The increase of N-carbamate analysis sensitivity by HPLC post column derivatization with O-
pthaldialdehida (OPA)
ABSTRACT
This work studied the separation and detection of several carbamates (propoxur, carbaryl, BPMC). The separation was carried out in
HPLC and the detection was done by UV detector (HPLC-UV) and by fluorosence detector after on line post column derivatization
(HPLC-fluoresence). Comparison between the two method were evaluated to obtain the best analytical method. It was observed that
sensitivity was much higher in the fluorosence detection. The slope of HPLC-UV for propoxur was 3,29; carbaryl was 4,59 and BPMC
was 0,82; while the slope of HPLC-fluorosence for propoxur was (6,11.103), carbaryl was (2,69. 103) and BPMC was (0,97. 103). The
LOD of HPLC-UV for propoxur was 44,56 ng; carbaryl 11,56 ng and BPMC was 4653 ng; while the LOD HPLC-fluorosence for
propoxur was 0,59 ng, carbaryl was 1,71 and BPMC was 2,24 ng.
teknik pemisahan secara kromatografi biasanya menjadi Derivatisasi senyawa analit pada HPLC bertujuan untuk
pilihan dalam kegiatan analisis residu pestisida (Noegrohati mengatasi keadaan tersebut, dengan jalan mereaksikan
dan Narsito, 1997). senyawa yang dianalisis dengan zat tertentu, sehingga akan
Karena sifat racunnya yang dapat membahayakan terjadi pergeseran ke arah panjang gelombang yang lebih
lingkungan dan kehidupan manusia, analisis kimia terhadap panjang (pergeseran batokromik). Cara lain yaitu dengan
senyawa karbamat yang merupakan salah satu contoh mereaksikan dengan zat tertentu sehingga akan
pestisida yang banyak digunakan di Indonesia menarik menghasilkan senyawa yang berfluorosen. Teknik
perhatian ahli kimia. Metode analisis residu pestisida derivatisasi ini dapat dilakukan sebelum (pre) atau sesudah
karbamat yang telah dikembangkan antara lain (post) kolom tetapi sebelum detektor. Salah satu reagen
kromatografi gas (GLC) dengan menggunakan derivat 1- derivatisasi pasca-kolom adalah orhto pthaldialdehida
fluoro-2,4-dinitrobenzen, detektor ECD (Grobb, 1995). (OPA) (Poole dan Poole, 1991).
Kelemahan dengan metode ini, karbamat merupakan
senyawa yang bersifat thermolabil, sehingga mudah
mengalami degradasi. Keterbatasan metode analisis BAHAN DAN METODE
karbamat dengan GLC telah mengundang minat para ahli
untuk mengembangkan metode lain (Smith, 1988). Bahan: Standar karbaril dengan kemurnian 99,50%,
Telah dikembangkan metode kromatografi cair tekanan standar propoksur dengan kemurnian 98,81%, standar
tinggi (HPLC) sebagai metode analisis. Teknik analisis BPMC dengan kemurnian 98,11% . Bahan yang digunakan
yang dipilih didasarkan pada hidrolisis katalitik yang berkualitas p.a. dari E.Merck, meliputi: metanol, natrium
kemudian hasil hidrolisis direaksikan dengan reagen tetraborat, merkaptoetanol, natrium hidroksida, aseton,
derivatisati dan selanjutnya dideteksi dengan detektor aquabides, ortophtaldialdehida (OPA), contoh tanah,
fluoresen. Selektivitas dan sensitivitas metode analisis ini larutan buffer standar pH 4.
cukup baik (Snyder et al., 1997). Alat: Seperangkat HPLC Shimadzu LC-6A, 2 buah
Berdasarkan permasalahan yang timbul dalam analisis pompa HPLC merck Shimadzu, 2 buah pompa korteks K-
pestisida di atas penelitian ini dimaksudkan untuk 35 D, seperangkat alat ekstraksi Soxhlet, detektor spetkro-
mempelajari pemisahan senyawa N-metilkarbamat dalam otometer UV-Vis SPD-6AV, detektor spektrofluorometer
kromatografi cair kinerja tinggi (HPLC) secara kualititatif. Shimadzu RF-535, pengatur temperatur reaktor TC 1900
Dalam kromatografi, pemisahan terjadi karena perbedaan ICI, rekorder Shimadzu C-R 36A, koil hidrolisis 593 cm
distribusi senyawa dalam fase diam dan fase gerak, dan koil derivatisasi OPA 137 cm.
sehingga apabila suatu campuran dilewatkan melalui kedua Jalan Penelitian: (i) Melakukan optimasi terhadap
fase tersebut akan terjadi perbedaan kecepatan migrasi dan sistem HPLC dengan detektor UV yang meliputi pemilihan
pemisahan akan terjadi. Secara kuantitatif, koefisien fase gerak dan fase diam (ii) Hasil optimasi sistem HPLC
distribusi dapat disajikan sebagai berikut: dengan detektor UV, digunakan untuk menentukan kondisi
optimum terhadap sistim HPLC derivativasi pasca-kolom
K = Cs / Cm dengan OPA menggunakan detektor fluorosensi. Kondisi
optimum tersebut meliputi temperatur hidrolisis,
K = koefisien partisis konsentrasi NaOH, kecepatan alir NaOH, kecepatan alir
Cs = Konsentrasi komponen dalam fase diam OPA dan lamanya waktu hidrolisis di dalam koil hidrolisis
Cm = Konsentrasi komponen dalam fase gerak (iii) Melakukan evaluasi terhadap hasil optimasi yang
meliputi penentuan sensitivitas dengan uji batas deteksi
(LOD) serta linieritas, komparasi proses pemisahan dengan
Di samping pengamatan visual atas bentuk puncak dan tanpa derivatisasi pasca-kolom dengan OPA. 4)
kromatogram, untuk mengevaluasi pemisahan, ada Melakukan uji pungut ulang (recovery) terhadap contoh
beberapa parameter yang perlu diperhatikan. Parameter tanah.
tersebut ialah harga N (jumlah plat teoritik), HETP, Rs
(resolusi) , k’ (kapasitas kolom) dan α (selektivitas kolom).
Idealnya, puncak kromatogram berbentuk kurva Gauss HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan dasar pita yang sempit. Adanya puncak
kromatogram yang mengekor atau melebar akan Optimasi fase gerak dan fase diam dengan HPLC
menimbulkan kesulitan dalam analisis kuantitatif (Snyder detektor UV adalah menggunakan C18 dengan panjang
et al., 1997). kolom 20 cm, ukuran partikel 5 µm dan diameter dalam 0,4
Pada pelaksanaan analisis dengan HPLC, kemungkinan mm. Optimasi fase gerak menggunakan program elusi
banyak sekali senyawa-senyawa yang tidak dapat dianalisis gradien dengan metanol 50% selama 15 menit, kemudian
dengan mudah, karena detektor yang digunakan tidak secara gradien konsentrasi metanol dinaikkan hingga 70%
memberikan respon terhadap senyawa yang dianalisis. pada menit ke-30 dan dibiarkan 70% sampai menit ke-40.
Keadaan ini disebabkan karena senyawa tersebut Kecepatan alir yang digunakan 1 ml/menit. Kondisi
memberikan absorbansi pada panjang gelombangnya diluar optimum ini, digunakan untuk mengoptimumkan HPLC
daerah UV-Vis, atau senyawa yang akan ditentukan dengan derivatisasi pasca-kolom dengan detektor fluoresenci.
detektor fluoresen ternyata senyawa tersebut tidak Kondisi optimum dengan HPLC derivatisasi pasca-
berfluoresensi (Smith, 1988). kolom menggunakan OPA yaitu, panjang gelombang
GUNTARTI dkk. – Analisis N-metilkarbamat dengan HPLC 77
Tabel 3. Komparasi proses pemisahan dengan dan tanpa reaktor OPA pasca-kolom.
eksitasi maksimum 336 nm, emisi maksimum 455 nm, sensitif. Dari Tabel 2, terlihat peningkatan sensitivitas pada
konsentrasi NaOH 0,05 N, laju alir NaOH 0,3 ml/menit, HPLC derivatisasi dengan detektor fluorocen. Harga LOD
laju lair OPA 0,2 ml/menit, temperatur hidrolisis 95°C, senyawa propoksur menurun 100x, karbaril 10x dan BPMC
panjang koil hidrolisis 593 cm dan panjang koil derivatisasi sampai 2000x.
137 cm. Tambahan reaktor OPA pasca-kolom dapat mempe-
Sistem deteksi yang digunakan adalah detektor UV dan ngaruhi kinetika pemisahan. Tambahan pereaksi NaOH dan
fluorosensi. Sensitivitas adalah kenaikkan respon analitik OPA dapat mengakibatkan pemisahan (Rs) menjadi lebih
setiap satu satuan konsentrasi. Untuk mengetahui rendah, karena terjadinya pelebaran pita kromatogram.
peningkatan sensitivitas, dinyatakan dengan kenaikkan Oleh karena itu perlu dilakukan komparasi parameter
slope dan penurunan batas deteksi (LOD; limit of pemisahan tanpa adanya reaktor OPA pasca-kolom.
detection). Tabel 1 dan Tabel 2 menyajikan harga slope dan Komparasi antara kromatogram sebelum derivatisasi dan
harga LOD dari kedua sistem deteksi. Dari Tabel 1, terlihat kromatogram setelah mengalami derivatisasi pasca-kolom
adanya peningkatan sensitivitas yang digambarkan sebagai (HPLC derivatisasi dengan OPA), meliputi harga Rs
(b ± Sb), yaitu pada HPLC derivatisasi dengan detektor (resolusi0, k’ (kapasitas kolom) , HETP (efisiensi kolom)
fluorosen sampai 103 . Semakin tinggi harga (b ± Sb), maka dan α (selektivitas kolom). Harga Rs, k’ , HETP dan α
sensitivitasnya semakin baik. Linieritas dengan harga R > disajikan pada Tabel 3.
0,99 dicapai dengan HPLC detektor UV pada kisaran berat Dari Tabel 3., terlihat bahwa harga Rs pada HPLC
(17,5-87,5) mg untuk propoksur dan karbaril, sedangkan setelah derivatisasi lebih kecil, ini disebabkan oleh karena
BPMC (125-138) mg. Sedangkan dengan HPLC adanya peningkatan proses difusi diantara fase gerak, solut,
derivatisasi kisaran beratnya semakin lebar. Kisaran berat reagen hidrolisis (NaOH) dan reagen derivatisasi (OPA),
semakin lebar menunjukkan linieritas semakin baik. sehingga akan memperlebar pita dasar kromatogram HPLC
Metode determinasi selain sensitivitas dan linieritas, derivatisasi, akibatnya harga Rs akan turun. Pemisahan
dapat juga dinyatakan dengan perhitungan harga LOD. solut di dalam kolom sangat dipengaruhi oleh kepadatan,
Semakin rendah harga LOD, maka metode itu semakin jenis partikel pengisi kolom dan eluent yang digunakan.
78 B i o S M A R T Vol. 6, No. 2, Oktober 2004, hal. 75-78