dan Pleurotus
Ostreatus dalam PENANGANAN LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL
DI INDONESIA
Disusun oleh :
Zinatul Uthbah B1J012001
Pepi Ayu Legensa B1J012003
Andriani Diah Irianti B1J012011
I.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui kemampuan Polyporus sp. dalam menangani pencemaran limbah
cair industri tekstil.
2. Mengetahui kemampuan Pleurotus ostreatus dalam menangani pencemaran
limbah cair industri tekstil.
3. Mengetahui jamur yang lebih efektif antara Polyporus sp. dan Pleurotus
ostreatus dalam menangani pencemaran limbah cair industri tekstil.
I.4 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan informasi kepada dinas lingkungan dalam upaya perbaikan
lingkungan perairan yang tercemar limbah cair industri tekstil
2. Mengetahui cara yang aman dan ramah lingkungan untuk menangani masalah
pencemaran lingkungan perairan yang tercemar limbah cair industri tekstil.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Komponen umum limbah cair industri khusunsya industri tekstil adalah zat
pewarna. Zat warna yang dihasilkan dari industri ini dapat mencemari lingkungan
perairan. Lingkungan perairan yang tercemar oleh limbah industri tekstil biasanya
diindikasikan dengan adanya perubahan warna. Warna air limbah ini akan
berubah-ubah tergantung pada perpaduan berbagai jenis pewarna yang digunakan
dalam proses pewarnaan tekstil. Zat pewarna dapat bersifat toksik bagi beberapa
spesies organisme. Tahap penting yang dapat dilakukan dalam pengolahan limbah
tekstil yang menyebabkan pencemaran dan toksisitas ini adalah dengan
menghilangkan zat pewarnanya (Martani et al., 2011).
Jamur yang diketahui dapat mendegradasi kayu memiliki kemampuan dalam
merombak limbah cair dari industri tekstil. Polyporus sp. dan Pleurotus ostreatus
merupakan jamur yang berada dalam kelas Basidiomycetes dan memiliki
kemampuan dalam mendegradasi kayu. Pleurotus ostreatus memiliki enzim
lignolitik yang dapat dimanfaatkan untuk pengolahan limbah tekstil. Jamur ini
mampu menggunakan bahan organik yang terdapat dalam limbah tekstil sebagai
sumber energi. Selain itu, jamur ini juga memiliki gugus fungsi seperti -OH
(hidroksil), –NH2 (amino), -SH (sulfidril) dan yang lainnya yang dapat menyerap
zat warna tekstil (Sukarta dan Sumahandriyani, 2013). Polyporus sp. juga dapat
mendegradasi kayu dan memiliki enzim lignolitik. Enzim ligninolitik dari jamur
ini bersifat nonspesifik yang artinya disamping merombak lignin, hemiselulosa
dan selulosa juga mampu merombak senyawa-senyawa kimia yang mempunyai
struktur aromatik seperti fenol dan zat warna tekstil. Polyporus sp. merupakan
salah satu jamur yang memberikan efisiensi lebih tinggi dibandingkan
menggunakan jamur jenis Pleurotus ostreatus dalam merombak limbah tekstil
(Sastrawidana et al., 2012).
Perombakan limbah tekstil menggunakan jamur pendegradasi kayu dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan jamur bebas (tersuspensi) dan
jamur terlekat (teramobil). Jamur dapat tumbuh dengan baik pada pertumbuhan
terlekat dan menghasilkan enzim lignolitik lebih banyak yang menyebabkan
tingginya hasil efisiensi perombakan dibandingkan dengan proses pertumbuhan
tersuspensi. Limbah-limbah pertanian merupakan material yang baik digunakan
sebagai bahan pengamobil jamur karena mengandung lignin, selulosa dan
hemiselulosa yang dapat berfungsi sebagai inducer dalam proses produksi enzim
lignolitik. Jamur pendegradasi kayu dapat dimanfaatkan untuk pengolahan limbah
tekstil karena jamur tersebut mampu menggunakan bahan organik yang terdapat
dalam limbah tekstil sebagai sumber energi (Sastrawidana et al., 2012).
Perombakan limbah cair tekstil dengan menggunakan jamur dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
1. Konsentrasi zat warna
Konsentrasi optimum zat warna ditentukan dari nilai efisiensi perombakan
yang paling besar. Perombakan zat warna berlangsung optimum pada konsentrasi
30 ppm dengan efisiensi sebesar 57,77%. Menurut John (2001) efisiensi
perombakan zat warna dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi zat warna yang
akan dirombak oleh jamur dan efisiensi perombakan pada variasi konsentrasi zat
warna.
2. Aktivitas jamur
Jamur merombak zat warna dipengaruhi oleh lama waktu kontak antara
miselium jamur dan zat warna yang akan dirombak. Waktu kontak optimum zat
warna ditentukan dari nilai efisiensi perombakan yang paling besar. Efisiensi
perombakan ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jamur. Fase
pertumbuhan jamur dapat digunakan untuk mengsekresikan enzim lignolitik yang
berperan dalam mendegradasi zat warna. Jamur masih aktif dalam mendegradasi
zat warna apabila disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain zat warna belum
meracuni jamur dan masih adanya zat makanan yang dapat dipakai nutrisi oleh
jamur (Sukarta dan Sumahandriyani, 2013).
3. pH
pH optimum yang diperlukan oleh jamur pendegradasi kayu dalam merombak
zat warna ditentukan juga oleh nilai efisiensi perombakan yang paling besar.
Perombakan zat warna berlangsung optimum pada pH 5 dengan efisiensi sebesar
50,88%. Jamur akan tumbuh dengan baik apabila pH yang digunakan sesuai.
Efisiensi perombakan meningkat dengan naiknya pH lingkungan misalnya dari
pH 4 sampai 5 dan menurun dari pH 6 sampai 8. Perbedaan efisiensi perombakan
zat warna pada variasi pH disebabkan oleh perubahan aktivitas pertumbuhan
jamur. Beberapa jamur dapat tumbuh baik pada pH asam sampai netral, dimana
pertumbuhan yang optimum akan dicapai pada pH 4 sampai 5 (Iswanto, 2009).
Jika pH meningkat atau menurun melebihi kondisi pH optimum, maka aktivitas
katalitik enzim akan menurun dan pada kondisi lingkungan yang tidak
menguntungkan inilah pertumbuhan jamur akan terhambat bahkan mati.
III. MATERI DAN METODE PENELITIAN
+ akuades
Di Vortex
Martani E., Margino S., dan Nurnawati E. 2011. Isolasi Dan Karakterisasi Jamur
Pendegradasi Zat Pewarna Tekstil. Jurnal Manusia dan Lingkungan.
18(2) : 127- 136.
Sastrawidana, ID.K., Siti M., dan I N. Sukarta. 2012. Perombakan Air Limbah
Tekstil Menggunakan Jamur Pendegradasi Kayu Jenis Polyporus sp.
Teramobil Pada Serbuk Gergaji Kayu. Jurnal Bumi Lestari. 12 ( 2):
382 – 389.