Anda di halaman 1dari 3

Hujan September ini tak menentu datangnya

Seakan kemarau kembali datang memfonis keringnya dedaunan

Apa boleh buat, petani

Benih jagung lagi yang kau sebarkan

Walau begitu, impor tetaplah impor

Butir beras bule lagi yang ku telan

Candu si paruh bengkok akan jagung di persawahan

Melengkapi naskah tak berujung terang

Ya, setidaknya nafas kami belum tersendat

Teringat kembali persoalan landasan

Setidaknya panen jagung ini yang terakhir

Terakhir sebelum rata dengan pembangunan

Malam Jumat 27 September

Yasin ku tutup tak sampai ayat

Aku anak kecil itu

Menguping di balik pintu

Terdengar sadis cerita dari ayahku


Bengis si kepala desa itu

Lagi-lagi membuat ulah terhadap kampungku

Menjual warga dengan milyaran kertas panas

Mendoktrini desa menjadi kota beralas materi

Yang punya uang lagi-lagi menang

Jumat 28 September 2018

Para petani larut dalam hijaunya ladang

Anak-anak kecil giring bola sana-sini asik bermain

Si paruh bengkok berkicau merdeka dalam sangkar cakrawala

Dari kejauhan terdengar tiga mesin besar melaju

Membondong puluhan ABRI gadungan

Tiga mesin besar parkir depan makam

Sekejap tanpa jejak puluhan ABRI lenyap

Yang ku pandang hanya akhir dari kebodohan

Puluhan nisan telah tergores kapur kebencian

Makam terukur dengan rapi

Di sisi kanan kiri berdiri papan milik milyuner berdasi

Penindasan tak boleh terjadi


Kibarkan bendera merah! Kita awali banyak tragedi

Anda mungkin juga menyukai