Anda di halaman 1dari 13

TUGAS SISTEM PEMERINTAHAN DAERAH

KEUANGAN DAERAH

DOSEN PENGAJAR:
1.Dr.Drs. M. Kaunang, M.Si
2.Dra.S.E. Pangemanan, M.Si
Dr. Welly Waworundeng, M.Si

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7

ANGGOTA:
1. Muh.Fahrizi Ramadhan 17081103031
2. Angga R. Laliyo 17081103129
3. Yan Sasue 17081103151
4. Egi Niardi Agow 17081103159
5. Gerry Rumegang 17081103019
6. Farlan R. Mandey 17081103059
7. Hizkia Mangangantung 17081103119
8. Peter Sollar 17081103005
9. Gideon Singkoh 18081103005
10. Chandra Argawan Situmorang 18081103035
11. Yubertmaifel Rawis 18081103099

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU PEMERINTAHAN
MANADO
2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Nikmat-Nya
yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar tanpa adanya suatu kendala apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

Dalam makalah ini, penulis membahas tentang “KEUANGAN DAERAH”. Dimana


dalam hal ini akan disajikan apakah keuangan daerah itu, sumber pendapatan keuangan
daerah,pengeluaran, siklus pengelolaan keuangan daerah. Penulis berharap dengan adanya
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan bagi para pembacanya. Penulis
menyadari bahwa makalah yang dibuat ini, belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis
memerima kritik dan saran yang membangun bagi kemajuan bersama.

Demikianlah makalah ini penulis sajikan, semoga dapat digunakan dengan


sebagaimana mestinya.

Terima kasih.

ii
DAFTAR ISI

Cover i
Kata pengantar ii
Daftar isi ii

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1

BAB II LANDASAN TEORI 2

BAB III PEMBAHASAN 4


A. Keuangan Daerah 4
B. Sumber Pendapatan Daerah 4
C. Pengeluaran Daerah (belanja daerah) 5
D. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah 7

BAB IV PENUTUP 9

A. Kesimpulan 9

DAFTAR PUSTAKA 10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban. Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang
baik dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang
sesuai dengan kebutuhan daerah.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah Pengertian Keuangan daerah?
b. Apa macam-macam sumber pendapatan daerah?
c. Apa yang dimaksud dengan pengeluaran daerah (belanja daerah) dan apa saja sumber
pengeluaran daerah?
d. Bagimanakah sisklus pengelolaan keuangan daerah?

1.3 Tujuan Masalah


a. Untuk mengetahui apakah pengertian keuangan daerah.
b. Untuk mengetahui macam-macam sumber pendapatan daerah.
c. Untuk mengetahui tentang pengeluaran (belanja daerah) dan sumber pengeluaran
daerah.
d. Untuk mengetahui siklus pengelolaan keuangan daerah.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

Dasar hukum keuangan daerah

Undang-undang Dasar 1945 pasal 18 menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik


Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi itu dibagi atas kabupaten
dan kota, yang tiap-tiap propinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah,
yang diatur dalam undang-undang. Lebih lanjut pada pasal 18 A dijelaskan bahwa hubungan
keuangan, pelayanan umum, pemanfaatn sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras
berdasarkan undang-undang.
Berkaitan dengan pelaksanaan dari pasal 18 dan 18 A tersebut di atas setidaknya terdapat
beberapa peraturan perundang-undangan yang menjelaskan lebih lanjut. adapun Peraturan
tersebut antara lain :
1. UU RI No. 17 Tahun. 2003 Tentang Keuangan Negara;
2. UU RI No. 1 Tahun. 2004 Tentang Perbendaharaan Negara;
3. UU RI No. 15 Tahun. 2004 Tentang. pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara;
4. UU RI No. 32 Tahun. 2004 Tentang Pemerintahan Daerah;
5. UU RI No. 33 Tahun.2004 Tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, dan a.l.;
6. PP RI No. 56 Tahun. 2005 Tentang. sistem informasi keuangan daerah;
7. PP RI No. 58 Tahun. 2005 Tentang. pengelolaan keuangan daerah.

Undang-undang tersebut diatas menjadi acuan pengelolaan keuangan daerah. Peraturan


perundang-undangan diatas terbit atas dasar pemikiran adanya keinginan untuk mengelola
keuangan negara dan daerah secara efektif dan efisien. Ide dasar tersebut kemudian
mengilhami suatu pelaksanaan tata kelola pemerintahan yang baik yang memiliki tiga pilar
utama, yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.
Banyaknya Undang-undang yang menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran
mengakibatkan perlunya akomodasi yang baik dalam tingkat pelaksanaan (atau peraturan
dibawahnya yang berwujud peraturan pemerintah). Peraturan pelaksanaan yang berwujud
Peraturan Pemerintah tersebut harus komprehensif dan terpadu (omnibus regulation) dari

2
berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan agar memudahkan dalam
pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam penerapanya. Peraturan tersebut
memuat barbagai kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah.
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam
Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang mengatur
masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :
 Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja
pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
 Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan
Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah
 Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang Milik
Daerah
 Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah

3
BAB III
PEMBAHASAN

A. Keuangan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewjiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang temasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam
kerangka APBD.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerah sebagai
salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang Otonomi
Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar
daerah yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal kemampuan keuangan daerah.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut.
Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan
daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan.

B. Sumber Pendapatan Daerah


Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku yaitu UU RI No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 157, sumber-sumber pendapatan daerah
dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU RI No.33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan Daerah penjelasan pasal 1 ayat 28, menyatakan tentang
pengertian Pendapatan Asli Daerah yaitu: “pendapatan yang diperoleh daerah yang
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan”. Sedangkan menurut Indra Bastian (2001:83) mengemukakan bahwa : “

4
pendapatan Asli Daerah adalah semua pendapatan yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah”.
Kelompok PAD diklarifikasikan 4 jenis:
 Pajak Daerah ( contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air.
 Retribusi Daerah ( seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan, Retribusi kelebihan
Muatan, Retribusi Perizinan Pelayanan dan pengendalian.)
 Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lainnya yang dipisahkan ( seperti : Bagian laba Bank Pembangunan Daerah
(BPD), Bagian Laba Perusahaan Daerah, dan Bagi hasil investasi pada pihak
ketiga.
 Lain-lain PAD ( yaitu semua yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan laba
usaha daerah, antara lain: hasil penjualan barang milik daerah, penerimaan jasa
giro, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, denda keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, penerimaan bunga deposit.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.” (UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 19).
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto mengemukakan bahwa kelompok
dana perimbangan adalah:
 Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
 Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan, Pemberian atas Hak
Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi.
 Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk membiayai
kebutuhan tertentu.
 Dana perimbangan dari propinsi adalah dana perimbangan dalam pemerintah
kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah propinsi.

5
3. Lain-lain Pendapatan yang sah
Menurut UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah pada bagian penjelasan pasal 3 ayat 4 menyatakan
bahwa : Lain-lain pendapatan yang sah antara lain: hibah, dana darurat, dan
penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang.

C. Pengeluaran Daerah (belanja daerah)


Belanja daerah adalah semua pengeluaran pemerintah pada periode anggaran daerah
yang berupa aktiva keluar, timbulnya utang yang bukan disebabkan oleh pembagian
kepada pemilik ekuitas dana (rakyat).
Menurut Pemendagri No. 59 Tahun 2007 tentang perubahan atas Pemendagri No.13
Tahun 2006 tentang Pedoman pengelolaan Keuangan Daerah, Belanja Daerah dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu :
1. Belanja Langsung
Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secaralangsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Langsung
terdiri dari: (belanja pegawai, belanja barang dan jasa,belanja modal)
2. Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung adalah belanja yang dianggarkan tidak terkait
langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak
Langsungdiklasifikasikan menjadi: (belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tak terduga).

D. Siklus Pengelolaan Keuangan Daerah


Siklus pengelolaan keuangan daerah terdiri dari lima tahapan sebagai berikut
1. Perencanaan sasaran dan tujuan fundamental
Tahap pertama merupakan tanggung jawab legislatif dan eksekutif yang
dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD).
2. Perencanaan operasional
Tahap kedua eksekutif menyusun perencanaan tahunan yang disebut Rencana
Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).

6
3. Penganggaran
Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
4. Pengendalian dan pengukuran
Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran.
5. Pelaporan dan umpan balik
Tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan catatan laporan
keuangan.

Dalam PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dikatakan


bahwa Pemerintah Daerah harus membuat sistem akuntansi yang diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah. Sistem akuntansi ini untuk mencatat, menggolongkan, menganalisis,
mengikhtisarkan dan melaporkan transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh
Pemerintah Daerah dalam rangka pelaksanaan APBD.
Pengaturan bidang akuntansi dan pelaporan dilakukan dalam rangka untuk
menguatkan pilar akuntabilitas dan transparansi. Dalam rangka pengelolaan keuangan
daerah yang akuntabel dan transparan, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
mengamanatkan Pemerintah Daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa:
(1) Laporan Realisasi Anggaran,
(2) Neraca,
(3) Laporan Arus Kas, dan
(4) Catatan atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.
Sebelum dilaporkan kepada masyarakat melalui DPRD, laporan keuangan perlu diperiksa
terlebih dahulu oleh BPK.
Fungsi pemeriksaan merupakan salah satu fungsi manajemen sehingga tidak dapat
dipisahkan dari manajemen keuangan daerah. Berkaitan dengan pemeriksaan telah
dikeluarkan Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara. Terdapat dua jenis pemeriksaan yang dilaksanakan
terhadap pengelolaan keuangan negara, yaitu pemeriksaan intern dan pemeriksaan
ekstern.

7
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan
amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan keuangan
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Dengan
demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor yang
independen akan rnelaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan
mernberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan
pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi pemerintahan. Selain
pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini
pada pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Daerah / Inspektorat
Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.

8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daeran
Dari Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah ini memang harus
bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah masing-masing. Tetapi kenyataanya
antara rencana yang sudah ditetapkan dengan realisasi dalam pengelolaan keuangan
daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan adanya beberapa permasalahan yang sebagian
besar permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan keadaan intern dari pejabat-
pejabat daerah itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut sebenarnya hal
mendasar yang harus dirubah adalah sikap personal dari pejabat-pejabat daerah terutama
mengenai kebijakan menghambur-hamburkan dana yang secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap pribadi pejabat-pejabat daerah.
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah satunya
berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah daerah memang
harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana dari pemerintah
pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan baik. Walaupun
pemerintah pusat sudah memberikan instruksi bahwa ketika keuangan daerah mengalami
kekurangan bisa meminta ke pemerintah pusat, tetapi secara langsung hal ini bisa
membuat kondisi keuangan pusat yang semakin berkurang dan secara tidak langsung
akan membuat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuanganya akan menjadi
terhambat.
Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan Undang-undang
yang berlaku.

9
DAFTAR PUSTAKA

Kusumo, Dewo. 2016. Makalah Pengelolaan Keuangan Daerah. Terdapat dalam:


http://dewo-kusumo.blogspot.co.id/2016/04/makalah-pengelolaan-keuangan-
daerah.html. (diakses 18/09/2017 pukul 14.05 WITA)

Noname. 2012. Pengertian Keuangan Daerah, Makalah, Artikel, Sistem Pengelolaan.


Terdapat dalam: http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-keuangan-
daerah-makalah.html. (diakses 18/09/2017 pukul 14.35 WITA)

Undang-Undang Nomor Nomor 2 Tahun 2012,tentang sumber pendapatan daerah.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah


Pusat dan Daerah. Makalah: Keuangan Daerah

Seto, Dewo Kusumo Bagus Tunjung. 2016. Pengelolaan Keuangan Daerah

10

Anda mungkin juga menyukai