Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Beakang Masalah

Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2014 oleh Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono pada tanggal 17 Oktober 2014, status Universitas

Diponegoro yang awalnya merupakan Perguruan Tinggi Negeri Badan Layanan

Umum (PTN BLU) berubah menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum

(PTN-BH).

PTN-BH adalah Perguruan Tinggi yang memiliki otonomi untuk

mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan Tridharma

Perguruan Tinggi meliputi otonomi pengelolaan secara akademik dan non

akademik (Pasal 62 dan Pasal 64 UU No.12/2012). Disebutkan pula pada Pasal 65

ayat 1 UU No.12/2012 bahwa PTN yang akan berubah statuta menjadi PTN

Badan Hukum harus melalui evaluasi kinerja oleh (Dirjen Dikti) dan

Kemendikbud. Dari aspek pendanaan PTN Badan Hukum diperoleh dari subsidi

APBN & diberi keleluasaan (otonomi) untuk memperoleh dana lain dengan

mendirikan kegiatan usaha namun yang bersifat nirlaba yaitu tidak mengutamakan

profit/keuntungan.

Dengan adanya wacana trsebut Undip melakan salah satu upaya untuk

mentup beban biaya yaitu, dengan cara menaikan biaya UKT bagi angkatan 2016

dan juga pengenaan SPI bagi mahasiswa yang lolos Undip melalui jalur masuk

UM (ujian mandiri).
Namun dalam isu ini pihak BEM seluruh fakultas di Undip menoak untuk

di adakan kenikan ini dengan berbagai aasan, seperti menuntut adanya transparasi

dana unifersitas, menolak kenaikan UKT, menolak adanya SPI. Berangkat dari

pokok permasalahan berikut, penulis ingi meneliti tentang fenomena pergerakan

mahasiswa Undip dalam penolakan kenaikan UKTdan SPI.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan diatas, maka

tercetuslah rumusan masalah Apakah orientasi gerakan sosial Aliansi Mahasiswa

Undip dalam penolakan kenaikan UKT dan SPI Undip ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk

menjelaskan apa orientasi dari gerakan sosial Aliansi Mahasiswa Undip dalam

penolakan kenaikan UKT dan SPI

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki manfaat antara lain:

1. Memberikan informasi kepada pmbaca tentang gerakan mahasiswa dalam menola

kenaikan UKT dan SPI di Universitas Diponegoro

2. Sebagai tambahan literatur atau bahan kajian untuk melihat model gerakan

mahasiswa dalam penolakan UKT dan SPI.


BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Demokrasi

Istilah demokrasi berasal dari bahasa Yunani demos artinya rakyat dan

kratein artinya pemerintah. Secara sederhana, demokrasi berarti pemerintahan

oleh rakyat, dalam hal ini kekuasaan tertinggi berada ditangan rakyat.

Sebagaimana istilah politik yang lain, istilah demokrasi juga memiliki banyak

makna turunannya. Pengertian demokrasi sederhana di atas kemudian

berkembang, seiring perkembangan politik dan ilmu politik, sehingga muncul

banyak pengertian tentang demokrasi. Diantara beberapa pengertian tentang

demokrasi, barangkali pengertian yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln dapat

merangkum makna demokrasi dalam sebuah kalimat sederhana. Menurut

Abraham Lincoln demokrasi adalah pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat.

Pada masa kini, ketika jumlah penduduk semakin banyak, kita

membutuhkan demokrasi perwakilan untuk memutuskan berbagai persoalan

bersama. Maka dibentuklah pemerintahan dan dewan perwakilan yang dipilih oleh
rakyat. Dengan demikian, lembaga-lembaga tersebut memiliki mandat dari rakyat

untuk menjalankan tugas eksekutif dan legislatif. Karena dipilih dan memperoleh

mandat dari rakyat, maka merekapun harus mempertanggungjawabkan

penyelenggaraan pemerintahan tersebut kepada rakyat sebagai pemegang

kedaulatan tertinggi.

Sebagai sebuah kondisi ideal, demokrasi tentu dicita-citakan oleh banyak

kalangan. Tetapi upaya menuju demokrasi yang ideal merupakan sebuah proses

yang tidak mudah. Proses menuju demokrasi inilah yang disebut sebagai

demokratisasi. Demokratisasi biasanya diawali dengan adanya liberalisasi

(meluasnya kebebasan). Dalam tahap ini media massa agak diberi kelonggaran

sehingga tidak menghadapi ancaman pembredelan, masyarakat cukup leluasa

melakukan partisipasi sosial melalui organisasi dan wahana lain, serta mulai

berkembang penghargaan terhadap keragaman (pluralisme).

Demokrasi secara sederhana berarti pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,

dan untuk rakyat. Dalam pengertian yang lebih kompleks, demokrasi berarti suatu

sistem pemerintahan yang mengabdi kepada kepentingan rakyat dengan tanpa

memandang partisipasi mereka dalam kehidupan politik, sementara pengisian

jabatan-jabatan publik dilakukan dengan dukungan suara rakyat dan merekan

memiliki hak untuk memilih dan dipilih.

Bentuk-Bentuk Demokrasi

Untuk mengetahui bentuk-bentuk demokrasi, setidaknya dapat diupayakan

dengan menggunakan pendekatan dari beberapa sudut pandang. Misalnya


menggunakan tiga sudut pandang utama, yakni: pertama, dilihat dari sudut

pandang “titik tekan” yang menjadi perhatiannya, demokrasi dapat dibedakan

antara:

1. Demokrasi formal, yaitu demokrasi yang menjunjung tinggi persamaan

dalam bidang politik , tanpa disertai upaya untuk mengurangi atau

menghilangkan kesenjangan dalam bidang ekonomi. Jadi, kesempatan

ekonomi dan politik bagi semua orang adalah sama.

2. Demokrasi material, yakni demokrasi yang menekankan pada upaya-

upaya menghilangkan perbedaan dalam bidang ekonomi, sedangkan

persamaaan dalam bidang politik kurang diperhatikan, atau bahkan

dihilangkan.

3. Demokrasi gabungan, yakni demokrasi sintesis dari demokrasi formal dan

demokrasi material. Demokrasi ini berupaya mengambil hal-hal baik dan

membuang hal-hal buruk dari demokrasi formal dan demokrasi material.

Kedua, dari sudut pandang “cara penyaluran” kehendak rakyat, bentuk

demokrasi dapat dibedakan antara lain:

1. Demokrasi langsung, yakni rakyat secara langsung mengemukakan

kehendaknya di dalam rapat yang dihadiri oleh seluruh rakyat.

2. Demokrasi perwakilan dan demokrasi representatif, yakni rakyat

menyalurkan kehendaknya, dengan memilih wakil-wakilnya untuk duduk

dalam Dewan Perwakilan Rakyat.


3. Demokrasi perwakilan dengan sistem referendum, yakni gabungan antara

demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan. Ini artinya, rakyat memilih

wakil-wakil mereka untuk duduk dalam Dewan Perwakilan Rakyat, tetapi

dewan itu dikontrol oleh pengaruh rakyat dengan sistem “referendum” dan

“inisiatif rakyat”.

Ketiga, dari sudut pandang “tugas-tugas dan hubungan antara alat-alat

perlengkapan negara”, demokrasi dapat dibedakan dalam beberapa bentuk, antara

lain:

1. Demokrasi dengan system parlementer, yakni dalam demokrasi ini

terdapat hubungan erat antara badan legislatif dengan badan eksekutif.

Hanya badan legislatif saja yang dipilih rakyat, sedangkan badan eksekutif

yang biasanya disebut “kabinet” dipimpin oleh seorang perdana menteri

yang dibentuk berdasarkan dukungan suara terbanyak yang terdapat dalam

dewan perwakilan rakyat atau di parlemen.

2. Demokrasi dengan system pemisahan kekuasaan, yakni demokrasi dalam

arti kekuasaan dipisahkan menjadi kekuasaan legislatif, kekuasaan

eksekutif, dan kekuasaan yudikatif.

3. Demokrasi dengan system referendum, yakni demokrasi perwakilan

dengan control rakyat secara langsung terhadap wakil-wakilnya di dewan

perwakilan rakyat.

B. Teori Sosial
Gerakan Sosial

Gerakan sosial merupakan gerakan kolektif yang bersifat menentang

untuk mencapai tujuan kolektif. Gerakan sosial bisa memiliki partisan

dengan jumlah yang sangat banyak. Gerakan sosial bisa pula bergerak

dalam batas-batas legalitas suatu masyarakat, namun bisa juga bergerak

secaraiegal atau sebagai kelompok bawah tanah.

Menurut Giddens (1993:642) gerakan sosial adalah suatu upaya

koektif untuk mengejar kepentingan bersama ata mencapai tjuan

bersama mealui tindakan kolektif diluar ingkup lembaga-lembaga yang

mapan.

Menurut Sydney Tarrow, gerakan sosial adalah tantangan-

tantangan kolektif yang didasarkan ppada tujuan-tujuan bersama dan

solidaritas sosial, dalam interaksi yang berkelanjutan dengan para elit,

penentang dan pemegang wewenang. Tarrow juga menempatkan gerakan

sosial didalam kategori yang lebih umum tentang perlawanan. Plitik

perlawanan bisa mencakup gerkan sosial, siklus penentangan dan revolusi.

Politik perlawanan terjai ketika rakyat biasa sering bergabung dengan para

warga yang lebih berpengaruh, meggalang kekuatan untuk melawan para

elit, pemegang otoritas, dan pihak lawan-lawan lainnya. Tindakan yang

mendasari politik perlawanan adalah aksi kolektif yang melawan.

Tindakan kolektif bisa mengambil banyak bentuk atau berkelanjutan,

terlembagakan atau cepat bubar. Aksi kolektif memiliki nuansa

penentangan ketika aksi itu dilakukan oleh orang-orang yang kurang


memiliki akses ke institusi-institusi untuk mengajukan klaim aru atau

klaim yang tidak dapat diterima oleh pemegang otoritas. Aksi kolektif

yang melawan merupakan basis dari gerakan sosial, karena aksi itu

seringkali merupakan satu-satunya sumberdaya yang dimiiki oleh orang-

orang awam daam menentang pihak-pihak lain yag lebih kuat.

Gerakan sosial harus memiliki empat properti dasar, yaitu:

a. Tantangan kolektif

Tantangan kolektif seringkali ditandai oleh tindakan mengganggu,

menghalangi atau membuat ketidakpastian terhadap aktivitas-aktivitas

pihak lain. Tantangan kolektif ini merupakan karakteristik paing umum

dari gerakan sosial. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa gerakan

sosial baisanya kurang memiliki sumberdaya yang stabil.

b. Tujuan Bersama

Alasan yang paling jelas mengapa orang terikat bersama dalam gerakan

adalah untuk menyusun klaim bersama menentang pihak lawan, pemegang

otoritas atau para elit. Tidak semua konfik semacam itu muncu dari

kepentingan kelas, tetapi nilai dan kepentingan bersama dan tumpang

tindih merupakan basis dari tindakan-tindakan bersama.

c. Solidaritas dan Identitas Kolektif

Sesuatu yang menggerakan secara bersama-sama dari gerakan sosial

adalah pertimangan partisipan tentang kepentingan bersama yang

kemudian mengantarai perubahan dari sekedar potnsi gerakan menjadi

nyata. Dengan cara menggerakan konsensus, perancang gerakan


memainkan peran penting dalam merangsang munculnya konsensus

semacam itu.

d. Memelihara plitik perlawanan

Dengan cara memelihara aksi kolektif melawan pihak musuh, suatu

episode perlawanan bisa menjadi gerakan sosial. Tujuan kolektif, identitas

bersama, dan tantangan yang dapat diidentifikasikan membantu gerakan

untuk memelihara politik perlaanan ini.

Asal Mula Gerakan Sosial Baru

Istilah gerakan sosial baru (GSB) dipergunakan secara luas untuk merujuk

kepada fenomena gerakan sosial yang muncul sejak pertengahan 1960-an

terutama dinegara-negara maju yang teah memasuki era ekonomi pasca-industrial.

Ha ini menunjukan bahwa wacana tentang GSB berula di negara-negara maju

sebagai bagian dari konteks perkembangan peradaban mereka.

Para ahli telah mengamati gejala sosia ini secara intens, hasilnya adaah

bahwa dalam komunitas imu sosial, GSB dipahami sebagai dua hal.

1. GSB dipahami sebagai suatu tipe gerakan sosial yang memiliki tampilan

karakter yag baru dan bahkan ungkin unik.

2. Akumulasi pengetahuan yang dihasilkan dari riset tentang GSB telah

membawanya kepada situs sebagai suatu paradigma daam memahami

kenyataan sosial itu sendiri. status sebagai paradigma ini telah memicu

berdebatan inteektual bersemangat di kalangan para ahli ilmu sosial.


Menurut Pichardo GSB merupakan sekedar kisah tambahan yang muncul

belakangan dalam episode yang disebut gerakan sosial.

BAB III

PEMBAHASAN

Di Universitas Diponegoro terdapat sebuah gerakan mahasiswa yang

dinamakan Aliansi Mahasiswa Undip. Aliansi Mahasiswa Undip lahir dari

kumpulan BEM seluruh Fakultas di Undip yang difasilitasi oleh BEM Undip.

Gerakan ini lahir dari kegelisahan mahasiswa Undip tentang isu kenaikan UKT &

SPI yang akan segera disahkan oleh pihak Universitas. Langkah gerak dalam

Aliansi Mahasiswa Undip ini berorientasi untuk memperjuangkan hak-hak calon

mahasiswa yang kemungkinan akan menerima kenaikan biaya pada

perkuliahannya nanti karena Universitas merencanakan penerapan kenaikan UKT

& SPI ini pada awal masa perkuliahaan mahasiswa angkatan 2016. Dalam

langkah geraknya, BEM Undip selaku pihak yang memfasilitasi ini memberikan

mandat kepada bidang SOSPOL untuk melakukan kajian terhadap isu UKT & SPI

ini. Lalu dari BEM Undip memberikan instruksi kepada BEM seluruh Fakultas

untuk mengkaji dan memberikan sikap terkait isu UKT & SPI ini. Setelah pihak

BEM Fakultas memberikan sikap dan hasil kajian, BEM Undip pun melakukan

kajian lagi dengan mengundang seluruh BEM Fakultas tersebut yang bertujuan

untuk konsolidasi dan merumuskan tuntutan apa saja yang akan diberikan kepada

pihak rektorat. Berikut adalah tuntutan yang disampaikan oleh Aliansi Mahasiswa

Undip:
1. Menolak Kenaikan UKT

2. Menolak Adanya SPI

3. Mengadakan Transparansi Dana dari Pihak Universitas

Setelah mengadakan aksi untuk penyampaian tuntutan tersebut, ternyata pihak

yang ingin ditemui oleh Alian Mahasiswa Undip ini tidak ada dengan alasan

tertentu. Karena hal tersebut, Aliansi Mahasiswa Undip akan melanjutkan untuk

pengawalan isu ini sebelum memasuki pelegalan kenaika UKT & SPI dari pihak

Universitas. BEM Fakultas pun turut serta menjaga pengawalan isu ini sampai

waktu yang belum ditentukan.

Pola pergerakan mereka adalah bottom – up, dengan kata lain, BEM Fakultas

mengadakan kajian dengan himpunan – himpunan mahasiswa setiap jurusan atau

prodi kemudian menghasilkan sikap dan pandangan kembali, yang akan diberikan

saat diskusi publik yang diadakan oleh BEM Undip.

Bidang dari BEM Undip yang turut serta dalam gerakan ini ada tiga yaitu

SOSPOL, KESMA, dan HARKAM. Jobdesk dari tiga bidang tersebut yaitu:

 SOSPOL: Melaksanakan kajian/diskusi publik terkait isu UKT & SPI

ini. selain itu, SOSPOL pula yang mengadakan propaganda

untuk penarik perhatian dari mahasiswa Undip yang lain.

 KESMA: Mencari data-data valid atau data yang bisa dikaji oleh

mahasiswa Undip. Selain itu, KESMA juga yang mengadakan atau

mengagendakan audiensi dengan pihak universitas dan membentuk

Satgas UKT yang difungsikan untuk mengawal terus isu UKT dan

mencari data-data
 HARKAM: Mengkoordinir BEM setiap fakultas untuk kepentingan

aksi ini kedepannya.

Hambatan dalam pergerakan ini seperti yang diterangkan kawan-kawan

Aliansi Mahasiswa Undip adalah bahwasanya KESMA BEM Undip sendiri masih

ingin menjaga keharmonisan hubungan dengan pihak Universitas. Maka dari itu,

banyak sekali langkah gerak yang masih tertahan karena hal tersebut. Tapi, disisi

lain, Mahasiswa selain dari bidang KESMA ini meminta agar Aliansi Mahasiswa

Undip terutama BEM Undip untuk bergerak cepat karena ditakutkan

tenggelamnya isu ini nanti.

Anda mungkin juga menyukai