STIMULASI
STIMULASI
STIMULASI
Gambar 1
Pengaruh Perbandingan Luas Volume Terhadap Laju Reaksi HCl-CaCO3
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion,
Workover and stimulation”)
2. Tekanan
Diatas tekanan 750 psi, pengaruh zat lebih rendah pada reaksi antara acid
dengan batuan calcareous. Tetapi dibawah tekanan 750 psi, perubahan
tekanan banyak pengaruhnya, yaitu reaksi akan lebih cepat dengan
naiknya tekanan pada tekanan dibawah 750 psi.
Gambar 2
Pengaruh Tekanan Terhadap Waktu Reaksi dari HCl dan Batugamping
(......, ”Stimulasi Sumur, Penataran Teknik Produksi untuk Pertamina”,
1987)
3. Temperatur
Semakin tinggi temperature, maka reaksi akan semakin cepat, tetapi perlu
diperhatikan bahwa semakin tinggi temperature, viskositas cairan akan
semakin kecil, dan berakibat terjadinya rekahan acid, juga korosi yang
kemungkinan besar bisa terjadi.
Gambar 3
Pengaruh Temperatur Terhadap Laju reaksi HCl-CaCO3
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion,
Workover and stimulation”)
4. Konsentrasi acid
Semakin kuat konsentrasi acid, maka semakin lama reaksi berlangsung
sehingga kecepatan reaksi juga akan berlangsung lebih cepat.
Gambar 4
Pengaruh Konsentrasi Asam Terhadap Laju Reaksi HCl-CaCO3
(Allen, T.O, Robert, A.P, “Production Operations, Well Completion,
Workover and stimulation”)
5. Kecepatan aliran
Kenaikan kecepatan aliran umumnya menurunkan waktu kontak acid
dengan batuan yang berakibat tidak seluruh acid bereaksi dengan batuan
yang dilalui. Akibatnya acid akan semakin jauh masuk ke dalam formasi.
6. Komposisi batuan
Komposisi batuan secara fisik banyak pengaruhnya terhadap reaksi. Batu
gamping umumnya lebih cepat bereaksi dengan HCl disbanding
dolomite. Formasi karbonat sering terdiri dari batugamping dan dolomite
juga mineral-mineral lain yang tidak larut. Semakin lambat reaksi
berlangsung, maka semakin baik hasil reaksi.
Tabel 1
Reaksi Antara HCl Dengan Beberapa Mineral Batuan
(Doherty, Henry L., “Acidizing Fundamentals”, Society of Petroleum
Engineering, New York, 1979)
Calcite/limestone → CaCl2
2HCl + CaCO3 + CO2 + H2O
Dolmite → CaCl2
4HCl + CaMg(CO3)2 + MgCl2 + CO2 + H2O
Siderite → FeCl2
2HCl + FeCO3 + CO2 + H2O
Ferrous sulfide → FeCl2
2HCl + FeS + H2S
Ferric oxide → 2FeCl3
6HCl + Fe2O3 + 3H2O
Calcite/limestone → CaF2
2HF + CaCO3 + CO2 + H2O
Dolomite → CaF2
1.3.1. Surfactant
Surfactant digunakan selama pekerjaan acidizing dilakukan dan berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara cairan dengan batuan sehingga lebih
mudah lewat, selain itu juga berfungsi sebagai non emulsifiers, emulsifiers,
emulsion breakers, antisludging agents, wetting agents, foaming agents, dan
surface tension atau interfacial tension reducers.
Surfactan dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan muatan ionnya,
yaitu :
1. Cationic bermuatan positif
2. Anionic bermuatan negatif
3. Non-ionic tidak bermuatan
4. Amphoteric muatan tergantung PH dari sistem
Kempat kategori di atas terdiri dari dipolar. Setiap surfactant terdiri dari
water soluble hydrophylic group dan oil soluble lipophilic group. Water soluble
dapat mengandung muatan ion sehingga dapat dibagi menjadi empat macam
kategori di atas.
Anionic Cationic
Gambar 5
Orientasi Muatan Pada Surfactant Anionic dan Cationic
Serta Sifat Wettingnya
(Tjondrodiepoetro, Bambang.“diktat kursus stimulation (acidizing and
hydraulic fracturing)”)
1.3.4. Alcohol
Alcohol digunakan untuk membantu meningkatkan effisiensi pembersihan
sumur pada operasi pengasaman untuk sumur gas. Alcohol dan campuran antara
alcohol-asam mempunyai tegangan permukaan yang lebih rendah daripada
campuran asam. Alcohol yang biasa digunakan konsentrasinya berkisar antara 5
– 50% volume. Hal ini memudahkan sumur dengan tekanan dasar sumur yang
rendah untuk mendorong keluar fluida treatmen dari lubang sumur. Untuk sumur
dengan formasi yang sensitif terhadap air, alcohol dapat digunakan untuk
menggantikan sebagian air pada campuran asam, sehingga penggunaan air dapat
dikurangi. Alcohol yang paling banyak digunakan adalah methanol. Pada
temperatur dingin methanol dapat ditambahkan dalam asam utnuk menurunkan
titik beku asam.
Tabel 3
Aplikasi Mutual Solvent
(Tjondrodiepoetro, Bambang.“diktat kursus stimulation (acidizing and
hydraulic fracturing)”)
Larut dalam air dan minyak (diesel, crude oil, xylene, toluene,
Solubilitas
kerosene, dll.
Menjadikan formasi basah air. Butiran basah air untuk
Kegunaan mencegah stabilitas emulsi, menurunkan tegangan permukaan
dan meningkatkan pembersihan.
Dalam overflush diesel untuk pengasaman sumur minyak.
Dalam overflush ammonium chloride brine untuk sumur
Penggunaan minyak atau gas.
Dalam preflush HCl atau treatmen mud acid.
Bersama demulsifier untuk membentu memecahkan emulsi.
Konsentrasi 2 – 10 % volume.
Minyak
Foam - Gas Formasi Kualitas foam 55-85
Injeksi
1.3.8. Nitrogen
Nitrogen sering dipakai pada proses pengasaman. Pertama untuk foaming
acid, kedua untuk enersi clean up pada reservoir bertekanan rendah, dan ketiga
sebagai sumber gas bagi foam untuk diverter. Selain itu, nitrogen kadang
digunakan untuk sumber gas lift sementara.
Foaming acid digunakan pada acid fracturing dimana viskositas foam
membantu membuat rekahan dan sebagai retarder acidnya. Foamed acid tidak
boleh dipakai untuk matrix acidizing karena viskositas foamed acid lebih besar
dari abiasa, maka bisa terjadi fracture. Dengan adanya fracture, maka semua
asam akan masuk ke rekahan.
Produk Aplikasi