PENDAHULUAN
Emulsi adalah sistem dua fase yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan
lain dalam bentuk tetesan kecil ( Farmakope Indonesi Edisi IV 1995 ).
Emulsi adalah suatu sistem dispersi dimana fase terdispersi terdiri dari bulatan-
bulatan kecil zat cair yang terdistribusi keseluruh pembawah yang tidak tercampur (Howard
Ansel.1989)
Dalam batasan emulsi, fase terdispersi, dianggap sebagai fase dalam dan medium
dispersinya sebagai fase luar atau fase kontinu. Emulsi yang mempunyai fase dalam minyak
dan fase luar air disebut emulsi minyak dalam air dan biasanya diberi tanda sebagai tanda
emulsi “M/A”. Sebaliknya emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak
disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai emulsi “A/M” (Leon, 1994).
Umumnya zat aktif permukaan itu mempunyai harga HLB yang ditetapkan 3 sampai
6, yang menghasilkan emulsi air dalam minyak, sedangkan zat-zat yang mempunyai harga
HLB antara 8 sampai 18 menghasilkan emulsi minyak dalam air. Dalam suatu sisten HLB,
harga HLb juga ditetapkan untuk minyak-minyak dari zat-zat yang seperti minyak. Dengan
menggunakan dasr HLB dalam penyimpanan suatu emulsi, dapat dipilih emulsi zat
pengemulsi yang mempunyai harga HLB sama atau hampir sama sebagai fase minyak dari
emulsi yang dimaksud (Howard C. Ansel. 1989).
1
Bahan-bahan yang diperlukan ditambahkan dalam pembuatan emulsi, antara lain :
c. Pengental
d. Pengawat
Ditambahkan untuk semua jenis emulsi terutama emulsi minyak dalam air karena
kontaminan fase dan air mudah terjadi.
e. Zat-zat tambahan
Merupakan pemisahan dari emulsi menjadi beberapa lapis cairan, dimana masing-
masing lapis mengandung fase dispers yang berbeda.
c. Inversi
2
Pembuatan emulsi:
Dibuat mucilago yang kental dengan sedikit air lalu ditambahkan minyak sedikit
demi sedikit dengan diaduk cepat.
Korpus emulsi dibuat dengan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian gom,
sselanjutnya sisa air dan bahan lain ditambahkan. Metode ini juga disebut metode 4:2:1.
c. Metode HLB
3
BAB II
DATA PERFORMULASI
4
1) Nama resmi : sirup gula
2) Nama lain : sirup gula
3) Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna
4) Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk
5. Senyawa : Aquadest (FI Edisi III 1979 : 96)
Nama resmi : Aqua Destilata
1. Warna : bening
2. Rasa : tidak berasa
3. Bau : Tidak berbau
4. Penampilan : cairan
5. Komentar pengujian mikroskopik dan fotomikrograf :
6. Poliformisa, Solvat, dan sifat Kristal :
7. Ukuran Partikel:
8. Kelarutan (mg/ml)
a. Air :
b. Etanol :
c. 0,1 N HCl :
d. Lain– lain :
pH Konstanta Kecepatan
5
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
1. Alumunium foil
2. Batang pengaduk
3. Beker glass
4. Botol kaca bening
5. Cawan penguap
6. Gelas ukur
7. Mortar
8. Perkamen
9. Pipet tetes
10. Spatel
11. Stamper
12. Tissue
13. Vial
3.1.2 Bahan
1. Aquades
2. CMC- Na
3. Essence
4. Na. benzoate
5. Paraffin liquid
6. Sirup simplex
7. Zat Pewarna
3.2 Formula
6
CMC- Na 0.5% 1% 1.5%
Na. Benzoat 0.1% 0.1% 0.1%
Sirup simplex Qs qs qs
Aquadest ad 100ml 100ml 100ml
7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Formulasi
Nama bahan Formula 1 Formula 2 Formula 3
Paraffin cair 15% 15% 15%
CMC- Na 0.5% 1% 1.5%
Na. Benzoat 0.1% 0.1% 0.1%
Sirup simplex Qs qs qs
Aquadest ad 100ml 100ml 100ml
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ ++ ++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 4,3 cm 4 cm 3 ,8cm 3,5 cm 3,6 cm 3,6 cm
Tinggi air - - 0,1 cm 0,2 cm 0,2 cm 0,2 cm
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 2.4 cm 2.4 cm 2.1 cm 1.9 cm 1,8 cm 1,8 cm
Tinggi air - - 0.2 cm 0.1 cm 1,2 cm 1,2 cm
8
Formula 1 suhu panas
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 1,8 1,8 1,9 1,9 1,9 1,9
Tinggi air 1,2 1.2 1,1 1,1 1,1 1,1
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ ++ ++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 4cm 3.6cm 3.7cm 3.7cm 3,3cm 3,3 cm
Tinggi air - 0.1cm 0,1cm 0,1 cm 0,5 cm 0,6 cm
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 3 cm 3 cm 2.7 cm 2,7 cm 2,7 cm 2,6 cm
Tinggi air - - 0,3 cm 0,3 cm 0,3 cm 0,4 cm
9
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 7 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 3 cm 3,8 cm 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm 2,8 cm
Tinggi air - - 0,2 cm 0,2 cm 0,2 cm 0,2 cm
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ ++ ++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 10 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 4cm 3,2cm 3,4cm 3.4cm 3,6cm 3,6cm
Tinggi air - 0,4cm 0,5cm 0,5cm 0,4cm 0,4cm
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 10 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 3 cm 2.8 cm 2,7 cm 2,7 cm 2,6 cm 2,6 cm
Tinggi air - 0,2 cm 0,4 cm 0,4 cm 0,4 cm 0,4 cm
Pengujian Hari ke
0 1 2 3 4 5
Warna +++ +++ +++ +++ +++ +++
Rasa +++ +++ +++ +++ +++ +++
10
Bau +++ +++ +++ +++ +++ +++
PH 10 - - - - -
Tinggi endapan - - - - - -
Tinggi emulsi 3 cm 2.4 cm 2.4 cm 2.4 cm 2,4 cm 2,6 cm
Tinggi air - 0.6 cm 0.5 cm 0.4 cm 0,6 cm 0.4 cm
Keterangan
4.3 Perhitungan
Formula 1 Formula 2 Formula 3
Paraffin cair Paraffin cair Paraffin cair
15𝑔 15𝑔 15𝑔
100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 = 100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 = 100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 =
0.5𝑔 1𝑔 1.5𝑔
Na. Benzoat Na. Benzoat Na. Benzoat
0.1𝑔 0.1𝑔 0.1𝑔
𝑥 100𝑚𝑙 = 100𝑚𝑙
𝑥 100𝑚𝑙 = 𝑥 100𝑚𝑙 =
100𝑚𝑙 100𝑚𝑙
11
4.4 Pembahasan
Dalam praktikum kali ini dibuat dengan tujuan untuk membuat sediaan emulsi
dengan menggunakan emulgator alam dan mengamati stabilitas sediaan emulsi. Emulsi
yang kami buat dalam percobaan ini adalah emulsi oral. Emulsi oral adalah sediaan cair
yang mengandung fase minyak dan fase air dengan penambahan emulgator dan bahan
pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral.
Dalam pembuatan emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor yang penting
karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh emulgator yang
digunakan. Percobaan kali ini digunakan emulgator alam. Polimer alam atau
makromelokul dalam air akan membenuk gel dan membentuk lapisan film karena terjadi
adsorpsi pada permukaan globul.
Na-CMC yang digunakan pada emulsi yaitu untuk pengental, stabilisator,
pembentuk gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi. Zat ini membentuk sistem dispersi
koloid dan meningkatkan viskositas. Dengan adanya Na-CMC ini maka partikel-partikel
yang tersuspensi akan terperangkap dalam sistem tersebut atau tetap tinggal ditempatnya
dan tidak mengendap oleh pengaruh gaya gravitasi. CMC-Na sebagai zat pengemulsi
(emulgator) merupakan komponen yang penting agar memperoleh emulsi yang stabil,
karena kestabilan emulsi merupakan faktor yang penting karena menentukan mutu dan
kualitas suatu emulsi.
Merode yang digunakan dalam pembuatan emulsi yaitu menggunakan metode gom
basah. Metode ini dibuat dengan terlebih dahulu dibuat musilago yang kental dengan
sedikit air lalu ditambah air sedikit demi sedikit dengan pengadukan yang kuat, lalu
ditamahkan sisa air sampai volume yang diinginkan.
Untuk mengetahui tipe emulsi yang dibuat, dilakukan pengecekan tipe emulsi
dengan menggunakan kertas saring. Saat emulsi diteteskan pada kertas saring, timbul
noda minyak pada kertas saring. Hal ini menunjukkan bahwa emulsi yang kami buat
merupakan emulsi tipe w/o.
Natrium benzoat berfungsi sebagai pengawet untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat hidup dalam fasa air dan didalam emulgator alam yang
digunakan.
12
Berdasarkan hasil pengamatan selama 5 hari ternyata pada semua emulsi I mengalami
kerusakan. Mengalami koalesen yaitu pecahnya emulsi menjadi 2 fase. Dalam suhu ruang
terbentuk 2 lapisan yaitu lapisan minyak pada bagian atas dan bagian air pada bagian bawah.
Dilihat dari tinggi rata-rata fase emulsi yang memisah pada formula I sebesar 3,7 cm dan
rata-rata fase air sebesar 0,14 cm. Pada suhu dingin tinggi rata- rata emulsi sebesar 2 cm.
Sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,54 cm.pada suhu panas rata-rata fase emulsi sebesar
1,88 cm, sedangkan rata- rata fase air sebesar 1,12 cm. Pada emulsi koalesen juga terjadi
pada formula 2 yang dibuat. Hal ini dapat dilihat dari memisahnya fase minyak pada formula
2. Dilihat dari tinggi rata-rata fase emulsi yang memisah pada formula II sebesar 3,52 cm dan
rata-rata fase air sebesar 0,14 cm. Pada suhu dingin tinggi rata- rata emulsi sebesar 2,74 cm.
Sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,26 cm.pada suhu panas rata-rata fase emulsi sebesar 3
cm, sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,16 cm. Pada emulsi koalesen juga terjadi pada
formula 3 yang dibuat. Dilihat dari tinggi rata-rata fase emulsi yang memisah pada formula
III sebesar 3,52 cm dan rata-rata fase air sebesar 0,14 cm. Pada suhu dingin tinggi rata- rata
emulsi sebesar 2,74 cm. Sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,26 cm.pada suhu panas rata-
rata fase emulsi sebesar 3 cm, sedangkan rata- rata fase air sebesar 0,16 cm.
Hal ini berarti menunjukan bahwa lapisan film mikromolekuler yang terbentuk
kurang kuat dan rapat sehingga robek dan menyebabkan penyatuan antara fase minyak
berkumpul dengan fase minyak dan fase air dengan fase air. Kerusakan emulsi ini bersifat
irreversible yaitu tidak dapat lagi berubah seperti semula, kedalam keadaan baik. Emulsi akan
tetap memisah seperti karena memang sudah terjadi kerusakan pada pembungkus fasenya
minyaknya. Sehingga apabila dilakukan pengocokan akan memisah lagi.
Pecahnya emulsi bisa dikarenakan pada pencampuran fase minyak dan air
penggerusannya kurang, atau saat pencampuran kecepatan pencampurannya kurang
diperhatikan. karena kecepatan penambahan fase minyak ke fase air atau sebaliknya dapat
berpengaruh pada kestabilan produk akhir. Karena itu, perlu kehati – hatian dalam waktu
pencampuran. Kerusakan pada formulasi ini disebut dengan creaming, yaitu pecahnya emulsi
menjadi 2 lapisan dimana satu fase mengandung fase dispers lebih banyak sehingga
menyebabkan pemisahan fase yang banyak mengandung dispers diatas permukaan. Hal ini
terjadi karena kurang homogennya pada saat formulasi/pembuatan. Creaming bersifat
reversible, karena apabila dilakukan pengocokan dapat menjadi homogen kembali.
Emulsi yang baik adalah emulsi yang berwarna stabil tidak terjadi pemisahan selama
penyimpanan, dan jika dikocok atau diberi gaya dan tekanan, viskositasnya akan bertambah
kecil sehingga emulsi tersebut mudah dituang. Mengacu pada syarat tersebut, maka dipilih
formula terbaik emulsi I yaitu pada formula II dengan emulgator CMC 1% dan paraffin cair
15%.
Kelebihan dari emulsi dalam penggunannya yaitu dapat membentuk sediaan yang
saling tidak bercampur menjadi dapat bersatu menjadi sediaan yang homogen dan bersatu.
13
Mudah ditelan. Dapat menutupi rasa yang tidak enak pada obat. Sedangkan kekurangannya
yaitu kurang praktis dan staabilits rendah dibanding tablet dan takaran dosis kurang teliti.
14
BAB V
KESIMPULAN
1. Emulsi oral adalah sediaan cair yang mengandung fase minyak dan fase air dengan
penambahan emulgator dan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk
penggunaan oral.
2. Na-CMC yang digunakan pada emulsi yaitu untuk pengental, stabilisator, pembentuk
gel dan beberapa hal sebagai pengemulsi. Zat ini membentuk sistem dispersi koloid
dan meningkatkan viskositas.
3. Natrium benzoat berfungsi sebagai pengawet untuk menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang dapat hidup dalam fasa air dan didalam emulgator alam.
4. Pada percobaan ini dipilih suspensi formula 2 sebagai formula terbaik karena dilihat
dari data pengamatan bahwa didapat warna yang stabil dari pertama sampai hari
terakhir yaitu putih dan tidak memudar dan viskositasnya kecil sehingga mudah
dituang.
15
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 2000. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
16
LAMPIRAN
17