BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah:
Mengetahui prinsip dan metode titrasi asidi alkalimetri
Memahami cara penentuan kadar suatu zat dalam sampel dengan metode
asidi alkalimetri.
Dapat melakukan standarisasi larutan baku.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asidi-Alkalimetri
Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai
titrannya dansebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa.
Sedangkan alkalimetri padaprinsipnya adalah analisa titrimetri yang
menggunakan basa kuat sebagai titrannya dananalitnya adalah asam atau
senyawa yang bersifat asam.
G.N. Lewis menyatakan bahwa konsep asam dan basa dapat berlaku
umum untuk mencakup reaksi reaksi oksida asam dan oksida basa dan
sejumlah reaksi lainnya, termasuk reaksi transfer proton.
Menurut konsep ini, suatu asam lewis adalah spesi yang dapat membentuk
ikatan kovalen dengan menerima pasangan elektron bebas dari spesi yang lain
(asam sebagai akseptor pasangan elektron bebas). Suatu basa Lewis adalah
spesi yang dapat membentuk ikatan kovalen dengan memberikan pasangan
elektron kepada spesi lain. Konsep asam-basa Lewis dan Bronsted-Lowry
berbeda menurut cara pandangnya terhadap reaksi kimia tertentu.
Proton adalah suatu akseptor (penerima) pasangan elektron bebas, yang
menurut Lewis adalah asam. Ammonia yang memiliki pasangan elektron bebas
merupakan donatur pasangan elektron bebas, karena itu amonia adalah basa
Lewis (Adipedia,2013b)
2.2 Titrasi Asam-Basa
Salah satu aplikasi stoikiometri larutan adalah titrasi. Titrasi merupakan
suatu metode yang bertujuan untuk menentukan banyaknya suatu larutan
dengan konsentrasi yang telah diketahui agar tepat habis bereaksi dengan
sejumlah larutan yang dianalisis atau ingin diketahui kadarnya atau
konsentrasinya. Suatu zat yang akan ditentukan konsentrasinya disebut sebagai
“titran” dan biasanya diletakkan di dalam labu erlenmeyer, sedangkan zat yang
telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai titer atau titrat dan biasanya
diletakkan di dalam buret. Baik titer maupun titran biasanya berupa larutan.
Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam
proses titrasi, sebagai contoh bila melibatkan reaksi asam basa maka disebut
sebagai titrasi asam basa atau asidi alkalimetri, titrasi redox untuk titrasi yang
melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang
melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya (Pangganti,
2012).
2.3 Prinsip Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun
titrant. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau
sebaliknya. Titrant ditambahkan titer tetes demi tetes sampai mencapai
keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis
bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan
ini disebut sebagai titik ekuivalen, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama
dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama
dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan
dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator
disebut sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi ini mendekati titik
ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena
itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen (Lestari, 2012).
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi
dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk
memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah
“titik ekuivalen”.
Memakai indikator asam basa. Indikator ditambahkan pada titran sebelum
proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik
ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan,
tidak diperlukan alat tambahan, dan sangat praktis. Indikator yang dipakai
dalam titrasi asam basa adalah indikator yang perubahan warnanya dipengaruhi
oleh pH. Penambahan indikator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya
adalah dua hingga tiga tetes. Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka
titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik ekuivalen, hal ini dapat
dilakukan dengan memilih indikator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang
Pengaruh Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi dapat dilihat dari gambar.
berwarna dan diatas 9,6 warna merah tidak berubah intensitasnya. (Harjadi,
1990)
Tabel 1. Beberapa indikator asam-basa yang penting
Warna
Nama Indikator Trayek pH
Asam Basa
1. Asam pikrat 0,1 – 0,8 Tidak berwarna Kuning
2. Biru timol 1,2 – 2,8 Merah Kuning
3. 2,6-Dinitrofenol 2,0 – 4,0 Tidak berwarna Kuning
4. Kuning metiil 2,9 – 4,0 Merah Kuning
5. Jingga metil 3,1 – 4,4 Merah Jingga
6. Hijau bromkresol 3,8 – 5,4 Merah Biru
7. Merah metal 4,2 – 6,3 Merah Kuning
8. Lakmus 4,5 – 8,3 Merah Biru
9. Purpur bromkresol 5,2 – 6,8 Kuning Purpur
10. Biru bromtimol 6,0 – 7,6 Kuning Biru
11. Merah fenol 6,4 – 8,0 Kuning Merah
12. p-a Naftolftalein 7,0 – 9,0 Kuning Biru
13. Purpur kresol 7,4 – 9,6 Kuning Biru
14. Fenolftalein 8,0 – 9,6 Tidak berwarna Merah
15. Timolftalein 9,3 – 10,5 Tidak berwarna Biru
16. Kuning alizarinR 10,1 – 12,0 Kuning Violet
17. 1,3,5-Trinitrobenzen 12,0 – 14,0 Tidak berwarna Jingga
Pada saat terjadi perubahan warna indikator, titrasi dihentikan. Indikator
berubah warna pada saat titik ekuivalen. Pada titrasi asam basa dikenal istilah
ekuivalen dan titik akhir titrasi. Titik ekuivalen adalah titik pada proses titrasi
ketika asam dan basa tepay habis bereaksi. Untuk mengetahui titik ekuivalen
digunakan indikator. Saat perubahan warna terjadi, saat itu disebut titik akhir
titrasi. (Sukmariah, 1990)
BAB III
METODE PERCOBAAN
Na2B4O7 kristal
H2C2O4 kristal
Dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
Gambar 3.5 Skema Standarisasi larutan HCl dengan larutan Na2B4O7 0,05 M
3.2.6 Standarisasi larutan HCl dengan larutan NaOH
Ditambahkan indikator MO 1
tetes
Dimasukkan ke dalam
erlenmeyer
Gambar 3.7 Skema Standarisasi larutan Asam Oksalat dengan larutan NaOH
3.2.8 Penentuan Konsentrasi Suatu Larutan
10 ml Larutan Sampel
10 ml Air ledeng
Gambar 3.9 Skema Penentuan kadar ion penetral asam air ledeng
Gambar 3.3.1 Labu ukur 500 ml Gambar 3.3.2 Labu Ukur 1000 ml
BAB IV
DATA HASIL DAN PEMBAHASAN
Jadi, ketika indikator tepat berubah warna atau titik akhir titrasi telah
tercapai, ini berarti jumlah titrat telah ekuivalen dengan jumlah titran. Titik
ekuivalen adalah titik kesetaraan yaitu suatu akhir reaksi secara teoritis dimana
reaksi berjalan secara stoikiometri. Titik ekuivalen biasanya sukar ditentukan
oleh mata terutama pada larutan tak berwarna maka, perlu adanya indikator
sebagai bahan pembantu. Titik ekuivalen harus berdampingan dengan titik
akhir titrasi.
Pembakuan kadar HCl dengan natrium borat dilakukan secara titrasi dengan
metode asidimetri. Berikut reaksi yang terjadi :
Na2B4O7.10H2O + 2HCl 2NaCl + 4H3BO3 +5H2O
Pada percobaan titrasi ini, natrium borat merupakan larutan standar primer
(titrat) dan HCl merupakan larutan standar sekunder (titran). Titrasi antara
natrium borat dengan HCl ini merupakan reaksi standarisasi yang sempurna,
sebab HCl termasuk kedalam golongan asam kuat sedangkan natrium borat
termasuk dalam kategori basa lemah dan akan membentuk garam yang bersifat
asam (Andreas, 2014). Selanjutnya titrasi dilakukan dengan menambahkan
beberapa tetes indikator metil orange sebagai penentu titik akhir titrasi yang
telah dilakukan (titik dimana titrasi harus dihentikan). Titik akhir tittrasi
ditandai dengan adanya perubahan warna dari warna kuning pada larutan titrat
dan setelah dititrasi dengan HCl maka larutan tersebut berubah warna menjadi
merah muda. Volume HCl yang digunakan yaitu sebesar 31,5 ml dan 31,7 ml.
Pada analisis ini menggunakan rumus perhitungan pengenceran yang diperoleh
konsentrasi rata- rata HCl yaitu, 0,079 N
Pembakuan kadar HCl dengan NaOH dilakukan secara titrasi dengan
metode asidimetri. Berikut reaksi yang terjadi :
NaOH + HCl NaCl + H2O
Pada percobaan ini, NaOH merupakan larutan standar primer (titrat) dan HCl
merupakan larutan standar sekunder (titran). Selanjutnya titrasi dilakukan
dengan menambahkan beberapa tetes indikator metil orange sebagai penentu
titik akhir titrasi yang telah dilakukan (titik dimana titrasi harus dihentikan).
Titik akhir tittrasi ditandai dengan adanya perubahan warna dari warna kuning
pada larutan titrat dan setelah dititrasi dengan HCl maka larutan tersebut
berubah warna menjadi merah muda. Volume HCl yang diperoleh yaitu 10,5
ml dan 10,7 ml. Pada analisis ini menggunakan rumus perhitungan
pengenceran yang diperoleh konsentrasi rata- rata NaOH yaitu, 0,0785 N
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
APPENDIKS
1. Membuat larutan standar NaOH 0,1 M
Massa NaOH yang diperlukan :
gr x 1000 gr x 1000
0,1 = 𝑀=
40 𝑥 500 𝑀𝑟 𝑥 𝑉
gr = 2 gram
2. Membuat larutan standar Na2B4O7 0,05 M
Massa Natrium borat yang diperlukan :
gr x 1000
𝑀=
𝑀𝑟 𝑥 𝑉
gr x 1000
0,05 =
381.37 x 250
gr = 4,77 gram
3. Membuat larutan standar HCl 0,1 M
Volume HCl yang diperlukan :
% x 10 x BJ
M=
Mr
0,37 x 10 x 1.19
M=
36.5
M = 12,06 M
V1 x N1 = V2 x N2
V1 x 12,06 = 500 x 0,1
V1 = 4,15 ml
4. Membuat larutan standar asam oksalat 0,1 M
Massa asam oksalat yang diperlukan :
gr x 1000
𝑀=
𝑀𝑟 𝑥 𝑉
gr x 1000
0,1 =
126,07 x 250
gr = 3,15 gram
NAsam = 0,079 N
II) VAsam x NAsam = VBasa x NBasa
25 ml x 0,1
N asam =
31,7 ml
NAsam = 0,079 N
0,079+0,079
Rata- rata Nasam : = 0,079
2
= 0,0745