Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. PKn
PRODI S1 GIZI
FAKULTAS TEKNIK

MK

Skor Nilai:

“Demokrasi Mahasiswa Terhadap Politik Indonesia”

NAMA MAHASISWA : Elma Kartika Dewi


NIM : 5173240012
DOSEN PENGAMPU : Ramsul Nababan, SH., MH.
MATA KULIAH : Pendidikan Kewarganegaraan

PROGRAM STUDI S1 GIZI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review
pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Tugas ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan tugas ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan tugas
Critical Journal Review saya.
Harapan saya adalah semoga Critical Journal Review ini dapat menambah pengetahuan
bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, saya yakin
masih banyak kekurangan dalam Critical Journal Review ini. Oleh karena itu, diharapkan
kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan Critical Journal
Review ini.

Medan, Maret 2019

ELMA KARTIKA DEWI


(5173240012)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
B. TUJUAN PENULISAN ......................................................................................... 2
C. MANFAAT PENULISAN..................................................................................... 2
D. IDENTITAS JOURNAL ....................................................................................... 3
BAB II RINGKASAN ISI JOURNAL................................................................................ 4
BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................. 10
A. PEMBAHASAN ISI JOURNAL ........................................................................ 10
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JOURNAL ............................................ 10
BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 11
B. SARAN ................................................................................................................ 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya memiliki hak
setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi
mengizinkan warga negara berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—
dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik kebebasan politik secara
bebas dan setara.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani δημοκρατία (dēmokratía) "kekuasaan rakyat",
yang terbentuk dari δῆμος (dêmos) "rakyat" dan κράτος (kratos) "kekuatan" atau
"kekuasaan" pada abad ke-5 SM untuk menyebut sistem politik negara-kota Yunani, salah
satunya Athena; kata ini merupakan antonim dari ἀριστοκρατία (aristocratie) "kekuasaan
elit". Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya
sudah tidak jelas lagi. Sistem politik Athena Klasik, misalnya, memberikan
kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak menyertakan budak dan
wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan demokrasi sepanjang sejarah kuno
dan modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati kaum elit sampai semua
penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi modern benar-benar bebas setelah
perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19 dan 20. Kata demokrasi (democracy) sendiri
sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal dari bahasa Perancis Pertengahan dan Latin
Pertengahan lama.
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya dipegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti oligarki.
Apapun itu, perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini sekarang tampak
ambigu karena beberapa pemerintahan kontemporer mencampur aduk elemen-elemen
demokrasi, oligarki, dan monarki. Karl Popper mendefinisikan demokrasi sebagai sesuatu
yang berbeda dengan kediktatoran atau tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi
rakyat untuk mengendalikan para pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu
melakukan revolusi.

1
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi yang
pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi langsung dan
aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan negara demokrasi
modern, seluruh rakyat masih merupakan satu kekuasaan berdaulat namun kekuasaan
politiknya dijalankan secara tidak langsung melalui perwakilan; ini disebut demokrasi
perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan muncul dari ide-ide dan institusi yang
berkembang pada Abad Pertengahan Eropa, Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat
dan Perancis.

B. TUJUAN PENULISAN
Mengkritik Jurnal (critical journal review) ini dibuat sebagai salah satu referensi ilmu
yang bermanfaat untuk menambah wawasan penulis maupun pembaca dalam mengetahui
kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, menjadi bahan pertimbangan, dan juga
menyelesaikan salah satu tugas individu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan di
Universitas Negeri Medan.

C. MANFAAT PENULISAN
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dan sebuah
jurnal atau hasil karya tulis ilmiah lainnya secara ringkas.

2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan jurnal yang dikritik.

3. Mengetahui latar belakang dan alasan jurnal tersebut dibuat.

4. Mengetahui kualitas jumal dengan membandingkan terhadap karya dari penulis


yang sama atau penulis lainnya.

2
D. IDENTITAS JOURNAL
JOURNAL PERTAMA

1. Judul : Demokrasi Dan Gerakan Sosial (Bagaimana Gerakan Mahasiswa


Terhadap Dinamika Perubahan Sosial)
2. Penulis : Idil Akbar
3. Penerbit : Jurnal Wacana Politik
4. Volume :1
5. No :2
6. Tahun : Oktober 2016
7. ISSN : 2502 – 9185

JOURNAL KEDUA
1. Judul : Masyarakat Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemerintahan yang
Demokratis
2. Penulis : Suharko
3. Penerbit : Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu politik
4. Volume :8
5. No :3
6. Tahun : Maret 2005
7. ISSN : 1410 – 4946

JOURNAL KETIGA
1. Judul : Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia
2. Penulis : Agus Maladi Irianto
3. Penerbit : Jurnal Academica Fisip Untad

3
BAB II
RINGKASAN ISI JOURNAL

JOURNAL PERTAMA
Demokrasi Dan Gerakan Sosial (Bagaimana Gerakan Mahasiswa Terhadap
Dinamika Perubahan Sosial)

PENDAHULUAN
Beberapa ilmuwan politik meyakini bahwa setelah perang dunia kedua, negara-negara
bekas jajahan dan negara-negara berkembang mulai mencoba menjalankan demokratisasi.
Hal ini terindikasikan dari salah satunya adalah diselenggarakannya pemilihan umum,
sebagaimana yang terjadi di Indonesia tahun 1955. Meski baru dilakukan 10 tahun setelah
kemerdekaan, setidaknya ini bisa menjadi salah satu tolak ukur bagi perkembangan
demokrasi di Indonesia dan juga di negara-negara berkembang lainnya.

KAJIAN TEORI
Dalam Tesisnya, Huntington menyebut tiga periode perkembangan demokrasi.
Gelombang pertama, terjadi pada kurun waktu 1828-1926 (maksimal 33 negara), dimulai di
Eropa dan dipicu oleh perkembangan di bidang sosial dan ekonomi. Kemajuan di bidang
ekonomi, industrialisasi, urbanisasi, dan meningkatnya jumlah kelompok kelas menengah
oleh Huntington dianggap sebagai penyebab utama tumbuhnya demokrasi di sejumlah
negara Eropa saat itu.

PEMBAHASAN

Wacana mengenai demokrasi sangat kencang di abad 20-an. Akar dari gagasan
demokrasi telah tumbuh sejak jaman Yunani Kuno. Hanya saja prinsip-prinsipnya mulai
benar-benar dianut setelah Barat mengganggap sistem monarki absolut tidak sesuai dengan
masyarakat. Ada banyak pengertian mengenai demokrasi. Menurut Miriam Budiarjo,
demokrasi mempunyai asal kata berarti ”rakyat berkuasa” atau ”goverment or rule by the
people”. (Kata Yunani demos berarti rakyat, kratos/ kratein berarti kekuasaan/berkuasa).

4
Secara garis besar, untuk mengukur tingkat demokrasi ada beberapa indikator yang
data digunakan. Robert Dahl mengemukakan indicator tersebut : (1) Akuntabilitas, (2)
Rotasi kekuasaan, (3) Rekruitmen politik yang terbuka, (4) Pemilihan Umum, (5) Menikmati
hak-hak Dasar. Pemahaman demokrasi menjadi kabur apabila tidak ada tolak ukur yang
pasti, dan mengikuti semua nilai yang ada dalam sebuah budaya di suatu negara/bangsa.
Tolak ukur (prasyarat) ataupun kriteria dalam melihat perkembangan demokrasi
merupakan nilai-nilai universal yang terdapat di semua budaya dalam suatu negara dan dapat
dilihat dari lembaga-lembaga negara yang ada. Lima kriteria seperti yang telah kami
paparkan pada awal makalah, merupakan nilai dasar demokrasi yang bersifat universal
dimana tidak satupun negara/bangsa yang dapat mengklaim sebagai pemiliknya. Setiap
negara memiliki unsur-unsur di dalam sejarah dan budayanya sebagai nilai-nilai demokrasi.
Bisa dikatakan, lima kriteria ini memang prasyarat minimal dalam menentukan sebuah
negara itu demokratis atau tidak. Dan dalam kriteria berikutnya, seharusnya menyesuaikan
pada kondisi objektif dari masingmasing negara yang dalam hal ini adalah nilai-nilai
budayanya. Apa yang terjadi saat itu terasa masih tetap relevan dan bisa dikatakan kelanjutan
dari gelombang ketiganya Huntington.
Perkembangan di sektor ekonomi, yaitu kegagalan mengatasi krisis ekonomi tahun
1997, menjadi puncak dari perlemahan legitimasi tersebut.Faktor tekanan dari luar terlihat
tidak begitu dominan. Namun dengan berkurangnya kepentingan negara adikuasa di
Indonesia setelah runtuhnya blok komunis, bagi negaranegara maju mendukung rejim
otoriter tidak lagi menjadi pilihan populer. Sistem politik global tidak lagi berpihak kepada
rejim Orde Baru yang berkuasa saat itu.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai sebuah gerakan sosial, tentunya gerakan mahasiswa dituntut untuk tetap
konsisten di dalam menjalankan idealisme utama yakni mendudukkan kepentingan
masyarakat luas, terutama di dalam menghadapi kebijakan Negara yang kadang cenderung
tak berpihak. Gerakan mahasiswa adalah pejuang demokrasi yang tentunya mesti senantiasa
berjuang menegakkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang ada di dalam demokrasi. Disinilah
pentingnya gerakan mahasiswa ini, yakni selain sebagai prasyarat bagi proses demokratisasi
yang berlangsung, tetapi juga sebagai penyeimbang di dalam mekanisme sistem
pemerintahan.

5
JOURNAL KEDUA

Masyarakat Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemerintahan yang Demokratis

PENDAHULUAN
Sejak awal 1980-an, konsep 'good Soaernance' (GG) atau tata pemerintahan yang baik
telah merasuki diskursus-diskursus pembangunan dan khususnya agenda agenda riset dan
aktifitas lainnya yang didanai oleh donor. Sering dikemukakan bahwa tata pemerintahan
yang baik merupakan prakondisi yang diperlukan bagi pembangunan yang berhasil. Donor
memasukkan GG sebagai syarat politik dari bantuan pembangunan sejak awal 1980-an
khususnya melalui program penyesuaian structural (structural adjustment program-SAP).
Dengan adanya persyaratan politik semacam itu, Negara-negara peminjam harus
mereformasi tata pemerintahan mereka. Persoalan yang kemudian mengemuka adalah apa
dan bagaimana nalar teoritis yang dijadikan dasar pijakan bagi para donor dan seluruh agen
ikutannya untuk mewujudkan ide dan pelembagaan GG di Negara-Negara berkembang yang
umumnya memasuki fase transisi menuju demokrasi.

KAJIAN TEORI
Makna good governance bervariasi (Rhodes, 2000; Santiso, 2000) dan tidak ada
consensus tentang bentuk GG itu sendiri. Merujuk ke Leftwich (2000:118-123) tiga kategori
atau level makna bias dibedakan, mulai dari yang paling inklusif sampai yang paling sempit:
level sistemati, level politik, dan level manajerial/administrasi.

PEMBAHASAN
Keragaman yang dimiliki oleh OMS, yang tercermin dalam variasi bentuk organisasi,
bidang gerak atau isu, kegiatan dan juga kepentingan. Cara yang paling sederhana untuk
memetakan keragaman OMS adalah berdasarkan parameter keanggotaan. Secara umum,
OMS dapat dibedakan ke dalam dua kategori memiliki variasi sendiri. Ini tercermin dari
bidang gerak yang sangat variatif, dari yang berorientasi rekreasional hingga politis, dari
yang level organisasinya di tingkat internasinal, dan lingkup kegiatannya yang bias
mencakup satu isu spesifik tunggal hingga beragam isu sekaligus.

6
KESIMPULAN
Pada lingkup makro politik, meskipun ruang politik terbuka lebar, lingkungan
kebijakan yang tersedia tidak sepenuhnya mendukung. Pertama, UU No.817985 yang
dilandasi oleh keinginan untuk melakukan kontrol yang ketat terhadap eksistensi dan fungsi
OMS masih belum dicabut dan dibiarkan menggantung. Tendensi kontrol yang berlebihan
dalam UU tersebut antara lain tampak dari keharusan OMS untuk menganut ideologi negara,
pancasila, sebagai azas tunggal organisasi, kewajiban untuk mendaftarkan organisasinya dan
membentuk organisasi payung dan harus menerima pengawasan (pembinaan) pemerintah,
persetujuan untuk memperoleh bantuanasing, dan ancaman pembekuan sementara atau
bahkan pembubaran oleh pemerintah.

7
JOURNAL KETIGA
Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia

PENDAHULUAN
Penggunaan Istilah budaya politik dalam khasanah pengkajian politik mulai dikenal
terutama sejak aliran perilaku (behavioralism) pasca perang dunia II berakhir. Banyak para
ahli yang memiliki pandangan-pandangan tertentu atas Budaya politik, dimana dalam
literatur politik terkhusus pada salah satu pendekatan ilmu politik yaitu pendekatan perilaku,
istilah Budaya politik digunakan untuk menjelaskan fakta yang hanya dilakukan dengan
pendekatan kelembagaan atau pendekatan sistemik. Dengan kata lain menjelaskan dengan
pendekatan budaya politik adalah upaya menembus secara lebih dalam perilaku politik
seseorang atau sebuah kelompok. Salah satunya ahli pendekatan perilaku tersebut adalah
Walter A Rosenbaum yang menyebutkan bahwa budaya politik dapat didefinisikan dalam
dua cara. Pertama, jika terkonsentrasi pada individu, budaya politik merupakan fokus
psikologis, atau dengan kata lain bagaimana cara-cara seseorang melihat sistem politik. Apa
yang dia rasakan dan ia pikir tentang simbol, lembaga dan aturan yang ada dalam tatanan
politik dan bagaimana pula ia meresponnya. Kedua, budaya politik yang merujuk kepada
orientasi kolektif rakyat terhadap elemen-elemen dasar dalam sistem politiknya atau yang
disebut pendekatan system.

LANDASAN TEORI
Dasar integrasi dan stabilitas masyarakat adalah tradisi dan nilai bersama yang
mengejewantah dalam struktur sosial. Teori fungsional tersebut menurut Seda;1992 (dalam
MM. Billah; 1993) bahwa, Kesepakatan nilai bersama tersebut, dijewantahkan dalam
pranata kehidupan masyarakat dimana hal tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi
kepada anggota masyarakat, sehingg diperlukan system imbalan (reward) pada tiap-tiap
posisi dalam masyarakat yang diduduki oleh yang paling mampu dan berbakat. Budaya
politik akan sangat menentukan pola pemerintahan dalam menjalankan kekuasaannya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa pucuk kekuasaan pemerintahan cenderung penuh
dengan pergulatan, tarik menarik kepentingan politik antara elit pemerintah dan pemain
politik di luar birokrasi. Politik akan dapat menjelma sebagai alat mempertahankan
kekuasaan, namun juga dapat merubah keadaan menjadi lebih baik (reformasi). Segala hal
tersebut, tergantung sejauh mana budaya politik Indonesia melegitimasi campur tangan elit
politik dalam pemerintahan.

8
PEMBAHASAN
Dalam derajat yang tertinggi, budaya politik umumnya akan dapat membentuk
aspirasi, obsesi, preferensi dan prioritas tertentu dalam menghadapi tantangan yang
diakibatkan oleh perubahan politik pada suatu bangsa. Dengan sikap dan orientasi seperti
itu, disertai dengan adanya determinan nilai-nilai keunggulan lokal (local genius) maka akan
dapat dijumpai berbagai tipe budaya politik local yang berbeda-beda di berbagai daerah,
sesuai dengan faktor-faktor yang umumnya mendominasi meskipun juga dalam
menumbuhkan budaya politik nasional tentunya akan lahir melalui berbagai mekanisme.
Integrasi politik yang tinggi, secara langsung akan memudahkan pemerintah untuk
dapat memudahkan proses pengambilan keputusan didalam sistem politik, sebab masyarakat
akan dapat lebih memahami tindakan-tindakan yang diambil oleh pemerintah, dimana hal
tersebut akan sangat ditentukan oleh perkembangan budaya politik yang matang.
Sebagaimana yang banyak dikemukakan bahwa kematangan budaya politik suatu bangsa
merupakan syarat utama bagi integrasi bangsa yang berkadar tinggi (Ake, dalam Nazruddin,
1989;28). Dengan kata lain bahwa untuk mencapai proses ini akan sangat membutuhkan
kesediaan rakyat untuk dapat menjaga integrasi politik.

KESIMPULAN
Mengatasi berbagai kondisi carut marut yang ada saat ini, mungkin dapat diatasi ketika
bangsa Indonesia dapat melakukan transformasi budaya politik bangsa yaitu menggantikan
budaya politik lama yang masih sangat dipengaruhi orientasi, sikap dan tingkah laku politik
masyarakat kita yang berwawasan terbatas dengan budaya politik sesuai landasan dan
filosofi negara serta konstitusi kebangsaan kita dalam UUD 1945.
Demokrasi di Indonesia, tidak akan tercipta secara utuh langsung seperti yang terjadi
di Eropah yang lebih homogen ataupun di Amerika Serikat meskipun heterogenitasnya
tinggi tetapi dilingkupi budaya, kelengkapan, sistem dan kondisi yang memungkinkan
dilakukannya sosialisasi politik secara baik dengan tingkat pendidikan masyarakat yang
lebih baik. Kondisi tersebut tidak dimiliki bangsa Indonesia, sehingga iklim demokrasi yang
dapat diciptakan dan diterima oleh komunitas budaya yang ada harus melalui tahapan-
tahapan yang sistematis dengan penyadaran kepada seluruh identitas budaya terutama
mengindonesiakan identitas budaya yang relative besar sehingga tidak tumbuh sebagai
budaya totaliter yang menghegemoni.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN ISI JOURNAL


Jurnal ini tidak memiliki judul yang sama namun memiliki keterkaitan di bidang
demokrasi. Namun ada beberapa kekurangan pada ketiga jurnal ini. Yaitu tidak memiliki
metodologi penelitian. Dari kesimpulan ketiga jurnal ini saya mendapatkan kesimpulan
tentang hubungan salah satu cara demokrasi yang dilakukan mahasiswa dalam politik dan
pemerintahan. Pada jurnal II penulis menggunakan terlalu banyak singkatan yang dapat
membingungkan pembaca. Isi dari setiap jurnal juga cukup jelas, sehingga semua tujuan,
kesimpulan dan penelitian yang dilakukan penulis memberikan hasil yang memuaskan.
Dari ketiga jurnal ini saya mendapat banyak pengetahuan seperti bangsa Indonesia
dapat melakukan transformasi budaya politik bangsa yaitu menggantikan budaya politik
lama yang masih sangat dipengaruhi orientasi, sikap dan tingkah laku politik masyarakat
kita yang berwawasan terbatas dengan budaya politik sesuai landasan dan filosofi negara
serta konstitusi kebangsaan kita dalam UUD 1945.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JOURNAL


Di ketiga jurnal tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekukangannya
sendiri, dimana jika mempunyai kelebihan ketika penulis ingin membuat buku maka penuli
bisa memperbaikinya agar lebih bagus, akan tetapi jika kelemahan, penulis harus lebih
meningkatkan lagi kualitas buku tersebut.

10
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Jurnal yang memiliki
kualitas yang sangat mudah dimengerti jurnal I dan jurnal II. Dan menurut kami jurnal yang
ke III maasih sulit untuk dimengerti. Demokrasi di Indonesia, tidak akan tercipta secara utuh
langsung seperti yang terjadi di Eropah yang lebih homogen ataupun di Amerika Serikat
meskipun heterogenitasnya tinggi tetapi dilingkupi budaya, kelengkapan, sistem dan kondisi
yang memungkinkan dilakukannya sosialisasi politik secara baik dengan tingkat pendidikan
masyarakat yang lebih baik. Dan diharapkan Sebagai sebuah gerakan sosial, tentunya
gerakan mahasiswa dituntut untuk tetap konsisten di dalam menjalankan idealisme utama
yakni mendudukkan kepentingan masyarakat luas, terutama di dalam menghadapi kebijakan
Negara yang kadang cenderung tak berpihak. Gerakan mahasiswa adalah pejuang demokrasi
yang tentunya mesti senantiasa berjuang menegakkan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang
ada di dalam demokrasi. Disinilah pentingnya gerakan mahasiswa ini, yakni selain sebagai
prasyarat bagi proses demokratisasi yang berlangsung, tetapi juga sebagai penyeimbang di
dalam mekanisme sistem pemerintahan.

B. SARAN
Diharapkan penulis dapat memperbaiki jurnal sehingga mendapatkan hasil yang lebih
baik dan dapat dimengerti oleh si pembaca

11

Anda mungkin juga menyukai

  • Tugas
    Tugas
    Dokumen28 halaman
    Tugas
    rizky andrian
    Belum ada peringkat
  • CJR PKN RIZKY
    CJR PKN RIZKY
    Dokumen12 halaman
    CJR PKN RIZKY
    rizky andrian
    Belum ada peringkat
  • Pelek Dan Ban
    Pelek Dan Ban
    Dokumen14 halaman
    Pelek Dan Ban
    rizky andrian
    Belum ada peringkat
  • CJR PKN RIZKY
    CJR PKN RIZKY
    Dokumen12 halaman
    CJR PKN RIZKY
    rizky andrian
    Belum ada peringkat
  • Formatif 1
    Formatif 1
    Dokumen2 halaman
    Formatif 1
    rizky andrian
    Belum ada peringkat
  • TR 6
    TR 6
    Dokumen2 halaman
    TR 6
    rizky andrian
    Belum ada peringkat
  • CBR Kepemimpinann
    CBR Kepemimpinann
    Dokumen9 halaman
    CBR Kepemimpinann
    rizky andrian
    Belum ada peringkat