Anda di halaman 1dari 11

A.

KONSEP DASAR TENTANG GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN


MOBILISASI

1. Pengertian
Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan
bebas mudah, dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat
napas dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk
menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12
jam.Sedangkan gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North
American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika
individu mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995).

2. Perubahan Sistem Tubuh akibat Imobilitas


a. Perubahan Metabolisme Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme
secara normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan
metabolisme dalam tubuh.
b. .Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjadinya ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein
menurun dan konsenstrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu
kebutuhan cairan tubuh. Berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke
interstitial dapat menyebabkan edema, sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan
oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan
zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, dan tidak bisa melaksanakan aktivitas
metabolisme,
d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal Imobilitas dapat menyebabkan gangguan
fungsi gastrointestinal, karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang
dicerna dan dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.
e. Perubahan Sistem Pernapasan Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan
system pernapasan. Akibat imobilitas, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru
menurun, dan terjadinya lemah otot,
f. Perubahan Kardiovaskular Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas,
yaitu berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya
pembentukan trombus.
g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1. Gangguan Muskular : menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas, dapat
menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langsung.
2. Gangguan Skeletal : adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan
skeletal, misalnya akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis.
h. Perubahan Sistem Integumen Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa
penurunan elastisitas kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas.
i. Perubahan Eliminasi Perubahan dalam eliminasi misalnya dalam penurunan
jumlah urine.
j. Perubahan Perilaku Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain
timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, dan sebagainya.

3. Etiologi
a. Gaya hidup
b. Proses penyakit/ cidera
c. Kebudayaan
d. Tingkat energi
e. Usia dan status perkembangan
f. Intoleransi aktifitas
g. Gangguan neuromuskuler
h. Gangguan muskulus
4. Patofisisologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot,
skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot Skeletal mengatur gerakan
tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai
sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau
gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi
isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energi meningkat.
Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan,
fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra
indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik). Postur
dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung
pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari
kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis,
dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang
seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang
bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan
mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi. Skeletal adalah rangka
pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler
(tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital,
membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah
merah.
5. Proses Terjadinya Gangguan Temenuhan Mobilisasi
Mobilisasi

Peningktan Atofi otot


.
Kelemahan Asupan utrisi

Akibat anoreksia dan


pembatasa menurun

Kehilangan massa lebih lanjut Keseimbangan nitrogen negative

6. Komplikasi
a. Atelektasis
b. Pneumonia
c. Sulit buang air besar(BAB dan buang air BAK)
d. Distensi lambung

7. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X tulang
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur dan perbuatan hubungan tulang
b. Laboratorium
Darah rutin, faktor pembekuan darah golongan darah crostet dan analisa.
c. Radiologis
1. Dua gambar, anterior posterior (AP) dan lateral
2. Memuat 2 sendi diroksimal dan distol fraktur
3. Memuat gambar foto 2 ekstremitas, yaitu ekstremitas yang kena cidera dan
ekstremitas yang tidak terkena cidera (pada anak dilakukan 2 kali yaitu sebelum
tindakan dan sesudah tindakan)
8. Penatalaksanaan Medis
a. Membantu pasien duduk di tempat tidur
Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas
pasien.
Tujuan :
1) Mempertahankan kenyamanan
2) Mempertahankan toleransi terhadap aktifitas
3) Mempertahankan kenyamanan
b. Mengatur posisi pasien di tempat tidur
1) Posisi fowler adalah posisi pasien setengah duduk/ duduk
Tujuan :
a) Mempertahankan kenyamanan
b) Menfasilitasi fungsi pernafasan
2) Posisi sim adalah pasien terbaring miring baik ke kanan atau ke kiri
Tujuan :
a) Melancarkan peredaran darah ke otak
b) Memberikan kenyamanan
c) Melakukan huknah
d) Memberikan obat peranus (inposutoria)
e) Melakukan pemeriksaan daerah anus
3) Posisi trendelenburg adalah menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian
kepala lebih rendah dari bagian kaki. Tujuan : untuk melancarkan peredaran darah
4) Posisi dorsal recumbent adalah posisi pasien ditempatkan pada posisi
terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur
Tujuan :
a) Perawatan daerah genetalia
b) Pemeriksaan genetalia
c) Posisi pada proses persalinan
5) Posisi litotomi adalah posisi pasien yang ditempatkan pada posisi terlentang dengan
mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen
Tujuan :
a) Pemeriksaan genetalia
b) Proses persalinan
c) Pemasangan alat kontrasepsi
6) Posisi genu pectorat adalah posisi nungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada me
nempel pada bagian atas tempat tidur. Tujuan: Memudahkan pemeriksaan daerah rektum,
sigmoid, dan vagina
c.Memindahkan pasien ke tempat tdiur/ ke kursi roda
Tujuan :
1) Melakukan otot skeletal untuk mencegah kontraktur
2) Mempertahankan kenyamanan pasien
3) Mempertahankan kontrol diri pasien
4) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan
d. Membantu pasien berjalan
Tujuan :
1) Toleransi aktifitas
2) Mencegah terjadinya kontraktur sendi
Mobilisasi Post Operasi dilakukan secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap
mobilisasi Post Operasi pada pasien post operasi seksio sesarea :
a. Setelah operasi, pada 6 jam pertama pasien paska operasi seksio sesarea harus tirah
baring dulu. Mobilisasi Post Operasi yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan,
tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit,
menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
b. Setelah 6-10 jam, diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah
trombosis dan trombo emboli
c. Setelah 24 jam pasien dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk.
d. Setelah pasien dapat duduk, dianjurkan pasien belajar berjalan
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN MOBILISAS

1. Pengkajian focus
a. Riwayat Keperawatan Sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang menyebabkan terjadi
keluhan / gangguan dalam mobilitas dan imobilitas.
b. Riwayat Keperawatan Dahulu
Pengkajian riwayat penyakit di masa lalu yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan mobilitas
c. Riwayat Keperawatan Keluarga
Pengkajian riwayat penyakit keluarga, misalnya tentang ada atau tidaknya riwayat alergi,
stroke, penyakit jantung, diabetes melitus.
d. Kemampuan Mobilitas
Tingkat Kategori
Aktivitas/Mobilisasi
Tingkat 0 Mampu merawat diri secara penuh
Tingkat 1 Memerlukan penggunaan alat
Tingkat 2 Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
Tingkat 3 Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan
peralatan
Tingkat 4 Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau
berpartisipasi dalam perawatan

e. Kemampuan Rentang Gerak


Pengkajian rentang gerak (ROM) dilakukan pada daerah seperti bahu, siku, lengan,
panggul, dan kaki dengan derajat rentang gerak normal yang berbeda pada setiap gerakan
(Abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, hiperekstensi)
f. Perubahan Intoleransi Aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas dapat berhubungan dengan perubahan sistem pernapasan
dan sistem kardiovaskular.
g. Kekuatan Otot dan Gangguan Koordinasi
Dalam mengkaji kekuatan otot dapat ditentukan kekuatan secara bilateral atau tidak.
Skala Proentase Kekuatan Normal Karakteristik

0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat
dipalpasi atau dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi
dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan
gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal melawan
gravitasi dan melawan tahan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang
normal melawan gravitasi dan tahanan
penuh
h. Perubahan psikologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh adanya gangguan mobilitas dan
imobilitas, antara lain perubahan perilaku, peningkatan emosi, dan sebagainya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan mobilisasi
b. Risiko cedera berhubungan dengan ketidaktepatan mekanika tubuh
c. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan tirah baring
d. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan penurunan rentang gerak
e. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan
f. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan tekanan permukaan kulit
g. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi
h. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru
3. Perencanaan Keperawatan
a. Rencana Tujuan
Rencana tindakan
1) Meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi
2) Memperbaiki fungsi integument
3) Meningkatkan fungsi kardiovaskular
4) Meningkatkan fungsi respirasi
b. Rencana tindakan
1) Pengaturan Posisi Tubuh sesuai Kebutuhan Pasien
Pengaturan posisi dalam mengatasi masalah kebutuhan mobilitas, digunakan
untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan otot, dan fleksibilitas sendi. Posisi-
posisi tersebut, yaitu :
a) Posisi fowler
Merupakan posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk yang biasa
digunakan untuk memfasilitasi fungsi pernapasan.
b) Posisi sim
Merupakan posisi pasien berbaring miring ke kiri atau ke kanan. Biasanya
pasien lebih nyaman tidur dengan miring ke kanan atau kiri.
c) Posisi trendelenburg
Merupakan posisi pasien tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari
bagian kaki. Posisi ini bertujuan untuk melancarkan peredaran darah ke
otak.
d) Posisi Dorsal Recumbent
Merupakan posisi dimana pasien terlentang dengan kedua lutut fleksi diatas
tempat tidur.
e) Posisi lithotomi
Merupakan posisi dimana pasien ditempatkan terlentang dengan
mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.
f) Posisi genu pectoral (knee chest)
Merupakan posisi pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur.
2) Ambulasi dini
Cara ini adalah salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan
ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa
dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur,
bergerak ke kursi roda, dan lain-lain.
3) Melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri juga dilakukan untuk
melatih kekuatan, ketahanan, kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta
meningkatkan fungsi kardiovaskular.
4) Latihan isotonik dan isometric
Latihan ini juga dapat dilakukan untuk melatih kekuatan dan ketahanan otot dengan
cara mengangkat beban ringan, lalu beban yang berat. Latihan isotonik (dynamic
exercise) dapat dilakukan dengan meningkatkan curah jantung dan denyut nadi.
5) Latihan ROM Pasif dan Aktif
Latihan ini baik ROM aktif maupun pasif merupakan tindakan
pelatihan untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan otot.
4. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan dari hasil tindakan keperawatan untuk mengatasi
gangguan mobilitas adalah :
a. Peningkatan fungsi sistem tubuh
b. Peningkatan kekuatan dan ketahanan otot
c. Peningkatan fleksibilitas sendi
d. Integritas kulit normal tercapai
e. Peningkatan fungsi motorik, perasaan nyaman pada pasien, dan ekspresi pasien
menunjukkan keceriaan
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul.2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakrta : EGC.


Nanda 2005-2006. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta : Prima
Medika.
Potter .PA & Perry A.G.2006. Fundamental Keperawatan. St.Louis Mosby
Company:Philadhelphia, Lippincott.
Perry, Potter. 2005. Fundamental of Nursing. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai