PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demensia ( demensia senil, sindroma otak kronis ) lebih merupakan
gejala dan bukanlah suatu kondisi penyakit yang jelas. Biasanya bersifat
progesif dan ireversibel dan bukan merupakan bagian normal dari proses
penuaan. Ditandai dengan penurunan umum umum fungsi intelektual yang
bisa meliputi kehilangan ingatan, kemampuan penalaran abstrak,
pertimbangan dan bahasa, terjadi perubahan keperibadian dan kemampuan
menjalankan aktifitas hidup sehari-hari semakin memburuk.
A. Pengertian Alzheimer
B. Etiologi
C. Patofisiologi
D. Epidemiologi
E. Terapi
C. PATOFISIOLOGI
Distribusi NFTs dan plak senilis harus dalam jumlah yang signifikan dan
menempati topograpfik yang khas untuk Alzheimer. NFTs dengan berat molekul
yang rendah dan terdapat hanya di hippokampus, merupakan tanda dari proses
penuaan yang normal. Tapi bila terdapat di daerah medial lobus temporal, meski
hanya dalam jumlah yang kecil sudah merupakan suatu keadaaan yang
abnormal.Selain NFTs dan plak senilis, juga masih terdapat lesi lain yang dapat
dijumpai pada Alzheimer yang diduga berperan dalam gangguan kognitif dan
memori, meliputi :
a. Faktor Demografi
b. Tren
Pada umumnya, obat berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel atau
enzim (yang mengatur laju reaksi kimia) dalam sel. Reseptor dan molekul enzim
memiliki struktur tiga-dimensi khusus yang memungkinkan hanya zat yang cocok
tepat untuk melampirkan itu. Ini sering disebut sebagai kunci dan model tombol.
Kebanyakan obat bekerja dengan mengikat situs reseptor target, dapat memblokir
fungsi fisiologis protein, atau meniru efek itu. Jika obat menyebabkan reseptor
protein untuk merespon dengan cara yang sama sebagai zat alami, maka obat ini
disebut sebagai suatu agonis. Contoh agonis adalah morfin, nikotin, fenilefrin, dan
isoproterenol. Antagonis adalah obat yang berinteraksi secara selektif dengan
reseptor tetapi tidak menyebabkan efek yang diamati. Sebaliknya mereka
mengurangi aksi agonist sebuah di situs reseptor yang terlibat. antagonis reseptor
dapat diklasifikasikan sebagai reversibel atau ireversibel. Reversible antagonis
mudah memisahkan dari reseptor mereka. antagonis ireversibel membentuk ikatan
kimia yang stabil dengan reseptor mereka (misalnya, dalam alkilasi). Contoh obat
antagonis adalah: beta-blocker, seperti propranolol. Alih-alih reseptor, obat
beberapa enzim target, yang mengatur laju reaksi kimia. Obat yang enzim target
diklasifikasikan sebagai inhibitor atau aktivator (induser). Contoh obat yang enzim
target: aspirin, cox-2 inhibitor dan inhibitor protease HIV
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Alzheimer adalah penyakit yang merusak dan menimbulkan
kelumpuhan, yang terutama menyerang orang berusia 65 tahun keatas (patofi
siologi : konsep klinis proses- proses penyakit, juga merupakan penyakit
dengan gangguan degeneratif yang mengenai sel-sel otak dan menyebabkan
gangguan fungsi intelektual, penyakit ini timbul pada pria dan wanita dan
menurut dokumen terjadi pada orang tertentu pada usia 40 tahun. (Perawatan
Medikal Bedah : jilid 1 hal 1003) Sehingga dengan demikian Alzheimer
adalah penyakit kronik, degeneratif yang ditandai dengan penurunan daya
ingat, intelektual, kepribadian yang dapat mengakibatkan berkurangnya
kemampuan merawat diri. Penyakit ini menyerang orang berusia 65 tahun
keatas.