Anda di halaman 1dari 9

Kegiatan Praktikum VI

PEWARNAAN ALIZARIN RED

Hari : Senin
Tanggal : 01 Oktober 2018

Nama : Hastya Tri Andini


NIM : B1A017081
Rombongan : IV
Kelompok :5
Asisten : Nur Hidayati

LABORATORIUM STRUKTUR DAN PERKEMBANGAN HEWAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Tujuan

Tujuan dari praktikum pewarnaan alizarin red yang telah dilakukan adalah:
1. Mengerjakan prosedur pewarnaan alizarin red.
2. Menerangkan proses kalasifikasi tulang pada embrio.

B. Manfaat

Manfaat dari praktikum pewarnaan alizarin red yang telah dilakukan adalah:
1. Mendapatkan ilmu untuk melakukan pewarnaan alizarin red.
2. Mampu melakukan proses kalsifikasi tulang pada embrio.
II. MATERI DAN PROSEDUR KERJA

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum pewarnaan alizarin red adalah alat
bedah, gelas arloji, tempat spesipem berupa botol jernih bermulut lebar dan spuit
injeksi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum pewarnaan alizarin red adalah
ikan nilem, larutan alkohol 96%, larutan pewarna alizarin red, larutan penjernih A,B
dan C, larutan KOH 1%, larutan gliserin murni dan akuades.

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum pewarnaan alizarin red


adalah:
1. Ikan dimati-bekukan di atas es batu
2. Ikan dimasukkan ke dalam akuades selama 10 menit
3. Kemudian direndam dalam alkohol 96% selama 12 jam.
4. Dimasukkan ke dalam akuades 10 menit.
5. Akuades dibuang, diganti dengan KOH 1%, direndam selama 7 jam.
6. KOH dibuang, diganti dengan larutan pewarna Alizarin Red selama 10 jam,
kemudian ditambah KOH 2% sebanyak 1% setiap 30 menit, (opsional, jika
sudah cukup larutan dibuang).
7. Larutan diganti dengan larutan penjernih A, direndam selama 30 menit.
8. Diganti dengan larutan penjernih B selama 30 menit.
9. Diganti dengan larutan penjernih C dan direndam sampai pengamatan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 3.1. Penambahan Alkohol Gambar 3.2. Penambahan Akuades


96%

Gambar 3.3. Setelah Penambahan Gambar 3.4. Penambahan Alizarin Red


KOH 1%

Gambar 3.5. Setelah Penambahan Gambar 3.6. Setelah Penambahan


Alizarin Red Larutan A

Tabel 1. Pengamatan Pemindahan Larutan Alizarin Red


NO. JAM LARUTAN KONDISI PREPARAT
1. 15.10 Es batu Ikan mati
2. 16.31 – 16.41 Akuades Kondisi ikan masih utuh
3. 16.42 - 04.42 Alkohol 96% Ikan utuh, belum transparan
4. 04.51 – 05.01 Akuades Ikan masih utuh, terlihat pucat.
Ikan masih utuh, terlihat pucat.
5. 05.05 – 12.05 KOH 1%
Daging mulai transparan, beberapa
sisik terlepas.
Daging terkelupas sisa danging
6. 12.05 – 00.00 Alizarin Red
berwarna ungu
warna ungu mulai meluruh, tulang
7. 00.05 – 00.35 Penjernih A
terlihat transparan.
Warna ungu hanya tertiggal pada
8. 00.40 – 01.10 Penjernih B tulang, sisik yang meluruh tampak
ungu.
Bagian tulang yang terkalsifikasi
yaitu rongga ingsang bagian
9. 01.18 Penjernih C
belakang, tengkorak bagian belakang
dan beberapa tulang rusuk.

Tabel 2. Pengamatan Tulang yang Terkalsifikasi


NO KELOMPOK TULANG YANG TERWARNAI
1. 5 tulang rongga ingsang bagian belakang, tulang tengkorak
bagian belakang dan tulang rusuk bagian bawah
2. adalah tulang tengkorak, tulang rongga ingsang, rongga
1 mata, sirip dada, sirip ekor sirip punggung, separuh tulang
belakang, sirip perut, sirip belakang terwarnai semuanya
3. 2 tengkorak dan rongga ingsang
4. 3 Tulang tengkorak
5. 4 4 hampir semua terwarnai kecuali tulang belakang yang
terwarnai sebagian saja
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, dari hasil pewarnaan Alizarin Red pada ikan,
tulang yang terwarnai pada preparat ikan kelompok kami kelompok 5 yaitu tulang
rongga ingsang bagian belakang, tulang tengkorak bagian belakang dan tulang rusuk
bagian bawah. pada kelompok 1 ada tulang yang terwarnai adalah tulang tengkorak,
tulang rongga ingsang, rongga mata, sirip dada, sirip ekor sirip punggung, separuh
tulang belakang, sirip perut, sirip belakang terwarnai semuanya. Kelompok 2 hanya
tengkorak dan rongga ingsang saja yang terwarnai, kelompok 3 hanya terwarnai
bagian tengkorak dan kelompok 4 hampir semua terwarnai kecuali tulang belakang
yang terwarnai sebagian saja. Hasil yang didapat kelompok kami adalah tulang ikan
nilem terwarnai oleh warna ungu. Warna ungu yang ditunjukkan bukan berarti ikan
tersebut sudah terkalsifikasi, karena tulang yang terkalsifikasi harusnya berwarna
merah tua. Jika warna ungu yang muncul maka tulang tersebut tidak terkalsifikasi
atau mungkin juga belum terkalsifikasi (Irawan et al., 2018). Tulang yang diwarnai
oleh alizarin red akan berwarna merah tua, yang menandakan bahwa tulang tersebut
telah mengalami kalsifikasi. Warna merah tua terbentuk karena zat warna yang
diberikan terikat oleh kalsium pada matriks tulang (Bevalender, 1988). Menurut
Ceriana et al. (2014), Larutan pewarna Alizarin Red, menimbulkan proses
pewarnaan skeleton menjadi merah tua atau ungu yang menandakan bahwa tulang
yang telah terwarnai dengan warna tersebut telah terjadi adanya proses kalsifikasi
yaitu ketika pewarna alizarin red berikatan dengan kalsium. Melalui pewarnaan ini
deposit kalsium yang dihasilkan oleh osteosit dapat dideteksi.
Pada proses pewarnaan alizarin red, ikan nilem yang kami amati setelah 7
jam direndam dalam larutan KOH 1% daging-daging atau otot-otot ikan mulai
nampak transparan. Hal ini diungkapkan oleh Susanto et al. (2016), bahwa larutan
KOH pada pewarnaan alizarin red berfungsi untuk mentransparansikan otot dan
skeleton sehingga tulang didalamnya dapat terlihat setelah pewarnaan alizarin red.
Yang et al. (2015), telah melakukan penelitian mengenai situs aktif Ca2+ terhadap
larutan Alizarin Red. KOH membantu koordinasi / pengikatan ion-ion kalsium
dengan rantai hidroksil dari larutan Alizarin Red (yang telah terdeprotonasi) dan
membentuk kompleks Ca-ARS yang berwarna merah.
Hasil akhir yang dapat diamati pada ikan nilem yang kami amati adalah
keadaan ikan. Keadaan ikan nilem kelompok kami terlihat hancur pada bagian
daging atau otot dan sisiknya. Padahal seharusnya ikan harus dalam keadaan utuh
dengan penambahan larutan C yaitu gliserin murni yang merupakan pengawet.
Hipotesis dari saya, kehancuran otot-otot tersebut dikarenakan ikan terlalu lama
direndam dalam larutan KOH 1%, keterlambatan mengganti larutan dapat saja
mempengaruhi reaksi yang terjadi antara larutan KOH dengan otot-otot pada ikan
tersebut, kemudian faktor mekanik seperti guncangan saat membawaikan kerumah
dan kembali membawa ke lingkungan kampus dapat menyebabkan ikan hancur. Hal
ini juga dinyatakan oleh Puspitasari et al. (2018), pemberian larutan C berupa
gliserin murni perubahannya warna ikan nilem menjadi jernih tanpa sisa-sisa kotoran
daging dan sisik yang mengelupas, tulang semakin keras karena ada sedikit bahan
pengawet. Perendaman dengan KOH yang terlalu lama pun dapat mengubah daging
yang seharusnya transparan justru menjadi hancur.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:

1. Pewarnaan Alizarin Red digunakan untuk mendeteksi proses kalsifikasi pada


tulang, di mana bagian tulang yang telah mengalami kalsifikasi akan
terwarnai merah tua.
2. Bagian-bagian tulang yang terkalsifikasi pada preparat/spesimen ikan adalah
sirip caudal, sirip anal, sirip pectoral, sirip abdomen, operculum, tengkorak,
tulang mata, tulang rusuk, dan tulang belakang.

B. Saran

Praktikan agar memperhatikan pada waktu penggantian larutan karena


berlebihan ataupun kurang dari waktu yang ditentukan maka hasilnya pun akan
berbeda
DAFTAR REFERENSI

Bevalender, G. 1988. Dasar-dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.

Ceriana, R., Ita, D., & Tutik, W., 2014. Ekstrak Batang Sipatah-Patah Meningkatkan
Proliferasi dan Diferensiasi Sel Punca Mesenkimal Sumsum Tulang, Jurnal
Veteriner, (15) 4 pp: 436-445.
Irawan, F., Dian, B., & Sugiharto., 2018. Anatomi dan Sistem Rangka Ikan Nilem
Seruni, Mangut, dan Nilem Gunung (Osteochilus spp.), Jurnal iktiologi
Indonesia, (4) 1, pp: 217-224
Puspitasari, D., Suwarno., & Harlita., 2018. Eksperimentasi Skeleton Vertebrata
Dengan Metode Inouye (Alizarin Red S dan Alcian Blue Method), Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biolog, (8) 2, pp: 929-924.

Susanto, G. N., & Fransisca, R. U., 2016. Struktur Skeleton Sirip Kaudal Kompleks
Periophthalmus gracilis, Jurnal Ilmiah Sitologi, (4) 1, pp: 29-33.
Yang, J. X., Yan-Bin H., Li-Na, L., Jun-Bo, L., & Xiao-Liang, S., 2015.
Electrochemical Sensors Using Gold Submicron Particles Modified
Electrodes Based On Calcium Complexes Formed With Alizarin Red S for
Determination of Ca2+ In Isolated Rat Heart Mitochondria. Biosensors and
Bioelectronics on Elsevier Journal, 66, pp: 417–422.

Anda mungkin juga menyukai