Anda di halaman 1dari 6

Kotak 5.

Pengelolaan Lahan Gambut.

Sustainable and effective peatland management is based on 'balanced'


land use principles and is part of a comprehensive landscape
management approach.
The nature of peatlands creates unique benefits as well as additional
responsibilities. The landscape supports productive tree farming that
creates competitive advantages for Indonesian forestry. When
managed wisely and carefully, the risk to the environment can be
reduced when compared to areas of forest that are not managed. In
this way we are committed to ensuring the protection of sensitive
peatlands through sustainable plantation management strategies that
combine fire prevention and mitigation, protect landscapes and create
opportunities for local economic improvement.

Pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan dan efektif didasarkan pada prinsip-prinsip
penggunaan lahan yang 'seimbang' dan merupakan bagian dari pendekatan pengelolaan
lanskap yang komprehensif.
Sifat lahan gambut menciptakan manfaat yang unik sekaligus tanggung jawab tambahan.
Lanskap tersebut mendukung pertanian pohon produktif yang menciptakan keunggulan
kompetitif bagi kehutanan Indonesia. Ketika dikelola dengan bijaksana dan hati-hati, risiko
terhadap lingkungan dapat berkurang jika dibandingkan dengan area hutan yang tidak dikelola.
Dengan cara ini kami berkomitmen untuk memastikan perlindungan lahan gambut yang sensitif
melalui strategi pengelolaan perkebunan berkelanjutan yang menggabungkan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran, perlindungan lanskap serta menciptakan peluang peningkatan
ekonomi lokal.
Pengelolaan lahan rawa

Lahan rawa adalah lahan yang sepanjang tahun, atau selama waktu yang panjang dalam
setahun, selalu jenuh air (saturated water), atau tergenang (waterlogged). Luas lahan rawa
Indonesia ± 33,4 juta ha, yang terdiri atas lahan rawa pasang surut sekitar 20 juta ha dan lahan
lebak 13,4 juta ha. Lahan pasang surut yang telah direklamasi 3,84 juta ha yang terdiri atas 0,94
juta ha oleh pemerintah dan sisanya oleh swadaya masyarakat lokal.Pada lahan rawa umumnya
dijumpai tanah mineral dan tanah gambut. Teknologi pengelolaan lahan rawa antara lain adalah
teknologi pengelolaan tanah dan air (tata air mikro, dan penataan lahan), teknologi ameliorasi
tanah dan pemupukan, penggunaan varietas yang adaptif, teknologi pengendalian hama dan
penyakit, pengembangan Alsintan, serta pemberdayaan kelembagaan petani. Kawasan Lahan
Gambut satu juta ha eks PLG di kalimantan Tengah, mempunyai potensi untuk dikembangkan
sebagai kawasan budidaya pertanian, dan kawasan konservasi. Kawasan budi daya pertanian
dilaksanakan pada kawasan gambut < 3 m, yang dapat dikembangkan untuk lahan sawah,
perkebunan, perikanan, dan hutan tanaman industri (HTI), berdasarkan kepada kriteria
kesesuaian lahan. Kawasan konservasi berada pada wilayah gambut dengan ketebalan > 3 m
dan juga daerah-daerah tertentu yang mempunyai keanekaragaman hayati (flora dan fauna),
dan di bawah gambut lapisan sulfidik dan atau pasir kuarsa. Pembukaan lahan gambut harus
dilakukan melalui perencanaan yang matang, dan hati-hati, dan perlu ditunjang dengan analisa
dampak lingkungan yang handal serta pemahaman terhadap kondisi sosial budaya masyarakat
lokal.

Jelas fungsi hutan rawa dari sudut ekologis menjadi suatu ekosistem yang unik. Alasannya, di
kawasan hutan rawa terpadu empat unsur biologis yang penting, antara lain daratan,
pepohonan, fauna serta ekosistem itu sendiri. Sehingga, pengelolaan potensi hutan seperti ini
harus tepat dan rasional agar fungsi ekologis dan ekonomisnya dapat dimanfaatkan secara
maksimal.

ABSTRACT. Swampy areas is a land which is prolong or periodically saturated with water or
waterlogged each year. The tidal swamp areas in Indonesia occupied approximately 33.4
millions ha consisting of 20 millions ha brackish water tidal land and 13,4 millions ha fresh
water tidal land. In swampy areas peat and mineral soils normally found. The reclaimed tidal
swampy area amounted to 3.84 million ha consisting of 0.94 million ha reclaimed by
government and the remainder by local communities. Technologies for managing swampy areas
included soil and water management, soil ameliorant, fertilization, adaptive crop varieties, pest
and diseases management control, and mechanic development and empowerment of farmer’s
organization. The former peatland soil project of one million ha in Central Kalimantan has
potential areas to be developed as agricultural cultivation and conservation area. The area for
agricultural practices should be directed to peatland with < 3 m depth and used for paddy field,
estate crops, fishery, and agroforestry. Conservation areas were directed to peatland with
thickness of more than 3 m, areas having biodiversity, and areas underlain by pyrite or quartz.
Land clearing on peatland should follow thorough planning and supported by reliable analysis of
environmental impact and social conditions of local community.

Obviously the function of swamp forests from an ecological angle becomes a unique ecosystem.
The reason is, in an integrated swamp forest area four important biological elements, including
land, trees, fauna and the ecosystem itself. Thus, the management of forest potential like this
must be appropriate and rational so that its ecological and economic functions can be
maximally utilized.
Lahan Basah
Pengertian lahan basah adalah lahan yang secara alami atau buatan selalu tergenang, baik
secara terus-menerus ataupun musiman, dengan air yang diam ataupun mengalir. Air yang
menggenangi lahan basah dapat berupa air tawar, payau dan asin. Tinggi muka air laut yang
menggenangi lahan basah yang terdapat di pinggir laut tidak lebih dari 6 meter pada kondisi
surut.

Kalimantan selatan merupakan provinsi yang dijuluki dangan kota seribu sungai, karena banyak
sungai yang mengaliri daerah-daerah di Kalimantan selatan. Sehingga kawasan lahan basah di
daerah ini cukup luas.

Sebagian besar kondisi tanah di Kalimantan Selatan adalah lahan basah atau lahan gambut.
Artinya, daerah Kalimantan selatan merupakan kawasan rawa terbesar karena tergenang air,
baik secara musiman maupun permanen dan banyak ditumbuhi vegetasi sehingga secara umum
kondisi lahan basah memiliki tekstur, sifat fisik dan kimia yang khas.
Luas lahan basah di Kalimantan Selatan mencapai 382.272 ha. Lahan basah di Kalimantan
Selatan merupakan daerah cekungan pada dataran rendah yang pada musim penghujan
tergenang tinggi oleh air luapan dari sungai atau kumpulan air hujan, pada musim kemarau
airnya menjadi kering.

Lahan basah sangat unik dan memiliki kepentingan ekologis yang luas, mulai tingkat lokal
hingga global. Lahan basah bisa diberdayakan secara produktif bagi ekonomi lokal,
sumbangannya terhadap keakekaragaman hayati juga sangat signifikan. Ribuan jenis tanaman
unik dan unggas khas yang bermigrasi biasanya singgah di kawasan lahan basah.
Understanding of wetlands is land that is naturally or artificially always
inundated, either continuously or seasonally, with still or flowing water.
Water that floods the wetland can be fresh, brackish and salty. The sea
level that inundates the wetlands that are located on the seafront not
more than 6 meters in low tide.
South Kalimantan is a province dubbed by the city of a thousand rivers,
because many rivers flow through areas in South Kalimantan. So that
the wetland area in this area is quite wide.
Most of the soil conditions in South Kalimantan are wetlands or
peatlands. That is, the area of South Kalimantan is the largest swamp
area because it is flooded, both seasonally and permanently and is
overgrown with vegetation so that in general wetland conditions have a
characteristic texture, physical and chemical properties.
The area of wetlands in South Kalimantan reaches 382,272 ha.
Wetlands in South Kalimantan are basin areas in the lowlands which in
the rainy season are flooded by overflowing water from rivers or
rainwater collections, in the dry season the water becomes dry.
Wetlands are very unique and have broad ecological interests, ranging
from local to global levels. Wetlands can be productive productive for
the local economy, their contribution to biodiversity is also very
significant. Thousands of unique types of plants and migratory typical
birds usually stop in wetland areas.

Anda mungkin juga menyukai