Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada praktiknya, untuk mencapai tujuan suatu perusahaan tentu tak
luput dari banyak permasalahan. Salah satu masalah yang bisa terjadi adalah
masalah keagenan (agency problem). Masalah keagenan ini bisa terjadi
akibat pemisahan tugas manajemen perusahaan dengan para pemegang
saham. Sebuah perusahaan bisa saja dijalankan oleh para manajer
professional yang memiliki hanya sedikit atau sama sekali tidak memiliki
saham dalam perusahaan tersebut. Karena itu, para manajer bisa saja
membuat keputusan yang sama sekali tidak sesuai dengan tujuan
memaksimalkan kekayaan para pemegang saham. Menurut Arijanto
(2010:127) dinyatakan: “Suatu kegiatan perusahaan yang terencana baik dan
dan terprogram tentu dapat tercapai dengan sistem tata kelola yang baik
pula.” Karena itu perusahaan perlu untuk menerapkan Good corporate
governance (GCG).
Good corporate governance adalah seperangkat aturan atau mekanisme
adminsistrasi untuk memuluskan hubungan antarmanajemen, pemegang
saham dan kelompok kepentingan (stakeholders). Persoalan penting yang
menjadi penunjang keberhasilan penerapan prinsip ini, terletak pada tuntutan
menjalankan fungsi-fungsi akuntabilitas, disclosure, fairness, transparency
dan tanggung jawab.
Berdasarkan survey yang dilakukan oleh McKinsey & Co dalam Tjager
et.al (2002:5) menyatakan bahwa “corporate governance menjadi perhatian
utama para investor menyamai kinerja finansial dan potensi pertumbuhan
khususnya bagi pasar-pasar yang sedang berkembang (emerging markets)”
yang artinya investor cenderung menghindari perusahaan-perusahaan yang
buruk dalam penerapan corporate governance (tidak ingin berinvestasi pada
perusahaan-perusahaan tersebut). Karena itu dengan adanya keuntungan
perusahaan juga tidak mengalami kesulitan dalam menarik modal dari luar.
Dengan menerapkan tata kelola yang baik akan mengarahkan perusahaan

1
pada kegiatan yang efektif dan efisien sehingga menghasilkan profit,
ditambah dengan kemudahan dalam memperoleh dana atau modal, secara
logis perolehan laba akan lebih meningkat lagi.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa pengertian Corporate Governance?
 Bagaimana konsep dalam Corporate Governance?
 Apa saja tujuan dari Corporate Governance?
 Bagaimana ruang lingkup Corporate Governance?
 Apa saja prinsip-prinsip dalam Corporate Governance?
 Bagaimana perbandingan prinsip dalam Corporate Governance
 Bagaimana proses dalam Corporate Governance?
 Apa saja organ dalam perusahaan?

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk mengetahui pengertian Corporate Governance.
 Untuk mengetahui konsep dalam Corporate Governance.
 Untuk mengetahui apa saja tujuan dari Corporate Governance.
 Untuk mengetahui ruang lingkup Corporate Governance.
 Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dalam Corporate Governance.
 Untuk mengetahui bagaimana perbandingan prinsip dalam Corporate
Governance.
 Untuk mengetahui bagaimana proses dalam Corporate Governance
 Untuk mengetahui apa saja organ dalam perusahaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian, Konsep, Tujuan dan Ruang Lingkup Corporate Governance


2.1.1 Pengertian Corporate Governance
2.1.1.1 Corporate Governance menurut Turnbull Report
Corporate Governance menurut Turnbull Report di Inggris (April
1999) yang dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma adalah
“Corporate Governance is a company’s system of internal control
has as its principal aim the manajement of risks that are significant to the
fulfilment of its business objectives, with a view to safeguarding the
company’s assets and enchancing over time the value of the shareholders
investment”.
Berdasarkan pengertian diatas, corporate governance dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang
memiliki tujuan utama mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi
tujuan bisnisnya melalui pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan
nilai investasi pemegang saham dalam jangka panjang.

2.1.1.2 Corporate Governance menurut World Bank


Good Corporate Governance (GCG) menurut Bank Dunia (World
Bank) adalah kumpulan hukum, peraturan, dan kaidah-kaidah yang wajib
dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber perusahaan
untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai ekonomi jangka
panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan,

2.1.1.3 Corporate Governance menurut FCCG


Lembaga corporate governance di Malaysia, yaitu Finance
Committee on Corporate Governance (FCCG), mendefinisikan corporate
governance sebagai proses dan struktur yang digunakan untuk

3
mengarahkan dan mengelola bisnis serta aktivitas perusahaan ke arah
peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.

2.1.1.4 Corporate Governance menurut FCGI


Corporate Governance menurut Forum Corporate Governance on
Indonesia (FCGI) adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan
antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditor,
pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan internal dan
eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan perusahaan.
Istilah corporate governance ini muncul karena adanya agency theory,
dimana kepengurusan suatu perusahaan terpisah dari kepemilikan.

2.1.1.5 Corporate Governance menurut Kementerian BUMN


Sesuai Pasal 1 ayat 1, peraturan menteri negeri BUMN No. PER
01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (good corporate governance) pada BUMN
disebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance) atau GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari suatu
proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan etika berusaha.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, secara singkat corporate
governance adalah suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan
pengelolaan perusahaan secara profesional berdasarkan prinsip-prinsip
transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independen, kewajaran, dan
kesetaraan. Corporate governance daoat mendorong terbentuknya pola
kerja manajemen yang bersih, transparan, dan profesional (BTP).

2.1.2 Arti Penting Corporate Governance


Corporate Governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang
efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan.
Penerapan CG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara

4
dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan
masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha. Prinsip dasar yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar adalah:

1. Negara dan perangkatnya


 Melakukan koordinasi secara efektif antar penyelenggara negara dalam
penyusunan peraturan Per UU berdasarkan sistem hukum nasional
dengaan memprioritaskan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan
dunia usaha dan masyarakat.
 Mengikutsertakan dunia usaha & masyarakat secara bertanggungjawab
dalam penyusunan peraturan perundang-undangan (rule-making rules).
 Menciptakan sistem politik yang sehat dgn penyelenggara negara yg
memiliki integritas dan profesionalitas yang tinggi.
 Melaksanakan peraturan Perundang-undangan dan penegakan hukum
secara konsisten
 Mencegah terjadinya korupsi, kolusi dan nopotisme (KKN)
 Mengatur kewenangan dan koordinasi antar instansi yang jelas untuk
meningkatkan pelayanan masyarakat dengan integritas yang tinggi dan
mata rantai yang singkat serta akurat dlm rangka mendukung terciptanya
iklim usaha yanag sehat, efisien dan transparan .
 Memberlakukan peraturan Perundang-undangan untuk melindungi saksi
dan pelapor (Wihistleblower) yang memberikan informasi mengenai
suatu kasus yg terjadi pada perushaan. Pemberi informasi dapat berasal
dari manajemen, karyawan perusahaan atau pihak lain.
 Mengeluarkan peraturan utk menunjang pelakasanaan GCG dlm bentuk
ketentuan yang dapat menciptakan iklim usaha yang sehat, efisien dan
transparan.
 Melaksanakan hak dan kewajiban yanag sama dengan pemegang saham
lainnya dalam hal negara juga sebagai pemegang saham.
2. Dunia usaha
 Menerapkan etika bisnis secara konsisten sehingga dapat terwujud iklmi
usaha yang sehat, efisien dan transparan.

5
 Bersikap dan berprilaku yang memperlihatkan kepatuhan dunia usaha
dalam melaksanakan peraturan per Uuan
 Mencegah terjadinya KKN
 Meningkatkan kualitas struktur pengelolaan dan pola kerja perhsahaan
yang didasarkan pada asas GCG secara berkesinambungan.
3. Masyarakat
 Melakukan kontrol sosial dengan memberikan perhatian dan kepedulian
terhadap pelayanan masyarakat yg dilakukan penyelenggara negara serta
terhadap kegiatan dan produk atau jasa yang dihasilkan oleh dunia usaha,
melalui penyampaian pendapat secara objektif dan bertanggungjawab.
 Melakukan komunikasi dengan penyelenggara negara dan dunia usaha
dalam mengekspresikan pendapat dan keberatan masyarakat.

2.1.3 Konsep Corporate Governance


Implementasi prinsip-prinsip tata kelola yang baik (good
corporate governance-GCG) menyangkut pengembangan dua aspek yang
saling berkaitan satu dengan yang lain, yaitu perangkat keras (hardware)
dan perangkat lunak (software). Hardware lebih bersifat teknis, yaitu
mencakup pembentukan atau perubahan struktur dan sistem organisasi.
Sementara software lebih bersifat psikososial yaitu mencakup perubahan
paradigma, visi, misi, nilai (values) sikap (attitude), dan etika keprilakuan
(behavioral ethics). Dalam praktik nyata didunia bisnis, sebagian besar
perusahaan ternyata lebih menekankan pada aspek hardware, seperti
penyusunan sistem dan prosedur serta pembentukan struktur organisasi.
Hal ini merupakan merupakan hal yang wajar, karena aspek hardward
hasilnya lebih mudah dilihat dan dapatkan dilakukan lebih cepat
dibandingkan dengan aspek software.

6
Implementasi corporate governance di perusahaan sebagai sebuah
sistem dapat menggunakan pendekatan Model 7s dari Mc Kinsey. Model
ini terdiri dari 2 (dua) aspek yang merupakan dasar atau fondasi untuk
menetapkan mekanisme corporate governance sebagai sebuah sistem,
sebaagai berikut.

1. Aspek keras (hard component)


a. Strategy (strategi), merupakan rencana organisasi dalam
memanfaatkan sumber sumber daya untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Structure (struktur), merupakan cara unit organisasi
berhubungan satu sama lain.
c. System (sistem), merupakan langkah atau mekanisme yang
dilakukan oleh manajemen puncak dan personel lainnya dalam
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi.
2. Aspek lunak (soft component)
a. Skill (kecakapan), merupakan kemampuan khusus dari
manajemen puncak dan personel lainnya dalam organisasi secara
keseluruhan untuk membentuk kompetensi perusahaan.

7
b. Syle (gaya kepemimpinan), merupakan gaya kepemimpinan
manajemen puncak untuk mendukung pencapaian tujuan
organisasi.
c. Staff (staf), merupakan kemampuan bekerja sama dari
manajemen puncak dan personel lainnya.
d. Shared value (nilai-nilai bersama), merupakan nilai-nilai yang
dipegang oleh para pemangku kepentingan (stakeholders)
perusahaan yang membentuk perilaku anggota organisasi.

2.1.3.1 Konsep Corporate Governance Menurut IICG


Gede Raka salah seorang panel ahli dari Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG), menyatakan dalam GCG tersirat secara
implisit bahwa sebuah perusahan bukanlah mesin pencetak keuntungan
bagi pemiliknya, melainkan sebuah entitas untuk menciptakan nilai bagi
semua pihak yang berkepentingan. Perusahaan bukanlah sekedar mesin
yang mengolah input menjadi output, melainkan sebagai sebuah lembaga
insani (human institution), sebuah masyarakat yang mempunyai nilai,
cita-cita, jati diri, dan tanggung jawab sosial. Konsep GCG
mencerminkan bagaimana sikap berbagi (sharing), peduli (caring), dan
melestarikan. Semua itu menyangkut aspek kejiwaan dari GCG.
Perubahan menuju GCG yang lebih baik harus mencakup perubahan pada
dimensi teknis (sistem dan struktur) dan aspek psikososial (paradigma,
visi, dan nilai) organisasi. Dalam perubahan dimensi psikososial
peusahaan, peran kepemimpinan sangat penting, dimana berperan besar
dalam menumbuhkan aspirasi, menanamkan nilai, serta menumbuhkan
idealisme dan kesadaran akan tujuan (sense of purpose) pada anggota
perusahaan. Tugas seorang pemimpin adalah menjelaskan visi, paradigma
dan nilai-nilai yang berada dibalik prinsip-prinsip GCG (apa arti visi,
paradigma dan nilai-nilai tersebut bagi kelangsungan hidup perusahaan;
dan apa makna dari setiap anggota organisasi). Perubahan aspek teknis
dalam bidang struktur dan sistem memerlukan kemampuan manajemen.
Dalam hal ini, yang menjadi titik berat perhatian adalah keteraturan dan

8
kelancaran proses-proses dalam organisasi serta ketaatan anggota
perusahaan terhadap kebijakan dan sistem yang dirancang untuk
melaksanakan untuk prinsip-prinsip GCG. Sistem dan struktur ini menjadi
pedoman teknis untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari agar tidak
menyimpang dari prinsip-prinsip GCG.

Perangkat tata kelola dari sebuah organisasi sebagai sistem yang


terbuka terdiri atas struktur tata kelola, mekanisme tata kelola, dan
prinsip-prinsip tata kelola. Ketiga perangkat ini berjalan sebagai suatu
kesatuan dalam bentuk sistem tata kelola yang berinteraksi dengan
lingkungan internal dan eksternal organisasi dalam mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perangkat tata
kelola ini dinilai dari seberapa jauh sistem dimaksud mampu memberikan
hasil tata kelola yang diharapkan.

2.1.3.2 Konsep Corporate Governance Menurut BUMN


GCG diterapkan pada dua sektor korporasi, yaitu pasar modal dan
badan usaha milik Negara (BUMN). Konsep GCG di BUMN berdasarkan
penjelasan UU No. 19 Tahun 2003 tentang BUMN, yaitu:

 Untuk dapat mengoptimalkan perannya dan mampu mempertahankan


keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka
dan kompetitif, BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan
profisionalisme, antara lain melalui pembenahan pengurusan dan
pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan
berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance).
 Undang-undang tersebut dimaksudkan untuk memenuhi visi
pengembangan BUMN di masa yang akan datang dan meletakkan
dasar-dasar atau prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik.
Penerapan prinsip-prinsip tersebut sangat penting dalam melakukan
pengelolaan dan pengawasan BUMN.

9
 Undang-undang BUMN dirancang untuk menciptakan sistem
pengelolaan dan pengawasan berlandaskan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas guna meningkatkan kinerja dan nilai (value) BUMN,
serta menghindarkan BUMN dari tindakan-tindakan
pengeksploitasian di luar asas tata kelola perusahaan yang baik.
Undang-undang ini juga dirancang untuk menata dan mempertegas
peran lembaga dan posisi wakil pemerintah sebagai pemegang
saham/pemilik modal BUMN, serta mempertegas dan memperjelas
hubungan BUMN selaku operator usaha dengan lembaga pemerintah
sebagai regulator.

2.1.4 Tujuan Corporate Governance

2.1.4.1 Tujuan Corporate Governance menurut UU BUMN

 Untuk memaksimalkan nilai BUMN dengan cara meningkatkan


prinsip keterbukaan, akuntabilitas, dapat dipercaya, bertanggung
jawab, dan adil agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik
secara nasional maupun internasional.
 Mendorong pengelolaan BUMN secara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
organ.
 Mendorong agar organ dalan membuat keputusan dan menjalankan
tindakan dengan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta
kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap para
pemangku kepentingan ataupun kelestarian lingkungan disekitar
BUMN.
 Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional.
 Meningkatkan iklim investasi nasional.
 Menyukseskan program privatisasi.

10
2.1.4.2 Tujuan Corporate Governance menurut Kementerian BUMN
Sesuai pasal 4 Peraturan Menteri Negeri BUMN No. PER –01/MBU/2011
tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik
(Good Corporate Governance) pada BUMN, penerapan GCG pada BUMN
bertujuan untuk:
 Mengoptimalkan nilai-nilai BUMN agar perusahaan memiliki daya
saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional,
sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup
berkelanjutan untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN.
 Mendorong pengelolaan B UMN secara profesional, efisien dan
efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
Organ Persero/Organ Perum.
 Mendorong agar Organ Persero/Organ Perum dalam membuat
keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang
tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, serta
kesadaran akan adanya tanggung jawab sosial BUMN terhadap
pemangku kepentingan maupun kelestarian lingkungan di sekitar
BUMN.
 Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perkonomian nasional.
 Meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi
nasional.

Manfaat yang bisa diambil apabila menerapkan prinsip-prinsip GCG di


BUMN, yaitu:

 Dapat meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses


pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
pemangku kepentingan.
 Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
dan tidak rigit (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan (corporate value).

11
 Khusus untuk BUMN yang telah go public, dengan diterapkannya
prinsip-prinsip GCG dapat meningkatkan minat investor untuk
membeli saham BUMN tersebut.

Menurut Indra Surya (2006), penerapan good governance secara konkret


memiliki tujuan terhadap terhadap perusahaan, yaitu sebagai berikut:

 Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.


 Mendapatkan cost of capital yang lebih murah.
 Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja
ekonomi perusahaan.
 Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku
kepentingan terhadap perusahaan.
 Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.

2.1.5 Ruang Lingkup Corporate Governance

Ruang lingkup corporate governance sangat luas, mencakup


berbagai jenis perusahaan/industri, antara lain manufaktur, jasa,
perbankan dan lain-lain.

2.1.5.1 Corporate Governance di Bank Umum


Bank Indonesia (BI) pada 30 Januari 2006 yang lalu telah
menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006 tentang
pelaksanaan GCG bagi Bank Umum. Upaya BI dengan mengeluarkan
peraturan tentang pelaksanaan GCG tersebut sudah tepat, meskipun agak
terlambat. Tujuan dikeluarkan PBI tersebut adalah untuk memperkuat
kondisi internal perbankan nasional dalam menghadapi risiko yang
semakin kompleks, berupaya melindungi kepentingan dari pemangku
kepentingan dan meningkatkan kepatuhan (compliance) terhadap
peraturan perundang-undangan yang berlaku serta nilai-nilai etika (ethics
values) yang berlaku umum pada industri perbankan.
Dalam ketentuan ini, GCG merupakan suatu tata kelola bank yang
menerapkan prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas

12
(accountability), pertanggungjawaban (respobility), independensi
(indepedency), dan kewajaran (fairness). Dalam ketentuan yang mulai
berlaku sejak diterbitkan tnggal 30 Januari 2006 ini, setiap bank
diwajibkan melakukan penilaian mandiri (self assessment) atas
pelaksanaan GCG, menyusun laporan pelaksanaan GCG tersebut secara
berkala, dan kemudian akan dinilai oleh Bank Indonesia.

Sesuai pasal 2, ayat 1 disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan


prinsip-prinsip GCG dalam kegiatan ushanya pada seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi. Pelaksanaan prinsip-prinsip GCG sebagaimana
dimaksud pada ayat 1 setidaknya harus diwujudkan dalam 7 hal, yaitu
sebagai berikut:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi.


2. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas komite-komite dan satuan kerja
yang menjalankan fungsi pengendalian internal bank.
3. Penerapan fungsi kepatuhan, auditor internal, dan auditor eksternal.
4. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian
internal.
5. Penyediaan dana kepada pihak terkait dan penyediaan dana besar.
6. Rencana strategis bank.
7. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan bank.

2.1.5.2 Corporate Governance di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)


Berdasarkan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJO)
No.4/POJK.03/2015 tanggal 31 Maret 2015 tentang penerapan lain
disebutkan :
 Penerapan tata kelola penting dilakukan karena risisko dan
tantangan yang dihadapi BPR, baik dari intern maupun ekstern
semakin banyak dan kompleks.
 BPR besar yang memiliki volume usaha yang besar serta struktur
organisasi yang cukup kompleks seharusnya menerapkan tata kelola
secara lengkap termasuk pemenuhan dan kelengkapan struktur

13
organisasi. Adapun bagi BPR kecil, penerapan tata kelola lebih
mengedepankan terlaksananya fungsi tata kelola dengan baik.
 Selaku komisaris independen dan pihak independen, anggota komite
harus dapat terlepas dari konflik kepentingan (conflict of interest).
 Dalam rangka medukung pelaksanaan tata kelola, pemegang saham
BPR dapat menunjuk wakil untuk duduk sebagai anggota dewan
komisaris guna menjalankan tugas pengawasan terhadap BPR.
 Pada pasal 2 peraturan OJK tersebut, BPR wajib menerapkan tata
kelola dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau
jenjang organisasi. Penerapan tata kelola diwujudkan dalam bentuk
sebagai berikut :
a. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi.pelaksanaan
tugas dang tanggung jawab dewan komisaris
b. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas atau fungsi komite.
c. Penangan konflik kepentingan.
d. Penerapan fungsi kepatuhan, audit intern, dan audit ekstern.
e. Penerapan manajemen risiko, termasuk sistem pengendalian
intern.
f. Batas maksimum pembelian kredit.
g. Rencana bisnis BPR.
h. Transparansi kondisi keuangan dan non-keuangan.

2.2 Prinsip-Prinsip Corporate Governance


2.2.1 Prinsip Transparansi
Transparansi (transparency) mewajibkan adanya suatu informasi
yang terbuka, tepat waktu, serta jelas, dan dapat diperbandingkan yang
menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan perusahaan, kinerja
operasional, dan kepemilikan perusahaan, yaitu sebagai berikut:
1. Pengungkapan informasi tidak terbatas pada informasi material
tentang :
a. Keuangan dan hasil operasi perusahaan
b. Tujuan – tujuan perusahaan

14
c. Kepemilikan saham mayoritas dan hak-hak suara dengan adanya
keterbukaan, para investor mendapatkan informasi yang
berhubungan dengan hak-hak mereka sebagai pemilik saham.
d. Anggota dewan komisaris serta penghasilannya.
e. Faktor-faktor risiko akan datang, material informasi lainnya
yang penting adalah tentang risiko yang sekiranya dapat diduga.
f. Isu-isu berhubungan dengan para karyawan dan pihak yang
berkepentingan lainnya.
g. Struktur dan kewajiban governance.
2. Informasi harus disiapkan, siaudit, dan diuangkapan sesuai sesuai
dengan standar kualitas yang tinggi dibidang akuntansi,
pengungkapan keuangan dan non-keuangan, serta audit.
3. Pemeriksaan tahunan haru dilaksanakan oleh auditor independen
untuk menyediakan jaminan keyakinan eksternal yang objektif
tentang cara penyiapan laporan keuangan.
4. Jalur penyebaran informasi harus mencerminkan keadilan, ketepatan
waktu, dan efesiensi biaya agar informasinya yang dihasilkan
relevan.

2.2.2 Prinsip Akuntabilitas


Akuntabilitas (accountabilitity) dimaksudkan sebagai prinsip
mengatur peran dan tanggungjawab serta mendukung usaha untuk
menjamin penyeimbang kepentingan manajemen dan pemegang saham,
sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris.
Perusahaan menerapkan prinsip akuntabilitas sebagai salah satu
cara untuk mengatasi persoalan yang timbul karena adanya pembagian
tugas (division of authority) antar-organ perusahaan serta mengurangi
dampak dari agency problem yang timbul akibat perbedaan kepentingan
antara manajemen, pemegang saham, dan pemangku kepentingan. Tiga
tingkatan akuntabilitas, yaitu sebagai berikut:

15
1. Akuntabilitas Individual
Merujuk kepada hubungan akuntabilitas dalam konteks atasan-
bawahan.
2. Akuntabilitas Tim
Merujuk kepda adanya akuntabilitas yang ditanggung bersama oleh
suatu kelompok kerja atas kondisi dari kinerja yang tercapai.
3. Akuntabilitas Korporasi
Merujuk kepada akuntabilitas perusahaan dalam menjalankan
perannya sebagai entitas bisnis.

2.2.3 Prinsip Resposibilitas


Perusahaan memastikan pengelolaan perusahaan dengan
mematuhi peraturan perundang-undangan serta ketentuan yang berlaku
sebagai cermin tanggung jawab korporasi sebagai warga korporasi yang
baik.

2.2.4 Prinsip Independensi


Setiap porgan perusahaan akan melaksnakan tugasnya dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip GCG.
Selain organ perusahaan tidak boleh ada pihak-pihak yang dapat
mencampuri pengurusan perusahaan.

2.2.5 Prinsip Kesetaraan


Kesetaraan mengandung makna bahwa terdapat perlakuan yang
sama terhadap semua pemegang saham, termasuk investor asing dan
pemegang saham minoritas, yaitu pemegang saham dengan kelas yang
sama harus mendapat perlakuan yang sama pula.

2.3 Perbandingan Prinsip Corporate Governance


2.3.1 Prinsip-Prinsip Corporate Governance menurut OECD
Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) yang beranggotakan beberapa Negara antara lain: Amerika

16
Serikat, Negara-negara Eropa (Austria, Belgia, Denmark, Irlandia,
Prancis, Jerman, Yunani, Italia, Luksemburg, Belanda, Norwegia,
Polandia, Portugal, Swedia, Swiss, Turki, dan Inggris) serta Negara-
negara asia pasifik (Austria, Jepang, Korea, dan Selandia Baru), telah
mengembangkan The OECD of Principle governance pada April 1998.
Prinsip-prinsip corporate governance yang dikembangkan oleh OECD
meliputi 5 (lima) hal, sebagai berikut:
1. Perlindungan terhadap hak-hak pemegang saham (the rights of
stakeholders).
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus mampu
melindungi hak-hak para pemegang saham, termasuk pemegang
saham minoritas. Hak-hak tersebut mencakup hak dasar pemegang
saham, yaitu:
a. Menjamin keamanan metode pendaftaran kepemilikan
b. Mengalihkan atau memindahkantangankan kepemilikan saham
c. Memperoleh informasi yang relevan tentang perusahaan secara berkala
dan teratur
d. Ikut berpartisipasi dan memberikan suara dalam Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS)
e. Memilih anggota dewan komisaris dan direksi
f. Memperoleh pembagian laba (profit) perusahaan
2. Perlakuan yang sama terhadap seluruh pemegang saham (the equitable
treatment of shareholders)
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin
perlakuan yang sama terhadap sekuruh pemegang saham, termasuk
pemegang saham minoritas dan asing. Prinsip ini melarang adanya praktik
perdagangan berdasarkan informasi orang dalam (insider trading) dan
transaksi dengan diri sendiri (self dealing). Selain itu peinsip ini
mengaharuskan anggota dewan komisaris untuk terbuka ketika menemukan
transaksi-transaksi yang mengandung konflik kepentingan.
3. Peranan pemangku kepentingan yang terkait dengan perusahaan (the role of
the stakeholders)

17
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus memberikan
pengakuan terhadap hak-hak pemangku kepentingan, seperti ditentukan oleh
undang-undangdan mendorong kerjasama yang aktif antara perusahaan dan
pemangku kepentingan dalm rangka menciptakan lapangan kerja,
kesejahteraan, serta kesinambungan usaha (going concern)
4. Pengungkapan dan transparansi (disclosure and transparency)
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin
adanya pengungkapan yang tepat waktu dan akurat untuk setiap permasalahn
yang berkaitan dengan perusahaan. Pengungkapan tersebut meliputi
informasi mengenai kondisi keuangan, kinerja, kepemilikan, dan pengelolaan
perusahaan. Informasi yang diungkapkan harus disusun, diaudit, dan
disajikan sesuai dengan standar ayng berkualitas tinggi. Manajemen juga
diharuskan meminta auditor eksternal ( kantor akuntan publik) melakukan
audiy yang bersifat independen atas laporan keuangan.
5. Akuntabilitas dewan komisaris/direksi (the responsible of the board)
Kerangka yang dibangun dalam corporate governance harus menjamin
adanya pedoman strategis perusahaan, pengawasan yang efektif terhadap
manajemen oleh dewan komisaris, serta pertanggungjawaban dewan
komisaris terhadap perusahaan dan pemegang saham. Prinsip ini juga memuat
kewenangan-kewenangan serta kewajiban-kewajiban profesioanl dewan
komisaris kepada pemegang saham dan pemangku kepentinagn lainnya.

2.3.2 Prinsip-prinsip Corporate Governance menurut Bank Indonesia


Bank Indonesia melalui Surat Edaran kepada semua Bank Umum
Konvensional di Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 mengenai
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum. Antara lain mengatur
pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada 5
(lima) prinsip dasar sebagai berikut
1. Transparansi (tansparency) yaitu keterbukaan dalam mengemukakan
informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan.

18
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan pelasanaan
pertanggungjawaban organ bank sehunggga pengelolaannya berjalan secara
efektif.
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian pengelolaan bank
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan
bank yang sehat.
4. Independensi (independency), yaitu pengelolaan bank secara profesional
tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun , dan
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-
hak pemangku kepentingan yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peratuaran perundang-undangan yang berlaku.

2.3.3 Prinsip-Prinsip Corporate Governance menurut kementrian BUMN


Prinsip-prinsip GCG sesuai pasal 3 peraturan Menteri Negara BUMN No.
PER-01/MBU/2011 tanggal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang Baik (Good Gorporate Governance) pada BUMN, Bab II Prinsip
dan Tujuan, Bagian kesatu Prinsip, disebutkan bahwa prinsip-prinsip GCG yang
dimaksudkan pada peraturan ini, meliputi:
1. Transparansi (tansparency), yaitu keterbukaan salam melaksanakan proses
penagmbilan keputusan dan pengungkapan informasi materiil yang relevan
mengenai perusahaan;
2. Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi dan pelasanaan
pertanggungjawaban manajemen perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana seccara efektif dan ekonomis
3. Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian pengelolaan
perusahaan terhadap peraturan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat
4. Kemandirian (independence), yaitu suatu keadaan si mana perusahaan
dikelola secara profesioanl tanpa konflik kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

19
5. Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-
hak pemangku kepentingan yang timbul sebagai akibat dari perjanjian dan
peratuaran perundang-undangan yang berlaku.

2.3.4 Prinsip-Prinsip Corporate Governance menurut KNKG


Komite Nasional Kebijabakan Corporate Governance (KNKG) pada Januari
2004 telah mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance Perbankan
Indonesia. Sebagai lembaga intermediasi dan kepercayaann, dalam melaksanakan
kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip ketebukaan (transparency),
memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang
konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan straegi bank sebagai
pencerminan akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prinsip kehati-
hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksankanya ketentuan yang
berlaku sebagai wujud tanggung jawab bank (responsibility), objektif dan bebas
dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency), serta
senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh pemangku kepentingan
berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (fairness). Dalam hubungan dengan
prinsip tersebut bank perlu memperhatikan hal-hal berikut:
1. Keterbukaan (tranparency)
a. Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat, dan dapat diperbandingkan serta mdah diakses oleh
pemangku kepentingan sesuai dengan hak nya.
b. Informasi yang harus diungkpakan meliputi, tetapi tidak terbatas pada
hal-hal yang bertalian dnegan visi, misi, sasaran usaha dan strategi
perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus,
pemegang saham pengendali, cross shareholding, pejabat eksekutif,
pengelolaan resiko (risk management), sistem pengawasan dan
pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dab pelaksanaan GCG,
serta kejadian penting yang dapat mempenagruhi kondisi bank.
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

20
d. Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pemangku
kepentinagn dan yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan
tersebut.
2. Akuntabilitas (accountability)
a. Bank harus menetapkan tangggung jawab yang jelas dari masing-masing
organ organisasi yang selaras dengan vis, misi, sasaran usaha, dan
strategi perusahaan.
b. Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi bank mempunyai
kompetensi sesuai tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam
pelaksanaan GCG.
c. Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam
pengelolaan bank.
d. Bank harus memiliki ukuran knerja dari semua jajaran bank berdasarkan
ukuran-ukuran yang dispakati konsisten dengan nilai perusahaan
(corporate value), sasaran usaha dan strategi bank, serta memiliki sistem
penghargaan dan pemberian hukuman (rewards and punishment system).
3. Tanggung jawab (responposibility)
a. Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada
prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin
dilaksanakannya ketenttuan yang berlaku.
b. Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang
baik) termasuk perduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung
jawab sosial.
4. Independensi (independency)
a. Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oelh
pemangku kepentingan mana pun dan tidak terpengaruh oleh
kepentingan sepihak serta bebas dari konflik kepentingan.
b. Bank dalam mengambil keputusan harus objektif dan bebas dari segala
tekanan dari pihak manapun.
5. Kewajaran (fairness)

21
a. Bank harus senantiasa memeprhatikan kepentingan seluruh pemangku
kepentingan berdasarkan asas kesetaraan dan kewajaran (equal
treatment)
b. Bank harus memberikan kesemoatan kepada seluruh pemangku
kepentingan untuk memebrikan masukan dan menyampaikan pendapat
bagi kepentingan bank serta mempunyai akses terhadap informasi
dengan prinsip keterbukaan.

2.4 Proses Corporate Governance


Proses corporate governance (CG) terdiri dari berbagai fungsi yang
dimaksudkan agar tujuan CG tercapai. Lima fungsi pokok CG, yaitu:
1. Oversight (perhatian secara bertanggung jawab). Fungsi ini dimaksudkan agar
penerapan CG selalu memeproleh perhatian utama, dan jika terjadi kegagalan
maka harus ada pertanggungjawaban yang jelas;
2. Enfrocement (penegakan). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan CG
ditegakkan berdasar prinsip-prinsip dasar;
3. Advistory (pemeberian saran). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan CG
dilakukan berdasar pertimbangan yang hati-hati, terutama melaui keterlibatan
pihak eksternal yang independen.
4. Assurance (penjaminan). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan CG dievaluasi
dan diuji berdasar kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
5. Monitoring (pemantauan). Fungsi ini dimaksudkan agar penerapan CG dipantau
oleh pihak-pihak terkait yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam
operasi perusahaan.

Proses-proses CG yang dilakukan tersebut seharusnya berdasar prinsip-prinsip


dasar yang diyakini kebermanfaatannya.

2.5 Organ Perusahaan


Organ utama perusahaan terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham-RUPS
(general meeting of shreholders), dewan direksi (board of derections), dan dewan
komisaris (board of commisioners).

22
2.5.1 RUPS menurut UU Perseroan Terbatas
Berdasarkan pasal 75 dan 76 UU NO. 40 tahun 2007 tentang perseroan
terbatas, diatur terkait RUPS, sebagai berikut.
 RUPS mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau
dewan komisaris, dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang ini
dan/atau angggaran dasar.
 Dalam forum RUPS, pemegang saham berhak memperoleh keterangan yang
berkaitan dengn perseroan dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang
berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan dengan
kepentingan perseroan.
 RUPS dalam mata acara lain-lain tidak berhak mengambil keputusan, kecuali
semua pemegang saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPS dan menyutui
penambahan mata acara rapat.
 Keputusan atas mata acara rapat ayng ditambahkan harus disetujui dengan
suara bulat.
 RUPS diadakan ditempat kedudukan perseroan atau ditempat perseroan
melakukan kegiatan usahanyayang utama sebagaimana ditetapkan dalam
anggaran dasar.
 RUPS perseroan terbuka dapat diadakan di tempat kedudukan bursa di marsa
saham perseroan dicatatkan.
 Tempat RUPS harus terletak di wilayah negara Republik Indonesia.
 Jika dalam RUPS hadir dan/atau diwakili semua pemegang saham dan semua
pemegang saham menyetujui diadakannya RUPS dengan agenda tertentu,
RUPS dapat diadakan dimanapun dengan memeperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
 RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat mengambil keputusan
tersebut disetujui dengan suara bulat.

2.5.2 RUPS menurut Kementerian BUMN


Berdasarkan pasal 6 dan 7, Peraturan Menteri BUMN No. PER-
01/MBU/2011 tenatng Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik (good
corporate governance) pada BUMN, telah diatur terkait RUPS, sebagai berikut.

23
 Setiap pemegang saham berhak memperoleh penjelasan lengkap dan
informasi akurat berkenaan dengan penyelenggaran RUPS, di antaranya
a. Panggilan untuk RUPS, termasuk informasi mengenai setiapmata acara
dalam agenda RUPS, termasuk ususl yang direncanakan oelh direksi
diajukan dalam RUPS, dengan ketentuan apabila informasi tersebut
belum tersedia saat dilakukannya panggilan untuk RUPS, maka
informasi dan/atau ususl-usul itu harus disediakan di kantor perseroan
sebelum RUPS diselenggarakan;
b. Metode perhitungan dan penentuan gaji/honorarium, fasilitas dan/atau
tunjangan lain bagi setiap anggota dewan komisaris dan direksi, serta
rincian mengenai gaji/honorarium, fasilitas dan/atau tunjangan lain yang
diterima oleh anggota dewan komisaris dan direksi yang sedang
menjabat, khusus dalam RUPS menegenai laporan tahunan;
c. Informasi mengenai rincian rencana kerja dan anggaran perusahaan dan
hal-hal lain yang direncanakan untuk dilaksanakan oleh persero, khusus
untuk RUPS Rencana Jangka Panjang (RJP) dan Rencana Kerja dan
Anggaran Perusahaan (RKAP);
d. Informasi keuangan mauoun hal-hal lainnya yang menyangkut persero
yang dimuat dalam laporan tahunan dan laporan keuangan;
e. Penjelasan lengakap dan informasi yang akurat mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan angenda RUPS yang diberikan sebelum dan/atau pada
saat RUPS sedang berlangsung;
 RUPS dalam mata acara lain-lain berhak mengambil keputusan sepanjang
semua pemegang saham hadir dan/atau diwakili dalam RUPA dan menyetujui
tambahan mata acara RUPS.
 Keputusan atas mata acara tambahan, ahrus disetujui denag suara bulat.
 Setiap penyelenggaran RUPS wajib dibuatkan risalah RUPS yang sekurang-
kurangnya memuat waktu, agenda, peserta, pendapat-pendapat yang
berkemabng dalam RUPS, dan keputusan RUPS.
 Risalah RUPS wjib ditandatangani oleh ketua RUPS dan paling sedikit 2
(satu) pemegang saham yang ditunjuk dari dan oleh peserta RUPS.

24
 Tanda tangan tidak diisyaratkan apabila risalah RUPS tersebut dibuat dengan
akta notaris.
 Setiap pemegang saham berhak untuk memperoleh salinan risalah RUPS.
 Pemegang saham dapat mengambil keputusan diluar RUPS, dengan syarat
semua pemegang saham dengan hak suara menyetujui secara tertulis dengan
menandatangani keputusan yang dimaksud.
 Keputusan pemegang saham, mempunyai kekuatan hukum yang mengikat
yang sama dengan keputusan RUPS secara fisik.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Corporate governance dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama mengelola
risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui pengamanan
aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham dalam
jangka panjang.
Implementasi corporate governance di perusahaan sebagai sebuah
sistem dapat menggunakan pendekatan Model 7s dari Mc Kinsey. Model ini
terdiri dari 2 (dua) aspek yang merupakan dasar atau fondasi untuk
menetapkan mekanisme corporate governance yaitu, Aspek keras (hard
component) yag terdiri dari strategy, structure dan system. Serta Aspek
lunak (soft component) yang terdiri dari skill, style, staff, dan shared value.
Adapun prinsip-prisip corporate governance secara umum adalah
sebagai berikut, Transparansi (tansparency);Akuntabilitas (accountabilitity);
Responsibilitas (Responsibility); independensi dan kesetaraan.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di
atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di
pertanggung jawabkan.

26
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Muh. Arief. 2016. The Power of Good Governance: Teori dan
Implementasi. Jakarta: Salemba Empat

https://www.jainiloen.com/2016/01/makalah-corporate-governance.html diakses
pada tanggal 30 September pukul 13.11

https://diaryintan.wordpress.com/2010/11/15/good-corporate-governance-gcg/
diakses pada tanggal 3 Oktober pukul20.39

27
LAMPIRAN

28

Anda mungkin juga menyukai