Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Nurarif, 2015).
Di Indonesia, prevalensi kejadian pneumonia pada tahun 2013 sebesar 4,5%
(Kementerian Kesehatan RI, 2013). Selain itu, pneumonia merupakan salah satu dari 10
besar penyakit rawat inap di rumah sakit, dengan proporsi kasus 53,95% laki-laki dan
46,05% perempuan. Pneumonia memiliki tingkat crude fatality rate (CFR) yang tinggi,
yaitu 7,6% (PDPI, 2014). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,2013),
prevalensi pneumonia pada usia lanjut mencapai 15,5% (Kementerian Kesehatan RI,
2013). Berdasarkan hasil laporan Dinkes Jatim 2011 menyatakan bahwa angka kejadian
bronkopneumonia pada balita mencapai 4.599 dengan 5,37% bronkopneumonia berat
dengan 0,8% kematian. Hal itu menyebabkan bronkopneumonia menempati urutan
penyakit ke-10 penyakit rawat inap di rumah sakit seluruh Jawa Timur setelah ISPA atas.
Bronkopneumonia merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah kardiovaskuler
dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus ketiga dari program
Penanggulangan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (PPISPA). Program ini
mengupayakan agar istilah pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan
kegiatan penyuluhan penyebaran informasi tentang penanggualangan pneumonia oleh
tenaga kesehatan (Setiawan, 2009).
Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan
tindakan utama dalam menghadapi pasien bronchopneumonia untuk mencegah
komplikasi yang lebih fatal dan diharapkan pasien dapat segera sembuh kembali.
Intervensi keperawatan utama adalah mencegah ketidakefektifan jalan nafas. Agar
perawatan berjalan dengan lancar maka diperlukan kerja sama yang baik dengan tim
kesehatan yang lainnya, serta dengan melibatkan pasien dan keluarganya. Berhubungan
dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada
An.Y dengan Bronchopneumonia di IRNA Ibu dan Anak Rumah Sakit Umum Baptis,
Batu.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi bronkopneomoni?
1.2.2 Bagaimana anatomi dan fisiologi sistem respirasi ?
1.2.3 Apa etiologi dari bronkopneomoni?
1.2.4 Bagaimana tanda dan gejala dari bronkopneomoni?
1.2.5 Apa saja klasifikasi dari bronkopneomoni
1.2.6 Bagaimana patofisiologi bronkopneomoni?
1.2.7 Bagaimana pathway dari bronkopneomoni?
1.2.8 Bagaimana pemeriksaan penunjang bronkopneomoni?
1.2.9 Bagaimana komplikasi dari bronkopneumonia ?
1.2.10 Bagaimana penatalaksanaan bronkopneomoni?
1.2.11 Bagaimana cara pencegahan Bronkopneumoni?
1.2.12 Bagaimana konsep asuhan keperawatan broncopneumonia?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang Asuhan
Keperawatan pada An. Y dengan bronkopneumonia
2. Tujan khusus
2.1 Untuk mengetahui dan memahami definisi dari bronkopneomonia.
2.2 Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi sistem respirasi.
2.3 Untuk mengetahui etiologi dari bronkopneomonia.
2.4 Untuk mengetahui tanda dan gejala dari bronkopneomonia.
2.5 Untuk mengetahui klasifikasi dari bronkopneomonia.
2.6 Untuk mengetahui patofisiologi bronkopneomonia.
2.7 Untuk mengetahui pathway dari bronkopneomonia.
2.8 Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bronkopneomonia.
2.9 Untuk mengetahui komplikasi dari bronkopneumonia.
2.10 Untuk mengetahui penatalaksanaan bronkopneomonia.
2.11 Untuk mengetahui cara pencegahan bronkopneumonia.
2.12 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan bronkopneumonia.

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Bronkopneumonia

2
Bronchopneumonia adalah suatu infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah
dari parenkim paru yang melibatkan bronkus / bronkiolus yang berupa distribusi
berbentuk bercak-bercak yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti
bakteri, virus, jamur dan benda asing (Price Sylvia A, 2005).
Bronchopneumoni adalah peradangan yang mengenai parenkhim paru distal dari
bronchiolus terminalis yang mencakup bronchiolus respiratorius dan alveoli serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
(Tjokronegoro, 2001).
Broncho pneumonia adalah suatu infeksi akut pada paru – paru yang secara
anatomi mengenai bagian lobulus paru mulai dari parenkim paru sampai perbatasan
bronkus yang dapat disebabkan oleh bermacam – macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing ditandai oleh trias (sesak nafas, pernafasan cuping
hidung, sianosis sekitar hidung/mulut) (Smeltzer, Suzanne C, 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh
bakteri,virus, jamur dan benda asing.

2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi


A. Anatomi sistem respirasi
1) Hidung
Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang
dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya terdapat bulu-bulu untuk
menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis
inferior, konka nasalis superior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk
mengahangatkan udara.
2) Faring
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan
makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan
mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan
ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.
Pada kiri dan kanan dari faring terdapat dua buah tonsil. Rongga faring
dibagi dalam 3 bagian:
a) Nasofaring, sebelah atas tingginya sama dengan konka
b) Orofaring, bagian tengah yang tingginya sarna dengan istmus fausium.
c) Laringofaring, bagian bawah
3) Laring

3
Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara.
Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk
ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita
suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
4) Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 – 20 cincin yang
terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk
mempertahankan jalan napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh
selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk
mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
5) Bronkus
Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian
vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan
dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek
daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 – 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus
kiri terdiri dari 9 – 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang
lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung
paru yang disebut alveolli.
6) Paru-paru
Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-
gelembung. Di sinilah tempat terjadinya pertukaran gas, O2 masuk ke dalam
darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
Paru-paru di bagi dua, yaitu
a. Paru-paru kanan, terdiri dari tiga lobus yaitu lobus superior, lobus media, dan
lobus inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen, 5 segmen pada lobus
superior, 2 segmen pada lobus medialis, dan 3 segmen pada lobus inferior.
b. Paru-paru kiri, terdiri dari 2 lobus, yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen; 5 segmen pada lobus superior, dan 5
segmen pada lobus inferior.
Paru paru dibungkus oleh selaput pleura, yang dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Pleura visceral, yaitu selaput yang membungkus paru-paru
b. Pleura parietal, yaiut selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar
Antara kedua pleura terdapat rongga yang disebut kavum pleura, dan berisi
sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk melumasi permukaannya dan
menghindari gesekan antara dinding dada pada saat bernapas.

B. Fisiologi sistem respirasi

4
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang
terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang
telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi,
volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat
kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas
dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga.
(Price,1994)
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga
toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini
meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan
antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar
dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada
akhir ekspirasi. (Price,1994)
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi
membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm). Kekuatan
pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan
fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya
sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka
tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg.
Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi
tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan
uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh
lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus.
Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir.
Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di
kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total
waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru
normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit, seperti
fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium
mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total
berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak
diakui sebagai faktor utama. (Rab,1996)

5
Menurut P.M. Mowschenson (2008), fungsi pernapasan adalah sebagai berikut :
1) Mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh (sel-selnya)
untuk mengadakan pembakaran.
2) Mengeluarkan CO2 yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran, kemudian
dibawa oleh darah ke paru-paru untuk dibuang.
Menghangatkan dan melembabkan udara.

2.3 Etiologi Bronkopneumoni


Penyakit ini dapat disebabkan karena tubuh Anda terinfeksi virus, bakteri, atau
jamur. Namun dalam banyak kasus, bronkopneumonia paling sering disebabkan oleh
infeksi bakteri. Bakteri penyebab bronkopneumonia masuk ke dalam paru-paru melalui
udara atau darah. Kerusakan Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah
(Bradley et.al., 2011) :
1. Faktor Infeksi
a. Pada neonatus: Streptokokus group B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).
b. Pada bayi :
 Virus: Virus parainfluensa, virus influenza,Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
 Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
 Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza, Mycobacterium
tuberculosa, Bordetellapertusis.
c. Pada anak-anak :
 Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSV
 Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia
 Bakteri: Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosis
d. Pada anak besar – dewasa muda :
 Organisme atipikal: Mycoplasma pneumonia, C. trachomatis
 Bakteri: Pneumokokus, Bordetella pertusis, M. tuberculosis
2. Faktor Non Infeksi.
Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi
a. Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat
hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
b. Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,
termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan
seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan
pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis.
Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak
binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.

6
2.4 Tanda dan Gejala Bronkopneumonia
Luka Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan
bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia
mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis,
batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa
timbul sianosis (Sandra M. Nettina, 2001 : 683).
Menurut (Driscoll, Patrick, 2009) tanda gejala yang muncul pada bronkopneumonia
adalah:
1. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
a. Nyeri pleuritik
b. Nafas dangkal dan mendengkur
c. Takipnea
2. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
a. Mengecil, kemudian menjadi hilang
b. Krekels, Rhonki (pengisian rongga udara oleh eksudat).
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Anoreksia
f. Malaise
g. Batuk kental, produktif Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi
kemerahan atau berkarat
h. Gelisah
i. Sianosis Area sirkumoral, dasar kuku kebiruan
j. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

2.5 Klasifikasi Bronkopneumoni


Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah
membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis
dan memberikan terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
1. Pembagian secara anatomis :
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
c. Pneumonia interstisialis (bronkiolitis)
2. Pembagian secara etiologi :
a. Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae.
b. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus
c. Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis,
Blastomycosis, Cryptoccosis.
d. Corpus alienum

7
e. Pneumonia hipostatik
3. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
4. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
2.6 Patofisiologi Bronkopneumonia
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai
usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan
penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah
yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada
tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit,
usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang
dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada
pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah.
Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok.
Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus,
bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di
paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia.

8
2.7 Pathway Bronkopneumonia

9
Pederita sakit berat yang Jamur, virus, bakteri, protozoa
dirawat di RS
Penderita dengan supresi
sistem kekebalan tubuh
Kontaminasi peralatan RS
Saluran napas bagian bawah

Peningkatan produksi Bronchiolus


secret Stimulasi chemoreseptor
hipotalamus

Alveolus
Akumulasi secret
Set point bertambah
Reaksi peradangan pada
Obstruksi jalan napas bronchus dan alveolus

Fibrosus dan
pelebaran Respon menggigil
Gangguan ventilasi Rangsangan batuk

Atelektasis Reaksi
peningkatan
Bersihan jalan panas tubuh
Nyeri pleuritik
nafas tidak efektif Gangguan
difusi
Hipertermi
Nyeri
Peningkatan Gangguan
frekuensi pertukaran
napas gas
Evaporasi
meningkat

Perangsangan RAS Resiko penyebaran O2 kejaringan


infeksi menurun Cairan tubuh
berkurang

Susah tidur Distensi abdomen Kelemahan


Defisit volume
cairan
Perubahan pola tidur Muntah, anoreksia Intoleransi
aktifitas
Ancaman kehidupan
Metabolisme Kompensasi
meningkat cadangan lemak
digunakan tubuh
Ansietas (orang tua)
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
Gangguan tumbang Penurunan status gizi

(Smeltzer, Suzanne C, 2001)


2.8 Pemeriksaan Penunjang Bronkopneumonia
Berikut beberapa tes yang umum dilakukan dokter untuk mendiagnosis penyakit
bronkopneumonia adalah:

10
1. Rontgen dada. Dengan menggunakan sinar X, dokter dapat melihat bagian paru-
paru yang terkena penyakit pneumonia.
2. Tes darah. pemeriksaan darah dilakukan untuk mengetahui tipe virus atau bakteri
yang menyebabkan paru-paru basah ini terjadi.
3. Tes dahak. Jika benar Anda mengalami paru-paru basah, maka virus atau bakteri
yang menyebabkan gangguan kesehatan ini akan terlihat pada dahak.
4. Pemeriksaan kadar oksigen darah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa
banyak oksigen yang ada di dalam darah Anda. Pasalnya, penyakit ini dapat
menyebabkan oksigen tidak bisa masuk ke dalam aliran darah.
5. Pemeriksaan Radiologi. Tmpak adanya bercak-bercak pada bronkus hingga lobus
(Bennete, 2013).
6. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung
leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus
leukosit normal atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm 3 dengan limfosit
predominan) dan bakteri leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil
yang predominan (Bennete, 2013).

2.9 Komplikasi Bronkopneumonia


Menurut Ngastiyah (2002), bronchopneumonia pada anak bila tidak ditangani
dengan baik akan mengakibatkan komplikasi sebagai berikut :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Otitis Media Acute
d. Infeksi sitemik
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

2.10 Penatalaksanaan Bronkopneumonia


Penatalaksanaan pneumonia khususnya bronkopneumonia pada anak terdiri dari 2
macam, yaitu penatalaksanaan umum dan khusus (IDAI, 2012; Bradley et.al., 2011).
2. Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit  sampai sesak nafas hilang atau
PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr.
b. Pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit.

11
c. Nebulizer, untuk mengencerkan dahak yang kental dan pemberian bronkodilator.
3. Penatalaksanaan Khusus
a. Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
atau penderita kelainan jantung.
b. Pemberian antibiotika berdasarkan mikroorganisme penyebab dan manifestasi
klinis. Pneumonia ringan : amoksisilin 10-25 mg/kgBB/dosis (di wilayah dengan
angka resistensi penisillin tinggi dosis dapat dinaikkan menjadi 80-90
mg/kgBB/hari).
Pemilihan antibiotik dalam penanganan pneumonia pada anak harus dipertimbangkan
berdasakan pengalaman empiris, yaitu bila tidak ada kuman yang dicurigai, berikan
antibiotik awal (24-72 jam pertama) menurut kelompok usia.
1. Neonatus dan bayi muda (< 2 bulan) :
a. ampicillin + aminoglikosid
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. amoksisillin + aminoglikosid
d. sefalosporin generasi ke-3
2. Bayi dan anak usia pra sekolah (2 bl-5 thn)
a. beta laktam amoksisillin
b. amoksisillin - asam klavulanat
c. golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e. makrolid (eritromisin)
3. Anak usia sekolah (> 5 thn)
a. amoksisillin/makrolid (eritromisin, klaritromisin, azitromisin)
b. tetrasiklin (pada anak usia > 8 tahun)

Selain minum obat, beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mempercepat proses
pemulihan penyakit bronkopneumonia adalah:

a. Hindari melakukan aktivitas berat untuk sementara waktu


b. Minum banyak cairan untuk membantu mengencerkan lendir dan mengurangi rasa
tidak nyaman saat batuk
c. Pakai masker apabila ingin bepergian atau berinteraksi dengan orang lain agar
tidak menularkan infeksi
d. Hindari rokok dan minum alcohol
e. Perhatikan asupan makanan Anda

2.11 Cara Pencegahan Bronkopneumonia

12
Dalam banyak kasus, infeksi ini sebenarnya dapat dicegah. Beberapa pencegahan
yang bisa dilakukan agar tak terkena penyakit bronchopneumonia adalah dengan
pemberian vaksin serta menghindari berbagai faktor risiko dari penyakit ini.
Beberapa cara paling umum untuk mencegah penyakit bronkopneumonia adalah:
a. Vaksinasi. Vaksin dianggap sebagai cara yang cukup ampuh untuk menghindari
infeksi paru. biasanya, ada vaksin yang memang khusus pneumonia dan ada
vaksin untuk menangkal flu (karena infeksi sering terjadi setelah flu). untuk
mengetahui mana yang tepat untuk Anda dapatkan, sebaiknya konsultasikan hal
ini pada dokter Anda.
b. Pastikan kalau anak-anak juga mendapatkan vaksin. Bronkopneumonia
pada anak juga dapat dicegah dengan cara vaksin. Biasanya vaksin yang
diberikan pada anak yang berusia di bawah 2 tahun dengan anak yang berusia 2-
5 tahun berbeda. Mengingat bronkopneumonia pada anak cukup berbahaya,
sebaiknya segera berikan vaksin pada si kecil dan diskusikan hal ini pada dokter
anak Anda.
c. Menerapkan pola hidup yang bersih. Bronchopneumonia adalah penyakit
infeksi, maka untuk mengurangi risiko, Anda harus menjaga kebersihan diri,
keluarga, dan lingkungan. Sering-sering lah untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir agar bakteri dan virus tak menempel di permukaan
kulit.
d. Jauhi rokok. Kebiasaan ini hanya akan membuat saluran pernapasan Anda
terinfeksi, termasuk organ paru.
e. Menjalani pola hidup yang sehat. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesehatan
Anda secara menyeluruh. Selain itu, dengan mengonsumsi makanan yang sehat
dan berolahraga rutin, Anda akan memiliki sistem kekebalan yang kuat dan
mampu menangkal berbagai zat asing masuk ke dalam tubuh.

2.12 Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas
1. Data umum meliputi : ruang rawat, kamar, tanggal masuk, tanggal pengkajian,
diagnosa medis, perawat yang mengkaji, nomor medical record.
2. Identitas klien dan keluarga klien meliputi : nama, umur, tanggal lahir, jenis
kelamin, agama, suku bangsa dan alamat.
3. Ayah meliputi: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat

13
4. Ibu meliputi: nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat saudara
kandung meliputi: umur, jenis kelamin dan pendidikan
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama penyebab klien sampai dibawa ke rumah sakit.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
 Provocative, yaitu penyebab/hal-hal yang mendahului sebelum terjadi
keluhan utama. Pada pasien bronchopneumonia biasanya didahului oleh
infeksi traktus respiratorius atas.
 Qualitas/quantitas, yaitu seberapa berat keluhan dirasakan, bagaimana
rasanya seberapa sering terjadinya. Pada pasien bronchopnemonia keluhan
yang dirasakan yaitu sesak nafas, dan demam tinggi sampai kejang.
 Region/radiasi, yaitu lokasi keluhan utama tersebut dirasakan/ditemukan,
daerah/area penyebaran sampai kemana. Pada pasien bronchopnemonia
biasanya sesak dirasakan pada seluruh daerah dada.
 Severity scale, yaitu skala keperawatan/tingkat kegawatan sampai seberapa
jauh. Pada pasien bronchopnemonia biasanya sesak dirasakan sangat berat
diikuti oleh demam tinggi dan kejang sampai terjadi penurunan kesadaran.
 Timing, yaitu kapan keluhan tersebut mulai ditemukan/dirasakan pada
pasien bronchopnemonia keluhan dirasakan berat pada saat malam hari dan
aktifitas yang berlebihan. (Carpenito, 2008)
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Meliputi penyakit yang pernah dialami (apa kapan dirawat/tidak dimana,
reaksi anak), pernah dirawat (dimana, kapan, berapa lama, bagaimana reaksi
anak), pengobatan yang pernah diberikan (jenis, berapa lama, dosis), tindakan
medis (operasi, vena pungtie dan lain-lain) alergi atau tidak. Adanya riwayat
infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam, anorexia, sukar
menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan
imunitas seperti malnutrisi, anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran
pernapasan.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga

14
Meliputi keluarga inti, ayah, ibu, nenek, kakek, parnan, bibi dan lain- lain,
penyakit yang pernah diderita/masih diderita penyakit menular, penyakit
keturunan dan lain-lain.
5. Riwayat Kehamilan
a. Pre Natal
Meliputi penyakit ibu selama hamil, perdarahan, makanan pantangan,
pemeriksaan kehamilan.
 Trisemester I (0-12 minggu) tiap 4 minggu (7 kali pemeriksaan)
 Trisemester II (13-24 minggu) : tiap 2 minggu (7 kali pemeriksaan)
 Trisemester III (25-36 minggu) : tiap minggu sampai bayi lahir imunisasi
TT 2 kali selama kehamilan
b. Intra Natal
Meliputi : bayi waktu lahir ditolong siapa, jenis persalinan, Apgar score,
berat badan lahir, adakah proses kelahiran yang lama, perdarahan, posisi
janin waktu lahir.
c. Post Natal
Meliputi kesehatan ibu yang buruk pada masa post natal, kesehatan bayi,
kelainan congenital, infeksi, hipo/hipertermin nutrisi (colostrums) segera
setelah lahir, menunggu asi keluar diganti pasi, pantangan makanan ibu.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
Meliputi kejadian penting pada perkembangan masa kanak-kanak seperti
tengkurap, berjalan, imunisasi dan lain-lain.

7. Riwayat Psikologis
a. Pola interaksi, meliputi dengan orang tua, teman dan orang lain
b. Pola kognitif, meliputi kemampuan berfikir, berbahasa dan intelegensi
c. Pola emosi, meliputi bila marah, sedih, takut, gembira dan lain-lain
d. Konsep diri meliputi penilaian atau pandangan terhadap dirinya; harga diri,
bodi image, ideal diri / cita-cita hal yang terbaik, dan aktualisasi diri.
e. Pola pertahanan diri, meliputi bagaiman keluarga menghadapi masalah yang
dihadapi. (Anastasia anne, 2006)
8. Riwayat Sosial
Yang harus dikaji adalah pola kultural atau norma yang berlaku, rekreasi,
lingkungan tempat tinggal klien dan keadaan ekonomi.
9. Kebiasaan Sehari-hari
Meliputi pola nutrisi, eliminasi, istirahat, aktifitas seperti bermain dan
personal hygiene.
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum

15
 Pengukuran pertumbuhan meliputi : tinggi badan, berat badan, lingkar
kepala atas dan lingkar dada
 Pengukuran tanda vital meliputi : tensi darah, nadi, respirasi dan suhu
 Keadaan sistem tubuh
2. Sistem optalmikus
 Inspeksi : bentuk, warna konjunctiva, pupil, dan sklera
 Palpasi : adanya oedema, massa dan peradangan.
 Pada pasien bronchopneumoni biasanya ditemukan perubahan warna sklera
mata bila terjadi hipertermi.
3. Sistem respiratorik
 Inspeksi : observasi penampilan umum, konfigurasi thorak, kaji terhadap
area intercosta dan penggunaan otot tambahan, evaluasi kulit, bibir dan
membran mukosa, kaji kuku mengenai warnanya. Palpasi mengetahui
adanya masa, pembesaran kelenjar limfe, bengkak, nyeri, pulpasi, krepitasi
dan fokal fremitus
 Perkusi : untuk mengetahui batas dan keadaan paru-paru
 Auskultasi:untuk mengevaluasi bunyi nafas yang meliputi frekuensi,
kualitas, tipe dan adanya bunyi tambahan.
 Pada penderita bronchopneumonia biasanya ditemukan dispneu, pernafasan
cepat dan dangkal, pernafasan cuping hidung, dan penggunaan otot-otot
tambahan, suara nafas abnormal (ronchi) dan batuk dengan produksi
sputum.
4. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : warna kulit, anggota tubuh dan membran mukosa, pelpebra
anemis atau tidak, periksa prekordium dan adanya oedema palpasi:
seluruh dada terhadap impuls apikal, getaran dan nyeri tekan, palpasi nadi
dan oedema perifer
 Perkusi : untuk mengetahui batas jantung
 Auskultasi : untuk mendengarkan bunyi akibat vibrasi karena kegiatan
jantung.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan hipotensi, tanda-tanda
sianosis pada mulut dan hidung, nadi cepat dan lemah.
5. Sistem gastro intestinal
 Inspeksi : mengetahui keadaan warna, lesi / kemerahan pada abdomen dan
gerakan abdomen.
 Auskultasi : untuk mengetahui frekuensi, nada dan intensitas bising usus
yang dihasilkan
 Perkusi : mengetahui adanya gelembung udara dalam saluran cerna dan
pekak hati.
 Palpasi: untuk merasakan adanya spasme otot, nyeri tekan, masa krepitasi

16
subkutan dan organ abdomen.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan diare, mual, muntah,
penurunan berat badan dan distensi abdomen.
6. Sistem neurologis
 Inspeksi:untuk mengetahui penampilan umum dan perilaku pasien
 Perkusi : mengetahui refleks pasien.
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan gelisah, bila
suhu terus-menerus meningkat dapat menimbulkan kejang dan penurunan
kesadaran.

7. Sistem muskulo skeletal


 Inspeksi : mengetahui keadaan penampilan umum dan keadaan exstremitas.
 Palpasi : mengetahui masa dan keadaan otot
 Perkusi : untuk mengetahui adanya reflek dan kekuatan otot
 Pada bronchopneumonia biasanya ditemukan dalam keadaan kelelahan,
tonus otot, email, penurunan kekuatan otot, dan intoleransi aktifitas.
8. Sistem urogenetalia
 Inspeksi : mengetahui warna, tekstur, luka memar pada kulit dan perhatikan
keadaan panggul dengan adanya mass /pembesaran.

2. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada anak dengan
bronchopneumoni menurut Wong (2003), adalah sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi
sputum
2. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh akibat proses
infeksi, toksemia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan rasa sputum.
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


1 Ketidakefektifan BersihanNoc Nic
Jalan Napas  Respiratory status : Airway Management
Definisi: ketidakmampuan Ventilation 1. Auskultasi suara nafas,
untuk membersihkan sekresi Respiratory status : Airway catat adanya suara tambahan
atau obstruksi dari saluran patency 2. Anjurkan pasien untuk
pernafasan untukKriteria hasil : istirahat dan napas dalam
mempertahankan kebersihan

17
jalan nafas.  Mendemonstrasikan batuk3. Posisikan pasien untuk
Batasan karakteristik : efektif dan suara nafas yang memaksimalkan ventilasi
 Suara nafas tambahan bersih, tidak ada sianosis dan4. Berikan terapi nebulizer
 Sputum dalam jumlah dyspneu (mampu untuk mengencerkan dahak
yang berlebihan mengeluarkan sputum, yang kental
Faktor yang berhubungan : bernafas dengan mudah,5. Keluarkan sekret
Peningkatan produksi tidak ada pursed lips) dengan batuk atau suction
sputum  Menunjukkan jalan 
nafas
yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam
rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
 Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan
nafas

2. Hipertermia Noc Nic


Definisi : Thermoregulation  Fever treatment
Peningkatan suhu tubuhKritetia hasil : 1. Monitor suhu, nadi dan
diatas kisaran normal  Suhu tubuh dalam rentang RR.
Batasan karakteristik : normal 2. Berikan kompres hangat
Peningkatan suhu tubuh Nadi dan RR dalam rentang pada lipat paha dan aksila
diatas normal normal 3. Kolaborasi pemberian
Faktor yang berhubungan: antipiretik
Proses infeksi 4. Tingkatkan sirkulasi
udara

18
2. Ketidakseimbangan nutrisiNoc Nic
kurang dari kebutuhan Nutritional status : Food and Nutrition Management
tubuh fluid 1. Timbang berat badan
Definisi :  Nutritional status : Nutrient 2. Kolaborasi dengan ahli
Asupan nutrisi tidak cukuo intake gizi untuk menentukan
untuk memenuhi kebutuhanKriteria hasil : nutrisi yang dibutuhkan
metabolik  Mampu mengidentifikasi Nutrition monitoring
Batasan karakteristik : kebutuhan nutrisi 3. Monitor kulit kering
 Kurang minat pada Tidak ada tanda-tanda mal dan perubahan pigmentasi
makanan nutrisi 4. Monitor mual dan
 Membran mukosa pucat muntah
Faktor yang berhubungan: 5. Monitor intake nutrisi
Anoreksia yang
berhubungan dengan toksin
bakteri bau dan rasa sputum.

19
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


Nama : Tempat Praktik : Rs Baptis Batu
NIM : Tanggal Praktik : 18 – 2 - 2019

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. Y No Reg : 92800
Usia : 5 Tahun Tanggal MRS : 17 Februari 2019
Nama orang tua : Ny.W Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2019
Pekerjaan orang tua : Ibu Rumah tangga
Alamat : Dau, Batu
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan orang tua: SMA
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia

2. KELUHAN UTAMA
a. Saat MRS : Ibu pasien mengatakan anaknya mulai hari kamis malam demam
390C, kemudian langsung dibawa ke RS Baptis Batu dikarenakan panas 3 hari tidak
turun disertai sesak dan batuk.
b. Saat Pengkajian : Ibu pasien mengatakan anaknya masih panas dan batuk –
batuk.

3. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN


a. Prenatal : Ibu pasien mengatakan hamil saat usia 25 th rutin melakukan kontrol
kehamilan dan tidak memiliki penyakit kronis.
b. Natal : Ibu pasien mengatakan melahirkan secara normal dengan BB 3,5 kg PB 50 cm
menangis spontan keras dan di tolong oleh bidan dekat rumahnya
c. Post Natal : Ibu pasien mengatakan anaknya diasuh sendiri dan ASI ekslusif

20
4. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
a. Penyakit masa lalu : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah
menderita penyakit bronkopneumonia sebelumnya, dan biasanya hanya panas cuma 1
hari kemudian sembuh
b. Riwayat dirawat di RS: Ibu pasien mengatakan belum pernah masuk RS dan baru kali
ini masuk RS.
c. Riwayat pengobatan : Ibu pasien mengatakan saat anaknya panas atau sakit
langsung dibawa ke bidan
d. Riwayat tindakan Medis : Ibu pasien mengatakan anaknya belum pernah rawat
inap dan diinfus
e. Riwayat alergi : Ibu pasien mengatakan anaknya alergi dingin dan
susu sapi
f. Riwayat kecelakaan : Ibu pasien mengatakan anaknya tidak pernah
mengalami kecelakaan
g. Riwayat imunisasi : Ibu pasien mengatakan imunisasi anaknya lengkap
h. Pola Asuh : Ibu pasien mengatakan diasuh sendiri dan anaknya
aktif dan mudah berinteraksi dengan orang lain
i. Riwayat tumbuh kembang yang lalu :
1) Motorik kasar
Ibu pasien mengatakan anaknya dapat lompat jauh dan bersepeda secara mandiri
2) Motorik halus
Ibu pasien mengatakan anaknya dapat menggambar wajah manusia gunung secara
mandiri
3) Sosialisasi
Ibu pasien mengatakan anaknya dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang
sekitar
4) Bahasa
Ibu pasien mengatakan anaknya belum lancar berbicara dengan bahasa Jawa atau
Indonesia

21
j. Genogram :

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Pasien laki-laki
: Tinggal serumah

5. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Ibu pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
hipertensi, diabetes mellitus.

6. PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR


Kebutuhan Dasar Sebelum MRS MRS
1. Pola Nutrisi Makan 3x sehari dengan Makan 2x sehari habis
- Makanan nafsu makan yang baik setengah porsi
- Cairan Minum air putih 7-8 gelas Minum air putih 5 gelas per
per hari hari
2. Pola Eliminasi BAB: 1x sehari, bbau khas BAB: 1x sejak MRS, bau
feses, warna kuning khas feses, warna kuning
kecoklatan kecoklatan
BAK: 2-3x sehari, bau khas BAK: 1-2x sehari, bau khas
urine, warna sedikit kuning, urine, warna kuning, jernih
jernih
3. Pola Istirahat & Tidur Tidur malam: 8 jam Tidur malam: 6-7 jam
Tidur siang: 1-2 jam Tidur siang: jarang tidur
4. Personal hygiene Mandi dan menggosok gigi Diseka oleh ibu dan ganti
2x sehari, keramas 2x baju 2x sehari
sehari, ganti baju 2x sehari
dengan bantuan ibu
5. Aktivitas Sebagian dibantu orang tua, Dibantu oleh orang tua,
berinteraksi dan bermain berinteraksi dengan
dengan keluarga dnegan keluarga, tidak bisa bermain

22
aktif bebas

7. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum : Lemah, Kesadaran composmentis, GCS 456
b. Tanda-tanda Vital : Nadi: 119x/menit RR: 28x/menit Suhu: 37,90C TD 115/70
mmHg
c. Pemeriksaan Kepala : Simetris, bersih, nyeri tekan (-) benjolan (-), mata cowong,
mukosa bibir kering
d. Pemeriksaan Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran vena jugularis (-),
nyeri tekan (-)
e. Pemeriksaan Thorax : Tidak ada perubahan pergerakan dinding dada, lesi (-),
krepitasi (-)
1) Jantung : Ictus cordis (-), BJ I tunggal, BJ II tunggal, tidak ada suara
tambahan

2) Paru : Ronchi - -
+ +
+

Wheezing

- -
+ -
+
Gallop (-), murmur (-)
3) Mammae : Simetris, lesi (-), nyeri tekan (-)
4) Ketiak : Benjoalan (-), lesi (-)
f. Pemeriksaan Abdomen : Bising usus 18x/menit, bunyi tympani, asites (-)
g. Pemeriksaan Ekstremitas : Akral hangat, odem (-), terpasang infus ditangan kiri
h. Pemeriksaan Punggung dan Tulang Belakang : Tidak ada kelainan, lordosis (-),
scoliosis (-), kifosis (-)
i. Pemeriksaan Genetalia : Bersih, lesi (-), benjolan (-)
j. Pemeriksaan Integumen : Warna kulit sawo matang, CRT <2 detik, sianosis (-),
ikterik (-)
k. Pemeriksaan Neurologi : Tidak terjadi penurunan kesadaran, orientasi terhadap orang
sekitar baik

23
8. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN SAAT INI (DDST)
a. Motorik Kasar : Anak dapat berdiri 1 kaki 1 detik
b. Motorik Halus : Anak dapat menyusun menara kubus
c. Sosialisasi : Anak dapat bersosialisasi dan berinteraksi dengan orang sekitar
d. Bahasa : Anak susah menyebut 5 kata

9. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Hematologi Lengkap
Hemoglobin 12 g/dL 10,8 - 15
Hematokrit 35,8 % 35-43
Lekosit 13,42 sel/µL 5 – 14,5
Eritrosit 4,60 10Ʌ6/µL 3.7-5.70
Trombosit 322 10/µL 217- 497
Hitung Jenis
Limfosit 17,7 % 25 - 50
Monosit 15,5 % 1-6
Neutrofil 66,6 % 25 - 60
Eosinofil 0,1 % 1–5

10. TERAPI
- Vinisilin 3x500 mg drip NS 50 cc
- Paracetamol 4x200 mg
- Ranitidin 2x15 mg IV
- Novalgin 200 mg
- Nebulizer Forbiven 3x / hari
- Infus D5 Q 10 jam 20 tpm

Radiologi
Cor : besar dan bentuk kesan normal

24
Pulmo : tampak patchy infiltrat dilapang paru kanan dan kiri
Sinus Phremicostalis kanan kiri tajam
Tulang dan soft tissue tampak baik
Trachea ditengah
Kesimpulan : Bronkopneumonia

25
ANALISA DATA

Nama: An. Y No. RM:


Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
No Data penunjang Penyebab Masalah
DS: Ibu pasien mengatakan Virus, bakteri, jamur Ketidakefektifan bersihan
1.
anaknya batuk grog jalan napas
grog dan tidak dapat Invasi saluran napas atas
mengeluarkan secret.
DO: Pasien tampak lemah, Kuman berlebih di bronkus
sesak dan batuk
Terdapat ronchi - - Proses peradangan
+ +
+
Akumulasi secret di bronkus
Terdapat wheezing
Peningkatan produksi sputum
- -
+ -
+ Ketidakefektifan bersihan jalan
Nadi: 119x/menit napas
RR: 28x/menit
Sputum +
2 DS: Ibu pasien mengatakan Virus, bakteri, jamur Hipertermia
anak panas pada
malam hari dan dingin Invasi saluran pernapasan atas
pada saat pagi dan
siang hari Invasi saluran pernapasan bawah
DO: Pasien tampak lemah
Wajah tampak merah dan Peradangan
mata berair
TD : 115/70 mmHg Peningkatan suhu tubuh
Nadi: 119x/menit
Suhu: 37,90C Proses infeksi
RR: 28x/menit
Trombosit : 322 Hipertermia

26
Leukosit : 13,42
Ht : 35,8
Hb : 12

27
DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama : An. Y No. RM:


Dx Medis : Bronkopneumonia

No. Diagnosa Keperawatan


1 Ketidalefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan
produksi sputum
2 Hipertermi berhubungan dengan gangguan pada termogulasi

28
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama :An. Y No.RM :


Diagnosa Medis : Bronkopneumonia

Tgl Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor status oksigen pasien
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
napas berhubungan selama 3x24 jam diharapkan jalan napas
ventilasi
denganpeningkatan produksi efektif ditandai dengan:
3. Auskultasi suara nafas, catat adanya nafas
1. Pasien dapat mendemonstraksikan batuk
sputum
tambahan
efektif dan suara napas bersih (mampu
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam
mengeluarkan sputum)
pemberian nebulizer
2. Menunjukkan jalan napas paten
2. Hipertemi berhubungan dengan Setelah dilakuka tindakan keperawatan 1. Pantau tanda vital
2. Berikan kompres hangat pada lipatan paha
proses infeksi selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh
dan aksila
dalam batas normal ditandai dengan:
3. Anjurkan meningkatkan intake cairan
1. Suhu tubuh dalam batas normal
4. Anjurkan untuk meningkatkan istirahat
2. Nadi dan RR dalam batas normal
5. Monitor suhu tubuh
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam
pemberian antibiotik dan caira IV

29
IMPLEMENTASI

Nama Klien : An. Y Tanggal Pengkajian : 18 Februari 2019


Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
Tanggal No. Dx Jam Implementasi Evaluasi TTD & Nama
Keperawatan Terang
18 1 1. Memantau status oksigen pasien S : Ibu pasien mengatakan anaknya
2. Memposisikan pasien untuk
Februari masih batuk berdahak dan sulit
memaksimalkan ventilasi
2019 mengeluarkan dahak
3. Mengauskultasi suara nafas, catat
O : Terdapat bunyi ronchi
adanya nafas tambahan
4. Berkolaborasi dengan tim medis
dalam pemberian nebulizer

Terdengar batuk grok-grok, tampak


lemah
SPO2 : 95%
Nadi:120x/menit
RR: 28x/menit
Sputum +
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
18 2 1. Memantau tanda vital S: Ibu pasien mengatakan anaknya

30
Februari 2. Memberikan kompres hangat pada masih demam
2019 lipatan paha dan aksila O: Tampak lemah
3. Menganjurkan meningkatkan intake
Suhu: 37,90C
cairan
Nadi:120x/menit
4. Menganjurkan untuk meningkatkan
RR: 28x/menit
istirahat
5. Memonitor suhu tubuh TD 115/70 mmHg
6. Berkolaborasi dengan tim medis
A: Masalah belum teratasi
dalam pemberian antibiotik dan caira
P: Lanjutkan intervensi
IV

IMPLEMENTASI

Nama Klien : An. Y Tanggal Pengkajian : 19 Februari 2019

31
Diagnosa Medis : Bronkopneumonia
Tanggal No. Dx Jam Implementasi Evaluasi TTD & Nama
Keperawatan Terang
19 1 1. Memantau status oksigen S: Ibu pasien mengatakan anaknya
Februari pasien masih batuk berdahak dan sudah
2. Memposisikan pasien untuk
2019 bisa mengeluarkan dahak
memaksimalkan ventilasi
O: Terdapat bunyi ronchi
3. Mengauskultasi suara nafas,
catat adanya nafas tambahan
4. Berkolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian
Terdengar batuk grok-grok, tampak
nebulizer
lemah
Nadi:145x/menit
RR: 27x/menit
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi

19 2 1. Memantau tanda vital S: Ibu pasien mengatakan anaknya


2. Memberikan kompres hangat
Februari sudah tidak demam
pada lipatan paha dan aksila
2019 O: Tampak lemah
3. Menganjurkan meningkatkan
Suhu: 36,50C
intake cairan

32
4. Menganjurkan untuk Nadi:145x/menit
meningkatkan istirahat RR: 27x/menit
5. Memonitor suhu tubuh
TD 105/70 mmHg
6. Berkolaborasi dengan tim
A: Masalah teratasi sebagian
medis dalam pemberian
P: Lanjutkan intervensi
antibiotik dan caira IV

33
BAB IV

PENUTUP

Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang


melibatkan bronkus/bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-
bercak. Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratorius
bagian atas selama beberapa hari. Seringkali pasien pneumonia yang dirawat
di rumah sakit datang sudah dalam keadaan payah, sangat payah, sangat
dispneu, pernapasan cuping hidung, sianosis, dan gelisah. Masalah pasien
yang perlu diperhatikan adalah menjaga kelancaran pernapasan, kebutuhan
istirahat, kebutuhan nutrisi/cairan, mengontrol suhu tubuh, mencegah
komplikasi. Sedangkan pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi, maka yang biasa diberikan adalah antibiotik yang mempunyai
spectrum luas, pemberian oksigen, cairan intravena dan koreksi sesuai dengan
hasil analisa gas darah arteri.
Pada kasus An. “Y” masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas,
hipertemi, masalah teratasi sebagian, maka perawat perlu melaksanakan
tindakan keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi.

3.2 Saran
Dalam penyusunan laporan seminar kasus ini pembaca dapat lebih
melengkapi teori dan meningkatkan ketelitian dalam melakukan pengkajian
guna meningkatkan kesempurnaan laporan ini.

35
DAFFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata :


EGC.

Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC; 1997

Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC

Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta :


Salemba Medica.

Suriadi, Yuliani. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung


Seto;2001

Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,


Jakarta : EGC

36

Anda mungkin juga menyukai