dini 24 jam , HPHT tanggal
15-08-2013 dan riwayat perdarahan pasca diurut perutnya. Keluhan utama
masuk keluar air-air dari jam 12. 00 wib. Sejak usia kehamilan 34 minggu
keluar darah pervaginam setelah diurut perutnya , lalu di rawat karena
perdarahannya itu , klien mengatakan setelah diurut perutnya malamnya
keluar darah. Klien di rawat di rumah sakit Budi Asih 4 hari kemudian
perdarahan lagi dirujuk ke RSCM dan di RSCM dirawat 3 hari. Saat klien
dirawat sudah dilakukan pematangan paru pada janin. Klien tidak mengaku
kepada dokter bahwa dirinya pernah diurut perutnya sehingga terjadi
perdarahan. Diagnosa medis selama klien dirawat karena perdarahannya
dengan palsenta previa totalis tetapi hasil USG fetomaternal di RSCM tidak
ada plasenta previa. Pada tanggal 12 Mei 2014 klien mengeluh keluar air-air
dari kemaluannya yang terus menerus sehingga klien periksa ke poli
kebidanan RSCM.

Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 12 Mei 2014 didapatkan data
kesadaran compos mentis , berat badan saat kaji 65 Kg, tinggi badan 150 cm,
suhu 37 ◦ C, pernapasan 16 x/ menit, nadi 88 x/menit, dan tekanan darah
120/80 mmHg. ANC selama kehamilan 5 kali pemeriksaan. Berdasarkan
hasil pemeriksaan fisik head to toe diperoleh hasil bahwa kulit kepala bersih,
distribusi rambut merata, rambut hitam tipis panjang, konjungtiva tak anemis,
warna pink, sklera tak ikterik, membran mukosa merah, bentuk dada simetris,
bunyi napas vesikuler,bunyi jantung S1 dan S2 normal, CRT < 2 detik,
payudara membesar, puting menonjol, abdomen membuncit, tampak striae ,
tampak linea nigra, TFU 37 cm, kontraksi tidak ada, bising usus ada, ± 5 – 8
x/menit, Leoplod I TFU 37 cm, Leoplod II kanan teraba bagian kecil,
Leopold III teraba kepala di bagian bawah , sudah masuk PAP, Leopold IV

27 
Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
28 
 

bagian yang masuk PAP sudah 4/5. Denyut jantung janin 140 x/ menit.
Genetalia vagina tidak ada varises, flour albus positif, warna agak
kekuningan, bau tidak ada, konsistensi encer. Ekstremitas bawah tidak ada
varises, edema tidak ada. Klien mengeluh saat masuk rumah sakit keluar air-
air pervaginam sejak tanggal 11 Mei 2014 jam 12.00 wib.

Hasil USG Fetomaternal di RSCM tanggal 2 April 2014 didapatkan hasil :


hamil 36 minggu dengan pertumbuhan dan aktifitas janin normal, plasenta
letak normal. Tidak tampak tanda hipoperfusi. Indeks cairan amnion (ICA) :
13 cm. Hasil laboraturium tanggal 13 Mei 2014 Hb : 11,2 g/dl, Ht: 33,5 ,
Leukosit : 12,3 1000/UL , Trombosit : 360 1000/UL, MCV/VER ; 80,1 fL,
MCH/HER : 26,8 pg, MCHC/KHER : 33,4 g/dl. Therapi saat klien dikamar
bersalin ampicilin sulbactan 4x1,5 mg IV dan misoprostol 4x25 mg per
vaginam. Klien dilakukan pemantauan CTG pada janin. Hasil USG ulang di
kamar bersalin ICA 6,94 cm.

Analisa Data
Data subjektif ; klien mengatakan khawatir dengan persalinannya ini , klien
mengatakan khawatir dengan kondisi kesejahteraan janinnya. Data objektif ;
wajah ibu tampak tegang, klien selalu bertanya tentang proses persalinannya,
TD 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan 16x/menit, suhu 36,5 derajat
celcius. Klien tampak memegangi perutnya, klien dianjurkan bedrest. Diagnosa
yang didapatkan ansietas. Data subjektif ; klien mengatakan air ketubannya
masih keluar sedikit sedikit. Data objektif ; tampak rembesan air ketuban saat
inspeksi pervaginam, cairan berwarnah jernih, tidak berbau, klien
menggunakan under pat. Suhu tubuh klien 36,5 derajat celcius, Leukosit : 12,3
1000/U, DJJ 143 x/mnt. Diagnosa yang dapat ditegakan resiko infeksi

3.2 Pengkajian Post Operasi SC


Ny. D tanggal 14-05-2014 jam 03.45-04.45 wib dilakukan SC a/i KPD 24
jam , oligohidramnion. Jenis kelamin bayi laki-laki, BBL 2600 gr, PB 46 cm,
A/S 9/10, LP 26 cm, LK 20 cm setelah operasi SC ibu dilakukan pemasangan

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
29 
 

kontrasepsi IUD jenis coppert T. Riwayat menyusui pada anak ke satu dan
kedua selama 6 bulan. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu didapatkan
anak pertama lahir tahun 1999 jenis kelamin perempuan BBL 2900 gr sehat ,
anak kedua lahir tahun 2007 jenis kelamin laki-laki BBL 3100 gr sehat. Status
obstetrik P2 A0, keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, TD 120/70
mmHg, nadi 86 x/ menit, pernapasan 16 x/ menit, suhu 36,8 derajat celcius.
Therapi pycin 4x 1,5 gr, metronidazole 3x500 mg, pronalges sup 3x1.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik head to toe diperoleh hasil bahwa kulit
kepala bersih, distribusi rambut merata, rambut hitam tipis panjang,
konjungtiva tak anemis, warna pink, sklera tak ikterik, membran mukosa
merah, bentuk dada simetris, bunyi napas vesikuler, bunyi jantung S1 dan S2
normal, CRT < 2 detik, payudara membesar, puting menonjol, ASI keluar
sedikit. Abdomen tampak luka operasi, tampak rembesan darah pada verban,
kontraksi uterus keras, posisi tengah, 2 jari bawah pusat, diastasis rektus
abdminis 2 jari, kandung kemih kosong . Lochia rubra positif 40 cc, varises
tidak ada, hemoroid tidak ada. Ekstremitas tidak ada edema, tanda Homans
tidak ada.

Eliminasi kebiasaan BAK 5-7 x/hari, BAK saat ini masih menggunakan
kateter (DC), kebiasaan BAB 1x/ hari, BAB saat ini belum, konstipasi tidak
ada. Isirahat dan kenyamanan untuk kebiasaan tidur lama 8 jam pola tidur saat
ini baik. Mobilisasi dan latihan tingkat mobilisasi miring kanan dan kiri di
tempat tidur, latihan/senam tidak dilakukann. Nutrisi dan cairan asupan nutrisi
klien 3x/ hari nafsu makan baik, asupan cairan 8-10 gelas/ hari cukup.
Keadaan mental adaptasi psikologis baik, penerimaaan terhadap bayi baik
suami sangat mengharapkan kelahiran anak ini karena dari pernikahan
sebelumnya suami klien belum mempunyai keturunan.

Analisa Data
Data subjektif ; klien mengatakan nyeri dan sakit pada luka operasinya, klien
mengatakan setelah dipijat oleh dokter secara tiba-tiba klien menangis

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
30 
 

kesakitan dan marah . Data objektif ; klien tampak meringis kesakitan, wajah
klien tampak tegang, klien tampak menangis, VAS 5. TD 110/70 mmHg, nadi
80 x/mnt, pernapasan 16x/mnt. Diagnosa yang dapat ditegakan yaitu nyeri
akut. Data subjektif ; klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui
dengan posisi yang benar, klien mengatakan kedua anaknya dirawat oleh
ibunya. Klien mengatakan anak pertamanya hanya 3 bulan menyusu dan anak
keduanya 6 bulan. Data objektif ; bayi tampak tidak puas setelah menyusu,
perlekatan bayi saat menyusu tidak benar, bayi tampak rewel menangis.
Diagnosa yang dapat ditegakan yaitu ketidakefektifan pemberian ASI.

3.3 Masalah Keperawatan

Data-data yang dihasilkan dari pengkajian Ny. D dikelompokan dalam analisa


data. Hasil analisa data menunjukan adanya beberapa masalah pada kasus Ny.
D yaitu ansietas pada saat pre operasi SC dan resiko infeksi, diagnosa setelah
post operasi SC yaitu nyeri akut dan ketidakefektifan pemberian ASI.
Adapun masalah keperawatan berdasarkan prioritas masalah adalah ansietas,
nyeri, resiko infeksi dan ketidakefektifan pemberian ASI.

3.4 Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau intervensi untuk


mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan. Berdasarkan prioritas
masalah keperawatan maka rencana keperawatan yang disusun adalah
sebagai berikut :

3.5 Diagnosa Pre Operasi SC

Diagnosis 1 : Ansietas. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


ansietas berkurang atau hilang dengan kriteria hasil, Klien akan : Menunjukan
aktivitas yang dibutuhkan meskipun ada kecemasan, menunjukan
kemampuan untuk berfokus pada diri, tidak menunjukan pengtahuan dan
keterampilan yang baru, mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator
ansietas pasien sendiri, tidak menunjukan perilaku agresif,
mengkomunikasikan kebutuhan dan perasaan negatif secara tepat.

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
31 
 

Intervensi Keperawatan : Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien


setiap, selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum
dimiliki, untuk mengurangi ansietas di masa lalu sediakan informasi faktual
menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis, ajarkan dan instruksikan
pasien untuk penggunaan teknik relaksasi, jelaskan prosedur yang dilakukan
terhadap pasien, termasuk sensasi yang biasanya dirasakan selama prosedur,
berikan dorongan kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
untuk mengeksternalisasikan ansietas, yakinkan pasien kembali dengan
menyentuh, saling memberi empatik secara verbal dan nonverbal.

Implementasi : mengkaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien


setiap, selidiki dengan pasien tentang teknik yang telah dimiliki, dan belum
dimiliki, untuk mengurangi ansietas di masa lalu sediakan informasi faktual
menyangkut diagnosis, perawatan dan prognosis, mengajarkan dan meng
instruksikan pasien untuk penggunaan teknik relaksasi, menjelaskan
prosedur yang dilakukan terhadap pasien, termasuk sensasi yang biasanya
dirasakan selama prosedur, memberikan dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas,
meyakinkan pasien kembali dengan menyentuh, saling memberi empatik
secara verbal dan nonverbal.

Evaluasi : Hari Selasa Tgl 13 Mei 2014

S: klien mengatakan khawatir dengan kesejahteraan janinnya, klien bertanya


kondisi kehamilannya. O: klien tampak tegang wajahnya, klien mampu
melakukan teknik relaksasi tarik napas dalam yang telah diajarkan ,TD:
120/80 mmHg, N: 88 x/mnt, P: 16x/mnt, suhu: 36,5 derajat celcius, klien
mengatakan air ketubannya masih keluar, klien terpasang vemflon, klien
dianjurkan bedrest. A: Ansietas berhubungan dengan proses persalinan. P:
kaji tingkat cemas klien, evaluasi teknik relaksasi yang telah diajarkan pada
klien, beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya, beri
penjelasan tentang prosedur yg diberikan pada klien seperti pemantauan janin
melalui CTG dan dilakukannya pematangan serviks.

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
32 
 

Diagnosis 2 : Resiko infeksi. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan


keperawatan 2x 24 jam tanda-tanda infeksi tidak ada dengan kriteria hasil :
leukosit normal dibawah (10.000), suhu normal 36-37 derajat celcius, tidak
ada kemerahan, tidak ada bengkak, tidak ada perubahan fungsi

Intervensi : observasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal
discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat
sampai ketuban berhenti mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam,
pantau DJJ , kolaburasi dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya
tanda-tanda infeksi, kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya
ketuban.

Implementasi :mengobservasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi,


vaginal discharge, aktivitas uterus, dan aktivitas janin, memotivasi klien
untuk dirawat sampai ketuban berhenti mengalir, memberikan perawatan
perineal setiap 4 jam, memantau DJJ , berkolaburasi dan memantau adanya
peningkatan leukosit dan adanya tanda-tanda infeksi, berkolaburasi
pemberian antibiotik, mencatat waktu pecahnya ketuban.

Evaluasi Hari Selasa Tanggal 13 Mei 2014, Jam 10.00 wib

S: klien mengatakan dari vaginanya masih keluar air-air. O: inspeksi pada


vagina tampak keluar rembesan air ketuban, klien bedrest, DJJ 140x/mnt,
TD: 120/80 x/mnt, N:88x/mnt, S: 36,5 derajat celcius, klien mendapatkan
ampicilin sulbaktan 4x1,5 gr. A: Resiko infeksi teratasi sebagian. P:
observasi TTV klien setiap 4 jam, pantau pengeluaran air ketuban
pervaginam,warna dan baunya, pantau DJJ, kolaburasi dalam pemberian
antibiotik.

Diagnosis Post Operasi

Diagnosis 3 : Nyeri Akut. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


3x 24 jam nyeri akut berkurang atau hilang dengan kriteria hasil ; Klien akan
: Menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan, mempertahankan tingkat nyeri pada skala 1 atau kurang ( skala

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
33 
 

1-10 ), mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk


mencegah nyeri, menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan analgesik
ataupun non analgesik secara tepat.

Intervensi keperawatan : Kaji nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya
dengan menggunakan skala nyeri 0-10, ajarkan teknik mengurangi rasa nyeri
dengan nonfarmakologi seperti : hipnosis, relaksasi, terapi musik, distraksi,
terapi bermain, terapi aktivitas kompres hangat atau dingin serta masase,
berikan posisi yang nyaman menurut klien, kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian terapi analgetik jika dengan non farmakologi tidak berhasil.

Implementasi : mengkaji nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas, intensitas atau keparahan nyeri dan faktor presipitasinya
dengan menggunakan skala nyeri 0-10, mengajarkan teknik mengurangi rasa
nyeri dengan nonfarmakologi seperti : hipnosis, relaksasi, terapi musik,
distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas kompres hangat atau dingin serta
masase, memberikan posisi yang nyaman menurut klien, berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi analgetik jika dengan non farmakologi
tidak berhasil.

Evaluasi: Hari Rabu Tgl 14 Mei 2014, Jam 11.00 wib

S: klien mengatakan nyeri di daerah luka operasi VAS 4. O: klien tampak


meringis kesakitan, klien tampak berhati-hati saat akan menggerakan
badannya untuk miring kanan/kiri, tampak luka operasi SC, klien terpasang
DC, IV line terpasang asering 20 tpm, therapi pronalges sup. A: nyeri akut. P:
Observasi TTV, kaji tingkat nyeri, motivasi utk lakukan teknik relaksasi tarik
napas dalam, ajarkan teknik valsava manuver, anjurkan mobilisasi bertahap.

Catatan Perkembangan Hari Kamis Tgl 15 Mei 2014 , Jam 10.00 wib

DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi SC VAS 2, klien mengatakan
saat berubah posisi atau mobilisasi sudah mulai berkurang nyerinya, klien
mengatakan sat menyusui perutnya terasa mules. DO: klien tampak sudah

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
34 
 

mulai mobilisasi, klien masih tampak meringis saat bergerak, klien tampak
memegangi perutnya saat bergerak. Diagnosa : Nyeri akut. Implementasi :
mengkaji tingkat nyeri klien, evaluasi redemonstrasi teknik relaksasi untuk
mengurangi nyeri, motivasi klien untuk mobilisasi, memberi penjelasan
proses involusi uteri saat menyusui, kolaburasi pemeberian therapi analgesik.

S: klien mengatakan nyeri mulai berkurang VAS 1, klien mengatakan baru


mengetahui mules proses involusi yang dialaminya. O: klien mampu
melakukan teknik relaksasi, wajah klien tampak mulai rileks, klien kooperatif
saat di berikan asuhan keperawatan, klien tampak mobilisasi menyusui
bayinya. A: Nyeri akut mulai teratasi. P: observasi TTV, kaji tingkat nyeri
klien, motivasi klien untuk melakukan teknik relaksasi, motivasi klien untuk
mobilisasi.

Catatan Perkembangan Hari Jumat Tgl 16 Mei 2014, Jam 10.00 wib

DS: klien mengatakan nyeri pada luka operasi sudah tidak nyeri tapi tinggal
ngilu-ngilu sedikit VAS 1. DO: wajah klien tampak rileks, mobilisasi klien
tampak aktif, luka klien tidak ada rembesan. Implementasi :evaluasi
redemonstrasi teknik relaksasi, motivasi klien untuk mobilisasi.

S: klien mengatakan nyeri sudah berkurang VAS 1. O: klien mampu


mengatasi nyeri dengan teknik napas dalam, wajah klien tampak rileks,
mobilisasi klien aktif, luka operasi tidak ada tanda infeksi. A: nyeri akut
teratasi. P: ajarkan pada klien perawatan luka operasi selama dirumah,
ajarkan untuk mengenal adanya tanda-tanda infeksi pada luka operasi.

Diagnosis 4 : Ketidakeefektifan pemberian ASI , Tujuan : Setelah dilakukan


tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan ibu dan bayi akan mengalami
pemberian ASI yang efektif. Kriteria Hasil : Bayi akan menunjukkan
kemantapan menyusu seperti : (Sikap dan penempelan sesuai, minimal
menyusu 8 kali sehari, kepuasan bayi setelah menyusu), ibu akan :
Mempertahankan menyusui yang efektif selama diinginkannya, mengenali
isyarat lapar dari bayi dengan segera, mengindikasikan kepuasan terhadap
menyusui, mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI.

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
35 
 

Intervensi keperawatan : Kaji kemampuan bayi untuk menempel dan


menghisap secara efektif, kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui,
kaji keterampilan ibu dalam menempelkan bayi pada puting, kaji integritas
kulit puting ibu, ajurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman pada saat
menyusui, ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik menyusui yang
baik dan benar, ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik pemompaan
payudara untuk mempertahankan suplai ASI selama penundaan, edukasi ibu
tentang kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, ajarkan
dan demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care), libatkan
keluarga sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus
menyusui. NANDA Internasional. (2010).

Implementasi : mengkaji kemampuan bayi untuk menempel dan menghisap


secara efektif, mengkaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui,
mengkaji keterampilan ibu dalam menempelkan mulut bayi pada puting,
mengkaji integritas kulit puting ibu, mengajurkan ibu untuk mengatur posisi
yang nyaman pada saat menyusui, mengajarkan dan demonstrasikan ibu
tentang teknik menyusui yang baik dan benar, mengajarkan dan
demonstrasikan ibu tentang teknik pemompaan payudara untuk
mempertahankan suplai ASI selama penundaan,mengedukasi ibu tentang
kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, mengajarkan
dan demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care), melibatkan
keluarga sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus
menyusui.

Evaluasi Hari Rabu 14 Mei 2014, Jam 11.30 wib

S: klien mengatakan ASI nya baru keluar sedikit, klien mengatakan tidak
menerti bagaimana posisi menyusui yang benar. Klien mengatakan saat anak
yang pertama hanya 3 bulan menyusui dan anak ke dua 6 bulan. O: klien
tampak kaku saat memposisikan bayi untuk menyusu, perlekatan bayi tidak
benar, bayi tampak tidak puas, rewel dan menangis, saat menyusu bayi
terdengar suara bunyi bukan suara menelan air. A: ketidakefektifan
pemberian ASI. P: berikan informasi tentang teknik menyusui yang benar,

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
36 
 

tingkatkan rasa percaya diri ibu bahwa bisa memberikan ASI pada bayinya,
ajarkan dan demonstrasikan posisi menyusui yang benar, ajarkan dan bantu
bayi saat perlekatan. Ajarkan ibu untuk cukup istirahat, makan dengan gizi
seimbang dan tidak cemas agar ASI nya berproduksi banyak.

Catatan Perkembangan Hari Kamis 15 Mei 2014, jam 10.30 wib

DS: klien mengatakan ASI nya sudah mulai keluar. DO: posisi klien saat
menyusui masih kurang tepat, perlekatan bayi belum benar, bayi tampak tidak
puas setelah menyusui , ibu menyusui hanya sebentar sehingga bayi hanya
tertidur sebentar dan menangis lagi. Diagnosa ketidakefektifan pemberian
ASI. implementasi: ajarkan dan demonstrasikan kembali posisi yang benar
saat menyusui, bantu klien saat menyusu dengan posisi yang yaman dan
benar, anjurkan pada klien untuk menyusui dengan kedua payudaranya,
ajarkan tanda-tanda bayi sudah puas menyusu.

Evaluasi: S: klien tampak antusias untuk menyusui bayinya. O: klien


kooperatif saat diajarkan, klien tampak memposisikan bayi dengan benar saat
menyusu, perlekatan bayi pada payudara tampak benar, bayi tampak tenang.
A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P: motivasi ibu untuk
menyusui, bantu dan instruksikan klien untuk menyusui dengan posisi yang
benar, anjurkan klien untuk makan dan minum yang cukup, evaluasi
pengetahuan ibu tentang tanda-tanda bayi sudah puas menyusui.

Catatan Perkembangan Hari Jumat Tgl 16 Mei 2014, Jam 10.30 wib

DS: klien mengatakan ASI nya sudah banyak, klien mengatakan belum
mengerti cara masase payudara, memerah payudara dan cara menyimpan
ASI. DO: klien tampak menyusui bayinya , bayi tampak puas setelah
menyusu, tampak payudara klien membesar. Implementasi evaluasi cara
menyusui, ajarkan cara menyimpan dan memerah payudara, ajarkan klien
massase payudara.

Evaluasi : S: klien senang diajarkan cara masase dan memeras ASI, klien
mengatakan terasa sakit saat dilakukan pemerahan payudaranya. O: ASI

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
37 
 

klien tampak banyak keluar didapatkan 50 cc setelah diperah, payudara klien


tampak mulai lunak, klien merasa nyaman setelah diperah payudaranya tidak
terlalu kencang. A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P:
evaluasi pada klien cara masase payudara dan cara memerah ASI, motivasi
ibu untuk menyusui dengan kedua payudaranya.

3.6 Kunjungan Rumah

Kunjungan rumah dilakukan hari Selasa tanggal 20 Mei 2014 jam 10.30 wib
dirumah kontrakan kediaman Ny. D di daerah Klender Jakarta Pusat.
Lingkungan klien tampak rumahnya sangat berdempetan dan padat. Klien
tinggal di sebuah kontrakan dua petak yang terdiri dari ruang tamu kecil dan
kamar tidur yang menyatu dengan tempat menyimpan makan dan cucian dan
kamar mandi kecil dibelakangnya tanpa ada nya sekat antara tempat tidur
dengan penyimpanan piring makan dan pakain dan barang yang kotor. Data
yang diperoleh saat kunjungan rumah, DS: klien mengatakan payudaranya
agak bengkak, klien mengatakan perban luka operasinya terbuka. DO:
payudara klien tampak sedikit bengkak, klien tampak sedang menyusui
bayinya, TD 120/70 mmHg, N 80 x/mnt, P 16x/mnt, S: 37 derajat celsius,
perban luka operasi tampak terbuka, tanda infeksi kemerahan tidak ada.
Diagnosa yang didapatkan dari data di atas ketidakefektifan pemberian ASI.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ibu dan bayi


akan mengalami pemberian ASI yang efektif. Kriteria Hasil : Bayi akan
menunjukkan kemantapan menyusu seperti : (Sikap dan penempelan sesuai,
minimal menyusu 8 kali sehari, kepuasan bayi setelah menyusu), ibu akan :
Mempertahankan menyusui yang efektif selama diinginkannya, mengenali
isyarat lapar dari bayi dengan segera, mengindikasikan kepuasan terhadap
menyusui, mengenali tanda-tanda penurunan suplai ASI.

Intervensi : Kaji kemampuan bayi untuk menempel dan menghisap secara


efektif, kaji keinginan dan motivasi ibu untuk menyusui, kaji keterampilan
ibu dalam menempelkan bayi pada puting, kaji integritas kulit puting ibu,
ajurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman pada saat menyusui, ajarkan

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
38 
 

dan demonstrasikan ibu tentang teknik menyusui yang baik dan benar,
ajarkan dan demonstrasikan ibu tentang teknik pemompaan payudara untuk
mempertahankan suplai ASI selama penundaan, edukasi ibu tentang
kebutuhan istirahat, asupan nutrisi serta cairan yang adekuat, ajarkan dan
demontrasikan tentang perawatan payudara (Breast Care), libatkan keluarga
sebagai suport sistem ibu dalam memberikan dorongan untuk terus menyusui.

Implementasi : melakukan perawatan payudara (breast care) pada klien,


ajarkan klien untuk menyusui dengan kedua payudaranya, motivasi kembali
untuk memerah ASI nya bila sudah menyusui tetapi payudara masih terasa
penuh. Evaluasi S: klien mengatakan terasa nyaman setelah dilakukan masase
payudara, O: klien tampak mendemonstrasikan massase payudara, payudara
sudah lunak, klien mampu mengulang cara menyimpan ASI di lemari es. A:
ketidakefektifan pemberian ASI teratasi sebagian. P: motivasi klien untuk
menyusui dengan kedua payudaranya, evaluasi cara masase payudara yang
sudah diajarkan kepada pasien.

Catatan Perkembangan Hari Kamis Tgl 22 Mei 2014 jam 11.00 wib

DS: klien mengatakan payudaranya sudah tidak bengkak. DO: payudara klien
tampak tidak bengkak, klien mampu mengulang cara masase payudara yang
sudah diajarkan, klien mampu mengulang cara pemerahan dan penyimpanan
ASI dengan benar, bayi klien tampak tenang, klien menyusui dengan posisi
yang benar. A: ketidakefektifan pemberian ASI teratasi. P: motivasi klien
untuk istirahat cukup, makan dengan gizi seimbang, dan minum yang cukup
agara produksi ASI nya banyak.

      Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
 
 

BAB 4

ANALISIS SITUASI

Bab ini berisi tentang analisis situasi yang terkait dengan pelaksanaan asuhan
keperawatan pada Ny. D dengan G3P2A0 pre dan post sc atas indikasi KPD
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Analisis situasi yang dilakukan meliputi
tentang profil lahan praktek, analisis hasil pengkajian, masalah keperawatan,
intervensi, alternatif pemecahan masalah, dan evaluasi.

4.1 Profil Lahan Praktek


Rumah Sakit UPN Dr. Cipto Mangunkusumo merupakan salah satu rumah
sakit umum pemerintahan di Jakarta. RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
terletak di jalan Diponogoro RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Pusat. Salah satu pelayanan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo adalah
pelayanan ruang rawat inap kebidanan yang terdiri dari ruang kelas, kelas II,
dan kelas III. Ruangan kebidannan ini dibagi menjadi ruang rawat obstetri,
ruang ginekologi. Gedung A Lt II zona B ruang rawat kebidanan salah
satunya ada ruang rawat kebidanan obstetri atau post partum kelas III,
ruangan ini mempunyai 4 kamar dengan kapasitas 24 tempat tidur.

4.2 Analisa Masalah Keperawatan


Hasil pengkajian dari kasus yang telah digambarkan pada bab sebelumnya
menunjukan bahwa masalah keperawatan yang ada pada Ny. D pre dan post
Sc atas indikasi KPD adalah masalah ansietas, resiko infeksi , nyeri akut,
ketidakefektifan pemberian ASI . Masalah ansietas diangkat karena
berhubungan dengan psikologi ibu saat menghadapi persalinan dengan
adanya masalah KPD, resiko infeksi diangkat karena persalinan dengan
disertai KPD dapat beresiko terjadi infeksi terhadap ibu dan bayi. Sedangkan
masalah nyeri akut diangkat berhubungan dengan saat proses persalinan
dengan adanya kontraksi yang berlangsung dan post SC dengan adanya luka
operasi di daerah perut yaitu diatas simpisis dan kontraksi uterus untuk proses
involusi uterus. Masalah ketidakefektifan pemberian ASI diangkat karena

  39    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
40 
 

berhubungan dengan kurangnya informasi ibu mengenai manajemen laktasi


atau bagaimana pemberian ASI yang baik pada bayi.

Masalah ansietas yang diangkat pada kasus Ny. D disebakan dengan adanya
respon psikologis ibu saat menghadapi proses persalinan. Kekhawatiran
orang tua terhadap kesejahteraan bayi terlihat selama persalinan. Ny. D pada
saat persalinan juga mengkhawatirkan kesejahteraan janinnya, karena saat
klien melahirkan anak pertama dan kedua tidak mengalami hal seperti
sekarang yang dihadapi klien. Sumber stres bervariasi pada setiap individu,
tetapi nyeri dan tidak adanya pendukung merupakan dua faktor yang
mempengaruhi.

Menurut Muhoirotin. (2010) pendampingan suami sangat dibutuhkan ibu


pada proses persalinan karena dengan pendampingan suami yang maksimal
dapat menurunkan kecemasan. Kehadiran suami atau pasangan sangat
dianjurkan untuk mendampingi ibu selama persalinan karena pendekatan
langsung dapat mendorong komunikasi diantara pasangan sehingga dapat
mengatasi semua kekhawatiran.Pada kasus Ny. D dengan kondisi kehamilan
dengan adanya KPD sehingga ibu mendapatkan intervensi untuk tirah baring
selama proses percobaan induksi untuk pematangan servix.

Masalah nyeri diangkat pada kasus Ny. D pasca melahirkan dengan post SC
maka ibu akan mengalami nyeri. Tindakan operasi sectio caesarea
menyebabkan nyeri dan mengakibatkan terjadinya perubahan kontuinitas
jaringan karena adanya pembedahan. Pada proses operasi digunakan anastesi
agar pasien tidak nyeri saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan
pasien mulai sadar, akan nyeri didaerah sayatan yang membuat sangat
terganggu. Whalley, dkk. (2008).

Metode non farmakologi tersebut bukan merupakan pengganti untuk obat-


obatan, tindakan tersebut diperlukan untuk mempersingkat episode nyeri
yang berlangsung hanya beberapa detik atau menit. Dalam hal ini, terutama

    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
41 
 

saat nyeri hebat yang berlangsung selama berjam-jam atau berhari-hari,


mengkombinasikan metode non farmakologi dengan obat-obatan mungkin
cara yang paling efektif untuk mengontrol nyeri. Pengendalian nyeri non
farmakologi menjadi lebih murah, simpel, efektif, dan tanpa efek yang
merugikan. Potter. (2005).

Menurut hasil penelitian Ayudiyanningsih (2009) menyebutkan bahwa ada


pengaruh yang signifikan teknik relaksasi napas dalam terhadap penurunan
nyeri pada pasien pasca operasi fraktur.
Ketika seseorang melakukan relaksasi pernapasan untuk mengendalikan
nyeri, didalam tubuh tersebut meningkatkan komponen saraf parasimpatik
secara stimulan maka hormon adrenalin dan kortisol yang dapat
menyebabkan stresakan menurun sehingga meningkatkan konsentrasi serta
merasa tenang untuk mengatur napas sampai pernapasan kurang dari 60-70
x/menit . kemudian kadar PaCO2 akan meningkat dan menurunkan pH
sehingga akan meningkatkan kadar oksigen dalam darah Henderson. (2005).

Teori relaksasi pernapasan ini menjelaskan bahwa pada spinal cord , sel-sel
reseptor yang menerima stimulasi nyeri periferal dihambat oleh stimulasi dari
serabut-serabut saraf yang lain. Stimulasi yang menyenangkan dari luar juga
dapat merangsang sekresi endorfin , sehingga stimulasi nyeri yang dirasakan
oleh klien menjadi berkurang. Priharjo. (2003). Periode relaksasi pernapasan
yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan, ketegangan otot yang
terjadi akibat meningkat nyeri. Smeltzer dan Bare. (2003).

Menurut Bobak. (2005) masalah fisiologis selama beberapa hari pertama


dapat didominasi oleh nyeri akibat insisi dan nyeri dari gas di usus halus dan
kebutuhan untuk menghilangkan nyeri. Tindakan untuk mengupayakan
kenyamanan, mengubah posisi, mengganjal insisi dengan bantal, memberi
kompres panas pada abdomen, dan teknik relaksasi bisa juga digunakan.
Ambulasi dan upaya menghindari makanan yang menghasilkan gas dan
minuman berkarbonat bisa mengurangi nyeri yang disebabkan gas.

    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
42 
 

Masalah resiko infeksi diangkat pada kasus Ny. D disebabkan karena klien
dengan proses persalinan yang disertai KPD dapat terjadi infeksi, dimana
terjadi peningkatan leukosit 12,3 1000/U. Klien mendapatkan pemantauan
saat dikamar bersalin dengan pemberian antibiotik ampicilin sulbaktan 4x1,5
gr, setiap 4 jam dilakukan pemantauan tanda vital dan DJJ, pengeluaran air
ketuban dan klien mendapatkan terapi misoprostol 4x25 mg PV untuk induksi
persalinan sebagai penanganan persalinan dengan KPD.

Manajemen KPD menurut Clinical Guidelines. (2012) yaitu setelah


dikonfirmasi bahwa ibu mengalami ketuban pecah dini, usia gestasi harus
dipastikan terlebih dahulu. Kemudian, ibu diberikan hidrasi dan antibiotic,
serta janin selalu dimonitor. Sekitar 96.5% janin dengan usia gestasi 32
minggu atau lebih memiliki kematangan paru-paru dan lebih dapat bertahan
hidup. Jika dalam 72 jam tidak ada tanda-tanda akan melahirkan, maka ibu
harus diberi induksi melahirkan.

Pasien dengan KPD yang mengalami penundaan kelahiran tidak hanya


memerlukan pelvic rest (tidak ada pemeriksaan vaginal, tidak hubungan
seksual), tetapi juga perlu pemeriksaan suhu dan nadi 4x/hari, jumlah
pergerakan janin setiap hari, dan jumlah sel darah putih serta nonstress tests
2x/minggu., serta pemeriksaan speculum steril. Antibiotic yang diberikan
dapat memperpanjang kehamilan dan meningkatkan hasil yang maksimal
bagi ibu dan janin. Korticoid bermanfaat untuk KPD. Profilaksis surfaktan
dapat meningkatkan hasil yang maksimal pada janin premature.

Masalah ketidakefektifan pemberian ASI diangkat pada kasus Ny. D


disebabkan karena klien mengutarakan sudah lupa bagaimana cara menyusui
bayi, klien tampak kaku dan tidak mengetahui posisi yang benar saat bayi
akan menyusui. Klien mengatakan saat mempunyai anak ke satu dan kedua
selalu orang tuanya yang merawat dan mengurus bayinya. Klien saat dikaji
pengetahuan tentang proses laktasi tidak mengerti. Bayi tampak menangis

    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
43 
 

dan tidak puas setelah menyusui. Klien merasa kurang percaya diri saat
menyusui.

Menurut (Johnson & Wendy, 2005 dalam Pertiwi, 2012) faktor-faktor yang
berpengaruh pada proses laktasi antara lain posisi dan fiksasi bayi yang benar
pada payudara dan frekuensi dan durasi menyusui. Selain itu, nutrisi, keadaan
kesehatan ibu baik fisik maupun psikis serta keadaan payudara juga
mempengaruhi proses laktasi. Karena, proses laktasi merupakan hasil
interaksi kompleks antara status nutrisi, keadaan kesehatan serta keadaan
payudara ibu yang nantinya akan berpengaruh pada produksi dan pengeluaran
ASI Carpenito, (2009).

4.3 Analisis Intervensi Keperawatan


Pre operasi :
Intervensi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah ansietas
pada Ny. D difokuskan pada saat ibu menghadapi proses persalinan. Dengan
diberikan penjelaskan semua prosedur, termasuk sensasi yang biasanya
dirasakan selama prosedur. Memberikan dorongan kepada pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk mengeksternalisasikan ansietas.
Memberikan informasi dan melakukan pendekatan sehingga ibu dapat bekerja
sama saat proses persalinan walaupun ibu mengalami ansietas. Menurut
Bobak. (2005) jika ada waktu sebelum melahirkan perawat dapat mengajari
ibu tersebut tentang harapan pascaoperasi, cara meredakan nyeri, mengubah
posisi, batuk dan napas dalam.

Dalam perawatan pada klien, penulis melakukan intervensi-intervensi untuk


mengurangi ansietas klien dengan dengan cara mengkaji tingkat ansietas klien,
melakukan pendekatan dan memberikan penjelasan yang dilakukan terhadap
klien selama diruang bersalin terhadap prosedur yang dilakukan terhadap
klien. Memberikan penjelasan atau informasi tentang keadaan janin dan
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi ansietas klien,
sehingga klien merasa lebih tenang dengan mengetahui kesejahteraan
janinnya. Diharapkan dengan distraksi (mengalihkan perhatian), klien dapat

    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
44 
 

menglihkan rasa cemas dan nyeri saat di ruang bersalin. Schneider (2000)
dalam Hayati (2009) menyebutkan bahwa intervensi distraksi efektif
dilakukan karena individu akan berkonsentrasi pada stimulus yang menarik
atau menyenangkan dari pada berfokus pada gejala yang tidak menyenangkan.

Intervensi yang dilakukan dalam mengatasi resiko infeksi pada klien


observasi tanda-tanda vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge,
aktivitas uterus, dan aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat sampai
ketuban berhenti mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam, pantau
DJJ , kolaburasi dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya tanda
tanda infeksi, kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya ketuban.

Menurut Simon,et.al. (2010) pemberian antibiotik pada klien dengan ketuban


pecah dini mengurangi komplikasi akibat kelahiran prematur dan infeksi
pasca-natal dalam pengaturan berpenghasilan tinggi. Ada bukti kualitas
moderat yang, dalam pengaturan berpenghasilan rendah, di mana akses ke
intervensi lain (steroid antenatal, terapi surfaktan, ventilasi, terapi antibiotik)
mungkin rendah, antibiotik untuk KPD dapat mencegah 4% kematian neonatal
karena komplikasi prematuritas dan 8% dari mereka karena infeksi.

Data dari Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Nigeria


Teaching Hospital. (2014) fakta bahwa antibiotik profilaksisdigunakan pada
penelitiannya didapatkan angka kesakitan ibu dari 20% dan angka kematian
perinatal sebesar 8,9% yang dilaporkan. Kurangnya efektivitas antibiotik
profilaksis seperti yang tercantum dalam penelitian ini mungkin disebabkan
karena obat adultrated di lingkungan kita dan status sosial-ekonomi rendah
pasien yang terlibat.

Post Operasi :

Intervensi yang dilakukan dalam mengatasi nyeri pasca operasi pada klien
dilakukan kaji tingkat nyeri klien, mengobservasi tanda-tanda vital ,
pemberian analgetik setelah post operasi melalui supositoria sesuai program,
ajarkan dan anjurkan teknik relaksai untuk mengurangi nyeri, mengganjal luka
operasi dengan bantal. Memotifasi dan mengajarkan klien untuk melakukan

    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
45 
 

ambulasi miring kiri miring kanan setelah 6 jam post op. Mengajarkan
valsafah manuver dengan menahan perut atau memegang luka operasi saat
melakukan perubahan posisi, batuk atau tertawa untuk mengurangi nyeri.

Memberikan informasi nyeri yang dirasakan disebabkan adanya luka insisi


operasi dan adanya proses involusi uterus sehingga klien akan merasakan
nyeri dan mules pada abdomen. Menjelaskan bahwa involusi uterus
merupakan proses fisiologis pada ibu yang selesai melahirkan, rasa tidak
nyaman atau kontraksi /mules saat menyusui akan dirasakan oleh klien .
Begitu juga dengan ibu yang parietasnya sudah tiga kali melahirkan akan lebih
ekstra uterus untuk kontraksi kembali ke bentuk semula sehingga ibu akan
merasakan yang namanya “after pain” . dengan memberikan penjelasan dan
informasi terhadap klien sehingga klien dapat kooperatif saat di berikan
asuhan keperawatan.

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi


nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri
Calvillo & Flaskerud. (1991) dikutip dari Potter & Perry. (2005). Adanya
orang-orang yang memberi dukungan amat berpengaruh terhadap nyeri yang
dirasakan. Individu yang mengalami nyeri sering kali bergantung pada
anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan , bantuan
atau perlindungan. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang
dicintai dapat meminimalkan kesepian dan ketakutan, Potter & Perry. (2005).
Sebagai perawat saat memberikan asuhan keperawatan dengan caring dapat
memberikan rasa kedekatan dan keperpercaya terhadap klien sehingga klien
merasa mempunyai teman selama di ruang rawat.

4.4 Alternatif Pemecahan Masalah


Asuhan keperawatan pada klien persalinan secara SC, perawat dapat
memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan kebutuhan
pengajaran klien yang melahirkan melalui sectio caesarea. Perawat dapat
menjelaskan prosedur setelah post operasi SC untuk membantu klien untuk
bekerja sama dari pemulihannya dari pembedahan. Perawat juga dapat

    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
46 
 

membantu klien merencanakan perawatannya dan menerima kunjungan


keluarga dan teman-temannya sehingga klien dapat dapat mengatur waktu
istirahat yang adekuat.

Informasi dan bantuan dalam melakukan perawatan bayi dapat memfasilitasi


penyesuaian peran ibu. Pospartum (puerperium) adalah jangka waktu 6
minggu, yang dimulai setelah kelahiran bayi sampai pemulihan kembali
organ-organ reproduksi seperti sebelum kehamilan Bobak, (2005). Pada fase
postpartum ini klien akan meraskan nyeri, kecemasan saat merawat bayi dan
proses laktasi. Sehingga perawat perlu mengetahui fase psikologis yang
dihadapi klien saat pospartum sehingga perawat dalam memberikan asuhan
keperawatan dapat secara komprehensif terhadap klien.

Periode postpartum klien akan mengalami fase adaptasi psikologis yaitu fase
Taking In, Taking Hold dan Letting Go. Taking In (ketergantungan) terjadi 1-
3 hari dimana ibu pasif dan masih dalam mengumpulkan kekuatan, diri
berfokus pada kesemubuhan diri sendiri perlu bantuan orang lain untuk
mengatasi kondisinya, kebutuhan yang harus dipenuhi adalah makan, minum,
dan tidur yang nyenyak. Fase Taking Hold (transisi) terjadi 3-10 hari dimana
ibu mulai bersemangat dan tertarik pada bayi serta ingin merawat bayi mulai
peduli dengan diri dan mulai memenuhi kebutuhan diri dan bayinya,
kebutuhannya pemberian pendidikan kesehatan. Fase Letting Go (mandiri)
ibu dan ayah mulai berkoordinasi dalam mengurus bayi mereka, memiliki
harapan dan mimpi yang tinggi terhadap bayi mereka yang baru lahir Bobak,
(2005).

Dalam hal ini perawat merupakan sarana untuk memberikan dukungan dan
menetramkan perasaan cemas atau ansietas, selain memberikan penjelasan
yang akurat mengenai proses yang akan dihadapi pada klien intranatal dan
postpartum yaitu proses fisologi yang akan dihadapi pasien. Prosedur tindakan
intranatal, pemeriksaan diagnostik, dan rencana terapi. Oleh karena itu klien

    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
47 
 

dan keluarga perlu diberikan penjelasan mengenai setiap prosedur dan hasil
yang diharapkan dari prosedur tersebut terhadap kesejahteraan bayi dan ibu.

4.5 Evaluasi
Setelah intervensi keperawatan selama tiga hari dilakukan perawatan di ruang
postpartum didapatkan hasil bahwa masalah ansietas dapat teratasi ditandai
dengan klien mampu kooperatif saat dilakukan tindakan, mampu
mempraktekan teknik relaksasi dan bersikap tenang. Resiko infeksi teratasi
dengan manajemen penanganan klien dengan KPD setelah dilakukan
pemantauan selama proses persalinan dan dilakukan induksi persalinan tetapi
karena tidak berhasil dan hasil USG ICA 6,94 cm oligohidramnion, maka
klien dilakukan persalinan dengan cara sectio caesarea. Ibu dan bayi dapat
pulang bersama dengan kondisi sehat. Nyeri dapat teratasi ditandai dengan
klien mampu melakukan teknik relaksasi dan distraksi saat menghadapi nyeri
dan melakukan teknik valsafa manufer untuk mengurangi nyeri saat
pergerakan atau perubahan posisi, tertawa, dan batuk.

Ketidakefektifan pemberian ASI dapat teratasi, ditandai ibu dan bayi merasa
puas setelah menyusui, ibu dapat memposisikan posisi yang benar saat
menyusui, bayi tampak perlekatan pada puting payudara dengan benar.

    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
 
 

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi
pada dinding abdomen dan uterus. Harry.O & William R. F. (2010).    Pada
saat setelah persalinan secara SC ini klien akan meraskan nyeri, kecemasan
saat merawat bayi dan proses laktasi.

Masalah keperawatan yang menjadi prioritas didapatkan berdasarkan data


yang ditemukan adalah ansietas, resiko infeksi, nyeri akut dan
ketidakefektifan pemberian ASI. Intervensi keperawatan yang dilakukan
khususnya pada kasus kelolaan dengan pre dan post SC dengan indikasi KPD
meliputi : melakukan mengajarkan teknik relaksasi napas dalam dan distraksi
untuk mengatasi ansietas dan nyeri, memberikan penjelasan tentang prosedur
tindakan yang dilakukan terhadap pasien, proses persalinan yang dihadapai
dengan adanya his yang terus-menerus sehingga menimbulkan ansietas dan
rasa nyeri. Mengajarkan teknik valsa manuver, ambulasi , edukasi tentang
manajemen laktasi dan cara perawatan bayi.

Evaluasi yang didapatkan dari intervensi keperawatan yang telah dilakukan


yaitu ansietas yang dialami klien saat menghadapi proses persalinan secara
Sectio caesarea dapat berkurang. Klien diberi intervensi keperawatan
penjelasan tentang prosedur tindakan yang dihadapi klien, sensasi yang akan
dirasakan saat dilakukan tindakan seperti dilakukan CTG, pematangan servik.
Diajarkan teknik relaksasi tarik napas dalam dan distraksi, berikan dorongan
kepada pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk
mengeksternalisasikan ansietas, yakinkan pasien kembali dengan menyentuh,
saling memberi empatik secara verbal dan nonverbal.

Evaluasi yang didapatkan dari intervensi resiko infeksi observasi tanda-tanda


vital, setiap 4 jam: cek suhu, nadi, vaginal discharge, aktivitas uterus, dan
aktivitas janin, motivasi klien untuk dirawat sampai ketuban berhenti

  48    Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
49 
 

mengalir, berikan perawatan perineal setiap 4 jam, pantau DJJ , kolaburasi


dan pantau adanya peningkatan leukosit dan adanya tanda-tanda infeksi,
kolaburasi pemberian antibiotik, catat waktu pecahnya ketuban. Klien dapat
tertangani dengan baik dan tidak terjadi infeksi pada ibu dan janin.

Nyeri akut dapat teratasi saat klien diruang perawatan post partum, dengan
diberi intervensi keperawatan mengkaji dan mengobservasi tingkat nyeri (0-
10) pasien, mengajarkan klien teknik relaksasi seperti tarik napas dalam dan
teknik distraksi, mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan
untuk mencegah nyeri, menggunakan tindakan mengurangi nyeri dengan
analgesik ataupun non analgesik secara tepat. Ketidakefektifan proses
menyusui dapat teratasi sebagian klien dapat menyusui bayi dengan posisi
yang benar dan manajemen laktasi dapat dimengerti oleh klien.

5.2 Saran

5.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan

Perawat hendaknya dapat melakukan pendekatan dengan menggunakan


asuhan keperawatan maternitas untuk mengantisipasi terjadinya ansietas,
nyeri akut dan ketidakefektifan pemberian ASI dengan melakukan
pengkajian mengenai keadaan klien saat menghadapi pre dan post SC,
intervensi apa yang akan diberikan terhadap klien. Perawat dapat
memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan psikologis dan
kebutuhan pengajaran klien yang melahirkan melalui sectio caesarea.
Perawat dapat menjelaskan prosedur persalinan secara SC untuk membantu
klien untuk bekerja sama dari pemulihannya dari pembedahan. Perawat
secara aktif melatih keterampilan dan meningkatkan pengetahuannnya
khususnya keperawatan maternitas sehingga mampu melakukan asuhan
keperawatan secara komperhensif. Selain itu perlu dilakukan pelatihan-
pelatihan intensif sehingga perawat dapat melakukan perawatan pada klien
dengan persalinan secara SC.

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
50 
 

5.2.2 Bagi Ilmu Keperawatan

Bagi ilmu keperawatan diharapkan dapat meningkatkan pengembangan ilmu


pengetahuan khususnya tentang asuhan keperawatan maternitas pada klien
dengan proses persalinan secara SC dan menambahkan literatur tentang
tatalaksana asuhan keperawatan pada klien dengan proses persalinan secara
SC.

5.2.3 Bagi Penelitian

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mengembangkan


penelitian terkait asuhan keperawatan yang dilakukan pada ibu dengan pre
dan post SC dengan indikasi ketuban pecah dini.

Universitas Indonesia 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
 
 

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad, S.A. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan


Bayi. Jogjakarta: Diglossia Media.

Asamoah, et.al. (2011). Distribution of Causes of Maternal Mortality among


Different of Maternal Mortality among Different Descriptive Study. BMC
Public Health

Ariyana. (2011) . Faktor resiko kejadian persalinan prematur. Fakultas Ilmu


Keperawatan dan Kesehatan. Universitas Muhamadiyah Kedung
Mundu Semarang : Indonesia. (diunduh tanggal 26-6-2014)
Bintarto. (1989). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Bintarto. (2000). Interaksi Desa-Kota. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Balai Pendidikan dan Pelatihan. (2007). Perencanaan Tata Ruang Wilayah


dan Kota. Yayasan Badan Penerbit. Pekerjaan Umum : Jakarta.

Beckmann. (2010). Obstetrics and gynecology. Lppincott Williams & Wilkins.

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L & Jensen, M.D. (2005). Keperawatan Maternitas.
Jakarta:EGC
Carpenito, L.J. (2009). Diagnosis Keperawatan Aplikasi dan Praktik Klinis.
Jakarta: EGC
Damarati & Yulis Pujiningsih. ( 2012). Analisis tentang Paritas dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini pada Ibu Bersalin di RSUD Sidoarjo. Universitas
PGRI Adi Buana: Surabaya
Effendy Nasrul. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan MasyarakatEd.2.
Jakarta: EGC
Eko Budihardjo, Ir. (1983) Arsitektur dan Kota Di Indonesia. Yayasan Badan
Penerbit Alumni : Bandung.

M Gandhi, F Shah, C Panchal. (2012). Obstetric Outcomes In Premature Rupture


Of The Membrane (Prom). The Internet Journal of Gynecology and
Obstetrics.

Harry. O & Wlliam.R.F. (2010). Patologi dan Fisiologi Persalinan. Andi


Yogyakarta: Yogyakarta

Hidayat, dkk. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Jogjakarta : Nuha Medika.


Henderson, C. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

  51    Universitas Indonesia 
 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
52 
 

Kenneth, . Leveno, et.al. (2003). Obstetri Williams Panduan Ringkas. Ed.21. Alih
Bahasa Brham.J ,Pendit. Jakarta:EGC
Lang, J. and Rothman, K.J. (2011). Field Test Results of The Motherhood Method
to Measure Maternal Mortality: Indian J Med Res
Lia, X . [et al]. (2010). Trends in Maternal Mortality Due to Obstetric
Hemorrhage in Urban, and Rural China. J. Perinat. Med.
Manuaba. (2006). Buku Ajar Patologi Obstetri. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologis, Obstetri


Patologi, (Edisi 2). Jakarta: EGC.
Muntoha, dkk. (2013). Hubungan Antara Riwayat Paparan Asap Rokok dengan
Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD D.r.
Soewondo:Kendal.
Notoadmojo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Ning Li, Qiulan Fu, Wenhua Cai. (2013). Cause Analysis and Clinical
Management Experience of The Premature Rupture of Membrane,
Department of Obstetrics and Gynecology. SNanning Maternal and Child
Health Care Hospital. Nanning : Chin. (diunduh tanggal 25-6-2014).

NANDA Internasional. (2010). Diagnosis keperawatan : definisi dan klasifikasi


2009-2011. Alih bahasa : Made Sumarwati. [et al]. EGC:Jakarta.

Okeke, et.al. (2014). The Incidence and Management Outcome of Preterm


Premature Rupture of Membranes (PROM) in a Tertiary Hospital in
Nigeria. Department of Obstetrics and Gynaecology, University of Nigeria
Teaching Hospital (UNTH), Enugu: Nigeria

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktik. (Ed. 4). Alih bahasa: Yasmin Asih. [et al].
Jakarta : EGC

Prihardjo, R. (2003). Perawatan Nyeri. Jakarta: EGC

Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan. Edisi Keempat. YBP-SP : Jakarta.


(diunduh tgl 26-6-2014)
Patricia, Faas - Fehervary. (2005). Caesarean Section On Demand: Influence of
Personal Birth Experience and Working Environment On Attitude of
German Gynaecologists. European Journal of Obstetrics and Gynecology
Reproductive Biology
Ratna Pratiwi. (2012). Penurunan Intensitas Nyeri Akibat Luka Post Sectio
Caesarea Setelah Dilakukan Latihan Teknik Relaksasi Pernapasan
Menggunakan Aroma Terapi Lavender di RS Al Islam Bandung. Fakultas
Ilmu Keperawatan Padjajaran: Bandung.

 
Universitas Indonesia 
 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
53 
 

Sugiharyanto. (2006). Peografi dan Sosiologi. Yudistira Ghalia: Indonesia


Sunarsih, Tri. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba
Medika.
Sulistyawati, A. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta:
Salemba Medika.
Suwiyoga, dkk. (2006). Peranan Faktor Resiko ketuban Pecah Dini Terhadap
insiden Sepsis Neonatarum Dini pada Kehamilan Aterm. Cermin Dunia
Kedokteran
Smeltzer, S. C, & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. (8 th. Edition). Jakarta: EGC
Simon, et.al. (2010). Antibiotic for Pre-term Pre-labour Rupture of Membranes
:Prevention of Neonatal Deaths Due to Complications of Pre-term Birth
and Infection. Internasional Journal of Epidemiology. London School of
Hygiene and Tropical Medicine, Keppel Street: London

Tahir dkk. (2012). Faktor Determinan Ketuban Pecah Dini di RSUD Syekh Yusuf
kabupaten Gowa: Universitas Hasanudin. (diunduh tgl 24-6-2014).
Todman D. (2007). A History of Caesarean Section: From Ancient World to The
Modern Era.  Australian and New Zealand Journal of Obstet and
Gynaecol.
Weinstein, [et.al] (2008) . Water Disinfection By-Products and Prelabor Rupture
of Membranes. Correspondence to Dr. Angus Cook. School of
Population Health, University of Western Australia, 35 Stirling
Highway, Crawley, WA 6009: Australia

Walley, J., Simkin, P., dan Keppler , A. (2008). Panduan Praktis bagi Calon Ibu :
Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer

 
Universitas Indonesia 
 
Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
Lampiran I

PENGKAJIAN PRENATAL

Nama Mahasiswa : Neneng Herawati Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2014


NPM : 1106130002 Ruang/RS : Poli Kebidan RSCM

I.PENGKAJIAN

DATA UMUM KLIEN

1. Initial Klien : Ny. D


2. Usia : 33 Tahun
3. Status Perkawinan : Menikah
4. Pekerjaan : IRT
5. Pendidikan Terakhir : SMP
Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu

No Tahun Jenis Jenis Keadaan Masalah


Persalinan Penolong Kelamin Bayi Kehamilan
Waktu
Lahir

1 2000 Spontan Bidan Perempuan Sehat Tidak ada


BBL:
2900 gr
2 2007 Spontan Bidan Laki-laki Sehat Tidak ada
BBL:
3100 gr
3 Hamil SC Dokter Laki-laki Perdarahan
ini

Pengalaman menyusui : Ya Berapa lama : 6 bulan

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Riwayat Ginekologi

1. Masalah Ginekologi : Tidak ada


2. Riwayat KB : Tidak ada
Riwayat Kehamilan Saat Ini

HPHT : 15-Agustus- 2013 Taksiran Partus : 22- Mei-2014


BB sebelum hamil : 52 kg TD sebelum hamil : 110/70 mmHg

TD BB/TD TFU Letak/Presentasi DJJ Usia Keluhan


Janin Gestasi

DATA UMUM KESEHATAN SAAT INI

Status Obstetrik : G3 P2 A0, H 37 Minggu


Keadaan Umum : Baik , Kesadaran : CM , BB/TB : 67 kg / 148 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg, Nadi 88 x/menit
Kepala Leher : Tidak ada pembesaran KGB
Kepala : Rambut hitam tipis panjang, bersih tak berketombe, tidak ada
luka.
Mata : Tak anemis, sklera tak ikterik, tidak menggunakan kacamata.
Hidung : simetris, tidak ada sekret
Mulut : Tak berbau, gigi utuh, stomatitis tidak ada
Telinga : Sekret tidak ada, bersih, pendengaran baik
Leher : Tidak ada pembesara KGB, JVP
Masalah Khusus : Tidak ada
Dada :
Jantung : BJ I & II normal
Paru :
Payudara : Membesar, puting menonjol

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Pengeluaran ASI : Positif ada keluar
Puting susu : Positif menonjol
Masalah Khusus : Tidaka ada
Abdomen
Uterus :
Tinggi Fundus Uterus : 36 cm, kontraksi : tidak ada
Leopold I : TFU 36 cm
Leopold II : Teraba bagian kecil
Leoplod III : Teraba kepala di bagian bawah, sudah masuk PAP
Leopold IV : Bagian yang masuk PAP 4/5
Pigmentasi :
Linea nigra : Positif
Striae : Positif
Fungsi pencernaan : Tidak ada keluhan
Masalah khusus : Riwayat perdarahan pada usia kehamilan 34-35 minggu
Perineum dan Genital :
Vagina : Varises : Tidak ada
Kebersihan : Sedikit kotor
Keputihan : Positif
Jenis / warna : agak kekuningan
Konsistensi : Encer
Bau : Tidak berbau
Hemorroid : Tidak ada
Masalah khusus : Tidak ada
Ekstremitas
Ekstremitas Atas : Tidak ada
Inspeksi
Palpasi : Varises : Tidak ada

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Ekstremitas Bawah :
Inspeksi
Palpasi Varises : Tidak ada
Reflek Patela : ...
Masalah khusus : Tidak ada
Eliminasi
Urin : Kebiasaan BAK : > 8 x
BAB : Kebiasaan BAB : 2 hari sekali
Masalah khusu : Tidak ada
Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : Kebiasaan tidur, lama 8 jam, frekuensi
Pola tidur saat ini : Tidak ada masalah
Keluhan ketidaknyamanan : Ya, Lokasi : luka operasi sc di perut
Sifat : perih, intensitas : 15 menit sekali / saat perubahan posisi
Mobilisasi dan latihan
Tingkat mobolisasi :
Latihan/senam :
Masalah khusus :
Nutrisi dan Cairan
Asupan Nutrisi : Baik Nafsu makan : Baik
Asupan cairan : Baik Cukup
Masalah khusus : Tidak ada
Keadaan Mental
Adaptasi psikologis :
Penerimaan terhadap kehamilan : Menerima, senang, bahagia karena dari
suami kedua ini baru hamil dan suami belum mempunyai keturunan.
Masalah khusus : Tidak ada
Pola hidup yang meningkatkan resiko kehamilan ;

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Klien tinggal dipemukiman yang sangat padat, kondisi kontrakan sangat sempit
ventilasi tidak baik , lingkungan sekitar rumah kotor, tinggal didaerah
industri.
Persiapan persalinan
Senam hamil : klien mengatakan tidak pernah melakukan senam hamil selama
kehamilannya
Rencana tempat melahirkan : recana sebelumnya klien akan melahirkan di bidan
yang dekat dari rumah, tetapi karena ada masalah perdarahan
sehingga dirujuk ke RS
Perlengkapan kebutuhan bayi dan ibu: klien mengatakan hanya menggunakan
perlengkapan bayi bekas anaknya ynag dahulu saja.
Kesiapan metal ibu dan keluarga: klien mengatakan menyiapan kesiapan menjadi
orang tua kembali terutama suami klien yang sekarang ini belum pernah
mempunyai anak dari istri sebelumnya.
Pengetahuan tentang tanda-tanda melahirkan, cara menangani nyeri, proses
persalinan: klien mengatakan sudah lupa tanda melahirkan hanya rasa mules saja
yang masih diingatnya.
Perawatan payudara : klien tidak mengetahui cara perawatan payudara.
Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini :
- Folamil 1 x 1
Hasil Pemeriksaan Penunjang : Hasil USG Fetomaternal di RSCM tanggal 2
April 2014 didapatkan hasil : hamil 36 minggu dengan pertumbuhan dan
aktifitas janin normal, plasenta letak normal. Tidak tampak tanda hipoperfusi.
Indeks cairan amnion (ICA) : 13 cm.
Hasil laboraturium tanggal 13 Mei 2014 Hb : 11,2 g/dl, Ht: 33,5 , Leukosit :
12,3 1000/UL , Trombosit : 360 1000/UL, MCV/VER ; 80,1 fL, MCH/HER :
26,8 pg, MCHC/KHER : 33,4 g/dl. Therapi saat klien dikamar bersalin
ampicilin sulbactan 4x1,5 mg IV dan misoprostol 4x25 mg per vaginam. Klien
dilakukan pemantauan CTG pada janin. Hasil USG ulang tgl 13 mei 2014 di
kamar bersalin ICA 6,94 cm.

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


II. ANALISA DATA
No Data Masalah
Keperawatan
1. .DS : Ansietas b/d krisis
klien mengatakan situasi (NANDA,
khawatir dengan
2014)
persalinannya ini
klien mengatakan
khawatir dengan kondisi
kesejahteraan janinnya.
DO ;
wajah ibu tampak
tegang,
klien selalu
bertanya tentang
proses
persalinannya,
TD 110/70
mmHg, nadi
80x/menit,
pernapasan
16x/menit, suhu
36,5 derajat
celcius.
Klien tampak
memegangi
perutnya
klien dianjurkan
bedrest
2. DS : Resiko Tinggi Infeksi
klien mengatakan air
ketubannya masih keluar
sedikit sedikit.
DO :
tampak rembesan air
ketuban saat inspeksi
pervaginam
cairan berwarnah jernih,
tidak berbau
klien menggunakan under
pat

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Suhu tubuh klien 36,5
derajat celcius
Leukosit : 12,3 1000/U,
DJJ 143 x/mnt

III. Diagnosa Prioritas

1. Ansietas
2. Resiko tinggi infeksi
NANDA, 2012

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014
 

PENGKAJIAN POSTPARTUM Lampiran 3

PENGKAJIANPOSTPARTUM
NamaMahasiswa : Neneng Herawati Tanggal Pengkajian: 14 Mei 2014
NPM : 1106130002 Ruang/RS: Post Partum RSCM

I. PENGKAJIAN

A. Data Umum
1. Inisial Klien : Ny. D
2. Usia : 33Tahun
3. No RM : 392-65-25
4. Status Perkawinan : Kawin
5. Pekerjaan : IRT
6. Pendidikan Terakhir : SD
7. Suku : Betawi
8. Agama :Islam
9. Alamat : Jl. Kampung kapitan rw/rt 17/04 cipinang muara
,klender jakarta pusat

B. Keluhan Saat Ini


Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, dan bertambah sakit setelah
ditekan secara tiba-tiba oleh dokter tanpa berkomunikasi dulu kepada klien
baru bisa miring kiri dan kanan. Klien mengeluhkan ASI-nya keluar sedikit.

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien tidak memiliki riwayat penyakit dahulu.

D. Riwayat Penyakit Keluaga


Klien tidak memiliki riwayat penyakit DM (-), Asma (-), Jantung (+),
Hipertensi (-),Hepatitis (-)

E. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Yang Lalu


No Tahun Jenis Penolong Jenis Keadaan Masalah
Persalinan Kelamin Bayi Waktu
Lahir
1 2000 Spont Bidan P BB 2900 gram -

2 2007 Spontan Bidan L BB 3100 -


gram
3 Saat ini Sectio Dokter L BB 2600 gram KPD

Pengalaman menuyusi: Menyusui anak pertamanya selama 3 bulan dan 6 bulan

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


F. Riwayat Kehamilan Saat Ini
Klien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Budi Asih, Jakarta Timur dengan
riwayat perdarahan Plasenta Previa Totalis (PPT). Dilakukan terminasi pada
usia kehamilan 38 minggu karena Ketuban Pecah Dini.

G.RiwayatPersalinan
Klien(P3A0) melahirkan secara sectio pada tanggal 14Mei2014 pukul
03.15 WIB. Klien melahirkan laki-laki dengan BB:2600gr, AS: 9/10.
Perdarahan 550 ml.

H.Riwayat Ginekologi
Klien tidak memiliki riwayat masalah ginekologi.

I. Data Umum Kesehatan Saat Ini


1. Status Obstetri : P3A0 postpartum SC, nifas hari pertama
2. Kesadaran umum :baik, kesadaran composmentis,BB: 67Kg,TB: 148
cm.
3. Tanda-tandaVital : TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, RR: 16
x/menit,S: 36,70C.
4. PemeriksaanFisik HeadTo Toe
a. Kepala
 Rambut dan kulit kepala
Bentuk simetris, rambut hitam, persebaran meratadan kulit kepala
klien bersih, klien mengatakan keramas 2 hari sekali, tetapi selama
di RS belum keramas.
 Muka dan Mata
Pada muka terdapat kloasma gravidarum berupa titik-titik
kehitaman, mata klien simetris, tidak menggunakan alat bantu
penglihatan, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, konjungtiva
anemis (+),sclera an-ikterik.
 Hidung
Bentuk simetris, keadaan bersih, pernafasan cuping hidung (-),
polip (-), Pengeluaran cairan berlebih (-)
 Mulut
Mukosa lembab,bersih,sariawan(-),terdapat gigi berlubang,tidak ada
karies gigi, tidak ada pembesaran tonsil.
 Telinga
Bentuk simetris, keadaan bersih, berdengung (-), pengeluaran
cairan berlebih (-)
 Leher
Tidak ada gangguan menelan,Tidak ada peningkatan JVP,tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
b. Dada
 Inspeksi
Bentuk simetris,bersih,tidak ada spider nevi,hiperpigmentasi aerola,
putting susu everted, tidak ada tonjolan yang mencurigakan
 Palpasi
Tidak ada nyeri tekan,tidak teraba massa yang mencurigakan,ASI
belum keluar, payudara keras (-).
 Auskultasi
BJ 1&2 Normal,tidak ada mumur,tidak ada gallops,suara napas
vesikuler (+), Bronkovesikuler (+), Bronkial(+), Ronchi -/-,
wheezing-
 Perkusi
Paru: resonan (+), Jantung: Pekak
Masalah Khusus:Tidak ada masalah
keperawatan
c. Abdomen
 Inspeksi
bersih,linea nigra (+),strie gravidarum(+),hiperpigmentasi (+),
terdapat luka operasi SC yang tertutup balutan kasa kering steril
sepanjang 10 cm, dan hasil observasi terlihat ada rembesan darah
pada bagian dalam balutan.
 Palpasi
Fundus uteri tidak teraba (klien histerektomi),kandung kemihkosong,
diastasis rektus abdomninis tidak teraba (abdomen distensi dan klien
merasa nyeri jika dipalpasi), nyeri pada bagian luka operasi dan
daerah sekitarnya
 Auskultasi
Bisingusus aktif di empat kuadran dengan 8 kali/menit
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
d. Ekstremitas
 Ekstremitas atas
Edema (-), CRT <3 detik, reflexbisep dan trisep+2
 Ekstremitas bawah
Edema (-), Varises (-), Refleks patella+2, tandahuman sign (-)
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
e. Genetalia
Perineum utuh. Tidak ada tanda-tanda REEDA.
Terlihat bercak-bercak merah terang pada pembalut klien, tidak berbau,
volume 10-20 cc.
Anus: Tidak ada hemoroid.
Masalah Khusus:Tidak ada masalah keperawatan
5. Pola Kesehatan Fungsional
a. Pola persepsi dan pemeliharanan kesehatan
Persepsi terhadap kesehatan cukup baik klien rutin memeriksakan
kehamilannya kerumahsakit.Namun klien masih bingung dan belum
mengerti tentang perawatan setelah melahirkan,seperti perawatan
payudara serta memerah ASI, perawatan bayi baru lahir. Klien takut
untuk bergerak karena takut sakit, iritasi dan jahitan takutrobek.

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


b. Pola nutrisi dan metabolik
Selama hamil klien mengatakan pola makan baik tidak ada gangguan,
namun setelah melahirkan nafsu makan klien menurun. Frekuensi
makan bisa lebih dari 2 kali sehari tidak dihabiskan dalam satu porsi.
Selama hamil tidak ada perubahan pola makan, alergiterhadap makanan
tidak ada,minum air putih5-6 gelas sehari(1000-1200 ml)
Setelah melahirkan klien mengkonsumsi menurumah sakit 3 x sehari
tidak pernah habis, hanya habis 1/2 porsi.
c. Pola Eliminasi
Klien mengatakan sejak kehamilan trimester III, frekuensi BAK 10-12
kali, jumlah 2000-2500 cc,warna kuning, bau khas, tidak ada keluhan
dengan BAK. Klien mengatakan sudh flatus
d. Pola istirahat dan latihan
klien mengatakan bahwa pola istirahat dan tidur selama hamil ini tidak
terganggu.
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
Kemampuan klien dalam mengingat dan berorientasi baik.Dalam
mengambil keputusan untuk masalah klien klien selalu bermusyawarah
dengan suaminya.
f. Pola hubungan dengan orang lain
Hubungan klien dengan orang tua,suami,saudara baik.Selama dirawat,
klien mengatakan mampu berkomunikasi baik dengan perawat, klien
juga kooperatif dengan perawat dan dokter.
g. Pola reproduksi dan seksualitas
Klien selama hamil tidak melakukan hubungan seksual karena takut
terjadi apa-apa denganbayinya. Setelah melahirkan klien belum
melakukan hubungan seksual.
h. Persepsi diri
1. Persepsi diri
Klien mengatakan dirinya saat ini sudah menjadi orang tua yang
memiliki ketiga orang anak. Klien akan memberikan yang terbaik
untuk anak ketiganya seperti ASI eksklusif. Namun, klien khawatir
dengan ASI nya yang saat ini masih keluar sedikit dan bayi
perlekatannya tidak bagus .
Masalah Khusus: Ketidakefektifan pemberian ASI

J. Obat-Obat yang dikonsumsi saat ini


1. Pycin 4x1,5 gr
2. Metronidazol 3x500 mg
3. Pronalges sup 3x1

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


K.Hasil Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium (pemeriksaan 4 jam post sectio)
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 DarahLengkap
a. Hemoglobin 11 g/dl (L) 12.00-15.00 g/dl
b. Hematokrit 43.9 % (L) 36.0-46.0 %
c. Trombosit 483 ribu/ul 150-400 ribu/ul
d. Leukosit 12.07ribu/ul (H) 5.00-10.00
ribu/ul
2 Glukosa Darah Sewaktu
a. Gula darah sewaktu 94 mg/dl <200 mg/dl

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


II. ANALISA DATA

Masalah
No Data
keperawatan
1 DS: Nyeri akut
Klien mengatakan nyeri dan sakit pada luka operasinya berhubungan
klien mengatakan setelah dipijat oleh dokter secara dengan agen
tiba-tiba klien menangis kesakitan dan marah . injuri fisik luka
DO: post sectio
Klien tampak meringis kesakitan (NANDA, 2014).
Wajah klien tampak tegang
Klien tampak menangis, VAS 5.
TD 110/70 mmHg, nadi 80 x/mnt, pernapasan
16x/mnt..
Terdapat luka jahitan post operasi SC di abdomen
tertutup kassa kering sepanjang 10 cm, terdapat
rembesan pada balutan

2 DS: Ketidakefektifan
Klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui pemberian ASI
dengan posisi yang benar berhubungan
Klien mengatakan kedua anaknya dirawat oleh ibunya. dengan kurang
Klien mengatakan anak pertamanya hanya 3 bulan penegtahuan
menyusu dan anak keduanya 6 bulan. (NANDA, 2014).

DO:
Bayi tampak tidak puas setelah menyusu
Perlekatan bayi saat menyusu tidak benar
Bayi tampak rewel menangis.

III PRIORITAS DIAGNOSA


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik luka post sectio (NANDA, 2014).
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang pengetahuan ibu
(NANDA, 2014).

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Lampiran 5
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Nyeri akut Tujuan: 1. Kaji skala nyeri, lokasi, 1. Evaluasi nyeri tiap shift dapat
berhubungan dengan Setelahdilakukan tindakan karakteristik dan laporkan menentukan rencana
agen injuri fisik luka keperawatan pada Ny.D perubahan nyeri dengan cepat intervensi penanganan nyeri
post sectio (NANDA, sebanyak 3x24 jam diharapkan selanjutnya
2014). nyeri pada Ny.D berkurang dan 2. Ajarkan relaksasi napas dalam 2. Teknik relaksasi meringankan
hilang. saat timbul nyeri nyeri
3. Motivasi klien untuk 3. Mobilisasi bertahap
KriteriaHasil: melakukan mobilisasi bertahap meningkatkan aliran darah
Klien akan mengungkapkan yamg meningkatkan proses
skala nyeri kurang dari 2. penyembuhan luka,
Klien dapat memperlihatkan meringankan nyeri
teknik relaksasi secara 4. Berikan posisi nyaman untuk 4. Posisi yang nyaman membuat
individual yang efektif untuk klien klien menjadi lebih rileks
mencapai kenyamanan 5. Bimbing klien untuk 5. Klien yang merasakan nyeri
Klien menunjukkan TTV memenuhi kebutuhan dasar akan terhambat dalam
dalam batas normal pemenuhan kebutuhan
Klien menunjukkan selera dasarnya
makan dan pola tidur yang 6. Kolaborasi pemberian 6. Kolaborasi medikamentosa
baik analgetik diberikan jika skala nyeri
Wajah klien tampak rileks lebih dari VAS 4/ skala nyeri
ketika kembali beraktivitas sedang
Klien menunjukkan tingkat
mobilisasi yang baik tanpa
adanya nyeri

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
2 Ketidakefektifan Tujuan: 1. Siapkan ibu untuk menyusui 1. Pastikan bahwa klien benar-
pemberian ASI Setelah dilakukan tindakan bayinya benar ingin menyusui anaknya
berhubungan dengan keperawatan 3x24 jam pada Ny. dan ikhlas
prematuritas dan A,klien dan bayi akan mengalami 2. Kaji pengetahuan ibu 2. Seberapa jauh pengetahuan
kurang pengetahuan keefektifan pemberian ASI. tentang proses laktasi dan klien tentang laktasi akan
ibu (NANDA, 2014). menyusui mempengaruhi rencana
Kriteria Hasil: intervensi dan cara
Kesejajaran dan pelekatan penyampaian
yang benar antara bayi dan 3. Perbaiki salah konsepsi dan 3. Setelah mengetahui seberapa
payudara informasi mengenai jauh pengetahuan klien
Bayi dapat mencengkeram produksi ASI tentang laktasi, nilai konsep
dan mengompresi areola klien tentang laktasi dan
dengan tepat perbaiki konsep yang salah
Bayi dapat mengisap dan 4. Informasikan tentang pola 4. Informasi tentang pola BAB
menempatkan lidah bayi buang air besar dan buang dan BAK bayi merupakan
dengan benar air kecil bayi yang menjadi indikator yang mudah
Suara menelan yang dapat tolok ukur kecukupan digunakan oleh klien untuk
didengar nutrisi bayi. menentukan pakah ASI yang
Minimal menyusui delapan diberikan cukup atau tidak
kali perhari (atau sesuai 5. Ajarkan ibu untuk 5. Rangsangan dengan
permintaan) melakukan perawatan melakukan massase pada
Kepuasan bayi setelah payudara dan massase payudara serta sentuhan pada
menyusu payudara agar produksi ASI puting akan menstimulasi
Kenaikan berat badan sesuai maksimal reseptor pada ujung puting
usia yang akan menyampaikan
Ibu tidak mengalami nyeri impuls ke otak dan
tekan pada puting memerintahkan hipotalamus
Ibu mengenali isyarat lapar untuk memproduksi ASI
dari bayi dengan segera 6. Dorong ibu untuk menyusui 6. Menyusui sesering mungkin
sesuai keinginan bayi (min akan lebih baik, terutama bagi

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Diagnosa
No Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
2 jam sekali) anjurkan untuk bayi prematur dan BBLR
tidak memberikan makanan
tambahan
7. Anjurkan kepada ibu untuk 7. Menurunkan risiko breast
memompa asi secukupnya engorgement
untuk mengurangi kongesti
payudara dan
memungkinkan puting
menonjol
8. Tawarkan makanan atau 8. Nutrisi cukup sebelum
cairan untuk ibu selama menyusui akan menambah
siang dan sore hari sebelum produksi
waktu menyusui

Lampiran 6

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


IMPLEMENTASI DAN CATATAN PERKEMBANGAN KEPERAWATAN POSTOPERASI

Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi


14 Mei 2014 Nyeri akut berhubungan 1. Mengkaji skala nyeri, lokasi, Subjektif:
(shift pagi) dengan agen injuri fisik luka karakteristik dan laporkan - klien mengatakan nyeri di daerah
post sectio (NANDA, 2014). perubahan nyeri dengan cepat luka operasi VAS 4.
2. Mengajarkan relaksasi napas dalam Objektif
saat timbul nyeri - klien tampak meringis kesakitan
3. Memberikan motivasi klien untuk - klien tampak berhati-hati saat akan
melakukan mobilisasi bertahap, menggerakan badannya untuk
latihan duduk ditempat tidur miring kanan/kiri
4. Memberikan posisi nyaman untuk - tampak luka operasi SC
klien - klien terpasang DC
5. Membimbing klien untuk memenuhi - IV line terpasang asering 20 tpm
kebutuhan dasar - Therapi pronalges sup.
6. Melakukan kolaborasi pemberian
analgetik (Pronalges Suposioria Analisis : Nyeri akut teratasi sebagian
3x10
Plenning :
- Observasi TTV
- Kaji tingkat nyeri,
- Motivasi utk lakukan teknik
relaksasi tarik napas dalam,
- Ajarkan teknik valsava manuver,
- Anjurkan mobilisasi bertahap.

14 Mei 2014-07- Ketidakefektifan pemberian 1. Mempersiapkan ibu untuk Subjektif:


(shife pagi) ASI berhubungan dengan menyusui bayinya, niat, - Klien mengatakan ASI nya baru
prematuritas dan kurang keinginan, dan usaha ibu untuk keluar sedikit
pengetahuan ibu (NANDA, menyusui - Klien mengatakan tidak menerti
2014). 2. Mengkaji pengetahuan ibu bagaimana posisi menyusui yang

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
tentang proses laktasi dan benar
menyusui - Klien mengatakan saat anak yang
3. Memperbaiki konsepsi yang pertama hanya 3 bulan menyusui
salah tentang proses menyusui dan anak ke dua 6 bulan.
dan produksi ASI
4. Meyakinkan klien bahwa setiap Objektif :
ibu mampu menyusui - Klien tampak kaku saat
5. Membimbing klien menyusui memposisikan bayi untuk menyusu,
bayinya perlekatan bayi tidak benar
- Bayi tampak tidak puas
- Rewel dan menangis, saat
menyusu bayi terdengar suara
bunyi bukan suara menelan air.

Analisis :
- Ketidakefektifan pemberian ASI
belum teratasi

Plenning :
- Berikan informasi tentang teknik
menyusui yang benar
- Tingkatkan rasa percaya diri ibu
bahwa bisa memberikan ASI pada
bayinya
- Ajarkan dan demonstrasikan posisi
menyusui yang benar
- Ajarkan dan bantu bayi saat
perlekatan
- Ajarkan ibu untuk cukup istirahat,
makan dengan gizi seimbang dan

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
tidak cemas agar ASI nya
berproduksi banyak

15 Mei 2014 Nyeri akut berhubungan 1. Mengkaji tingkat nyeri klien Subjektif :
(Shift Pagi) dengan agen injuri fisik luka 2. Evaluasi redemonstrasi teknik - Klien mengatakan nyeri mulai
post sectio (NANDA, 2014). relaksasi untuk mengurangi nyeri berkurang VAS 1
3. Motivasi klien untuk mobilisasi - Klien mengatakan baru mengetahui
4. Memberi penjelasan proses mules proses involusi yang
involusi uteri saat menyusui dialaminya.
5. Kolaburasi pemeberian therapi
analgesik. Objektif :
- Klien mampu melakukan teknik
relaksasi
- Wajah klien tampak mulai rileks
- Klien kooperatif saat di berikan
asuhan keperawatan,
- Klien tampak mobilisasi menyusui
bayinya.

Analisis :
- Nyeri akut mulai teratasi.

Plenning :
- Observasi TTV
- Kaji tingkat nyeri klien
- Memotivasi klien untuk melakukan
teknik relaksasi,
- Motivasi klien untuk mobilisasi.

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

15 Mei 2014 Ketidakefektifan pemberian 1. Ajarkan dan demonstrasikan Subjektif :


(Shift Pagi) ASI berhubungan dengan kembali posisi yang benar saat - Klien tampak antusias untuk
prematuritas dan kurang menyusui menyusui bayinya.
pengetahuan ibu (NANDA, 2. Bantu klien saat menyusu dengan
2014). posisi yang yaman dan benar Objektif:
3. Anjurkan pada klien untuk - Klien kooperatif saat diajarka
menyusui dengan kedua - Klien tampak memposisikan bayi
payudaranya dengan benar saat menyusu
4. Ajarkan tanda-tanda bayi sudah - Perlekatan bayi pada payudara
puas menyusu. tampak benar
- Bayi tampak tenang.

Analisis :
- Ketidakefektifan pemberian ASI
teratasi sebagian.

Plenning:
- Motivasi ibu untuk menyusui
- Bantu dan instruksikan klien untuk
menyusui dengan posisi yang benar
- Anjurkan klien untuk makan dan
minum yang cukup
- Evaluasi pengetahuan ibu tentang
tanda-tanda bayi sudah puas
menyusui.
16 Mei 2014 Nyeri akut berhubungan 1. Evaluasi redemonstrasi teknik Subjektif :
(Shift Pagi) dengan agen injuri fisik luka relaksasi - Klien mengatakan nyeri sudah
post sectio (NANDA, 2014). 2. Motivasi klien untuk mobilisasi. berkurang VAS 1.

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Objektif :
- Klien mampu mengatasi nyeri
dengan teknik napas dalam
- Wajah klien tampak rileks
- Mobilisasi klien aktif
- Luka operasi tidak ada tanda
infeksi.

Analisis :
- Nyeri akut teratasi.

Plenning :
- Ajarkan pada klien perawatan luka
operasi selama dirumah
- Ajarkan untuk mengenal adanya
tanda-tanda infeksi pada luka
operasi.

16 Mei 2014 Ketidakefektifan pemberian 1. Evaluasi cara menyusui Subjektif :


(Shift Pagi) ASI berhubungan dengan 2. Ajarkan cara enyimpan dan - Klien senang diajarkan cara
prematuritas dan kurang memerah payudara masase dan memeras ASI
pengetahuan ibu (NANDA, 3. Ajarkan klien massase payudara. - Klien mengatakan terasa sakit saat
2014). dilakukan pemerahan
payudaranya.

Objektif
- : ASI klien tampak banyak keluar
didapatkan 50 cc setelah diperah
- Payudara klien tampak mulai lunak
- Klien merasa nyaman setelah

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014


Waktu Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
diperah payudaranya tidak terlalu
kencang.

Analisis :
- Ketidakefektifan pemberian ASI
teratasi sebagian.

Plenning:
- Evaluasi pada klien cara masase
payudara dan cara memerah ASI
- Motivasi ibu untuk menyusui
dengan kedua payudaranya.

Analisis praktik ..., Neneng Herawati, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai