Anda di halaman 1dari 35

58

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan suatu cara untuk

memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu

masalah yang pada dasarnya menggunakan metode

ilmiah(Notoatmodjo, 2012). Pada bagian metode penelitian di

fokuskan pada bagaimana penelitian dilaksanakan agar tujuan

atau masalah dapat dijawab.

A. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk

diteliti oleh peneliti atau sasaran peneliti (Sugiyono,

2012). Subjek pada penelitian ini adalah Pasien resiko

perilaku kekerasan di Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa

(RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

B. Populasi dan sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri

dari atas, objek atau subjek yang mempunyai kwantitas

dan krateristik yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(sugiyono, 2012).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien

dengan resiko perilaku kekerasan di ruang angsoka

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB

58
59

sebanyak 68 pasien dari bulan oktober 2017 – Januari

2018.

2. Sampel

Sampel adalah terdiri dari bagian populasi

terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subyek

penelitian melalui sampling (Nursalam, 2013).

Sampel pada penelitian ini adalah pasien resiko

perilaku kekerasan yang dirawat di Ruang angsoka RSJ

Mutiara Sukma Provinsi NTB berjumlah 12 responden

dengan rincian 6 responden untuk kelompok eksperimen

dan 6 responden untuk kelompok kontrol.

3. Teknik pengambilan sampel

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi

porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi

(Nursalam, 2013).

Dalam penelitian ini tehnik sampling yang

digunakan adalah Quota Sampling dimana dalam penentuan

sampel dalam kuota menetapkan setiap strata populasi

berdasarkan tanda-tanda yang mempunyai pengaruh

terbesar variabel yang diselidiki. Kuota artinya

penetapan subjek berdasarkan kapasitas/daya tampung

yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2014).

Quota Sampling adalah teknik sampling yang

mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah

ditentukan oleh peneliti.Teknik pengambilan sampel ini

dilakukan tidak mendasarkan diri pada strata atau


60

derha, tetapi mendasarkan diri pada jumlah yang telah

ditentukan. Selain itu, Teknik pengambilan sampel

dengan cara ini biasanya digunakan pada penelitian

yang memiliki jumlah terbatas. (Arikunto, 2010).

C. Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian merupakan kerangka

acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antara

variabel dalam suatu penelitian (Ryanto,2011).

Rancangan penelitian yang digunakan adalah quasi

eksperimentaldengan pretest-posttest design with control

group (Nursalam, 2013). Desain ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh terapi musik tradisional terhadap

kemampuan mengontrol marah pada pasien resiko perilaku

kekerasan di ruang AngsokaRumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara

Sukma Provinsi NTB.

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian pre-test post-test


kontrol group desain

Kelompok Pre test Perlakuan Post test


KE K-1 Media audio K-2
kaset
KK K-1 - K-2
Keterangan :

KE : Kelompok Eksperimen

KK : Kelompok kontrol

K-1 : Pre test

K-2 : Post test


61

D. Tehnik Pengumpulan Dan Pengolahan Data

1. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010).

Instrumen penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah untuk Variabel Independent

yaitu terapi musik tradisional instrumen yang

digunakan berupa SOP (standar Operasional Prosedur)

terapi musik tradisional sedangkan untuk Variabel

Dependent instrumen yang digunakan berupa kuisioner

kemampuan mengontrol marah yang telah di uji

validitas dan reliabilitas.

2. Teknik Penggumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses

pendekatan kepada subyek atau responden dan proses

pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam, 2013).

Peneliti akan membentuk dua kelompok eksperimen

yang disebut KE dan KK. Dimana pada kelompok

eksperimen (KE) akan diberikan perlakuan mendengarkan

musik tradisonal. Sedangkan kelompok kontrol (KK)

tidak mendapatkan perlakuan apapun selama terapi

berlangsung (waiting list).

Bentuk eksperimen dalam penelitian ini adalah

pemberian terapi musik tradisonal. Jenis musik

tradisional yang digunakan adalah musik kecapi sunda


62

dari Bandung Jawa Barat.Terapi musik tradisonal

dilakukan dengan cara: pertama, telebih dahulu

dilakukan pengisian kuisioner tentang kemampuan

mengontrol marah setelah itu, diberikan perlakuan

(eksperimen) yaitu terapi musik pada kelompok 1

(satu)dan kelompok 2 (dua) tidak diberikan perlakuan

eksperimen. Kemudian mengisi lembar kuisioner tentang

kemampuan mengontrol marah setelah diberikan terapi

musik tradisional kecapi sunda.Pemberian terapi musik

tradisional dilakukan pertemuan sebanyak 1 sesi dalam

rentang waktu 3 hari dengan waktu pemberian selama

10-15 menit.
63

3. Pengelolaan Data

Dalam tahap pengolahan data ini, data yang diolah

yaitu data hasil kuisioner kemampuan mengontrol marah

pasien resiko perilaku kekerasan melalui beberapa

tahap yaitu :

1) Penyuntingan (editing)

Dalam tahap ini dilakukan pemeriksaan antara

lain kesesuaian jawaban, kelengkapan, pengsisian

serta konsistensi jawaban responden.

2) Pengkodean (coding)

Pemberian kode dimaksudkan untuk mempermudah

dalam pengolahan data dan proses selanjutnya

melalui tindakan pengklasifikasian.

3) Skoring

Pengukuran kuisioner kemampuan mengontrol

marah pada pasien resiko perilaku kekerasan

terdiri dari 11 pertanyaan dengan pilihan ya dan

tidak. Jawaban ya diberi skor 1, jawaban tidak

diberi skor 0 dengan menggunakan skala likert,

sehingga rentang skor yang diperoleh yaitu 0-11

(Hidayat, 2007).

Data yang terkumpul masing-masing responden

ditotalkan dan dikategorikan menjadi 3 yaitu :

Kemampuan mengontrol marah baik : apabila

jumlah jawaban dilembar kuisioner 8-11


64

Kemampuan mengontrol marah cukup : apabila

jumlah jawaban dilembar kuisioner 4-7

Kemampuan mengontrol marah kurang : apabila

jumlah jawaban dilembar kuisioner 0-3

4) Tabulasi (tabulasi)

Hasil pengkodean dimasukkan dalam tabel. Data

yang telah ditabulasi kemudian di analisa dengan

uji Paired sample t test dengan bantuan SPSS

versi.22.0

E. Indentifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai

ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan

oleh satuan penelitian tentang konsep pengertian

(Notoatmojo, 2012).

a. Variabel Bebas (Independent Variabel)

Variabel Independen adalah variabel yang

mempengaruhi atau dianggap menentukan variabel

terikat (Saryono, 2011).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

terapi musik tradisonal.

b. Variabel Terikat (Dependen Variabel)

Variabel Dependen adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel independen (variabel

bebas) atau sering disebut sebagai variabel akibat

(Notoatmodjo, 2012).
65

Variabel terikat dalam penelitian ini

adalahkemampuan mengontrol marah.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan

variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang

diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo,2012).
71

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian Pengaruh Terapi Musik Tradisional Terhadap
Kemampuan Mengontrol Marah Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di ruang Angsoka
RSJ Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Definisi Skala
No Variabel Parameter Alat ukur
Operasional data Skor
1. Independent : Terapi musik SOP (Standar SOP - -
Terapi musik tradisonal adalah Operasional (standar
tradisonal suatu terapi di Prosedur) Operasion
bidang kesehatan terapi musik al
yang menggunakan tradisional Prosedur)
musik tradisonal terdiri dari terapi
dari berbagai beberapa musik
daerah di Indonesia tahapan yaitu
yang memenuhi :
karakteristik 1. Tahap Pra
sebagai musik interaksi
terapi untuk 2. Tahap
mengatasi suatu Orientasi
masalah yang 3. Tahap Kerja
dialami pasien, 4. Tahap
dalam penelitian terminasi
ini terapi musik 5. Tahap
diberikan kepada Dokumentasi
pasien perilaku
kekerasan yang
bertujuan untuk
mengatasi penurunan
marah pada pasien
perilaku kekerasan
72

2. Dependent : Kemampuan 1. Mengenal Kuisioner Inter Kemampuan


Kemampuan Mengontrol penyebab val mengontrol marah
mengontrol Marahadalah suatu marah Baik 8-11
marah cara seseorang 2. Mengenal dan Kemampuan
dalam mengendalikan menyebutkan mengontrol marah
emosi yang timbul tanda dan Cukup4-7
dari dalam dirinya gejala marah Kemampuan
dengan cara-cara 3. Mengendalikan mengontrol marah
yang konstruktif. suara-suara Buruk 0-3
penyebab
marah
4. Mengungkapkan
marah secara
asertif
5. Meredakan
marah dengan
cara asertif
6. Mengendalikan
marah secara
asertif
7. Memberikan
waktu jeda
pada saat
marah
8. Menjauhi
penyebab
marah
9. Mengisi waktu
jeda marah
dengan hal-
hal positif
74

F. Kerangka Kerja Penelitian


Populasi

Semua pasien RPK di ruang angsoka RSJ Mutiara Sukma


sebanyak 68 responden

Purposive Sampling
Sampel

Pasien RPK di ruang angsokasebanyak 12


responden

Informed Consent
Pre test:kemampuan mengontrol marah
pasien resiko perilaku kekerasan sebelum
diberikan terapi musik tradisional
kuisioner

Kelompok kontrol Kelompok Eksperimen

Pemberian perlakuan (eksperimen) terapi


musik tradisional

kuisioner

Post test mengetahui kemampuan mengontrol


marah pasien resiko perilaku kekerasan
setelah diberikan terapi musik tradisional
untuk kelompok perlakuan dan tanpa
perlakuan untuk kelompok kontrol

Pengumpulan data

Editing dan coding

Paired sample t test

Penyajian hasil

Bagan 3.1 :Kerangka Kerja Pengaruh Terapi Musik


Tradisional Terhadap Kemampuan
Mengontrol Marah Pada Pasien Resiko
Perilaku Kekerasan Di ruang Angsoka
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma
Provinsi NTB.
75

G. Analisa Data

Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji

Paired sample t-test merupakan uji beda dua

sampelberpasangan dengan tingkat signifikasi 0,5

dengan kriteria penerimaan hipotesa (Ha) apabila t

hitung lebih besar dari t tabel dengan rumus sebagai

berikut:

𝑥1 − ̅̅̅
̅̅̅ 𝑥2
𝑡=
𝑠12 𝑠22 𝑠1 𝑠

𝑛1
+ 𝑛 − 2𝛾 ( ) ( 𝑛2 )
2 √𝑛1 √ 2

Keterangan :

𝑥1 Rata-rata sampel sebelum perlakuan


̅̅̅=

𝑥2 Rata-rata sampel sesudah perlakuan


̅̅̅=

S1 = Simpangan baku sebelum perlakuan

S2 = Simpangan baku sesudah perlakuan

n1 = jumlah sampel sebelum perlakuan

n2 = jumlah sampel sesudah perlakuan

H. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat

rekomendasi dari ketua STIKES Mataram yang tembusannya

disampaikan kepada kepala Rumah Sakit Jiwa Mutiara

Sukma Provinsi NTB. Setelah mendapat persetujuan,

peneliti melakukan penelitian tentunya dengan

menekankan masalah etika penelitian meliputi :

1. Informed consent (Lembar Persetujuan)

Merupakan lembar persetujuan memuat

penjelasan-penjelasan tentang maksud dan tujuan


76

penelitian, serta dampak yang trjadi selama

penelitian. Apabila responden telah mengerti dan

bersedia maka responden di minta menanda tangani

surat persetujuan menjadi responden,serta tidak ada

unsur paksaan,yang dilakukan oleh peneliti.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan responden peneliti

tidak mencantumkan nama subyek penelitian, hanya

untuk memudahkan dalam mengenali identitas, peneliti

memakai inisial nama dari responden.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Informasi yang diberikan oleh responden serta

semua data yang terkumpul disimpan, dijamin

kerahasiaannya dan hanya menjadi koleksi peneliti.

Informasi yang diberikan oleh responden tidak akan

disebarkan atau diberikan kepada orang lain tanpa

seijin responden. Peneliti menjamin semua

kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden

serta hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.


77

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Pada BAB ini diuraikan tentang hasil penelitian

yang dilakukan terhadap responden di Ruang Angsoka pada

tanggal 26-28 Juni 2018. Penyajian data terdiri atas

gambaran umum lokasi penelitian, data responden tentang

umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan

suku serta data khusus yang mengacu pada tujuan

penelitian dan landasan teori.

1. Gambaran umum lokasi penelitian

a. Gambaran Umum Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma

Provinsi NTB.

Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma beralamatkan

di jalan Ahmad Yani no.1 Selagalas-Mataram, 83237

adalah rumah sakit khusus tipe B yang menangani

dan merawat pasien dengan gangguan jiwa di

provinsi NTB memiliki motto melayani dengan

empati. Batas-batas dmeografi RSJ Mutiara Sukma

NTB adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara berbatasan dengan jalan Gora

- Sebelah selatan berbatasan dengan RS Harapan

Keluarga

- Sebelah timur berbatasan dengan area persawahan

- Sebelah barat berbatasan dengan jalan Ahmad yani

dan taman selagalas

77
78

Luas area Rumah Sakit Jiwa : 60.000 m2 luas

bangunan : 4.216 m2. No. telp (0370)

671515.672140. Fax : (0370) 671517. (Diklit RSJ

Mutiara Sukma NTB, 2018).

b. Struktur Organisasi RSJ Mutiara Sukma NTB

Struktur organisasi Rumah Sakit Mutiara

Sukma NTB menurut Peraturan Daerah (Perda) no.8

tahun 2008 terdiri dari :

- Direktur yang membawahi staf medis fungsional

dan sub bagian tata usaha

- seksi pelayanan medis

- seksi penunjang medis

- seksi keperawatan

- instalasi (Diklit RSJ Mutiara Sukma, 2018).

2. Data umum

Dalam penelitian ini sebagai respondennya adalah

pasien resiko perilaku kekerasan yang di rawat di

ruang Angsoka RSJ Mutiara Sukma NTB, pengambilan

sampel menggunakan teknik sampling Quota

Samplingsebanyak 12 responden dengan rincian 6

responden untuk kelompok eksperimen dan 6 responden

untuk kelompok kontrol. Pemaparan karakteristik

responden diuraikan dalam data umum yaitu berdasarkan

umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, dan suku.


79

a. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel berikut menguraikan secara terperinci

mengenai penyebaran responden berdasarkan kelompok

umur responden, sebagai berikut :

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden


berdasarkan umur

Kel.
No Kel.kontrol Total
Usia eksperimen
.
n % n % n %
1 17-25 1 8.3 1 8.3 2 16.7
2 26-35 3 25 3 25 6 50
3 36-45 1 8.3 1 8.3 2 16.7
4 46-55 0 0 1 8.3 1 8.3
5 >56 1 8.3 0 1 1 8.3
Total 6 50.0 6 50.0 12 100.0
Sumber : Data Sekunder

Dari tabel 4.1 dapat diketahui bahwa usia

responden paling banyak adalah usia 26-35 tahun

sebanyak 3 (25%) responden untuk kelompok

eksperimen dan 3 (25%) responden untuk kelompok

kontrol yang menurut depkes RI 2013 disebut

sebagai usia dewasa awal.


80

b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden


berdasarkan jenis kelamin

Kel.
No Jenis Kel.kontrol Total
eksperimen
. Kelamin
n % n % n %
1 Pria 6 50.0 6 50.0 12 100.0
2 Wanita 0 0 0 0 0 0
Total 6 50.0 6 50.0 12 100.0
Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.2 di atas dapat diketauhi bahwa

semua responden baik responden untuk kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol berjenis kelamin

pria karena ruang angsoka adalah ruang

rehabilitasi pasien khusus untuk pria.

c. Karakteristik responden berdasarkan suku

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden


berdasarkan suku
Kel. Total
No Kel.kontrol
Suku eksperimen
.
N % n % n %
1 Mbojo 2 16.7 0 0 2 16.7
2 Sasak 4 33.3 6 50.0 10 83.3
3 Samawa 0 0 0 0 0 0
Total 6 50 6 50 12 100.0
Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa

responden lebih banyak berasal dari suku sasak

yaitu 4 (33.3%) responden untuk kelompok

eksperimen dan 6 (50%) untuk kelompok kontrol.


81

d. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden


berdasarkan pendidikan

Kel. Total
No Pendidika Kel.kontrol
eksperimen
. n
N % n % n %
Tidak 0 0
1 0 0 0 0
Sekolah
2 SD 2 16.7 2 16.7 4 33.4
3 SMP 0 0 2 16.7 2 16.7
4 SMA 4 33.3 2 16.7 6 50.0
5 PT 0 0 0 0 0 0
Total 6 50.0 6 50.0 12 100.0
Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.4 di atas dapat diketahui bahwa

pendidikan responden terbanyak adalah responden

memiliki pendiidkan di tingkat SMA untuk kelompok

eksperimen sebesar 4 (33.3%) dan untuk kelompok

kontrol responden memiliki tingkat pendidikan SD,

SMP, SMA dengan jumlah yang sama yaitu 2 (16.7%).

e. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden


berdasarkan pekerjaan

Kel.
No Eksperime Kel.kontrol Total
Pekerjaan
. n
n % N % N %
Tidak 3 25
1 2 16.7 1 8.3
kerja
2 Petani 3 25 4 33.3 7 58.3
3 Wiraswasta 1 8.3 1 8.3 2 16.7
Total 6 50 6 50.0 12 100.0
Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa

sebagian besar responden bekerja sebagai petani


82

baik untuk kelompok eksperimen sebesar 3 (25%) dan

kelompok konntrol sebesar 4 (33.3%).

3. Data Khusus

Data khusus menyajikan hasil yang menggambarkan

tentang identifikasi terapi musik tradisional

terhadap kemampuan mengontrol marah pada pasien

resiko perilaku kekerasan di ruang Angsoka RSJ

Mutiara Sukma NTB.

a. Identifikasi kemampuan mengontrol marah sebelum

diberikan terapi musik tradisional kelompok

eksperimen dan kontrol di Ruang Angsoka Rumah

Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi kemampuan


mengontrol marah kelompok
Eksperimen dan kontrol sebelum
diberikan terapi musik tradisional
di Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa
(RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB
Pre
Kemampuan Kel.Ekspe Kel.Kontro Total
No
mengontrol marah rimen l
n % N % n %
1 Baik 1 8.3 1 8.3 2 16.7
2 Cukup 5 41.7 5 41.7 10 83.3
3 Kurang 0 0 0 0 0 0
Total 6 50.0 6 50 12 100.0
Sumber : data Primer

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa

responden yang memiliki kemampuan mengontrol marah

sebelum diberikan terapi musik tradisional

terbanyak dengan kategori Cukup sebesar 5 (41.7%)

untuk kelompok eksperimen dan 5 (41.7%) dengan


83

kategori cukup untuk kelompok kontrol.

b. Identifikasi kemampuan mengontrol marahsesudah

diberikan terapi musik tradisional kelompok

eksperimen dan kontrol di Ruang Angsoka Rumah

Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi kemampuan


mengontrol marah sesudah diberikan
terapi musik tradisional kelompok
eksperimen dan kontrol di Ruang
Angsoka Rumah Sakit Jiwa (RSJ)
Mutiara Sukma Provinsi NTB.
Post
Kemampuan Kel.Ekspe Kel.Kontro Total
No
mengontrol marah rimen l
n % N % n %
1 Baik 2 16.7 2 16,7 4 33.4
2 Cukup 3 25 4 33.3 7 58.3
3 Kurang 1 8.3 0 0 1 8.3
Total 6 50.0 6 50 12 100.0
Sumber : Data Primer

Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa

responden memiliki kemampuan mengontrol marah

terbanyak setelah diberikan terapi musik

tradisional terbanyak dengan kategori cukup

sebesar 3 (25%) untuk kelompok eksperimen dan 4

(33.3%) dengan kategori cukup untuk kelompok

kontrol.

c. Analisa Pengaruh terapi musik tradisional terhadap

kemampuan mengontrol marah pada pasien resiko

perilaku kekerasan di Ruang Angsoka Rumah Sakit

Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.


84

Tabel 4.8 Analisa Pengaruh terapi musik


tradisional terhadap kemampuan
mengontrol marah pada pasien resiko
perilaku kekerasan di Ruang Angsoka
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara
Sukma Provinsi NTB.
Paired Samples Correlations

Correlati
N on Sig.

Pair pre eksperimen &


6 ,664 ,150
1 post eksperimen

Pair pre kontrol & post


6 ,275 ,598
2 kontrol

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan

paired sample t-test menunjukkan bahwa hasil

0.849 yang diperoleh untuk kelompok eksperimen

dimana jika nilai probabilitas atau sig (2

tailed)> 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat pengaruh terapi musik tradisional

terhadap kemampuan mengontrol marah pasien resiko

perilaku kekerasan di ruang Angsoka RSJ Mutiara

Sukma NTB.

Dari tabel 4.8 dapat dilihat bahwa pada

kelompok eksperimen memiliki hasil signifikasi

sebesar 0,150 dimana 0,150 > 0,05 dan pada

kelompok kontrol memiliki hasil signifikasi

sebesar 0,598 dimana 0,598 > 0,05. Nilai

korelasi/hubungan (correlate) kelompok eksperimen

sebesar 0,664 dan kelompok kontrol sebesar 0,275.


85

Dari tabel 4.6 dan 4.7 dapat dilihat bahwa

kemampuan mengontrol marah sebelum diberikan

terapi musik dengan kategori baik sebanyak 1

(8.3%) responden dan bertambah 1 responden setelah

diberikan terapi musik tradisional, untuk

kemampuan marah dengan kategori cukup sebelum

diberikan terapi berjumlah 5 (41.7%) responden dan

berkurang 2 responden setelah diberikan terapi

musik tradisional dan untuk kategori cukup sebelum

diberikan terapi berjumlah 0 (0%) dan bertambah 1

responden setelah diberikan terapi musik

tradisional.

B. PEMBAHASAN

Sesuai dengan tujuan penelitian akan dibahas

Pengaruh terapi musik tradisional terhadap kemampuan

mengontrol marah pada pasien resiko perilaku kekerasan

di Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma

Provinsi NTB.

a. Identifikasi kemampuan mengontrol marah sebelum

diberikan terapi musik tradisional di Ruang Angsoka

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

Dari tabel 4.6 di atas dapat diketahui

bahwa responden yang memiliki kemampuan mengontrol

marah sebelum diberikan terapi musik tradisional

terbanyak dengan kategori Cukup sebesar 5 (41.7%)


86

untuk kelompok eksperimen dan 5 (41.7%) dengan

kategori cukup untuk kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan dengan menggunakan kuisioner kemampuan

mengontrol marah pada pasien dengan resiko perilaku

kekerasan yang ada di ruang Angsoka sudah cukup baik

meskipun terdapat beberapa responden yang tidak mampu

mengingat cara mengontrol marah dengan cara yang

asertif. Selain itu, responden juga tidak mampu

mengingat bagaimana strategi pelaksanaan (sp 1-4)

pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan yang

sudah diajarkan oleh perawat. Pada saat peneliti

melakukan penelitian, pada saat berkomunikasi dengan

peneliti responden terlihat kooperatif karena ruang

Angsoka adalah ruang rehabilitasi dikatakan sudah

kooperatif karena responden di ruangan sebelumya

sudah memperoleh rangkaian asuhan keperawatan seperti

strategi pelaksanaan (sp 1-4) dan berbagai macam

terapi dan obat. Selain itu, pada saat menjawab

kuisioner, sebagian besar responden dapat menjawab

pertanyaan dengan baik meskipun terdapat beberapa

responden yang lama menjawab pertanyaan yang

diberikan, dan terdapat beberapa responden yang

kurang memperhatikan saat peneliti bertanya kepada

responden.

Sebelum diberikan terapi musik tradisional


87

oleh peneliti, responden menjawab pertanyaan dari

kuisioner yang telah diberikan sebanyak 11 item

pertanyaan, dari 11 item pertanyaan sebagian besar

responden belum mampu mengekspresikan marah secara

tepat, belum mampu mengungkapkan marah secara

asertif, klien belum mampu memberikan waktu jeda pada

saat marah dan menjauhi situasi serta orang yang

memprovokasi kemarahannya serta mengisi waktu jeda

pada saat marah.Selain itu, responden belum terbuka

dalam memberikan informasi kepada peneliti sehingga

responden hanya menjawab singkat pada saat peneliti

bertanya.

Kemampuan mengontrol marah dengan kategori

Baik dengan jumlah 1 (8,3%) responden untuk kelompok

eksperimen dan 1 (8,3%) responden untuk kelompok

kontrol menurut hasil penelitian respoden dengan

kemampuan mengontrol marah baik sebelum diebrikan

terapi musik tradisional selain responden sudah

kooperatif dalam berkomunikasi, responden juga mampu

menjawab pertanyaan pada saat wawancara dengan tepat

dan cepat, responden juga lebih terbuka dalam

menyampaikan masalahnya kepada peneliti dan responden

juga mampu mempraktekkan bagaimana mengontrol marah

dengan SP 1-4 yang telah diajarkan dan dilatih oleh

perawat sebelumnya baik itu pada kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol. Sedangkan kemampuan marah


88

dengan kategori kurang sebanyak 0 (0%) pada kelompok

eksperimen dan kontrol menurut hasil penelitian,

responden sudah kooperatif dalam berkomunikasi

sehingga responden mampu menjawab pertanyaan yang

diajukan meskipun terdapat sebagian responden yang

masih ada yang belum mampu menjawab pertanyaan.

b. Identifikasi kemampuan mengontrol marah sesudah

diberikan terapi musik tradisional di Ruang Angsoka

Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

Dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui

bahwa responden memiliki kemampuan mengontrol marah

terbanyak setelah diberikan terapi musik tradisional

terbanyak dengan kategori cukup sebesar 3 (25%) untuk

kelompok eksperimen dan 4 (33.3%) dengan kategori

cukup untuk kelompok kontrol.

Terapi musik yang diberikan adalah terapi

musik kecapi sunda dari Jawa Barat dimana terapi ini

telah digunakan oleh Supriadi, dedi dkk pada tahun

2015 dalam menurunkan tekanan darah pada lansia yang

menderita hipertensi dan peneliti menggunakan musik

kecapi sunda sebagai terapi untuk pasien resiko

perilaku kekerasan dalam mengontrol marah karena

musik kecapi sunda memiliki karakteristik yang sesuai

untuk digunakan sebagai terapi musik.

Berdasarkan hasil penelitian, setelah

diberikan terapi musik tradisional selama 3 hari


89

perlakuan, kemampuan mengontrol marah pada responden

sebagian besar masih dalam kategori cukup. Dilihat

dari kuisioner yang diberikan kepada responden. Pada

saat wawancara dengan menggunakan kuisioner,

kemampuan mengontrol marah, sebagian besar jawan

responden masih sama dengan jawaban pada saat sebelum

diberikan terapi musik tradisional Kecapi Sunda dari

Jawa Barat Namun, pada saat dilakukan wawancara

responden lebih mudah dan cepat mengerti dalam

menjawab pertanyaan yang diberikan tidak seperti pada

saat sebelum diberikan terapi musik tradisional, dan

responden lebih terbuka dalam memberikan informasi

kepada peneliti dan sudah mulai percaya kepada

peneliti sehingga dalam menjawab pertanyaan dari

peneliti responden menjawab dengan baik dan jelas.

Setelah diberikan terapi musik

tradisional, dari 11 item pertanyaan yang ditanyakan

terkait dengan kemampuan mengontrol marah, jawaban

responden masih sama dengan sebelum diberikan terapi

musik tradisional, setelah dilakukan penelitian

kepada responden ada beberapa faktor yang menyebabkan

responden masih cukup mampu dalam mengontrol

kemarahannya diantaranya klien lupa dengan strategi

pelaksanaan yang telah dilatih oleh perawat.

Kemampuan mengontrol marah pada pasien

resiko perilaku kekerasan dengan kategori baik


90

sebanyak 2 (16,7%) responden pada kelompok eksperimen

dan kontrol menurut hasil penelitian, pada saat

wawancara dengan kusioner setelah diberikan terapi

musik tradisional, responden sudah mampu mengontrol

marah dengan baik hal ini dikarenakan responden fokus

dalam mendengarkan terapi musik yang diberikan

sedangkan untuk kategori kurang sebanyak 1 (8,3%)

pada kelompok eksperimen disebabkan karena pada

responden setelah diberikan terapi musik tradisional,

responden belum mampu untuk mengendalikan emosi pada

saat masalah yang dialami muncul kembali, responden

mengatakan sangat sulit untuk mengendalikan marah

ketika masalah itu muncul kembali dalam pikirannya.

c. Analisa Pengaruh terapi musik tradisional terhadap

kemampuan mengontrol marah pada pasien resiko

perilaku kekerasan di Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa

(RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB.

Berdasarkan hasil uji dengan menggunakan paired

sample t-test menunjukkan bahwa hasil signifikasi

0.849 yang diperoleh untuk kelompok eksperimen dimana

jika nilai probabilitas atau sig (2 tailed)> 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh

terapi musik tradisional terhadap kemampuan

mengontrol marah pasien resiko perilaku kekerasan di

ruang Angsoka RSJ Mutiara Sukma NTB.

Tidak terdapatnya pengaruh terapi musik


91

tradisional terhadap kemampuan mengontrol marah

pasien resiko perilaku kekerasan di ruang Angsoka RSJ

Mutiara Sukma NTB dari hasil penelitian hal ini

disebabkan karena pasien resiko perilaku kekerasan

kooperatif hanya pada saat berkomunikasi sedangkan

pada saat proses penelitian responden kurang

kooperatif dimana pada saat mendengarkan terapi musik

yang diberikan responden kurang berkonsentrasi dan

tidak fokus sehingga responden tidak mendengarkan

dengan baik musik yang diberikan. Selain itu,

sebagian besar responden tidak mampu mengingat

bagaimana SP 1-4 resiko perilaku kekerasan yang sudah

dilatih sebelumnya. Faktor penyebab lain yang muncul

setelah diberikan terapi musik tradisional seperti

dari hasil wawancara dengan responden, mereka

mengatakan adanya perasaan rileks dan tenang setelah

mendengarkan musik namun, setelah selesai

mendengarkan terapi musik yang diberikan muncul

kembali masalah-masalah yang dialami dalam pikiran

responden seperti yang dikatakan salah satu responden

yang selalu mengingat masalah yang menyebabkan

dirinya masuk rumah sakit jiwa sehingga dapat

disimpulkan faktor keterbatasan waktu dalam pemberian

terapi musik secara bertahap dan terjadwal menjadi

salah satu hal yang kurang maksimal yang dilakukan

pada saat penelitian.


92

Ruang Angsoka adalah ruang rehabilitasi dimana

pasien yang dirawat di ruangan tersebut adalah pasien

yang sudah kooperatif dan dapat diajak berkomunikasi

dengan baik sehingga resiko perilaku kekerasan

seperti mengamuk sudah dapat pasien kendalikan namun,

emosi dan marah pada pasien masih muncul sewaktu-

waktu dengan berbagai macam penyebab seperti

bertengkar dengan teman sekamar, marah karna diganggu

temannya atau penyebab lainnya yang menyebabkan

pasien emosinya muncul kembali. Marah yang muncul

pada pasien di ruang Angsoka adalah marah tanpa

adanya mengamuk dan menyerang hanya terlihat mata

merah, tangan mengepal meskipun pasien dapat

mengendalikan untuk tidak menyerang, mengeluarkan

kata-kata kasar, ,marah dengan tanda seperti inilah

yang masih tidak dapat dikontrol oleh pasien. Hal ini

menunjukkan bahwa faktor penyebab pasien marah dapat

muncul kapan saja, jika muncul pada saat dilakukan

terapi musik pasien dapat mengontrol marahnya namun

pada saat tidak diberikan terapi musik tradisional

pasien sangat susah untuk mengendalikan emosi dan

marah yang dialami.

Kedudukan kelompok kontrol dalam penelitian

yang dilakukan adalah sebagai pembanding dari

kelompok eksperimen, hal ini bertujuan untuk

membandingkan perbedaan antara kelompok yang


93

diberikan musik tradisonal dan kelompok yang tidak

diberikan terapi musik tradisional. Seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya ruang Angsoka adalah

ruang rehabilitasi pasien dengan diagnosa gangguan

jiwa yang salah satunya adalah pasien dengan resiko

perilaku kekerasan, semua pasien yang dirawat di

ruang Angsoka akan diberikan berbagai macam terapi

dan asuhan keperawatan. Pada saat penelitian,

responden kelompok eksperimen yang berjumlah 6 orang

setiap pagi jam 9 diberikan terapi rehabilitasi di

ruang rehabilitasi berupa terapi spiritual, okupasi

dll yang didampingi oleh perawat, asuhan keperawatan

pasien resiko perilaku kekerasan disertai dengan

strategi pelaksanaan pasien risiko perilaku

kekerasan, dan terapi medis berupa obat sesuai dosis

yang diberikan dokter dan diberikan terapi tambahan

oleh peneliti berupa terapi musik tradisional.

Sedangkan kelompok kontrol diberikan terapi yang sama

seperti kelompok eksperimen berupa terapi

rehabilitasi berupa terapi spiritual, okupasi dll,

asuhan keperawatan pasien resiko perilaku kekerasan

beserta strategi pelaksanaan pasien risiko perilaku

kekerasan dan terapi medis berupa obat sesuai dosis

dari dokter tanpa diberikan terapi musik tradisional.

Perbandingan antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dapat dilihat dari hasil pre test


94

dan posttest dari kedua kelompok tersebut dimana

hasil kelompok eksperimen sebelum diberikan perlakuan

ada 5 responden memiliki kategori cukup dalam

mengontrol marah dan 1 orang memiliki kategori baik

sedangkan setelah diberikan terapi musik tradisional

terdapat 2 responden memiliki kategori baik, 3

responden cukup dan 1 responden kurang dan dari hasil

uji paired sample t test dapat dilihat bahwa pada

kelompok eksperimen memiliki nilai correlation 0,664

sedangkan nilai sig. 0,150 sedangkan pada kelompok

kontrol pada saat pre test terdapat 1 responden baik

dan 5 responden cukup dan post test terdapat 2

responden baik dan 4 responden cukup dan dari hasil

uji paired sample t test dapat dilihat bahwa pada

kelompok kontrol memiliki nilai correlation 0,275

sedangkan nilai sig. 0,598. Dari hasil pretest

kelompok eksperimen dan kontrol sama-sama memiliki

kemampuan mengontrol marah dengan kategori cukup dan

hasil posttest dari kelompok eksperimen dan kontrol

dapat dilihat bahwa kelompok kontrol masih cukup baik

dalam mengontrol marah karena pada kelompok kontrol

tidak ada responden yang memiliki kemampuan

mengontrol marah dengan kategori kurang, namun pada

kelompok eksperimen terdapat 1 responden yang

memiliki kategori kurang Sedangkan dari hasil uji

dapat dilihat bahwa nilai hubungan (correlation)


95

kelompok eksperimen lebih besar dari kelompok kontrol

yang artinya korelasi sebelum dan sesudah diberikan

terapi musik tradisional adalah kuat dan sugnifikan.

Kelompok kontrol merupakan kelompok yang tidak

diberikan terapi musik oleh peneliti namun, pada

kelompok kontrol, perawatan dan terapi lainnya

seperti terapi rehabilitasi dan terapi medis tetap

diberikan sedangkan pada kelompok eksperimen

diberikan tambahan terapi musik tradisional selain

dari terapi yang telah diberikan sebelumnya. Namun

dalam hal ini dari kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol memiliki hasil yang sama dimana tidak ada

pengaruh diantara kedua kelompok tersebut. Tidak ada

pengaruh pada kelompok kontrol adalah seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada beberapa faktor

penyebab baik itu faktor resiko dan pencetus marah

pada pasien resiko perilaku kekerasan dapat muncul

kapan saja meskipun responden telah diberikan terapi

sebelumnya.
96

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemampuan mengontrol marah sebelum diberikan terapi

musik tradisional di Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa

(RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB sebesar 5 (41.7%)

responden untuk kelompok eksperimen dan 5 (41.7%)

responden untuk kelompok kontrol dengan kategori

cukup.

b) Kemampuan mengontrol marahsesudah diberikan terapi

musik tradisional di Ruang Angsoka Rumah Sakit Jiwa

(RSJ) Mutiara Sukma Provinsi NTB sebesar 3 (25%)

responden untuk kelompok eksperimen dan 4 (33.3%)

responden untuk kelompok kontrol dengan kategori

cukup.

c) Tidak Ada Pengaruh Terapi Musik Tradisional Terhadap

Kemampuan Mengontrol Marah Klien Resiko Perilaku

Kekerasan di Ruang Angsoka RSJ Mutiara Sukma NTB

dengan hasil 0.849 > 0,5.

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah :

1. Kurangnya responden yang menjadi objek penelitian

dikarenakan jumlah pasien dalam suatu ruangan pada


97

saat penelitian berjumlah 13 pasien yang di rawat dan

peneliti hanya mengambil satu ruangan perawatan saja.

Selain itu, ruang Angsoka merupakan ruangan untuk

pasien laki-laki.

2. Waktu penelitian singkat yang dilakukan dalam waktu 3

hari dimana menurut teori yang ada terapi musik

tradisional dilakukan selama 4 hari.

3. Komunikasi dengan responden mengenai prosedur terapi

musik tradisional yang kurang maksimal sehingga pada

saat proses penelitian tidak berjalan dengan

semestinya dimana responden sebagian besar tidak

fokus, responden mengganggu responden yang lain pada

saat proses terapi.

C. Saran

1. Bagi Peneliti

Lebih ditingkatkan lagi pengetahuan dan wawasan

mengenai metodologi penelitian dan langkah-langkah

dalam penelitian serta mencari instrumen yang lebih

akurat dalam pelaksanaan proses penelitian.

2. Bagi institusi pendidikan STIKES Mataram

Menambah refrensi dan buku terbaru tentang jiwa

dan ilmu psikologi lainnya.

3. Bagi RSJ Mutiara Sukma Provinsi NTB

Pelayanan agar selalu dan terus ditingkatkan

supaya menjadi rumah sakit jiwa terbaik di daerahnya


98

dan selalu memberikan terapi komplementer pada pasien

sehingga waktu perawatan menjadi lebih efektif.

4. Bagi Masyarakat

Selalu memberikan dukungan kepada pasien ODMK

dan jangan pernah mendiskriminasi pasien ODMK karena

dukungan dari keluarga dan masyarakat dapat

mempercepat kesembuhan jiwa dan mental dari pasien.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian tentang terapi komplementer pada

pasien ODMK khususnya resiko perilaku kekerasan agar

lebih dikembangkan lagi dan dapat mencari referensi

terbaru tentang terapi yang dapat membantu kesembuhan

pasien serta mencari instrumen yang tepat untuk

penelitian selanjutnya dan dengan judul yang berbeda.

Anda mungkin juga menyukai