N H U H nom
(1.6)
N E U E nom
keterangan:
UE nom = tegangan nominal primer trafo (V)
UH nom = tegangan nominal sekunder trafo (kV)
Nilai Uk dapat dilihat pada name plate trafo uji. Karena nilai 1-Uk yang
selalu lebih kecil dari 1, maka akan diperoleh peningkatan tegangan sekunder
trafo uji atau Us Up’, sehingga penentuan nilai Us tidak dapat dihitung
langsung berdasarkan perbandingan rasio belitan trafo uji melainkan harus
memperhitungkan juga besar Uk trafo tersebut.
U p’ Ci Us Ca
~U p
(a)
Rk Ī
jLk Ī
Rk Lk
Ī
US
Up’
U p’ C US
Ī
(b) (c)
E rata rata
= (2.1)
E maksimum
atau
Ud
Emaksimum = (2.3)
s m
keterangan:
= efisiensi medan listrik pada susunan elektroda
Eratarata = kuat medan listrik rata-rata (kV/cm)
Emaksimum = kuat medan listrik lokal tertinggi (kV/cm)
Ud = tegangan tembus pada susunan elektroda (kV)
s = jarak sela antar elektroda (cm)
m = 1 kV/cm
U d = Ed s
Untuk menentukan nilai tekanan gas dan jarak sela (ps) yaitu pada
percobaan ini jarak sela elektroda dibuat tetap untuk perubahan p b, maka dapat
digunakan persamaan sebagai berikut:
ps
ps = (3.2)
1000
keterangan:
ps = perkalian tekanan gas dan jarak sela (barmm)
p = tekanan gas dalam tabung uji (mbar)
s = jarak sela (mm)
Sinar ultra
violet
KATODA ANODA
-
-
-
d Resistor
R pembatas
Sumber arus
tegangan
Uvar
A
daerah I yang merupakan karakteristik tembus gas pada keadaan vakum. Pada
kondisi awal diberikan tegangan tembus yang cukup tinggi untuk memicu
terbentuknya elektron bebas sebagai pemicu terjadinya tegangan tembus pada
gas.
800
700
600
500
400
300
100
0 ps (barmm)
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130
C X
Ce Ch
n=1
C
Ce Ch
n=2
C L
Ce Ch
n=3
C
Ce Ch
n=4
n=5
Besar Ui(n) dapat pula dicari secara praktek atau berdasarkan hasil
percobaan, melalui persamaan pendekatan yaitu:
a
0 1
Ce > C h
Ce = C h
Ce = Ch = 0
Ce < C h
U = Īg
1 (5.2)
2 fC
R1
u(t)
R2 DGM
Gambar 5.2 Pengukuran tegangan tinggi searah dengan suatu resistor seri
atau pembagi resistif
puncak
0,9 Û punggung
dahi
Td Û
Û Û
t t t
Td
(a) (b) (c)
Gambar 6.1 Bentuk gelombang tegangan tinggi impuls
(a) Tegangan impuls persegi
(b) Tegangan impuls terpotong (taji)
(c) Tegangan impuls eksponensial ganda
S
punggung
0,9 Û
B
u(t)
dahi
Û C
0,5 Û
0,3 Û A
t
0
Ts
Tr
Rd
F
Ie
U0 Cb
Cs Re u(t)
(t=0)
(a)
Rd
F
Ie
U0 Cb
Cs Re u(t)
(t=0)
(b)
Gambar 6.3 Diagram rangkaian dasar pembangkit tegangan tinggi impuls
(a) angkaian a, (b) Rangkaian b
T1 Re (C s Cb ) (6.2)
CS
(6.6)
C S Cb
Dari persamaan-persamaan diatas, waktu muka T s berbanding lurus
dengan Rd. Jadi semakin kecil Rd, maka waktu muka akan semakin singkat dan
begitu pula sebaliknya. Sedangkan waktu paruh punggung T r berbanding lurus
dengan Re. Semakin besar Re, waktu paruh punggung akan semakin lama dan
begitu pula sebaliknya.
Besar medan pada rangkaian b berdasarkan hasil percobaan ialah
didekati dengan rumus pendekatan sebagai berikut:
U DSTM
(6.7)
U DGM
keterangan:
UDSTM = Nilai puncak tegangan impuls yang terbaca pada alat ukur
DSTM (kV)
UDGM = Nilai tegangan searah pada alat ukur DGM (kV)