Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena kekerasan semakin marak dalam

kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat

mengatasi pengalaman akan kekerasan, namun sebagian

besar mencari solusi kepada pihak lain atau mencari

jalur hukum untuk memperoleh penyelesaian yang lebih

baik. Walaupun demikian masih banyak individu yang tidak

melaporkan kejadian kekerasan yang mereka alami. Hal ini

dapat terkait adanya perasaan malu untuk memperoleh

bantuan atau malu akan sanksi sosial dari masyarakat

setempat (Nasir dan Munith, 2011).

Bentuk kekerasan yang banyak terjadi di

masyarakat adalah kekerasan fisik, tetapi

masyarakat sendiri tidak menyadari bahwa

penghinaan, cemooh dan kata-kata kasar merupakan

bagian dari kekerasan verbal. Efek kekerasan f isik

dan verbal akan menyakitkan bagi individu yang

mengalaminya dan dapat saja menim bulkan trauma.

Trauma yang terjadi pada korban kekerasan akan

berbeda, begitu pula dengan aspek penanganannya yang

berbeda, hal ini terkait dengan aspek kepribadian dan

kondisi psikologis seseorang.

1
2

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana

seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan

secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk

mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak

konstruktif (Stuart dan Sundeen, 2010).

Perilaku kekerasan dapat disebabkan karena

frustasi, takut, manipulasi atau intimidasi. Perilaku

kekerasan merupakan hasil konflik emosional yang belum

dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan

rasa tidak aman, kebutuhan akan perhatian dan

ketergantungan pada orang lain.

Pasien jiwa yang mengalami perilaku kekerasan

umumnya tidak dapat mengendalikan kemarahannya dengan

baik. Sehingga emosinya sangat labil dan membahayakan

orang-orang yang ada di sekitarnya. Namun pada pasien

jiwa dengan perilaku kekerasan yang sudah mampu bekerja

sama dengan perawat hendaknya diajarkan tentang perilaku

kekerasan yang pasien alami, mulai dari stimulasi

penyebab kemarahannya, tanda dan gejala kemarahannya,

yang dilakukannya saat marah. Selain itu, untuk

kemampuan mengontrol marah pada pasien resiko perilaku

kekerasan dapat dilakukan dengan beberapa terapi salah

satu diantaranya adalah terapi musik.

Terapi musik adalah suatu terapi di bidang

kesehatan yang menggunakan musik untuk mengatasi suatu


3

masalah yang dialami pasien, dalam penelitian ini terapi

musik diberikan kepada pasien perilaku kekerasan yang

bertujuan untuk mengontrol marah pada pasien perilaku

kekerasan. Studi tentang kesehatan jiwa, telah

menunjukkan terapi musik sangat efektif dalam meredakan

kegelisahan dan stress, mendorong perasaan rileks serta

meredakan depresi. Terapi musik membantu orang-orang yang

memiliki masalah emosional dalam mengeluarkan perasaan

mereka, membuat perubahan positif dengan suasana hati,

membantu memecahkan masalah dan memperbaiki konflik

(Wahyuni, 2006).

Terapi musik merupakan suatu terapi kesehatan

menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk

meningkatkan atau memperbaiki kondisi fisik, emosi,

kognitif dan sosial bagi individu dari berbagai kalangan

usia (Suhartini, 2013). Musik memiliki beberapa kelebihan

yaitu karena musik bersifat nyaman, menenangkan, membuat

rileks, berstruktur dan universal (Rasyid, 2010).

Pada dasarnya hampir semua jenis musik bisa

digunakan untuk terapi musik. Dalam terapi musik,

komposisi musik disesuaikan dengan masalah atau tujuan

yang ingin kita capai. Musik memiliki 3 bagian penting

yaitu beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa

sedangkan harmony mempengaruhi roh (Rasyid, 2010). Dengan

bantuan musik, pikiran-pikiran seseorang dibiarkan

mengembara, baik untuk mengenang hal-hal yang


4

menyenangkan, mengangankan hal-hal yang diimpikan dan

dicita-citakan, atau langsung mencoba menguraikan

permasalahan yang sedang dihadapi, ketika musik

diaplikasikan menjadi sebuah terapi, maka ia dapat

meningkatkan, memulihkan, serta memelihara kesehatan

fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual setiap

individu (Aizid, 2011).

Terapi musik sendiri merupakan intervensi yang

sedang berkembang belakangan ini sebagai sebuah

intervensi sistematis dengan terapis yang membantu klien

untuk meningkatkan kesehatan menggunakan pengalaman musik

dan hubungan yang berkembang diantaranya sebagai kekuatan

dinamis perubahan (Bruscia, 2014). Treatment dalam terapi

musik dilakukan dalam berbagai metode, diantaranya dengan

menyanyi dan bermain instrument, menulis lagu, memilih

lagu, review kehidupan bermusik (musical life review),

terapi musik sebagai hiburan 5 (music therapy

entertainment), guided imagenary, improvisasi, dan

mendengarkan musik (Yinger, 2017). Musik yang digunakan

dalam terapi musik yang lembut dan teratur seperti

instrumentalia dan musik klasik (Dilman Carpentier &

Potter, 2007).

Dalam penelitian ini terapi musik yang digunaan

adalah Terapi musik tradisional. Musik tradisional

menurut Tumbijo (1997 : 13) adalah seni budaya yang sejak

lama turun temurun telah hidup dan berkembang pada daerah


5

tertentu. Maka dapat dijelaskan bahwa musik tradisional

adalah musik masyarakat yang diwariskan secara turun

temurun dan berkelanjutan pada masyarakat suatu daerah.

Kesenian tradisional pada umumnya juga tidak dapat

diketahui secara pasti kapan dan siapa penciptanya. Hal

ini dikarenakan kesenian tradisional atau kesenian rakyat

bukan merupakan hasil kreatifitas individu, tetapi

tercipta secara anonym bersama kreatifitas masyarakat

yang mendukungnya (Kayam : 60).

Menurut WHO (World Health Organitation), kesehatan

jiwa merupakan suatu keadaan dimana seseorang terbebas

dari gangguan jiwa, dan memiliki sikap positif untuk

menggambarkan tentang kedewasaan serta kepribadiannya.

Menurut data WHO pada tahun 2016 angka penderita gangguan

jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 620 juta

orang yang menderita gangguan mental. Orang yang

mengalami gangguan jiwa sepertiganya tinggal di negara

berkembang, sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental

itu tidak mendapatkan perawatan (Kemenkes RI, 2016).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016,

menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa di

Indonesia mencapai 3,6 juta yang terdiri dari pasien

resiko perilaku kekerasan. Diperkirakan sekitar 60%

mengalami masalah resiko perilaku kekerasan di Indonesia

(Wirnata, 2016).
6

Menurut Dinas Kesehatan Kota Mataram (2016),

menyatakan angka kejadian masalah gangguan jiwa di Nusa

Tenggara Barat Tahun 2016 berkisar antara 950 orang

hingga 2.300 orang. Angka kejadian ini merupakan pasien

yang sudah terdiagnosa. Berdasarkan data yang diperoleh

dari RS Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB Tahun 2017

pada bulan Oktober 2017 - Januari 2018 jumlah pasien RPK

di ruang Mawar sebanyak 148 pasien, ruang Flamboyan

sebanyak 77 pasien, ruang Wijayakusuma sebanyak 40

pasien, ruang Angsoka sebanyak 68 pasien, ruang dahlia

sebanyak 40 pasien, ruang anggrek sebanyak 5 orang, dan

ruang melati sebanyak 157 pasien (Buku register, 2017).

Resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana

seseorang pernah atau mempunyai riwayat melakukan

tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri atau orang

lain atau lingkungan baik secara fisik atau emosional dan

verbal (Keliat, 2015). Oleh karena itu penulis tertarik

untuk malakukan penelitian karena masalah-masalah

kejiwaan bisa muncul lebih serius dimulai dari resiko

perilaku kekerasan dan dampak yang komplek seperti

mencederai diri, orang lain dan lingkungan, resiko bunuh

diri akibat dari pasien yang tidak bisa mengontrol marah.

Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Terapi Musik

Tradisional Lombok Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah


7

Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di Ruang Angsoka

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka

yang menjadi rumusan masalah adalah ”Apakah Ada Pengaruh

Terapi Musik Tradisional Lombok Terhadap Kemampuan

Mengontrol Marah Pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di

Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma

Provinsi NTB ?“

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Terapi Musik Tradisional

Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Resiko

Perilaku Kekerasan di Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa

(RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kemampuan mengontrol marah sebelum

diberikan terapi musik tradisional di Ruang Angsoka

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

b. Mengidentifikasi kemampuan mengontrol marah sesudah

diberikan terapi musik tradisional di Ruang Angsoka

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

c. Menganalisa Pengaruh terapi musik tradisional

terhadap kemampuan mengontrol marah pada pasien

resiko perilaku kekerasan di Ruang Angsoka Rumah

Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.


8

D. Manfaat Penelitian

1. Institusi Pendidikan Stikes Mataram

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai

tambahan refrensi, dan dapat pula dijadikan sebagai

bahan pertimbangan materi yang akan diberikan.

2. Institusi Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma Provinsi

NTB

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai

pertimbangan dalam terapi relaksasi progresif yang

diberikan pada pasien halusinasi.

3. Responden

Responden mengerti akan pentingnya menangani

kemampuan mengontrol marah yang dialami sehingga

dapat meningkatkan kemandirian dalam melakukan

tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi

marah.

4. Peneliti

Peneliti dapat mengetahui dan pengalaman dalam

melakukan penelitian serta dapat mengetahui

bagaimana pengaruh terapi musik tradisional

terhadap kemampuan mengontrol marah pada pasien

resiko perilaku kekerasan.


9

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

Nama Judul Desain Tehnik Uji Hasil


Penelitian Sampling Statistik
Kholid Bay Pengaruh terapi Quasi Simple t-test Ada pengaruh
Khaqqi musik tradisional eksperimental Random terapi musik
(2015) terhadap dengan Sampling tradisional
kemampuan mengontrol pendekatan terhadap
marah pada pasien one group kemampuan
perilaku pretest- mengontrol
kekerasan di rumah posttest. marah pada
sakit jiwa daerah pasien perilaku
Dr. Amino kekerasan
Gondohutomo Provinsi dengan nilai
Jawa Tengah PValue 0,000
(<0,05)

Benita Pengaruh Terapi Quasi Porposive t-test Variabel


Irma Aktivitas Kelompok : eksperimental sampling mengontrol
Widyastini Stimulasi Persepsi dengan marah sebelum
(2013) Sesi I – V Terhadap pendekatan dan sesudah
Kemampuan Mengontrol one group diberikan
dan Mengekspresikan pretest- intervensi
Marah Pada Pasien posttest dengan p-value
Risiko Perilaku 0,000 dan
Kekerasan di RSJD kemampuan
Dr. Amino mengekspresikan
Gondohutomo Semarang marah sebelum
dan sesudah
diberikan
intervensi
dengan p-value
0,000

Sri Pengaruh Terapi Quasi Quota Paired t- Tidak ada


Umiatul Musik Tradisional eksperimental sampling test Pengaruh Terapi
Hasanah Terhadap Kemampuan dengan Musik
(2016) Mengontrol Marah pendekatan Tradisional
Pada Pasien Resiko one group Terhadap
Perilaku Kekerasan pretest- Kemampuan
di ruang Angsoka posttest with Mengontrol
Rumah Sakit Jiwa control group Marah Pada
(RSJ) Mutiara Sukma Pasien Resiko
Provinsi NTB Perilaku
10

Kekerasan di
ruang Angsoka
Rumah Sakit
Jiwa (RSJ)
Mutiara Sukma
Provinsi NTB

Anda mungkin juga menyukai