Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

DISUSUN OLEH
Imam. AY
G3A018003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
TAHUN 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM

A. Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya
plasenta sampai dengan 6 minggu (40hari) setelah itu. Periode pascapartum
(puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi kembali ke keadaan normal seperti sebelum hamil. Periode postpartum
adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak
hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru (Mitayani,
2009).
B. Tanda dan Gejala Fisiologi dan Psikologi
1. Fisiologi
a. Sistem Reproduksi
1) Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan
disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus
mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari
kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam
fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simpisis
pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9
pascapartum.
2) Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi
lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume
intrauterine yang sangat besar. Hemostasis pascapartum dicapai terutama
akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi
trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksigen yang dilepas
kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1
sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa
berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk
mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan
oksitosin ( pitosin ) secara intravena atau intramuscular diberikan segera
setelah plasenta lahir.
3) Afterpains
Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya
tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami
multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal
puerperium.
4) Lokia
Pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus
selama masa nifas disebut lokia. Lokia ini terdiri dari lokia rubra (1-4 hari)
jumlahnya sedang berwarna merah dan terutama darah, lokia serosa (4- 8
hari) jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda ( hemoserosa ),
lokia alba (8-14 hari) jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak
berwarna.
5) Serviks
Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan; setelah 6
minggu postnatal, serviks menutup.
6) Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama
setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan
kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak
hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan
rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali
sementara labia menjadi lebih menonjol.
7) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada
postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat kembali sebagian besar
tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
melahirkan.
8) Payudara
Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika
laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan
mula – mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status
hormonal serta dimulainya laktasi.
9) Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat
spasme ( kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan ) sfingter dan
edema leher buli – buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara
kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang
besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan.
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.
b. Tanda – tanda vital
Suhu pada hari pertama ( 24 jam pertama ) setelah melahirkan meningkat
menjadi 380C sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan dehidrasi
maupun karena terjadinya perubahan hormonal, bila diatas 380C dan selama
dua hari dalam sepuluh dari pertama post partum perlu dipikirkan adanya
infeksi saluran kemih, endometriosis dan sebagainya. Pembengkakan buah
dada pada hari ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan
suhu atau tidak.
c. Sistem kardiovaskuler
1) Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik, yang
diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera berdiri,
dapat timbul dalam 48 jam pertama.
2) Denyut nadi
Nadi umumnya 60 – 80 denyut permenit dan segera setelah partus dapat
terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin
ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas
umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu. Pada minggu ke 8
sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi
sebelum hamil.
3) Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan semula
sebelum melahirkan.
d. Sistem endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone-hormone
yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen dan progesterone
menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya tercapai
kira – kira satu minggu pascapartum. Pada wanita yang tidak menyusui kadar
estrogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih
tinggi dari pada wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke 17.
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada
wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam
setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan
menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang
diberikan.
e. Sistem perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil ( kadar steroid yang tinggi ) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi
ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu
satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira – kira 2 sampai 8
minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi
traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
f. Sistem gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi
makan – makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia
dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas keadaan
normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga
hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot
usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum,
diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau
dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri
yang dirasakannya diperineum akibat episiotomy, laserasi atau hemoroid
g. Sistem muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal – hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas
sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi
sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah wanita melahirkan.
h. Sistem integument
Kloasma yang muncul pada masa kehamilan biasanya menghilang saat
kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola dan linea nigra tidak
menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha
dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
2. Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Merupakan fase dimana ibu masih fokus terhadap dirinya sendiri yang
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua pasca melahirkan.
Pengalaman selama persalinan kerap kali berulang dan menjadikan ibu
senang menceritakan proses kelahiran menjadikannya lelah dan
membutuhkan istirahat. Pada tahap ini ibu baru umumnya pasif dan sangat
tergantung, serta perhatianya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
Sehingga ibu masih belum bisa merawat bayinya secara maksimal, dan pada
tahap inilah sering terjadinya kecemasan pada ibu.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke – 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha
bertanggung jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai
ketrampilan perawatan bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada
pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung
jawab terhadap bayi. Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-
kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung
dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini
disebut dengan post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post
partum.

C. Patofisiologi dan Pathway


1. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun
eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”.
Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni
memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama. Otot-
otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri terbentuk semacam cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-
sisa sel desidua basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang merenggang sewaktu
kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur kembali seperti sedia kala.
Nifas dibagi dalam tiga periode :
a. Immediet post partum periode ( 24 jam pertama setelah melahirkan )
b. Early post partum periode ( hari kedua sampai ketujuh setelah melahirkan )
c. Late post partum ( minggu kedua/ketiga sampai keenam setelah melahirkan )
2. Pathway

D. Penatalaksanaan
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : pada pasien dengan persalinan spontan sudah belajar duduk,
memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian
informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2 : mulai latihan duduk pada persalinan SC
5. Hari ke- 3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan pada persalinan SC
E. Komplikasi
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)
4. Post partum blues
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada
jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam
persalinan atau sesudah persalinan.

F. Asuhan keperawatan pada ibu post partum


1. Pengkajian
a. Pengkajian Fisik
1) Riwayat kesehatan sebelumnya
2) Tanda-tanda Vital
3) Mamae: gumpalan, kemerahan, nyeri, perawatan payudara, management
engorgement, kondisi putting, pengeluaran ASI.
4) Abdomen: palpasi RDA, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, striae.
5) Perineum: lochea, tanda-tanda REEDA.
6) Ekstremitas: varices, tanda-tanda Homan.
7) Rektum: hemoroid, dll.
8) Aktivitas sehari-hari.
b. Pengkajian Psikologis
1) Umum: status emosi,gambaran diri dan tingkat kepercayaan
2) Spesifik: depresi postpartum.
3) Seksualitas: siklus menstruasi, pengeluaran ASI dan penurunan libido.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi, peregangan
perineum, involusi uteri, hemoroid, pembengkakan payudara).
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
d. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
e. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
f. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
3. Intervensi keperwatan
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi, peregangan
perineum, involusi uteri, hemoroid, pembengkakan payudara).
NOC : Pain Level, Pain control, Comfort level
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …x 24 jam, diharapkan nyeri
berkurang dengan kriteria hasil:
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital dalam rentang normal TD : 120-140 /80 – 90 mmHg, RR : 16
– 24 x/mnt, N : 80- 100 x mnt, T : 36,5oC – 37,5 oC.
NIC: Pain Management
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi (PQRST)
2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien
4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi
5) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
6) Tingkatkan istirahat
7) Latih mobilisasi miring kanan miring kiri jika kondisi klien mulai
membaik
8) Kaji kontraksi uterus, proses involusi uteri.
9) Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
10) Anjurkan dan latih pasien cara merawat payudara secara teratur.
11) Jelaskan pada ibu tetang teknik merawat luka perineum dan mengganti
PAD secara teratur setiap 3 kali sehari atau setiap kali lochea keluar
banyak.
12) Kolaborasi dokter tentang pemberian analgesi
b. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran
kemih.
NOC: Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, Pola eleminasi (BAK)
pasien teratur dengan kriteria hasil: eleminasi BAK lancar, disuria tidak ada,
bladder kosong, keluhan kencing tidak ada.
NIC:
1) Kaji haluaran urine, keluhan serta keteraturan pola berkemih.
2) Anjurkan pasien melakukan ambulasi dini.
3) Anjurkan pasien untuk membasahi perineum dengan air hangat sebelum
berkemih.
4) Anjurkan pasien untuk berkemih secara teratur.
5) Anjurkan pasien untuk minum 2500-3000 ml/24 jam.
6) Kolaborasi untuk melakukan kateterisasi bila pasien kesulitan berkemih.
c. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet
yang tidak seimbang; trauma persalinan.
NOC: Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, Pola eleminasi (BAB)
teratur dengan kriteria hasil: pola eleminasi teratur, feses lunak dan warna
khas feses, bau khas feses, tidak ada kesulitan BAB, tidak ada feses
bercampur darah dan lendir, konstipasi tidak ada.
NIC:
1) Kaji pola BAB, kesulitan BAB, warna, bau, konsistensi dan jumlah.
2) Anjurkan ambulasi dini.
3) Anjurkan pasien untuk minum banyak 2500-3000 ml/24 jam.
4) Kaji bising usus setiap 8 jam.
5) Pantau berat badan setiap hari.
6) Anjurkan pasien makan banyak serat seperti buah-buahan dan sayur-
sayuran hijau.
d. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
NOC: Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, ADL dan kebutuhan
beraktifitas pasien terpenuhi secara adekuat dengan kriteria hasil:
1) Menunjukkan peningkatan dalam beraktifitas.
2) Kelemahan dan kelelahan berkurang.
3) Kebutuhan ADL terpenuhi secara mandiri atau dengan bantuan.
4) Frekuensi jantung/irama dan Td dalam batas normal.
5) Kulit hangat, merah muda dan kering
NIC:
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktifitas menggunakan parameter berikut:
nadi 20/mnt di atas frek nadi istirahat, catat peningaktan TD, dispnea,
nyeri dada, kelelahan berat, kelemahan, berkeringat, pusing atau pinsan.
2) Tingkatkan istirahat, batasi aktifitas pada dasar nyeri/respon hemodinamik,
berikan aktifitas senggang yang tidak berat.
3) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktifitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frek nadi, peningaktan perhatian pada
aktifitas dan perawatan diri.
4) Dorong memajukan aktifitas/toleransi perawatan diri.
5) Anjurkan keluarga untuk membantu pemenuhan kebutuhan ADL pasien.
6) Jelaskan pola peningkatan bertahap dari aktifitas, contoh: posisi duduk
ditempat tidur bila tidak pusing dan tidak ada nyeri, bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri dst.
e. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
NOC: Fluid balance, Hydration
Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, Pasien dapat mendemonstrasikan
status cairan membaik dengan kriteria evaluasi:
1) Tidak ada manifestasi dehidrasi, resolusi oedema, haluaran urine di atas 30
ml/jam, kulit kenyal/turgor kulit baik.
NIC: Fluid management
1) Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam.
2) Observasi warna urine.
3) Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan
4) Monitor masukan makanan / cairan dan hitung intake kalori harian
5) Lakukan terapi IV
6) Dorong masukan oral
7) Beritahu dokter bila: haluaran urine < 30 ml/jam, haus, takikardia, gelisah,
TD di bawah rentang normal, urine gelap atau encer gelap.
8) Konsultasi dokter bila manifestasi kelebihan cairan terjadi.
9) Pantau: cairan masuk dan cairan keluar setiap 8 jam.
f. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
NOC: Setelah dilakukan askep selama …x 24 jam, Infeksi tidak terjadi
dengan kriteria hasil: tanda infeksi tidak ada, luka episiotomi kering dan
bersih, takut berkemih dan BAB tidak ada.
NIC:
1) Pantautanda-tanda vital dan tanda infeksi.
2) Kaji pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlah.
3) Kaji luka perineum, keadaan jahitan.
4) Anjurkan pasien membasuh vulva setiap habis berkemih dengan cara yang
benar dan mengganti PAD setiap 3 kali perhari atau setiap kali
pengeluaran lochea banyak.
5) Pertahnakan teknik septik aseptik dalam merawat pasien (merawat luka
perineum, merawat payudara, merawat bayi).
Daftar Pustaka

Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII,


Philadelphia, Lippincot Company, USA

Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi:


Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II.
Jakarta: EGC.

Gordon et.al. 2012. Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2012-2014.


Philadelphia USA.

Hacker Moore. 2005. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: EGC.

Hadijono, Soerjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

Hanifa Wikyasastro. 2007. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGC.

Mc Closky & Bulechek. (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). United


States of America: Mosby.

Meidian, JM. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of


America: Mosby.

Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai