KEUANGAN DAERAH
DOSEN PENGAJAR:
1.Dr.Drs. M. Kaunang, M.Si
2.Dra.S.E. Pangemanan, M.Si
Dr. Welly Waworundeng, M.Si
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
ANGGOTA:
1. Muh.Fahrizi Ramadhan 17081103031
2. Angga R. Laliyo 17081103129
3. Yan Sasue 17081103151
4. Egi Niardi Agow 17081103159
5. Gerry Rumegang 17081103019
6. Farlan R. Mandey 17081103059
7. Hizkia Mangangantung 17081103119
8. Peter Sollar 17081103005
9. Gideon Singkoh 18081103005
10. Chandra Argawan Situmorang 18081103035
11. Yubertmaifel Rawis 18081103099
Puji Syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas Nikmat-Nya
yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan lancar tanpa adanya suatu kendala apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Terima kasih.
ii
DAFTAR ISI
Cover i
Kata pengantar ii
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
C. Tujuan Masalah 1
BAB IV PENUTUP 9
A. Kesimpulan 9
DAFTAR PUSTAKA 10
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
berbagai undang-undang tersebut diatas. Hal ini bertujuan agar memudahkan dalam
pelaksanaanya dan tidak menimbulkan multi tafsir dalam penerapanya. Peraturan tersebut
memuat barbagai kebijakan terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah.
Beberapa permasalahan yang dipandang perlu diatur secara khusus diatur dalam
Peraturan menteri Dalam Negeri terpisah. Beberapa contoh Permendagri yang mengatur
masalah pengelolaan keuangan daerah secara khusus antara lain :
Permendagri No 7 tahun 2006 tentang standarisasi sarana dan prasarana kerja
pemerintahan daerah jo permendagri No 11 tahun 2007
Permendagri No 16 tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tantag Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan Peraturan
Kepala daerah tentang Penjabaran Angaran Pendapatan dan Belanja Daerah
Permendagri No 17 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis pengelolaan Barang Milik
Daerah
Permendagri N0 61 tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis Pengelolaan Keuangan
Badan Layanan Umum Daerah
3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Keuangan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 105 tahun 2000, menyebutkan bahwa keuangan
daerah adalah semua hak dan kewjiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang temasuk didalamnya segala bentuk
kekayaan lain yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut dalam
kerangka APBD.
Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan tersebut, keuangan daerah sebagai
salah satu indikator untuk mengetahui kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri. Dengan dikeluarkannya undang-undang tentang Otonomi
Daerah, membawa konsekuensi bagi daerah yang akan menimbulkan perbedaan antar
daerah yang satu dengan yang lainnya, terutama dalam hal kemampuan keuangan daerah.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah adalah semua hak dan
kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan
hak dan kewajiban daerah tersebut.
Dengan demikian keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang. Keuangan
daerah digunakan untuk membiayai semua kebutuhan daerah dalam penyelenggaraan
pemerintahan.
4
pendapatan Asli Daerah adalah semua pendapatan yang berasal dari sumber ekonomi
asli daerah”.
Kelompok PAD diklarifikasikan 4 jenis:
Pajak Daerah ( contoh: Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor, Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor, Pajak Air.
Retribusi Daerah ( seperti: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah, Retribusi Pasar Grosir dan Pertokoan, Retribusi kelebihan
Muatan, Retribusi Perizinan Pelayanan dan pengendalian.)
Bagian Laba Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah
Lainnya yang dipisahkan ( seperti : Bagian laba Bank Pembangunan Daerah
(BPD), Bagian Laba Perusahaan Daerah, dan Bagi hasil investasi pada pihak
ketiga.
Lain-lain PAD ( yaitu semua yang bukan berasal dari pajak, retribusi dan laba
usaha daerah, antara lain: hasil penjualan barang milik daerah, penerimaan jasa
giro, penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah, denda keterlambatan
pelaksanaan pekerjaan, penerimaan bunga deposit.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi.” (UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah pasal 1 ayat 19).
Menurut Indra Bastian dan Gatot Soepriyanto mengemukakan bahwa kelompok
dana perimbangan adalah:
Bagi hasil pajak seperti: Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Bagi Hasil Bukan Pajak seperti : Sumber Dana daya Hutan, Pemberian atas Hak
Tanah Negara, Penerimaan iuran eksplorasi.
Dana Alokasi Khusus adalah perimbangan dalam rangka untuk membiayai
kebutuhan tertentu.
Dana perimbangan dari propinsi adalah dana perimbangan dalam pemerintah
kabupaten/kota yang berasal dari pemerintah propinsi.
5
3. Lain-lain Pendapatan yang sah
Menurut UU RI No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah pada bagian penjelasan pasal 3 ayat 4 menyatakan
bahwa : Lain-lain pendapatan yang sah antara lain: hibah, dana darurat, dan
penerimaan lainnya sesuai dengan peraturan perundang.
6
3. Penganggaran
Pada tahap ketiga, berdasarkan dokumen perencanaan disusunlah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah.
4. Pengendalian dan pengukuran
Sedangkan tahap keempat merupakan pelaksanaan anggaran dan pengukuran.
5. Pelaporan dan umpan balik
Tahap kelima merupakan pelaporan atas pelaksanaan anggaran yang terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus kas dan catatan laporan
keuangan.
7
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan dengan
amandemen IV UUD 1945. Berdasarkan UUD 1945, pemeriksaan atas laporan keuangan
dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI). Dengan
demikian BPK RI akan melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah
daerah. Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan keuangan ini, BPK sebagai auditor yang
independen akan rnelaksanakan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku dan akan
mernberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Kewajaran atas laporan keuangan
pemerintah ini diukur dari kesesuaiannya terhadap standar akuntansi pemerintahan. Selain
pemeriksaan ekstern oleh BPK, juga dapat dilakukan pemeriksaan intern. Pemeriksaan ini
pada pemerintah daerah dilaksanakan oleh Badan Pengawasan Daerah / Inspektorat
Provinsi dan atau Kabupaten/Kota.
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk
didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Daerah adalah kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan
menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan keuangan daeran
Dari Analisis di atas dapat disimpulkan bahwa keuangan daerah ini memang harus
bisa dikelola dengan efisien oleh pemerintah daerah masing-masing. Tetapi kenyataanya
antara rencana yang sudah ditetapkan dengan realisasi dalam pengelolaan keuangan
daerah ada perbedaan, hal ini dikarenakan adanya beberapa permasalahan yang sebagian
besar permasalahan-permasalahan tersebut disebabkan keadaan intern dari pejabat-
pejabat daerah itu sendiri. Untuk mengatasi permasalahan tersebut sebenarnya hal
mendasar yang harus dirubah adalah sikap personal dari pejabat-pejabat daerah terutama
mengenai kebijakan menghambur-hamburkan dana yang secara tidak langsung akan
berpengaruh terhadap pribadi pejabat-pejabat daerah.
Disamping itu, dengan adanya sumber dana keuangan daerah yang salah satunya
berasal dari bantuan pemerintah pusat maka diharapkan pemerintah daerah memang
harus bisa lebih efisien dalam mengelola keuanganya agar anggaran dana dari pemerintah
pusat yang sudah dianggarkan sebelumnya bisa tercukupi dengan baik. Walaupun
pemerintah pusat sudah memberikan instruksi bahwa ketika keuangan daerah mengalami
kekurangan bisa meminta ke pemerintah pusat, tetapi secara langsung hal ini bisa
membuat kondisi keuangan pusat yang semakin berkurang dan secara tidak langsung
akan membuat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuanganya akan menjadi
terhambat.
Keuangan Daerah haruslah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan
memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Pemeriksaan atas pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan sejalan Undang-undang
yang berlaku.
9
DAFTAR PUSTAKA
10