Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KARSINOMA OVARIUM

PADA PASIEN NY. H DI RUANG RAJAWALI IV.B


RSUP. Dr. KARIADI SEMARANG

Disusun oleh :
IMAM. AY
NIM : G3A018003

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumor ginekologi terjadi pada organ reproduksi wanita. Tumor ini adalah
benjolan yang dapat bersifat jinak dan ganas. Tumor yang bersifat ganas lebih
dikenal dengan kanker. Organ reproduksi wanita, yaitu rahim (uterus) terdiri
atas badan rahim (corpus uteri) dan leher rahim (serviks), indung telur
(ovarium), saluran telur (tuba falopii), vagina, serta vulva. Tumor ginokologi
salah satunya adalah tumor ovarium.
Tumor ovarium muncul pada wanita usia reproduksi, antara 80-85%
merupakan tumor jinak. Kemungkinan tumor ovarium bersifat ganas pada
wanita usia di bawah 45 tahun sekitar 1 dari 15 orang. Tumor ovarium berisi
cairan yang kita sebut kista, juga dapat berbentuk tumor padat. Tumor ovarium
sering tidak menimbulkan gejala yang spesifik, bahkan tidak ada keluhan.
Gejala yang paling sering dirasakan adalah perut membesar, perut tidak
nyaman atau nyeri perut, gangguan buang air kecil atau buang air besar.
Ovarium yaitu salah satu kelenjar kelamin (gonad) atau kelenjar seks
wanita. Ovarium berbentuk seperti buah almond, berukuran panjang 2,5
sampai 5 cm, lebar 1,5 sampai 3 cm dan tebal 0,6 sampai 1,5 cm. Berat
ovarium mencapai 5 sampai 6 gram. Ovarium terletak dalam kavum peritonei.
Kedua ovarium melekat pada uterus lewat ligamentum ovarii yang berjalan
dari permukaan posterior uterus di dekat kornu uteri. Fungsinyanya adalah
menghasilkan sel telur yang sudah matang, menghasilkan dan mensekresi
estrogen dan progesteron (Cunningham, 2010).
tumor ovarium yang berbentuk baik kecil maupun yang besar, kistik
atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor
ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau
kista lutein. Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan
letak janin dalam rahim atau dapat menghalang – halangi masuknya kepala
ke dalam panggul ( Wiknjosastro, 2012 ).
Pada sebagian besar tumor ovarium berbentuk tumor kistik (kista
ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Tumor ovarium
merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua tumor ginekologi.
Kista ovarium fungsional terjadi pada semua umur, tetapi kebanyakan pada
wanita masa reproduktif (21 – 40 tahun). Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada
wanita yang berumur 29 tahun dan yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia
50 tahun, hanya 50 % yang jinak dan kista ovarium jarang setelah masa
menopouse. Angka kematian yang tinggi pada kejadian kista ovarium
disebabkan karena penyakit ini awalnya bersifat asimptomatik dan baru bisa
menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis, sehingga 60 – 70%
pasien datang pada stadium lanjut sehingga penyakit ini juga disebut sebagai
“The lady silent killer”. Pemeriksaan USG transvaginal ditemukan kista
ovarium pada hampir semua wanita premenopause dan terjadi peningkatan
14,8% pada wanita post menopause (Irwanshari, 2008)
Pengobatan tumor ovarium yang besar biasanya adalah melalui
tindakan bedah. Jika ukuran lebar tumor kurang dari 5 cm dan tampak terisi
oleh cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat
digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan menghilangkan tumor.
Perawatan pasca operatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista
ovarium adalah serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen
(Smeltzer and Bare, 2014).
Post operasi tumor ovarium akan mengalami masalah yang
berhubungan dengan nyeri, risiko infeksi, kurang perawatan diri serta
berbagai masalah yang mengganggu kebutuhan dasar lainnya. Peran perawat
disini diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah tersebut, antara lain
dengan mengajarkan teknik manajemen nyeri dengan memberikan kompres
hangat dan mengajarkan teknik relaksasi yaitu latihan tarik napas dalam untuk
membantu mengurangi nyeri. Tindakan keperawatan yang dilakukan tersebut
ialah untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga asuhan keperawatan
pada klien post operasi tumor ovarium dapat dilakukan secara optimal.
Sebagian besar kanker ovarium memerlukan pengobatan dengan
kemoterapi. Hanya kanker ovarium stadium awal saja (stadium 1a dan 1b
dengan derajat diferensiasi sel yang baik/sedang) yang tidak memerlukan
kombinasi pengobatan. Kemoterapi diberikan sebanyak 6 seri dengan interval
3 – 4 minggu sekali dengan melakukan pemantauan terhadap efek samping
kemoterapi secara berkala terhadap sumsum tulang, fungsi hati, fungsi ginjal,
sistem saluran cerna, sistem saraf dan sistem kardiovaskuler.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman tentang pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien dengan kanker ovarium.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan dan mendokumentasikan pengkajian pada
klien dengan kanker ovarium.
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien kanker
ovarium.
c. Mampu menentukan tujuan dan membuat rencana tindakan
keperawatan pada klien dengan kanker ovarium.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan
kanker ovarium.
e. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan kanker ovarium.

C. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah bentuk studi kasus dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, analisa data,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun pengumpulan datanya
dilakukan dengan cara :
1. Observasi partisipatif
Suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan pada klien selama di
rumah sakit dan lebih bersifat objektif yaitu: dengan melihat respon klien
setelah dilakukan tindakan.
2. Wawancara
Diperoleh dengan cara mengadakan tanya jawab dengan klien dan
keluarga klien serta tenaga kesehatan lain untuk mendapatkan
keterangan.
3. Studi dokumenter
Diperoleh dengan mempelajari buku laporan, catatan medis serta hasil
pemeriksaan yang ada.
4. Studi kepustakaan
Dengan mempelajari buku – buku yang ada untuk membantu,
menegakkan diagnosa keperawatan serta intervensi.

D. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai makalah ini, penulis
mengguakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab, yaitu:
Bab I : Berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang,
tujuan penulisan, ruang lingku, dan sistematika penulisan.
Bab II : Berisi tentang konsep dasar yang meliputi pengertian,
anatomi dan fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinik, proses penyembuhan luka, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pengkajian fokus, pathways keperawatan,
diagnosa keperawatan dan fokus intervensi.
Bab III : Berisi tentang resume kasus kelolaan yang membahas
kasus pasien, meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab IV : Berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan
untuk menemukan kesenjangan antara konsep teori dan
fakta kasus yang ada mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Bab V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
BAB II
KONSEP DASAR

1) Pengertian
Tumor adalah massa padat besar, meninggi, dan berukuran lebih dari 2
cm. Tumor Ovarium adalah benjolan yang terdapat dalam ovarium. Tumor
Ovarium padat adalah neoplasma. Tumor ini dapat mencapai diameter 2
sampai 30 cm, dan beratnya dapat mencapai 20 kilogram, dengan 90%
unilateral. Permukaannya tidak rata, konsistensinya keras, terdiri dari jaringan
ikat, jaringan kolagen dan kadang ada degerasi hialin, warnanya merah jambu
keabu-abuan. Tentang kepadatan tumor, ada yang konsistensinya memang
betul-betul keras disebut fibroma durum; sebaliknya ada yang cukup lunak dan
disebut fibroma molle (Corwin, 2010).

Klasifikasi Tumor Ovarium :


a. Tumor Non neoplastik
1. Tumor akibat radang : termasuk disini abses ovarial, abses tuba
ovarial, dan kista tubo-ovarial.
2. Tumor Lain
a) Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel de Graaf yang tidak sampai
berovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari
beberapa folikel primer yang stelah bertumbuh dibawah pengaruh
estrogen tak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan
membesar menjadi kista. Cairan dalam kista jernih dan seringkali
mengandung estrogen; oleh sebab itu kista kadang-kadang
menyebabkan gangguan haid.
b) Kista korpus luteum
Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur.
c) Kista Lutein
Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi sebesar tinju. Pada
pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel
granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi
seringkali sel-sel menghilang karena atresia.
d) Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil
dari epitel germinativum pada permukaan ovarium.
e) Kista endometrium
Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.
f) Kista Stein-Leventhal
Disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya
pada penderita terdapat gangguan ovulasi; oleh karena
endometrium hanya dipengaruhi oleh estrogen, hiperplasia
endometris sering ditemukan.

b. Tumor Ovarium Neoplastik jinak


1 Tumor Kistik
a) Kistoma Ovarii simpleks
Kista yang permukaannya rata dan halus biasanya bertangkai
seringkali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis
berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning.
b) Kistadenoma musinosum
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti, menurut meyer, ia
mungkin berasal dari suatu teratoma dimana dalam
pertumbuhannya suatu elemen mengalahkan elemen-elemen
yang lain.
c) Kistadenoma ovarii serosum
Kista berasal dari epitel germinativum, bentuk kista unilokular,
kista ini dapat membesar.
d) Kista dermoid
Teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi
sempurna dan lebih menonjol daripada mesoderm dan entoderm.
Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian
kistik kenyal dan padat.

2) Anatomi dan Fisiologi


Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ reproduksi eksterna dan
organ reproduksi interna.
a. Organ genetalia eksterna
Organ reproduksi wanita eksterna sering disebut sebagai vulva yang
mencakup semua organ yang dapat dilihat dari luar, yaitu yang dimulai
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, himen, vestibulum,
kelenjar bartholini dan berbagai kelenjar serta pembuluh darah.

Gambar 2. 1 : Organ Reproduksi Eksterna pada wanita.


(Sumber: Wiknjosastro, 2005)

1. Mons veneris
Disebut juga gunung venus, menonjol ke bagian depan menutup
tulang kemaluan. Setelah pubertas, kulit monsveneris tertutup oleh
rambut ikal yang membentuk pola distribusi tertentu yaitu pada
wanita berbentuk segitiga.
2. Labia Mayora
Berasal dari monsveneris, bentuknya lonjong menjurus ke bawah
dan bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari
kulit berambut, kelenjar lemak, dan kelenjar keringat, bagian
didalamnya tidak berambut dan mengandung kelenjar lemak, bagian
ini mengandung banyak ujung saraf sehingga sensitive saat
hubungan seks.
3. Labia minora
Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian
depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai
pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keinginan seks
bertambah. Labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.
4. Klitoris
Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria.
Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga
sangat sensitif saat hubungan seks.
5. Hymen
Merupakan selaput yang menutupi bagian lubang vagina luar. Pada
umumnya hymen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah
menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar rahim dan
kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim)
6. Vestibulum
Bagian kelamin yang dibasahi oleh kedua labia kanan – kiri dan
bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia
minora. Pada bagian vestibulum terdapat muara vagina (liang
senggama), saluran kencing, kelenjar Bartholini, dan kelenjar Skene.
7. Orifisium Uretra
Lubang atau meatus uretra terletak pada garis tengah vestibulum, 1
sampai 1,5 cm di bawah arkus pubis dan dekat bagian atas liang
vagina. Meatus uretra terletak di dua pertiga bagian bawah uretra
terletak tepat di atas dinding anterior vagina.
8. Orifisium Vagina
Terletak dibagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup
lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa
robekan.
9. Vagina
Vagina atau liang kemaluan merupakan suatu tabung yang dilapisi
membran dari jenis epithelium bergaris khusus, dialiri banyak
pembuluh darah dan serabut saraf. Panjang vagina dari vestibulum
sampai uterus adalah 7,5 cm. Bagian ini merupakan penghubung
antara introitus vagina dan uterus. Pada puncak vagina menonjol
leher rahim yang disebut porsio. Bentuk vagina sebelah dalam
berlipat – lipat disebut rugae.
10. Perinium
Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjang perineum kurang
lebih 4 cm. Jaringan utama yang menopang perineum adalah
diafragma pelvis dan urogenital.

b. Alat Kelamin Dalam (Genetalian Interna)


Genetalia interna adalah alat reproduksi yang berada didalam dan tidak
dapat dilihat kecuali dengan cara pembedahan. Organ genetalia terdiri
dari:

Gambar 2.2 : Organ Interna Wanita (Bobak & Lowdermilk, 2004)


1. Rahim (Uterus)
Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di
panggul kecil diantara rectum (bagian usus sebelum dubur) dan di
depannya terletak kandung kemih. Hanya bagian bawahnya disangga
oleh ligament yang kuat, sehingga bebas untuk tumbuh dan
berkembang saat kehamilan. Ruangan rahim berbentuk segitiga,
dengan bagian besarnya di atas. Dari bagian atas rahim (fundus)
terdapat ligament menuju lipatan paha (kanalis inguinalis), sehingga
kedudukan rahim menjadi kearah depan. Rahim juga merupakan jalan
lahir yang penting dan mempunyai kemampuan untuk mendorong
jalan lahir. Uterus terdiri dari :
a) Fundus uteri (dasar rahim)
Bagian uterus yang terletak antara pangkal saluran telur. Pada
pemeriksaan kehamilan, perabaan fundus uteri dapat
memperkirakan usia kehamilan
b) Korpus uteri
Bagian uterus yang terbesar pada kehamilan, bagian ini berfungsi
sebagai tempat janin berkembang. Rongga yang terdapat pada
korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c) Serviks uteri
Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut
ostium uteri internum.
Lapisan – lapisan uterus meliputi endometrium, myometrium,
parametrium.
2. Tuba Fallopi
Tuba fallopi berasal dari ujung ligamentum latum berjalan kearah
lateral, dengan panjang sekitar 12cm. Tuba fallopi merupakan bagian
yang paling sensitif terhadap infeksi dan menjadi penyebab utama
terjadinya kemandulan (infertilitas). Fungsi tuba fallopi sangat vital
dalam proses kehamilan, yaitu menjadi saluran spermatozoa dan
ovum, mempunyai fungsi penangkap ovum, tempat terjadinya
pembuahan (fertilitas), menjadi saluran dan tempat pertumbuhan hasil
pembuahan sebelum mampu menanamkan diri pada lapisan dalam
rahim.
3. Indung Telur (Ovarium)
Indung telur terletak antara rahim dan dinding panggul, dan digantung
ke rahim oleh ligamentum ovari proprium dan ke dinding panggul
oleh ligamentum infundibulopelvicum. Indung telur merupakan
sumber hormonal wanita yang paling utama, sehingga mempunyai
dampak kewanitaan dalam pengatur proses menstruasi. Indung telur
mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.
4. Parametrium (Penyangga Rahim)
Merupakan lipatan peritoneum dengan berbagai penebalan, yang
menghubungkan rahim dengan tulang panggul, lipatan atasnya
mengandung tuba fallopi dan ikut serta menyangga indung telur.
Bagian ini sensitif tehadap infeksi sehingga mengganggu fungsinya.
5. Hampir keseluruhan alat reproduksi wanita berada di rongga panggul.
Setiap individu wanita mempunyai bentuk dan ukuran rongga panggul
(pelvis) yang berbeda satu sama lain. Bentuk dan ukuran ini
mempengaruhi kemudahan suatu proses persalinan. (Tambayong,
2002).

3) Etiologi
Tumor ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histiogenesis yang
beranekaragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, entodermal
dan mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun klasifikasinya masih
sering menjadi perdebatan. Relatif sering ditemukan pada wanita usia lanjut.
Pemakaian obat yang menyuburkan kandungan bagi wanita yang sulit hamil
justru dapat mengakibatkan tumbuhnya tumor ovarium, karena ada perubahan
pembuluh darah akibat ovulasi berlebihan yang dipicu obat penyubur
kandungan. Tetapi penyebab tumor ovarium disebabkan oleh multifaktor.
4) Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dan gejala-gejala termasuk haid tidak teratur, ketegangan
menstrual yang terus meningkat, darah menstrual yang terus meningkat, darah
menstrual yang banyak (menoragia) dengan nyeri tekan pada payudara,
menopause dini, rasa tidak nyaman pada abdomen, dispepsia, tekanan pada
pelvis, dan sering berkemih. Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap
wanita dengan gejala-gejal gastrointestinal dan tanpa diagnosis yang diketahui
harus dievaluasi. Flattulenes, rasa begah setelah makan makanan keci, dan
lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-gejala signifikan.
Sebagian sel kanker mengeluarkan penanda-penanda (marker) sel.
Penanda-penanda tersebut adalah zat spesifik yang dikeluarkan oleh tumor ke
dalam darah, urin, atau cairan spinalis pada seseorang yang mengidap kenker.
Penanda sel tumor merupakan antigen spesifik yang terdapat di sel kanker.
Sebagian antigen tumor serupa dengan antigen janin dan disebut antigen
onkofetal (onko berarti tumor). Karena sering tidak merangsang respons imun,
maka antigen-entigen janin tersebut sering menyamarkan tumor dari sistem
imun penjamu (Corwin, 2010).
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekana terhadap alat-alat di sekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Misalnya, sebuah kista dermoid
yang tidak seberapa besar, tetapi di depan uterus dapat menekan kandung
kencing dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedang suatu kista yang
lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut. Selain gangguan miksi,
tekanan tumor dapat mengakibatkan obstipasi, edema pada tungkai. Pada
tumor yang besar dapat terjadi tidak nafsu makan, rasa sesak dan lain-lain.
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid, kecuali jika
tumor itu sendiri mengeluarkan hormon. Sebuah tumor sel granulosa dapat
menimbulkan hipermenorea, dan arhenoblastoma dapat menyebabkan
amenorea.
5) Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium
yang kecil. Sebagian besar gejala dan tanda yaitu akibat dari pertumbuhan,
aktivitas endokrin dan komplikasi tumor.
a. Akibat pertumbuhan,
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembenjolan perut. Tekanan terhadap alat – alat disekitarnya disebabkan
oleh besarnya tumor atau posisinya dalam perut. Apabila tumor mendesak
kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan miksi, sedangkan kista
yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang – kadang
hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga
mengakibatkan obstipasi edema pada tungkai.
b. Akibat aktivitas hormonal
Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu sendiri
mengeluarkan hormon.
c. Akibat Komplikasi
1. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur – angsur
menyebabkan pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala –
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi
dalam jumlah yang banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
2. Putaran Tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih.
Adanya putaran tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietal dan ini
menimbulkan rasa sakit.
3. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman pathogen. Kista
dermoid cenderung mengalami peradangan disusul penanahan.
4. Robek dinding Kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada
saat persetubuhan. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul
secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam
rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai
tanda – tanda abdomen akut.
5. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis
yang seksama terhadap kemungkinn perubahan keganasan. Adanya
asites dalam hal ini mencurigakan (Wiknjosastro,2005). Kista
dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovum yang
normalnya menghilang saat maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi
dan terdiri atas sel – sel embrional yang tidak berdiferensiasi. Kista ini
tumbuh dengan lambat dan ditemukan selama pembedahan yang
mengandung material sebasea kental, berwarna kuning, yang timbul
dari lapisan kulit. Kista dermoid hanya merupakan satu tipe lesi yang
dapat terjadi. Banyak tipe lainnya dapat terjadi dan pengobatannya
tergantung pada tipenya (Smeltzer and Bare, 2002).

6) Pemeriksaan penunjang
a. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor
berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat tumor
itu.
b. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor
kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam rongga
perut yang bebas dan yang tidak.
c. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.
Selanjutnya, pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam
tumor.
d. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites.
Perlu diingatkan bahwa tindakan tersebut dapat mencemari cavum
peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk (Wiknjosastro, 2005).
7) Pathway Ca Ovarium

Mutagen, makanan,
wanita mandul, Inkusi epitel stroma Kista
primipara tua > 45
tahun, genetik
Rangsangan hormone
estrogen meningkat

Proliferasi kista

Terapi radiasi Maligna Metastase jar sekitar

Efek samping Pembesaran massa Penurunan fungsi


organ

Kerusakan sel sekitar, Kompresi serabut


rambut rontok, penurunan saraf Ketidakefektifan
hemotopoetik, anemia, pola seksualitas
penurunan produksi
eritrosit Nyeri

Penurunan motilitas usus Status kesehatan menurun Ketidakefektifan perfusi


jaringan perifer

Peristaltic menurun Risiko perdarahan

Konstipasi
Koping individu tidak Gangguan citra tubuh
efektif

Ansietas
8) Konsep asuhan keperawatan
a. Pengkajian
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting dilakukan baik saat klien pertama kali masuk
rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.
1. Biodata
Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku / bangsa, pendidikan pekerjaan, alamat dan nomor register.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama : nyeri di sekitar area jahitan.
b) Riwayat Kesehatan sekarang: mengeluhkan ada atau tidaknya
gangguan ketidaknyamanan.
c) Riwayat Kesehatan dahulu : pernahkah menderita penyakit
seperti yang diderita sekarang, pernahkah dilakukan operasi.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga: adakah anggota keluarga yang
menderita tumor atau kanker terutama pada organ reproduksi.
e) Riwayat obsetrikus, meliputi:
1) Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau.
2) Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia pernikahan
3) Riwayat persalinan
4) Riwayat KB

3. Pengkajian post operasi.


a. Kaji tingkat kesadaran
b. Ukur tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, Respiration
Rate.
c. Auskultasi bunyi nafas
d. Kaji turgor kulit
e. Pengkajian Abdomen :
1) Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
2) Auskultasi bising usus
3) Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
4) Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
5) Kaji status balutan
6) Kaji terhadap nyeri atau mual
7) Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan
dan menanyakan lamanya dibawah anestesi.
4. Data Penunjang
a) Pemeriksaan laboratorium pemeriksaan darah lengkap
(Hemoglobin, hematokrit, lekosit)
b) Terapi : terapi yang diberikan post operasi baik injeksi
maupun peroral sesuai program dari dokter.
5. Perubahan Pola Fungsi
Data yang diperoleh dalam kasus kista ovarium menurut Doenges
(2000) adalah sebagai berikut :
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan atau keletihan, adanya perubahan pola
istirahat dan jam kebiasaan tidur. Adanya faktor – faktor yang
mempengaruhi tidur, misal: ansietas, nyeri, keterbatasan,
partisipasi dalam hobi dan latihan.
b. Makanan / cairan
Gejala : mual atau muntah, anoreksia, perubahan pada berat
badan
c. Neurosensori
Gejala :
pusing
d. Nyeri / kenyamanan
Gejala : tidak ada nyeri / derajat bervariasi, misalnya :
ketidaknyamanan ringan sampai berat (dihubungkaan dengan
proses penyakit).
e. Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi. Perubahan eliminasi
urinarius
misalnya : nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria.
Tanda : perubahan pada bising usus, distensi abdomen.
f. Pernapasan
Gejala : Merokok, pemajanan abses.
g. Integritas Ego
Gejala : Faktor stress dan cara mengatasi stress, masalah
tentang perubahan dalam penampilan insisi pembedahan,
perasaan tidak berdaya, putus asa, depresi, menarik diri.
6. Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada perubahan pada tekanan darah.
7. Keamanan
Gejala : pemadaman pada kimia toksik, karsinogen pemajanan
matahari lama, berlebihan, demam, ruam kulit/ ulserasi.
8. Seksualitas
Gejala : perubahan pada tingkat kepuasan.
9. Interaksi Sosial
Gejala : ketidakadekuatan / kelemahan sistim pendukung, riwayat
perkawinan, masalah tentang fungsi.

b. Diagnosa, Intervensi, rasional


1) Nyeri akut berhubungan dengan terdapatnya tumor (benda asing)
pada ovarium
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri
berkurang, dengan kriteria hasil :
- Klien tampak tenang.
- Klien melaporkan nyeri berkurang
- Ekspresi wajah tampak rileks
- TTV dalam rentang normal TD : > 110/70 mmHg; S : 36-
37°C; N : 80-100 x/menit; RR : 18-24 x/menit.
Intervensi :
a. Kaji lokasi, sifat, karakteristik, tipe, dan durasi nyeri
R : Menentukan intervensi yang tepat
b. Hilangkan faktor-faktor yang menghasilkan nyeri
R : Ansietas yang berlebihan dapat mengakibatkan nyeri
c. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
R : Mengurangi nyeri secara non farmakologis
d. Pantau TTV
R : Mengidentifikasi nyeri akut
e. Kolaborasi pemberian anlgetik
R : Mengurangi nyeri secara farmakologis

2) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurangnya


informasi tentang proses perjalanan penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kecemasan
berkurang, dengan kriteria hasil :
- Ekspresi muka klien tampak rileks dan tenang
- Klien mendapatkan informasi yang benar tentang proses
perjalanan penyakitnya
- Klien melaporkan kecemasan berkurang
- TTV dalam rentang normal : TD : > 110/70 mmHg; S : 36-
37°C; N : 80-100 x/menit; RR : 18-24 x/menit.
Intervensi :
a. Kaji tingkat dan penyebab ansietas
R : Menentukan intervensi sesuai tingkat dan faktor penyebab
b. Pantau respon verbal dan non verbal
R : Menandakan tingkat rasa takut yang sedang dialami klien
c. Berikan informasi dalam bentuk verbal dan non verbal, beri
kesempatan pada klien untuk mengajukan pertanyaan
R : Pengetahuan akan membantu mengatasi apa yang sedang
terjadi
d. Pantau TTV
R : Stress mengaktifkan sistem adrenokortikal yang
meningkatkan retensi reabsorbsi Na dan meningkatkan ekskresi

3) Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan


terdapatnya tumor pada ovarium
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan kebutuhan
nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria :
- Hb / Ht : normal
- Nafsu makan meningkat
- Tingkat energi tepat
Intervensi :
a. Anjurkan makan makanan tinggi protein, zat besi dan vitamin
C bila masukan oral tidak dibatasi
R : Protein membantu meningkatkan pemulihan dan
regenerasi jaringan baru zat besi untuk sintesis Hb, Vit.C
memudahkan absorbsi zat besi
b. Tingkatkan masukan sedikitnya 2000ml/hari, jus, sup, cairan
nutrisi lain
R : Memberikan kalori dan nutrien lain untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme serta menggantikan kehilangan
cairan
c. Anjurkan makan makanan sedikit tapi sering
R : Mengurangi nyeri / rasa sakit pada abdomen
d. Anjurkan tidur / istirahat adekuat
R : Menurunkan lagu metabolisme memungkinkan nutrien
dan O2 untuk digunakan dalam proses pemulihan
e. Kolaborasi pemberian preparat zat besi dan atau vitamin
sesuai indikasi
R : Bermanfaat dalam memperbaiki anemia atau defisiensi
bila ada

4) Nyeri (akut) : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada


abdomen.
Tujuan : nyeri berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil : klien rileks, mampu tidur atau istirahat
dengan tepat.
Intervensi :
a. Kaji nyeri, catat lokasi, karakteristik nyeri, beratnya (0-10).
Rasional : perubahan pada karakteristik nyeri menunjukkan
adanya masalah, memerlukan evaluasi medik dan intervensi.
b. Pertahankan istirahat dengan posisi supinasi
Rasional : menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah
dengan posisi telentang.
c. Anjurkan klien untuk mobilisasi dini.
Rasional : meningkatkan normalisasi fungsi organ, menurunkan
ketidaknyamanan.
d. Ajarkan penggunaan manajemen nyeri (teknik relaksasi,
distraksi). Misal dengan latihan tarik napas dalam.
Rasional : meningkatkan kontrol terhadap nyeri dan
meningkatkan partisipasi pasien secara aktif.
e. Berikan analgetik sesuai indikasi.
Rasional : menghilangkan nyeri, mempermudah kerja sama
dengan terapi lain.
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian Keperawatan Kasus Kelolaan


Pengkajian dilakukan pada tanggal 18 – 20 Maret 2019 di ruang Rajawali IVB
RSUP Dr. Kariadi Semarang, didapatkan data sebagai berikut:
1. Biodata
Identitas pasien: nama Ny. H, umur 55 tahun, No. RM C676717 jenis
kelamin perempuan, agama Islam, suku bangsa Jawa, Indonesia, menikah,
pendidikan tamat SD, pekerjaan ibu buruh pabrik, alamat Karangawen
Kab.Demak, tanggal masuk 12 Maret 2019, dengan diagnosa medis tumor
Ovarium.
2. Riwayat Kesehatan
Awal masuk RS klien mengeluh nyeri kurang lebih 1 minggu sebelum
masuk rumah sakit, klien merasakan nyeri di perut kanan bawah, tiga jari
di bawah pusat. Klien dengan riwayat post operasi laparatomi pada tanggal
26 September 2018 dan masih dalam pengobatan kemoterapi dengan
diagnosa CA ovarium. Klien mengatakan sudah mendapakat terapi kemo
ke IV dan dijadwalkan untuk menjalani pengobatan kemoterapi paxus
carbo yang ke V pada tanggal 20 Maret 2019
3. Riwayat Obstetri
Klien mengalami menarche pada usia 14 tahun dengan siklus 28 hari, lama
5-7 hari, banyaknya darah dalam batas normal berwarna merah dengan
konsistensi cair, klien mengatakan setiap kali menstruasi selalu terasa sakit
sekali sampai tidak kuat melakukan kegiatan sehari-hari seperti biasanya.
Klien menikah satu kali pada usia 21 tahun dengan suami yang berumur
25 tahun, Status obstetrik : P2A0.
Klien menggunakan alat kontrasepsi KB suntik yang 3 bulan, setelah 1
tahun pemakain klien tidak menggunakan KB suntik atau KB lainnya
sampai sekarang.
4. Pola kesehatan fungsional
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Klien mengatakan bahwa kesehatan itu penting, bila sakit klien akan
berobat ke puskesmas atau klinik. Klien mengatakan jika ada anggota
keluarga yang sakit maka segera dibawa ke pelayanan kesehatan.
Sebelum sakit klien tidak pernah mengkonsumsi jamu atau obat
alternatif. Selama dirawat klien mematuhi program pengobatan.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit, klien makan teratur 3 kali sehari dengan komposisi
nasi, lauk, dan sayur. Porsi sepiring sedang dan selalu habis. Klien
mengatakan sering mengkonsumsi makanan berpengawet, seperti mie
instan cepat saji, hampir 2 bulan klien mengurangi konsumsi makanan
instan. Klien minum ± 8-10 gelas air putih sehari, diselingi teh atau
sirup. Saat dirawat, klien mengatakan malas makan. Klien
mengatakan nafsu makan klien menurun karena merasa mual dan
perutnya terasa nyeri, klien hanya makan setengah porsi. Klien
minum air teh dan air putih hanya sedikit- sedikit ± 500 cc dalam
sehari. Klien terpasang infus RL 20 tpm. IMT = BB/(TB2)
=46/(1552)=19,1 kg/m2. (Normal: 18-24 kg/m2).
c. Pola Eliminasi
Sebelum sakit, klien BAB 1 kali sehari. Klien BAK ± 5-6 kali sehari.
Sebelum dirawat klien sulit BAB karena terasa ada yang mengganjal
di perut. Selama dirawat, klien mengatakan belum BAB sejak 2 hari
yang lalu. Klien terpasang kateter dengan keluaran urin 1000 ml/ hari.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit, klien beraktivitas seperti biasa sebagai ibu rumah
tangga dan sebagai buruh pabrik. Tidak ada gangguan dalam
melakukan aktivitas.
e. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit, klien tidur 6-8 jam sehari. Tidak ada keluhan dalam
istirahat dan tidur. Saat dikaji, klien tidurnya tidak teratur terbangun
saat terasa nyeri.
f. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif
Klien tidak memiliki masalah dalam penglihatan, pendengaran,
penciuman, perabaan, maupun pengecapan. Klien dapat berinteraksi
dengan perawat maupun orang lain dengan baik. Saat dikaji, klien
mengatakan nyeri di bagian perutnya, P: nyeri bertambah ketika
beraktivitas, Q: terasa seperti ditusuk-tusuk jarum, R: Nyeri yang
klien rasakan adalah di bagian perut terutama pada area bekas luka
jahitan post operasi, menyebar sampai di seluruh lapang perut dan
pinggang, S: skala nyeri 4, T: nyeri dirasakan terus menerus. Klien
tampak sering meringis menahan sakit sambil mengelus perutnya.
g. Pola Hubungan dengan Orang Lain
Klien adalah seorang ibu rumah tangga dan pekerja yang ramah dan
rukun dengan tetangga. Klien kooperatif dan aktif terlibat dalam
program pengobatan yang dilakukan oleh perawat dan tenaga medis.
h. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Klien adalah seorang ibu rumah tangga. Klien berharap cepat sembuh
agar bisa kembali menjadi ibu rumah tangga yang baik. Tidak ada
gangguan dalam konsep diri klien.
i. Pola Mekanisme Koping
Jika ada masalah, klien terkadang berdiskusi dengan keluarga terdekat
untuk meminta pendapat. Klien selalu berdoa untuk kesembuhannya
dan berusaha untuk tetap tenang dalam menghadapi kondisi
kesehatannya saat ini.
j. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Klien adalah seorang wanita. Keluhan tersebut adalah karena penyakit
yang diderita klien. Tidak ada gangguan pada pola seksualitas klien.
k. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien beragama Islam.
5. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 18 Maret 2019.
a. Keadaan umum dan tingakat kesadaran
Klien tampak menahan nyeri dengan mengelus-elus perutnya.
Keadaan umum tampak baik.
b. Tanda – tanda vital
TD 120/70 mmHg, nadi 89 x/ mnt, suhu 36,2oC, RR 20 x/mnt, SPO2
98%
c. Pemeriksaan antropometri
Berat badan 46 kg sebelum operasi tanggal 28 Januari 2019, tinggi
badan 155 cm, LILA: 24 cm, IMT: 19,1 kg/m2 ( normal , N: 18-24
kg/m2)
d. Kepala
Bentuk mesochepal, rambut hitam dan tidak beruban, lurus, terlihat
lepek.
e. Mata
Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
f. Hidung
Tidak ada lesi, tidak ada polip, tidak ada napas cuping hidung, bersih.
g. Telinga
Simetris, bersih, tidak ada sekret maupun alat bantu pendengaran,
pendengaran pasien normal.
h. Mulut
Mulut bersih, tidak menggunakan gigi palsu, tidak berbau mulut.
i. Leher
Tidak ada massa, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
peningkatan vena jugularis dan tidak ada nyeri telan.
j. Dada
Bentuk simetris kanan dan kiri, tidak ada luka maupun penggunaan
otot bantu pernapasan.
k. Paru
(I) Simetris kanan dan kiri (P) Teraba simetris kanan dan kiri (Pe)
Bunyi paru sonor (A) Bunyi paru vesikuler, tidak ditemukan wheezing
dan ronchi.
l. Jantung
(I) Ictus cordis tidak tampak (Pa) Ictus cordis teraba di SIC V 2 cm
(Pe) Konfigurasi jantung dalam batas normal (A) Bunyi jantung S1 dan
S2 murni.
m. Abdomen
(I) Terlihat bekas luka post operasi letak horisontal (A) Bising usus 20
x/mnt (normal: 5-35 x/mnt ) (Pe) Tidak dapat diperkusi karena klien
mengatakan nyeri (Pa) Nyeri tekan abdomen di seluruh kuadaran.
n. Payudara
Terlihat simetris, tidak tegang, tidak ada keluhan nyeri atau benjolan,
tidak ada lesi.
o. Genetalia
Klien tampak tidak ada tanda-tanda infeksi: tidak ada rubor, kalor,
tumor, dolor dan fungsi analisa, tidak ada kelainan kongenital.
p. Ekstremitas
1) Ekstremitas atas: Bersih, tidak ada edema, klien terpasang infus di
punggung tangan sebelah kanan, tidak ada infeksi, capillary refill
time ˂ 2 detik, kuku bersih tidak panjang.
2) Ekstremitas bawah: Bersih, tidak ada edema, capillary refill time ˂
2 detik, kuku bersih dan tidak panjang.
q. Kulit
Kulit berwarna sawo matang, turgor kulit baik, tidak ada lesi, terlihat
bekas luka pos operasi di abdomen.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Laporan PA (Patologi Anatomi) : 29 Oktober 2018
Kesimpulan : Muscinous Ca Ovari Inadequate Staging
b. Pemeriksaan laboratorium : 18 Maret 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal

Hematologi
Hemoglobin 12,5 g/dl 11,7-15,5
Lekosit 4800 /mm3 3600-11000
Hematokrit 38,0 % 35-47
Trombosit 238000 /mm3 150000-440000
Eritrosit 4,61 Juta/mm3 3,8-5,2
LED - Mm/jam 0-20
Indek Eritrosit
MCV 82,0 Fl 80-100
MCH 27,2 pg 26-34
MCHC 33,0 g/dl 32 – 36
RDW 11,9 % 11,5-14,5
MPV 7,9 fL 7,0 – 11,0
Hitung jenis –
Eosinofil 2,4 2-4
Basofil 0,4 % 0-1
Neutrofil 51,6 % 50-70
Limfosit 38,2 % 25-40
Monosit 7,4 % 2-8
Glukosa
sewaktu 111 Mg/dl 75-140

c. Terapi
Tanggal: 18-21 januari 2019: Infus RL 20 tpm, Ketorolak 30mg/8jam,
Ciprofloxacin 500mg/8jam, Paracetamol 500mg/8jam.
d. Diit
Nasi tim
e. Hasil USG
Kesan : tampak massa 8x12 cm multikistik (Pre Op)
f. Foto thorax
Konvensional, bentuk cor normal
Pulmo tenang, tak nampak kelainan pleura
B. Analisa Data
Tanggal Data Problem Etiologi
18 Maret DS : klien mengatakan nyeri di bagian perutnya, P: nyeri bertambah ketika beraktivitas, Q: terasa Nyeri Kronis Infiltrasi
2019 seperti ditusuk – tusuk jarum, lama nyeri terus menerus, R: nyeri yang klien rasakan adalah di tumor
bagian perut terutama pada area bekas luka post operasi, menyebar sampai di seluruh lapang
perut dan pinggang, S: skala nyeri 4, T: hilang timbul.

DO : Klien tampak meringis menahan sakit sambil mengelus perutnya, Tanda – tanda vital: TD
:120/80mmHg, nadi 84 x / mnt, suhu 37˚C, RR 20 x / mnt.

18 Maret DS : Klien mengatatakan ingin mengetahui tentang penyakit yang dideritanya. Klien Defisit Kurangnya
2019 mengatakan takut penyebab dari penyakit yang diderita adalah karena penggunaan alat kb suntik Pengetahuan terpapar
dan kalau nanti penyakitnya yang telah dioperasi kambuh lagi. Klien mengatakan bahwa klien informasi
bingung mau bertanya kepada siapa lagi tentang penyakitnya, sedangkan klien sudah pernah
diberi informasi dari perawat mengenai penyakit yang dideritanya.
DO : Klien tampak ekspresi wajah klien bingung dan khawatir saat bila tumornya kambuh lagi.
Tanda – tanda vital: TD :120/80mmHg, nadi 84 x / mnt, suhu 37˚C, RR 20 x / mnt.

C. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan Infiltrasi tumor
2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurangnya terpapar informasi
D. Intervensi
No Tanggal Tujuan & KH Rencana Rasional
1 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan 1) Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi
keperawatan 3 x 24 jam lokasi, intensitas (skala), frekuensi, dan juga tanda-tanda perkembangan/ resolusi
diharapkan nyeri pasien dan waktu. Menandai gejala komplikasi. Catatan : sakit yang kronis tidak
dapat berkurang/ hilang nonverbal misalnya gelisah, menimbulkan perubahan autonomik.
dengan kriteria hasil : takikardia, dan meringis. 2) dapat mengurangi ansietas dan rasa takut,
1. Pasien menunjukkan 2. Dorong pengungkapan perasaan. sehingga mengurangi persepsiakan intensitas
ekspresi wajah rileks 3. Berikan aktivitas hiburan, mis rasa sakit.
2. Pasien dapat tidur atau :membaca, berkunjung, dll 3) memfokuskan kembali perhatian;mungkin
beristirahat secara 4. Lakukan tindakan paliatif, mis : dapat meningkatkan kemampuan untuk
adekuat pengubahan posisi, massase, menanggulangi.
3. Pasien menyatakan rentang gerak pada sendi yang 4) Meningkatkan relaksasi/menurunkan
nyerinya berkurang dari sakit. ketegangan otot.
skala 4-2 Pasien tidak 5. Instruksikan pasien/ dorong untuk 5) Meningkatkan relaksasi dan perasaan sehat.
mengeluh kesakitan menggunakan visualisasi/ Dapat menurunkan kebutuhan narkotik
bimbingan imajinasi, relaksasi analgesic dimana telah terjadi proses
progresif, teknik nafas dalam degenerative neuro/motorik.
6. Kolaborasi dengan berikan 6) memberikan penurunan nyeri/ tidak nyaman;
analgesik/antipiretik, analgesic mengurangi demam. Obat yang dikontrol
narkotik. Gunakan ADP (analgesic pasien atau berdasarkan waktu 24 jam
yang dikontrol pasien) untuk mempertahankan kadar analgesic tetap stabil,
memberikan analgesia 24 jam mencegah kekurangan ataupun kelebihan
dengan dosis obat-obatan.
2 Setelah diberikan asuhan 1) Kaji pengetahuan klien tentang 1. Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini,
keperawatan 3 x24 jam penyakit yang diderita. Mengidentifikasi kebutuhan belajar.
diharapkan Klien Mendapat 2) Berikan Informasi tentang penyakit 2. Memberikan pengetahuan dimana klien dapat
Informasi yang benar, yang diderita dengan bahasa yang kooperatif dan memudahkan untuk mengingat
dengan kriteria hasil : jelas dan mudah dimengerti. informasi yang diberikan.
1) Klien dapat 3) Dorong partisipasi keluarga dalam 3. Membantu penanganan dan perawatan
berpartisipasi dalam perawatan. pasien.
program pengobatan.
2) Mengungkapkan
pemahaman informasi.

E. Implementasi
No Tanggal Tindakan keperawatan Respon TT
1 18 Maret 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-5), S: klien mengatakan nyeri di daerah perut,
2019 frekuensi, danwaktu. Menandai gejala nonverbalmisalnya nyerinya seperti ditusuk–tusuk jarum, nyeri yang
gelisah, takikardia, danmeringis. dirasakan hanya di sekitar area bekas luka dan
2. Dorong pengungkapan perasaan. menyebar sampai di seluruh lapang perut dan
3. Berikan aktivitas hiburan, mis :membaca, berkunjung, dll pinggang
4. Lakukan tindakan paliatif, mis : pengubahan posisi, massase, O: klien terlihat meringis kesakitan menahan
rentang gerak pada sendi yang sakit. nyeri, skala nyeri 4.
5. Instruksikan pasien/ dorong untuk menggunakan visualisasi/
bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam S: klien mengatakan kalau mandi dilakukan
sendiri
6. Kolaborasi dengan berikan analgesik/antipiretik, analgesic O: klien memerlukan bantuan minimal,
narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) beraktivitas mengeluh nyeri.
untuk memberikan analgesia 24 jam dengan dosis
S : klien mengatakan bisa dan lega tetapi
masih terasa nyeri.
O: Klien menarik napas dalam seperti apa
yang telah diajarkan. Klien terlihat lebih
rileks.

S: -
O: telah diberikan ciprofloxacin 500mg,
Paracetamol 500mg.
2 18 Maret 1) Kaji pengetahuan klien tentang penyakit yang diderita. S: Klien mengatakan mungkin karena pemakain
2019 2) Berikan Informasi tentang penyakit yang diderita dengan KB suntik jadi menderita penyakit ini
bahasa yang jelas dan mudah dimengerti. O: ekspresi wajah klien bingung dan
3) Dorong partisipasi keluarga dalam perawatan. menunjukkan rasa bingung.

S: klien mengatakan sudah mengetahui penyebab


dan apa itu tumor.
O: telah di jelaskhan pengertian, penyebab dan
tanda gejala kistoma ovari.
S: klien mengatakan selalu ada suami yang
mendampingi
O: klien terlihat menghabiskan makanan
selingan yang disediakan rumah sakit.

1 19 Maret 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-5), S: klien mengatakan nyeri di daerah perut,
2019 frekuensi, danwaktu. Menandai gejala nonverbalmisalnya nyerinya seperti ditusuk–tusuk jarum, nyeri yang
gelisah, takikardia, danmeringis. dirasakan hanya di sekitar area bekas luka dan
2. Dorong pengungkapan perasaan. menyebar sampai di seluruh lapang perut dan
3. Berikan aktivitas hiburan, mis :membaca, berkunjung, dll pinggang
4. Lakukan tindakan paliatif, mis : pengubahan posisi, massase, O: klien terlihat meringis kesakitan menahan
rentang gerak pada sendi yang sakit. nyeri, skala nyeri 3.
5. Instruksikan pasien/ dorong untuk menggunakan visualisasi/
bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam S: klien mengatakan kalau mandi dilakukan
6. Kolaborasi dengan berikan analgesik/antipiretik, analgesic sendiri
narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) O: klien memerlukan bantuan minimal,
untuk memberikan analgesia 24 jam dengan dosis beraktivitas mengeluh nyeri.

S : klien mengatakan bisa dan lega tetapi


masih terasa nyeri.
O: Klien menarik napas dalam seperti apa
yang telah diajarkan. Klien terlihat lebih
rileks.
S: -
O: telah diberikan ciprofloxacin 500mg,
Paracetamol 500mg.
1 20 Maret 1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-5), S: klien mengatakan nyeri di daerah perut mulai
2019 frekuensi, danwaktu. Menandai gejala nonverbalmisalnya berkurang.
gelisah, takikardia, danmeringis. O: klien tampak rileks, skala nyeri 2.
2. Dorong pengungkapan perasaan.
3. Berikan aktivitas hiburan, mis :membaca, berkunjung, dll S: klien mengatakan kalau mandi dilakukan
4. Lakukan tindakan paliatif, mis : pengubahan posisi, massase, sendiri
rentang gerak pada sendi yang sakit. O: klien memerlukan bantuan minimal,
5. Instruksikan pasien/ dorong untuk menggunakan visualisasi/ beraktivitas tidak lagi mengeluh nyeri.
bimbingan imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam
6. Kolaborasi dengan berikan analgesik/antipiretik, analgesic S : klien mengatakan bisa dan lega.
narkotik. Gunakan ADP (analgesic yang dikontrol pasien) O: Klien menarik napas dalam seperti apa
untuk memberikan analgesia 24 jam dengan dosis yang telah diajarkan. Klien terlihat lebih
rileks.

S: -
O: telah diberikan ciprofloxacin 500mg,
Paracetamol 500mg.
F. Evaluasi
Tgl No. Evaluasi TT
18 1 S : Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang tetapi masih terasa nusuk di area bekas luka jahitannya.
Maret Sekarang rasa nyeri yang dirasakan hanya di sekitar area perut saja.
2019 O : Ekspresi wajah klien tampak rileks, sudah tidak terlihat meringis kesakitan. Skala nyeri turun dari 4 menjadi 3.
Tanda – tanda vital : Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu : 36oc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi. Berikan terapi sesuai advis dokter, pantau tanda – tanda vital
18 2 S: Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya
Maret O: Ekspresi wajah klien sudah tidak bingung lagi
2019 A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
19 1 S : Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang tetapi masih terasa nusuk di area bekas luka jahitannya.
Maret Sekarang rasa nyeri yang dirasakan hanya di sekitar area perut saja.
2019 O : Ekspresi wajah klien tampak rileks, sud ah tidak terlihat meringis kesakitan. Skala nyeri turun dari 3 menjadi 2.
Tanda – tanda vital : Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu : 36oc
A : Masalah teratasi sebagian
P : Pertahankan intervensi. Berikan terapi sesuai advis dokter, pantau tanda – tanda vital
20 1 S : Klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang dan perlahan menghilang
Maret O : Ekspresi wajah klien tampak rileks, sudah tidak terlihat meringis kesakitan. Skala nyeri turun dari 2 menjadi 0.
2019 Tanda – tanda vital : Tekanan Darah: 120/80 mmHg, Nadi: 80 x/mnt, RR: 20 x/mnt, suhu : 36oc
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah langkah pertama dalam proses keperawatan,
bertujuan untuk mendapatkan data dasar yang digunakan untuk menetapkan
status kesehatan klien, menentukan masalah actual atau potensial. Sesuai data
dari keluhan utama klien adalah. Pada keadaan pasien riwayat kesehatan
sekarang didapatkan pasien mengeluh adanya massa atau benjolan pada perut
kanan bawah. Dalam pengkajian didapatkan kesesuaian dengan teori dimana
pada manifestasi tumor ovari terdapat masa massa di perut bagian bawah
(Debora, 2011).
Sesuai data dari keluhan utama klien adalah. Pada keadaan pasien
riwayat kesehatan sekarang didapatkan pasien mengeluh adanya massa atau
benjolan pada perut kanan bawah terasa nyeri pada saat menstruasi. Dalam
pengkajian didapatkan kesesuaian dengan teori dimana pada manifestasi kista
ovari terdapat masa massa di perut bagian bawah nyeri hebat saat menstruasi
dan gangguan siklus menstruasi (manuaba, 2009).
Pada kasus pasien mengatakan bahwa sering mengonsumsi makanan
yang berpengawet, berdasarkan pada teori etiologi kista ovari adalah
ketidakseimbangan hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh, makanan
tidak langsung menyebabkan kista, tetapi bagaimanapun nutrisi dalam
makanan dapat mempengaruhi fungsi ovarium dan hormon – hormon yang
mempengaruhi sistem reproduksi.
Hasil pemeriksaan penunjang USG didapatkan kesan : Kesan : tampak
massa 8x12 cm multikistik kesan perdarahan menunjukkan bahwa klien
mengalami tumor. Sesuai teori bahwa dari hasil USG yang menunjukkan
adanya tumor (manuaba, 2009).
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Hasil analisa data didapatkan data subyektif pasien mengatakan nyeri
di bagian perutnya, P: nyeri bertambah ketika beraktivitas ,Q: terasa seperti
ditusuk – tusuk jarum, lama nyeri terus menerus, R: nyeri yang klien rasakan
adalah di bagian perut terutama pada area bekas luka jahitan post operasi,
menyebar sampai di seluruh lapang perut dan pinggang, S: skala nyeri 4. Klien
mengatakan ingin mengetahui tentang penyakit yang dideritanya. Klien
mengatakan ingin mengetahui penyebab dari penyakit yang dideritanya dan
takut kalau nanti penyakitnya yang telah dioperasi kambuh lagi. Data obyektif
klien terlihat meringis menahan sakit sambil mengelus perutnya, Tanda – tanda
vital: TD :120/80mmHg, nadi 89 x / mnt, suhu 36,2oC, RR 20 x / mnt. Klien
khawatir saat mengungkapkan ketidaktahuannnya tentang penyakitnya.
Pendidikan klien adalah tamat SD. Klien terpasang infus RL 20 tpm. Diit nasi
tim. Pemeriksaan antropometri BB : 46 kg, TB : 155 cm, LILA: 24 cm, IMT :
19,1 kg / m2 (normal, N:18-24 kg/m2). Sedangkan hasil pemeriksaan
penunjang laporan PA (Patologi Anatomi) : 29 Oktober 2018 dengan
kesimpulan Muscinous Ca Ovari Inadequate Staging (SDKI, 2016).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the study of Pain): awitan yang tiba-tiba atau
lambat dan intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung >6 bulan (NANDA,2017).

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Setelah menentukan diagnosa keperawatan maka tahap selanjutnya
adalah membuat perencanaan keperawatan yang merupakan tindakan
merumuskan perawatan yang diarahkan untukmengatasi atau mengurangi
keparahan masalah yang muncul dan risiko terjadinya masalah (NANDA,
2017) Rencana tindakan keperawatan yang akan dilakukan adalah monitor
tanda-tanda vital (Nurarif & Hardhi, 2015),
Alasan penulis hanya melakukan tindakan keperawatan ini adalah
untuk kenyamanan klien karena menurut penulis apabila terlalu banyak
tindakan keperawatan yang dilakukan dikhawatirkan kenyamanan klien akan
terganggu. Tindakan latihan kegel ini dirasa cukup efektif mengatasi masalah
retensi urin, dan di kolaborasikan dengan tim dokter dalam pemberian obat
(Smeltzer & Bare, 2013).

D. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tahap yang muncul setelah perencanaan
dibuat yang diaplikasikan pada klien. Tindakan yang dilakukan mungkin akan
sama namun aplikasi yang dilakukan pada klien akan berbeda disesuaikan
dengan kebutuhan yang paling dirasakan oleh klien dan kondisiklien saat itu
(Debora, 2011).
Berdasarkan tindakan keperawatan yang dilakukan penulis selama 3x24
jam bertujuan untuk mengatasi nyeri, tindakan keperawatan yang dilakukan
adalah mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap dimana membandingkan hasil tindakan yang
dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan dalam perencanaan serta
menilai apakah masalah sudah teratasi seluruhnya,hanya sebagian atau belum
teratasi (Debora, 2011).
Berdasarkan tindakan keperawatan selama 3x24 jam yang telah
dilakukan oleh penulis, dilakukan evaluasi keperawatan dengan diagnosa nyeri
(kronis) berhubungan dengan infiltrasi tumor dengan hasil masalah teratasi,
sehingga peratahankan intervensi : berikan terapi obat sesuai advis dokter,
pantau tanda – tanda vital, kaji respon nyeri, berikan teknik relaksasi: nafas
dalam.
BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
1. Nyeri Kronis terjadi penurunan skala nyeri 0
2. Klien dapat memahami dan mengetahui lebih mendalam mengenai penyebab
dan pencagahan penyakit yang dideritanya

B. Saran
Semoga dapat menjadi bahan belajar bagi semuanya, terutama bagi penulis
mohon maaf bila ada kekurangan dalam penyusunan laporan makalah askep
kelolaan dan seminar pada kasus kelolaan di ruangan Rajawali IVB RSUP Dr.
Kariadi Semarang.
DAFTAR PUSTAKA

Bali Homepetshop. 2013. LP Kanker Ovarium. Dalam


(https://www.scribd.com/doc/137496612/Lp-Kanker-Ovarium). Diakses
tanggal 1 November 2014.

Karunianingrum. 2013. LP CA Ovarium. Dalam (https://www.scribd.com/doc


/188788522/LP-CA-OVARIUM). Diakses tanggal 1 November 2014.

Nanda International. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA NIC- NOC Jilid 1. Jakarata: EGC.

Prisma, Etika. 2010. LP CA Ovarium. Dalam (http://scribd. Com/doc/188788522).


Diakses tanggal 31 Oktober 2014.

Smeltzer. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai