1) Euthanasia Pasif/Negatif
1
Ali,Hasan.Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada masalah-masalah kontemporer hukum Islam
(Jakarta:PT Raja Grafindo Persada,1998) Hal.132
2
Abdul Fadl Mohsin Ebrahim. Telaah Fiqh dan Biotika Islam, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
2001, hal. 148
Dengan kata lain tenaga medis tidak lagi melanjutkan bantuan atau
menghentikan proses pengobatan.
Contohnya:
.....ير
ٌ صِ ََّللاُ بِ َما ت َ ْع َملُونَ ب
َّللاُ يُحْ يِي َوي ُِميتُ ۗ َو ه
َو ه
2) Euthanasia Aktif
Motivasi Euthanasia
1. Faktor Ekonomi
Yaitu salah satu sebab bagi seseorang untuk melakukan euthanasia
dikarenakan biaya untuk pengobatan pasien sangat mahal.
2. Pertimbangan Sarana dan petugas medis
Argumen ini didasarkan atas pengutamaan seorang individu diatas
individu lain dengan alasan apabila ada pasien yang lebih muda dan
lebih diprekdisikan berpeluang untuk sembuh dengan alasan semacam
ini petugas medis lebih mengutamakan pasien muda tersebut, namun
bagi seorang muslim masalah ini tidak diindahkan, hal ini ditegaskan
dalam Al-Qur’an surat ali Imran ayat 145:
َو َما َكانَ ِلنَ ْف ٍس أ َ ْن ت َ ُموتَ ِإ هَل بِإ ِ ْذ ِن ه
َّللاِ ِكت َابًا ُم َؤ هج ًل
Artinya: " sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan
izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan”
3. Mati Dengan Layak
Artinya bagi pasien yang sekarat yang diberikan kesempatan seluas-
luasnya untuk menikmati apa yang mereka inginkan daripada terbaring
ditempat tidur, yaitu dengan memberikan obat dalam dosis yang
mematikan, sehingga si pasien tidak dengan cepat mengakhiri
hidupnya, padahal tindakan semacam ini sama saja dengan bunuh diri
dan merupakan dosa besar dalam pandangan Islam.
Hadits Rasulullah dari Anas bin Malik yang artinya:
"Janganlah seseorang diantara kamu mengharapkan mati dikarenakan
oleh musibah yang menimpanya: tetapi jika ia mengharapkan mati,
hendaknya ia mengatakan: "ŷₐ Allah, panjangkanlah umurku jika itu
yang terbaik bagiku dan matikanlah aku jika kematian adalah yang
terbaik untukku"
Karena itu, seseorang muslim harus selalu berserah diri (tawakal)
kepada Allah dan kesedihan tidak boleh dibiarkan melanda selama
masa-masa buruk yang dialaminya, kendati harus pasrah menerima
datangnya kematian, seseorang tidak boleh kehilangan harapan akan
kasih sayang Allah.3
3
Abdul Fadl Mohsin Ebrahim. Telaah Fiqh dan Biotika Islam, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.
2001, hal. 154
Pandangan Islam Terhadap Euthanasia
Firman Allah:
6
Ibid.,Hal.161
tergesa-gesa dengan jiwanya maka Aku haramkan surga atas dirinya”
(HR.Bukhari)7
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalaaniy menyatakan, bahwa Hadits
diatas berisikan larangan membunuh diri sendiri, sekaligus keutamaan
sabar atas penderitaan, serta larangan membunuh diri sendiri untuk
menghentikan penderitaan.8
Ketiga, al-intihaar yang hukumnya tergantung dari sudut mana kita
memandang. Misalnya, musuh berhasil membakar kapal yang
bermuatan kaum Muslim. Dalam kondisi semacam ini, kaum Muslim
yang ada diatas kapal itu dihadapkan paa dua pilihan yang sangat
mendesak; (1) berdiam diri, dan mati terbakar diatas kapal, (2) atau
menceburkan diri kelaut agar mati tenggelam. Para ulama fiqih
berbeda pendapat. Imam Malik berpendapat bahwa kaum Muslim tidak
apa-apa menceburkan diri kedalam api atau kelaut. Sebab kemanapun
mereka lari, mereka akan menjumpai kematian. Adapun menurut
Rabi’ah jika mencebur kelaut juga mati maka ia tidak boleh mencebur
kedalam laut akan tetapi ia harus melawan musuh hingga mati.9
2. Bagaimana ketentuan hukumnya jika seseorang melakukan euthanasia atas
permintaan pasien sendiri dan atas permintaan keluarga Pasien?
Pertama,studi kasus misalnya seorang penderita kanker stadium akhir
yang sudah tidak ada harapan sembuh secara medis dan telah kehabisan
harta untuk biaya pengobatannya. Dalam hal ini Islam tetap tidak
membolehkan si penderita menghabisi nyawanya,baik dengan tangan
sendiri maupun dengan bantuan orang lain, seperti meminta dokter untuk
menyuntikkan obat yang dapat mempercepat kematiannya (euthanasia
positif) atau dengan cara menghentikan segala pertolongan terhadap si
penderita termasuk pengobatannya (euthanasia negative). Orang yang
mengakhiri kehidupannya dengan cara demikian, berarti dia telah
mendahului atau melanggar kehendak Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
7
Ibid.,Hal.162
8
Ibid.,Hal.163
9
Ibid.,Hal.165
wewenang-Nya. Seharusnya orang itu bersikap sabar dan tawakkal
menghadapi musibah dan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala
semoga diberikan ampunan dan diberi kesehata kembali, apabila hidupnya
masih bermanfaat dan lebih baik baginya , sebaliknya boleh memohon
kematian disegerakan, apabila kematian itu lebih baik baginya. Jadi, bukan
sipenderita yang mengambil keputusan akhir tetapi Allah Subhanahu wa
Ta'ala yang menciptakannya.10
Kedua, studi kasus lain dimana keluarga pasien tidak tega melihat
pasien menderita.dan secara medis orang tersebut dinyatakan akan
meninggal dalam waktu dekat. Lalu ia menyarankan kepada dokter untuk
mempercepat kematiannya atau dengan jalan mencabut infusnya.
Perbuatan semacam ini pun sama halnya seperti tindakan seseorang yang
mendahului wewenang Allah Subhanahu wa Ta'ala dan tetap dianggap
melakukkan perbuatan dosa.
Penyebab utama terjadi bunuh diri dan euthanasia adalah karena
lemahnya iman dan kurang percaya pada diri sendiri. Oleh karena itu
tindakan preventif yang paling ampuh mengintensifkan dalam mempelajari
Agama dan mengamalkannya terutama masalah Aqidah. Dan
meningkatkkan sosial dan ekonomi.11
C. Pandangan Islam Tentang Euthanasia dan Bunuh Diri
Menurut pandangan Islam Hukum Euthanasia dan Bunuh diri adalah
haram karena hak untuk menghidupkan dan mematikan manusia hanya berada
didalam kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana telah
difirmankan dalam surat Ali Imran ayat 156 yang artinya:”Allah
menghidupkan dan mematikan. Dan Allah melihat apa yang kamu kerjakan”
Euthanasia merupakan suatu tindakan bunuh diri yang diharamkan oleh Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Sebagaimana telah difirmankan dalam surat An-Nisa
10
Ali,Hasan.Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada masalah-masalah kontemporer hukum Islam
Hal.132
11
Ibid.,Hal.133
yang artinya:”dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu” 12
Demikian juga firman-Nya dalam surat Al-An’am ayat 151 yang
artinya:”Dan Janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar”13
Seseorang yang sengaja melakukan tindakan bunuh diri, meskipun dengan
cara melakukan euthanasia maka selamanya akan menjadi penghuni neraka
jahannam.sebagaimana telah disabdakan Rasulullah Shallallahu alaihi
wasalam dalam Hadits shahih yang diriwayatkan Imam Bukhari dari sahabat
Abu hurairah Radhiyallahu 'anhu . yang artinya:”Barangsiapa sengaja
menjatuhkan diri dari gunung untuk bunuh diri kemudian ia mati, maka kelak
ditempatkan di neraka jahannam selama-lamanya dalam keadaan selalu
menjatuhkan diri. Barangsiapa sengaja menenggak racun untuk bunuh diri
kemudian ia mati maka kelak ditempatkan dineraka jahannam selama-lamanya
dalam keadaan menenggak racun .dan barangsiapa sengaja melakukan bunuh
diri dengan besi kemudian ia mati, maka kelak ditempatkan di neraka
jahannam selama-lamanya dalam keadaan sakit karena menusukkan besi
kedalam tubuhnya sendiri”.14
12
Hamdan,Rasyid.Fiqih Indonesia Himpunan Fatwa-fatwa Aktual (Jakarta:PT Al-Mawardi
Prima,2003) Hal.226
13
Ibid.,Hal.227
14
Ibid.,Hal.228