Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN

Membuat sediaan emulsi dengan menggunakan emulgator golongan alam dan


mengamati kestabilan emulsi.

1.2 DASAR TEORI

Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
lain dalam bentuk tetesan kecil ( Farmakope Indonesi Edisi IV 1995 ).

Emulsi adalah suatu sistem dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawah yang tidak tercampur (Howard
Ansel.1989)

Dalam batasan emulsi, fase terdispersi, dianggap sebagai fase dalam dan medium
dispersinya sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak
dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai tanda
emulsi “M/A”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak
disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi “A/M” (Leon, 1994).

Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan ahli farmasi dapat membuat


suatu proses yang stabil dan rata dari campuran dua cairan yang saling tidak tercampur.
Untuk emulsi yang diberikan secara oral, tipe emulsi minyak dalam air memungkinkan
pemberian obat yang harus dimakan tersebut mempunyai rasa yang lebih enak walaupun
yang diberikan tidak enak, dengan menambahkan pemanis dan memberi rasa pada pembawah
air sehingga dimakan dan ditelan sampai kelambung. Emulsi cair dapat digunakan secara
bermacam-macam seperti oral, topikal atau parenteral (Ainley dan Paul, 1994).

Umumnya zat aktif permukaan itu mempunyai harga HLB yang ditetapkan 3 sampai
6, yang menghasilkan emulsi air dalam minyak, sedangkan zat-zat yang mempunyai harga
HLB antara 8 sampai 18 menghasilkan emulsi minyak dalam air. Dalam suatu sisten HLB,
harga HLb juga ditetapkan untuk minyak-minyak dari zat-zat yang seperti minyak. Dengan
menggunakan dasr HLB dalam penyimpanan suatu emulsi, dapat dipilih emulsi zat
pengemulsi yang mempunyai harga HLB sama atau hampir sama sebagai fase minyak dari
emulsi yang dimaksud (Howard C. Ansel. 1989).

1
Bahan-bahan yang diperlukan ditambahkan dalam pembuatan emulsi, antara lain :

a. Bahan pengemulsi sebagai emulgator

Untuk mencegah koalesansi sehingga tetesan besar menjadi tetesan kecil.

b. Bahan pengemulsi sebagai surfaktan

Untuk mengurangi tegangan permukaan antara fase eksternal sehingga proses


emulsifikasi dapat ditingkatkan.

c. Pengental

Untuk mempengaruhi kestabilan emulsi.

d. Pengawat

Ditambahkan untuk semua jenis emulsi terutama emulsi minyak dalam air karena
kontaminan fase dan air mudah terjadi.

e. Zat-zat tambahan

Pemanis, pewarna, dan pewangi (Howard C. Ansel.1989)

Ketidakstabilan dalam emulsi farmasi dapat digolongkan sebagai berikut:

a. Flokulasi dan Creaming

Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masing-
masing lapis mengandung fase dispers yang berbeda.

b. Koalesen dan pecahnya emulsi (cracking)

Proses cracking bersifat tidak dapat kembali.

c. Inversi

Peristiwa berubahnya sekonyong-konyong tipe emulsi M/A ke tipe A/M atau


sebaliknya (Anief, 2000).

2
Pembuatan emulsi:

a. Metode gom basah (metode Inggris)

Dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit
demi sedikit dengan diaduk cepat.

b. Metode gom kering

Korpus emulsi dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom,
sselanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Metode ini juga disebut metode 4:2:1.

c. Metode HLB

Untuk memperoleh efisiensi emulgator perlu diperhatikan sifat-sifat dari emulgator


untuk tipe sistem yang dipilih (Anief, 2007).

3
BAB II

DATA PERFORMULASI

1. Senyawa : Paraffin cair (handbook of pharmaceutical excipient)


1) Pemerian : cairan kental, transparan, tidak berfluorensi, tidak berwarna
hampir tidak berbau, hamper tidak mempunyai rasa.
2) Kelarutan : praktis tidak larut dalam air dan etanol (95%) P, larut
dalam kloroform P dan eter P.
3) Bobot per ml : 0.870g – 0.890g
4) Khasiat : Laksativ
5) Stabilitas : paraffin cair stabil walaupun dalam bentuk cair dan
mungkin dapat terjadi perubahan secara fisik. Paraffin harus disimpan pada
temperature tidak melebihi 400c dalam wadah tertutup baik.
2. Senyawa : CMC-na (handbook of pharmaceutical)
1) Pemerian : serbuk atau granul,putih sampai krem, tidak berasa, tidak
berbau.
2) Kelarutan : ,udah terdispersi dalam air membentuk larutan koloid, tidak
larut dalam etanol dlaam eter dan pelarut organic.
3) Pemakain : emulgator 0.25% - 1.0%
4) Stabilitas : stabil meskipun higroskopis, dibawah kelembapan tinggi
dapat menyerap air dalam jumlah besar (>50). Larutan berair stabil pada Ph 2
– 10. Disimpan waktu lama harus berisi sebuah pengawet antimikroba.
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik dalam tempat dingin kering.
3. Senyawa : Na bentonit (FI IV : 605)
1) Pemerian : hablur transparan, tidak berwarna, serbuk halus putih, tidak
berbau, hamper tidak mempunyai rasa.
2) Kelarutan : larut dalam air, mudah larut dalam air mendidih dan dalam
gliserin. Tidak larut dalam etanol.
3) Konsentrasi : 1 – 15%
4) Kegunaan : pengawet
4. Senyawa : sirup simplex (FI III : 567)

4
1) Nama resmi : sirup gula
2) Nama lain : sirup gula
3) Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
4) Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
5. Senyawa : Aquadest (FI Edisi III 1979 : 96)
Nama resmi : Aqua Destilata
1. Warna : bening
2. Rasa : tidak berasa
3. Bau : Tidak berbau
4. Penampilan : cairan
5. Komentar pengujian mikroskopik dan fotomikrograf :
6. Poliformisa, Solvat, dan sifat Kristal :
7. Ukuran Partikel:
8. Kelarutan (mg/ml)
a. Air :
b. Etanol :
c. 0,1 N HCl :
d. Lain– lain :

11. pH, konsentrasi, larutan dalam H2 O:


12. pKa dan koefisien partisi :
13. Kecepatan disolusi dalam :
· Permukaan tetap :
· Suspensi :
14. Stabilitas bulk obat :

· 60o C selama 30 hari:


· 600 lumen selama 30 hari :

· Kelembaban relative 80%, 25o C selama 30 hari :


15. Stabilitas larutan

pH Konstanta Kecepatan

5
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Alumunium foil
2. Batang pengaduk
3. Beker glass
4. Botol kaca bening
5. Cawan penguap
6. Gelas ukur
7. Mortar
8. Perkamen
9. Pipet tetes
10. Spatel
11. Stamper
12. Tissue
13. Vial

3.1.2 Bahan
1. Aquades
2. CMC- Na
3. Essence
4. Na. benzoate
5. Paraffin liquid
6. Sirup simplex
7. Zat Pewarna

3.2 Formula

Nama bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3


Paraffin cair 15% 15% 15%

6
CMC- Na 0.5% 1% 1.5%
Na. Benzoat 0.1% 0.1% 0.1%
Sirup simplex Qs qs qs
Aquadest ad 100ml 100ml 100ml

3.3 Cara Kerja

1. Dikalibrasi botol 200 ad 100ml


2. Disiapkan alat dan bahan, ditimbang bahan satu per satu
3. Digerus CMC-Na dengan air panas gerus ad mengembang
4. Ditambahkan Na.benzoat gerus ad homogen
5. Ditambahkan sirup simplex gerus ad homogen. Ditambahkan Paraffin cair kedalam
mortar gerus ad corpus emuls. ditambahkan aquadest sedikit demi sedikit untuk
mengencerkan larutan.
6. Ditambahkan perwana dan essence kedalam mortar gerus ad homogen, dimasukkan
kedalam botol.
7. Diulangi perlakuan pada formula 2 dan 3
8. Ditambahkan aquadest ad tanda kalibrasi 100 ml
9. Dikocok formula ad homogen
10. Dilakukan pengamatan pada hari pertama sampai hari kelima
11. Formula terbaik dikemas baik dan benar

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Formulasi
Nama bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3
Paraffin cair 15% 15% 15%
CMC- Na 0.5% 1% 1.5%
Na. Benzoat 0.1% 0.1% 0.1%
Sirup simplex Qs qs qs
Aquadest ad 100ml 100ml 100ml

4.2 Data Pengamatan


A. Formula 1 Suhu Ruang

Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ ++ ++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 4,3 cm 4 cm 3 ,8cm 3,5 cm 3,6 cm 3,6 cm
Tinggi air - - 0,1 cm 0,2 cm 0,2 cm 0,2 cm

 Formula 1 suhu dingin

Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 2.4 cm 2.4 cm 2.1 cm 1.9 cm 1,8 cm 1,8 cm
Tinggi air - - 0.2 cm 0.1 cm 1,2 cm 1,2 cm

8
 Formula 1 suhu panas

Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 1,8 1,8 1,9 1,9 1,9 1,9
Tinggi air 1,2 1.2 1,1 1,1 1,1 1,1

B. Formula 2 Suhu Ruang

Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ ++ ++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 4cm 3.6cm 3.7cm 3.7cm 3,3cm 3,3 cm
Tinggi air - 0.1cm 0,1cm 0,1 cm 0,5 cm 0,6 cm

 Formula 2 suhu dingin

Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 3 cm 3 cm 2.7 cm 2,7 cm 2,7 cm 2,6 cm
Tinggi air - - 0,3 cm 0,3 cm 0,3 cm 0,4 cm

 Formula 2 suhu panas

9
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 3 cm 3,8 cm 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm
Tinggi air - - 0,2 cm 0,2 cm 0,2 cm 0,2 cm

C. Formula 3 Suhu Ruang

Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ ++ ++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 10 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 4cm 3,2cm 3,4cm 3.4cm 3,6cm 3,6cm
Tinggi air - 0,4cm 0,5cm 0,5cm 0,4cm 0,4cm

 Formula 3 suhu dingin

Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 10 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 3 cm 2.8 cm 2,7 cm 2,7 cm 2,6 cm 2,6 cm
Tinggi air - 0,2 cm 0,4 cm 0,4 cm 0,4 cm 0,4 cm

 Formula 3 suhu Panas

Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++

10
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 10 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 3 cm 2.4 cm 2.4 cm 2.4 cm 2,4 cm 2,6 cm
Tinggi air - 0.6 cm 0.5 cm 0.4 cm 0,6 cm 0.4 cm

Keterangan

Ket: +++ Sangat baik


++ Baik
- Kurang baik

 Kertas saring : (ada noda) Minyak dalam Air


 Metilen blue : Minyak dalam Air
 Pengenceran : Minyak dalam Air ( larut)

4.3 Perhitungan
Formula 1 Formula 2 Formula 3
 Paraffin cair  Paraffin cair  Paraffin cair
15𝑔 15𝑔 15𝑔
100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 = 100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 = 100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 =

15𝑔 15𝑔 15𝑔


 CMC- Na  CMC- Na  CMC- Na
0.5𝑔 1𝑔 1.5𝑔
𝑥 100𝑚𝑙 = 100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 = 𝑥 100𝑚𝑙 =
100𝑚𝑙 100𝑚𝑙

0.5𝑔 1𝑔 1.5𝑔
 Na. Benzoat  Na. Benzoat  Na. Benzoat
0.1𝑔 0.1𝑔 0.1𝑔
𝑥 100𝑚𝑙 = 100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 = 𝑥 100𝑚𝑙 =
100𝑚𝑙 100𝑚𝑙

0.1𝑔 0.1𝑔 0.1𝑔


 Sirup simplex  Sirup simplex  Sirup simplex
10𝑔 10𝑔 10𝑔
𝑥 100 = 10𝑔 𝑥 100 = 10𝑔 𝑥 100 = 10𝑔
100𝑚𝑙 100𝑚𝑙 100𝑚𝑙

 Aquadest ad 100ml Aquadest ad 100ml Aquadest ad 100ml

11
4.4 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dibuat dengan tujuan untuk membuat sediaan emulsi
dengan menggunakan emulgator alam dan mengamati stabilitas sediaan emulsi. Emulsi
yang kami buat dalam percobaan ini adalah emulsi oral. Emulsi oral adalah sediaan cair
yang mengandung fase minyak dan fase air dengan penambahan emulgator dan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang penting
karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Percobaan kali ini digunakan emulgator alam. Polimer alam atau
makromelokul dalam air akan membenuk gel dan membentuk lapisan film karena terjadi
adsorpsi pada permukaan globul.
Na-CMC yang digunakan pada emulsi yaitu untuk pengental, stabilisator,
pembentuk gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi. Zat ini membentuk sistem dispersi
koloid dan meningkatkan viskositas. Dengan adanya Na-CMC ini maka partikel-partikel
yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya
dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi. CMC-Na sebagai zat pengemulsi
(emulgator) merupakan komponen yang penting agar memperoleh emulsi yang stabil,
karena kestabilan emulsi merupakan faktor yang penting karena menentukan mutu dan
kualitas suatu emulsi.
Merode yang digunakan dalam pembuatan emulsi yaitu menggunakan metode gom
basah. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat musilago yang kental dengan
sedikit air lalu ditambah air sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, lalu
ditamahkan sisa air sampai volume yang diinginkan.
Untuk mengetahui tipe emulsi yang dibuat, dilakukan pengecekan tipe emulsi
dengan menggunakan kertas saring. Saat emulsi diteteskan pada kertas saring, timbul
noda minyak pada kertas saring. Hal ini menunjukkan bahwa emulsi yang kami buat
merupakan emulsi tipe w/o.
Natrium benzoat berfungsi sebagai pengawet untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat hidup dalam fasa air dan didalam emulgator alam yang
digunakan.

12
Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 hari ternyata pada semua emulsi I mengalami
kerusakan. Mengalami koalesen yaitu pecahnya emulsi menjadi 2 fase. Dalam suhu ruang
terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan minyak pada bagian atas dan bagian air pada bagian bawah.
Dilihat dari tinggi rata-rata fase emulsi yang memisah pada formula I sebesar 3,7 cm dan
rata-rata fase air sebesar 0,14 cm. Pada suhu dingin tinggi rata- rata emulsi sebesar 2 cm.
Sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,54 cm.pada suhu panas rata-rata fase emulsi sebesar
1,88 cm, sedangkan rata- rata fase air sebesar 1,12 cm. Pada emulsi koalesen juga terjadi
pada formula 2 yang dibuat. Hal ini dapat dilihat dari memisahnya fase minyak pada formula
2. Dilihat dari tinggi rata-rata fase emulsi yang memisah pada formula II sebesar 3,52 cm dan
rata-rata fase air sebesar 0,14 cm. Pada suhu dingin tinggi rata- rata emulsi sebesar 2,74 cm.
Sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,26 cm.pada suhu panas rata-rata fase emulsi sebesar 3
cm, sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,16 cm. Pada emulsi koalesen juga terjadi pada
formula 3 yang dibuat. Dilihat dari tinggi rata-rata fase emulsi yang memisah pada formula
III sebesar 3,52 cm dan rata-rata fase air sebesar 0,14 cm. Pada suhu dingin tinggi rata- rata
emulsi sebesar 2,74 cm. Sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,26 cm.pada suhu panas rata-
rata fase emulsi sebesar 3 cm, sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,16 cm.

Hal ini berarti menunjukan bahwa lapisan film mikromolekuler yang terbentuk
kurang kuat dan rapat sehingga robek dan menyebabkan penyatuan antara fase minyak
berkumpul dengan fase minyak dan fase air dengan fase air. Kerusakan emulsi ini bersifat
irreversible yaitu tidak dapat lagi berubah seperti semula, kedalam keadaan baik. Emulsi akan
tetap memisah seperti karena memang sudah terjadi kerusakan pada pembungkus fasenya
minyaknya. Sehingga apabila dilakukan pengocokan akan memisah lagi.

Pecahnya emulsi bisa dikarenakan pada pencampuran fase minyak dan air
penggerusannya kurang, atau saat pencampuran kecepatan pencampurannya kurang
diperhatikan. karena kecepatan penambahan fase minyak ke fase air atau sebaliknya dapat
berpengaruh pada kestabilan produk akhir. Karena itu, perlu kehati – hatian dalam waktu
pencampuran. Kerusakan pada formulasi ini disebut dengan creaming, yaitu pecahnya emulsi
menjadi 2 lapisan dimana satu fase mengandung fase dispers lebih banyak sehingga
menyebabkan pemisahan fase yang banyak mengandung dispers diatas permukaan. Hal ini
terjadi karena kurang homogennya pada saat formulasi/pembuatan. Creaming bersifat
reversible, karena apabila dilakukan pengocokan dapat menjadi homogen kembali.

Emulsi yang baik adalah emulsi yang berwarna stabil tidak terjadi pemisahan selama
penyimpanan, dan jika dikocok atau diberi gaya dan tekanan, viskositasnya akan bertambah
kecil sehingga emulsi tersebut mudah dituang. Mengacu pada syarat tersebut, maka dipilih
formula terbaik emulsi I yaitu pada formula II dengan emulgator CMC 1% dan paraffin cair
15%.

Kelebihan dari emulsi dalam penggunannya yaitu dapat membentuk sediaan yang
saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu menjadi sediaan yang homogen dan bersatu.

13
Mudah ditelan. Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat. Sedangkan kekurangannya
yaitu kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet dan takaran dosis kurang teliti.

14
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan :

1. Emulsi oral adalah sediaan cair yang mengandung fase minyak dan fase air dengan
penambahan emulgator dan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk
penggunaan oral.
2. Na-CMC yang digunakan pada emulsi yaitu untuk pengental, stabilisator, pembentuk
gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi. Zat ini membentuk sistem dispersi koloid
dan meningkatkan viskositas.
3. Natrium benzoat berfungsi sebagai pengawet untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat hidup dalam fasa air dan didalam emulgator alam.
4. Pada percobaan ini dipilih suspensi formula 2 sebagai formula terbaik karena dilihat
dari data pengamatan bahwa didapat warna yang stabil dari pertama sampai hari
terakhir yaitu putih dan tidak memudar dan viskositasnya kecil sehingga mudah
dituang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Anief, Moh. 2007. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Ansel,H.C.1989.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV.Jakarta: UI Press

Dirjen POM.1979.Farmakope Indonesi Edisi III. Jakarta : DEPKES RI

Lachman,Leon.D.1994.Teori dan Praktek Farmasi Industri II Edisi III. Jakarta : Universitas


Indonesia.

Wade,Ainley and Paul J.weller.1994.Handbook of Pharmacuotical Excipients Edisi II.


London :The Van Pain C.F.R

16
LAMPIRAN

(emulsi suhu dingin dan suhu panas) (emulsi suhu ruang)

(uji tipe emulsi tipe w/o dengan kertas saring)

17

Anda mungkin juga menyukai