Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis komunitas adalah suatu kegiatan untuk menentukan adanya suatu masalah
dengan cara pengumpulan data di masyarakat (lapangan). Dengan demikian diagnosis
komunitas merupakan kegiatan survey. Dengan melakukan diagnosis komunitas ini maka
masalah kesehatan di komunitas akan dapat diidentifikasi dan dibuat intervensi
pemecahannya. Dengan adanya diagnosis komunitas diharapkan dapat menerapkan prinsip
kedokteran pencegahan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan latar
belakang, profil keluarga binaan, penentuan area masalah dan hasil jawaban kuesioner maka
kami mengangkat diagnosis komunitas mengenai perilaku pengelolaan sampah rumah tangga
pada keluaarga binaan di desa Tanjung Pasir Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Provinsi Banten.

2.1.2 Konsep Perilaku


2.1.2.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,
kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2011), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan
dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap
organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut
teori “S-O-R” atau Stimulus – Organisme – Respon.

1
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua :
1. Perilaku tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih
terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi
pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas
oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.
Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek,
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

2.1.2.2 Klasifikasi Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus
atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistim pelayanan kesehatan, makanan,
dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat di klasifikasikan
menjadi 3 kelompok (Notoatmodjo, 2003) :
1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance)
Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga
kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit.
2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas kesehatan, atau sering
disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior)
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Adalah apabila seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya.

2.1.2.3 Domain Perilaku


Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori
ini lebih memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku
& norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan
(oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap dan

2
perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara relative
korespondensi yang rendah di antara sikap - sikap dan perilaku, serta beberapa teori yang
bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma
untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan norma
subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab di antara komponen
yang ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik skala.
Dalam perkembangan selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan
pengukuran hasil, ketiga domain itu diukur dari:

1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap
masalah yang dihadapi. Ada empat macam pengetahuan (Widodo, 2006), yaitu:
a. Pengetahuan Faktual (Factual Knowledge)
Pengetahuan yang berupa potongan - potongan informasi yang terpisah-pisah
atau unsur dasar yang ada dalam suatu disiplin ilmu tertentu. Pengetahuan faktual
pada umumnya merupakan abstraksi tingkat rendah. Ada dua macam pengetahaun
faktual yaitu pengetahuan tentang terminologi (knowledge of terminology)
mencakup pengetahuan tentang label atau simbol tertentu baik yang bersifat verbal
maupun non verbal dan pengetahuan tentang bagian detail dan unsur-unsur
(knowledge of specific details and element) mencakup pengetahuan tentang
kejadian, orang, waktu dan informasi lain yang sifatnya sangat spesifik.
b. Pengetahuan Konseptual
Pengetahuan yang menunjukkan saling keterkaitan antara unsur-unsur dalam
struktur yang lebih besar dan semuanya berfunsi bersama-sama. Pengetahuan
konseptual mencakup skema, model pemikiran, dan teori baik yang implisit maupun
eksplisit. Ada tiga macam pengetahuan konseptual, yaitu pengetahuan tentang
kelasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan
pengethauan tentang teori, model, dan struktur
c. Pengetahuan Prosedural
Pengetahuan tentang bagaimana mengerjakan sesuati, aik yang bersifat rutin

3
maupun yang baru. Seringkali pengetahuan prosedural berisi langkah-langkah atau
tahapan yang harus diikuti dalam mengerjakan suatu hal tertentu
d. Pengetahuan Metakognitif
Mencakup pengetahuan tentang kognisi secara umum dan pengetahuan
tentang diri sendiri. Penelitian-penelitian tentang metakognitif menunjukkan bahwa
seiring dengan perkembangannya siswa menjadi semakin sadar akan pikirannya dan
semakin banyak tahu tentang kognisi, dan apabila siswa bisa mencapai hal ini maka
mereka akan lebih baik lagi dalam belajar.

Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :


a. Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan kondisi
fisik
b. Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atau sarana.
c. Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi dan
metode dalam pembelajaran.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan tercakup dalam domain kognitif


mempunyai 6 tingkatan yaitu:
 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu
yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
 Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dansebagainya terhadap objek yang
dipelajari.
 Aplikasi (Aplication)

4
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
 Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih
ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
 Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan
kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan,dapat
meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau
rumusan-rumusan yang telah ada.
 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.

2. Sikap
Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi,
kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap mental, yang
dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya
pengaruh khusus atas reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-
situasi dengan siapa ia berhubungan (Winardi, 2004).
Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan faktor-faktor lingkungan kerja,
sebagai berikut:
 Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.

5
 Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-keyakinan evaluatif,
dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk yang dimiliki
seseorang terhadap objek atau orang tertentu.
 Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan seseorang
untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan cara tertentu
(Winardi, 2004).

Menurut Noroatmodjo (2003) sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:


 Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan.
 Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
 Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
 Bertanggung jawab (responsible), bertanggungjawab atas segala suatu yang telah
dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling
tinggi

3. Praktik atau tindakan (Practice)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung
atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan:
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon Terpimpin (Guide Response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan
contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat kedua.

3. Mekanisme (Mechanism)

6
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik
tingkat tiga
4. Adopsi (Adoption)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan
baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara langsung yakni dengan wawancara
terhadap kegiatan - kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu
(recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi
tindakan atau kegiatan responden.
Menurut penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni:
1. Kesadaran (awareness)
Di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap
stimulus (objek)
2. Tertarik (interest)
Di mana orang mulai tertarik pada stimulus
3. Evaluasi (evaluation)
Menimbang - nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.Hal
ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi
4. Mencoba (trial)
Di mana orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Menerima (Adoption)
Di mana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan
sikapnya terhadap stimulus.

2.1.2.4 Asumsi Determinan Perilaku


Menurut Spranger, membagi kepribadian manusia menjadi 6 macam nilai
kebudayaan. Kepribadian seseorang ditentukan oleh salah satu nilai budaya yang dominan
pada diri orang tersebut. Secara rinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi,
persepsi, sikap dan sebagainya.

7
Namun demikian realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya adalah pengalaman, keyakinan, sarana/fasilitas,
sosial budaya dan sebagainya. Beberapa teori lain yang telah dicoba untuk mengungkap
faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan, antara lain :
1. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu
adalah :

 Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).
a. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
b. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang
menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu.
c. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud di
dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh
tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti
oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman
seseorang.
 Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.
 Sumber - sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya.
 Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama
dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat
manusia.

8
2. Theory of Reasoned Action (TRA)
Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1967, teori ini lebih
memperhatikan hubungan antara kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku &
norma, sikap, tujuan, dan perilaku. Pada tahun 1967, TRA mengalami perkembangan
(oleh Fishbein) yaitu sebuah usaha untuk mengerti/ memahami hubungan antara sikap
dan perilaku. Banyak studi sebelumnya dari hubungan ini yang menemukan secara
relative korespondensi yang rendah di antara sikap - sikap dan perilaku, serta beberapa
teori yang bertujuan menghapuskan sikap sebagai sebuah factor yang mendasari
perilaku.
Theory of Reasoned Action mengambil sebuah rangkaian sebab musabab yang
menghubungkan kepercayaan yang berhubungan dengan perilaku dan keyakinan norma
untuk tujuan yang berhubungan dengan perilaku dan tingkah laku, melalui sikap dan
norma subjektif. Ukuran dari komponen model dan hubungan sebab musabab di antara
komponen yang ditentukan dengan jelas. Semua tipe ukuran menggunakan 5 atau 7 titik
skala.

3.Teori Lawrence Green (1980)


Green mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan.
Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku
(behavior causes) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Faktor perilaku
ditentukan atau dibentuk oleh :

 Faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,


sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai - nilai dan sebagainya.
 Faktor pendorong (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
misalnya puskesmas, obat-obatan, alat - alat steril dan sebagainya.
 Faktor pendukung (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat

9
4. Teori Snehandu B. Kar (1983)
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku
merupakan fungsi dari :
 Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention)
 Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
 Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information)
 Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
keputusan (personal au`tonomy)
 Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation).

2.1.3 Teori Pengelolaan Sampah Rumah Tangga


2.1.3.1 Definisi Sampah Rumah Tangga
Menurut UU No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mendefinisikan sampah
rumah tangga sebagai sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga,
tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (sampah yang mengandung bahan beracun).

2.1.3.2 Jenis-Jenis Sampah Rumah Tangga


Selajutnya Widyadmoko (2002), mengelompokkan sampah rumah tangga yaitu
sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga yang terdiri dari bermacam-macam jenis
sampah sebagai berikut:
1. Sampah basah atau sampah yang terdiri dari bahan organik yang mudah membusuk
yang sebagian besar adalah sisa makanan, potongan hewan, sayuran, dan lain-lain.
2. Sampah kering yaitu sampah yang terdiri dari logam seperti besi tua, kaleng bekas
dan sampah kering non logam, misalnya kertas, kaca, keramik, batu- batuan, dan sisa
kain.
3. Sampah lembut, misalnya debu yang berasal dari penyapuan lantai rumah, gedung
dan penggergajian kayu.
4. Sampah besar atau sampah yang terdiri dari bangunan rumah tangga yang besar,
seperti meja, kursi, kulkas, radio dan peralatan dapur.

2.1.3.3 Definisi Pengelolaan Sampah

10
Menurut Undang-Undang No.18 Tahun 2008, pengelolaan sampah adalah kegiatan
yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan
penanganan sampah. Pengaturan pengelolaan sampah ini bertujuan untuk:

1. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat; dan


2. Menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Pemerintah menyusun rencana pengelolaan sampah rumah tangga, yaitu:
1. Pembatasan timbun sampah
2. Pendauran ulang sampah
3. Pemanfaatan kembali sampah
4. Pemilahan sampah
5. Pengeumpulan sampah
6. Pengangkutan sampah
7. Pengolahan sampah
8. Pemrosesan akhir sampah
9. Pendanaan

Adapun usaha pengelolaan sampah menurut Slamet (1994) baik skala besar maupun
skala kecil, apabila sudah tercapai tujuannya, yakni lingkungan dan masyarakat yang sehat,
maka faktor yang paling utama, yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah peran serta
masyarakat. Masyarakat harus mengerti dan mau berpartisipasi, bila perlu mengubah sikap
sehingga bersedia membantu mulai dari pengurangan volume sampai perbaikan kualitas
sampah, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan tempat sampah,
sampai kepada penyediaan lahan dan pemusnahan sampah.
Oleh karena itu, dalam menanggulangi sampah sudah merupakan tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat dengan melakukan pengelolaan sebaik mungkin agar tercipta
lingkungan yang sehat dan bersih. Partisipasi yang dapat dilakukan masyarakat pemerintah
dalam menanggulangi masalah sampah yaitu dapat berupa memperbanyak tempat-tempat
sampah yang besar dan dikelola dengan baik, sehingga hal-hal yang negatif bagi kehidupan
tidak sampai terjadi.

2.1.3.4 Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

11
Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli dan
Undang – Undang No. 18 Tahun 2008 yang dapat dibedakan atas 2 bagian yaitu meliputi:
a. Pengurangan sampah
1 Pengurangan sampah meliputi kegiatan:
 pembatasan timbulan sampah;
 pendauran ulang sampah; dan/atau
 pemanfaatan kembali sampah.
2 Pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan pengurangan sampah
dengan cara:
 menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu;
 memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan;
 memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan;
 memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan
 memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang.
3 Pelaku usaha dalam melaksanakan pengurangan sampah menggunakan bahan
produksi yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang, dapat
didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam.
Masyarakat dalam melakukan kegiatan pengurangan sampah menggunakan bahan
yang dapat diguna ulang, didaur ulang atau mudah diurai oleh proses alam.
b. Penanganan Sampah
Kegiatan penanganan sampah menurut UU No.18 Tahun 2008 meliputi:
 Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan
jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.
 Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber
sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah
terpadu.
 Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu
menuju ke tempat pemrosesan akhir.
 Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah
sampah

 Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu


12
hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

2.1.3.5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat


Konsep 3R adalah paradigma baru dalam pola konsumsi dan produksi disemua
tingkatan dengan memberikan prioritas tertinggi pada pengelolaan limbah yang berorientasi
pada pencegahan timbulan sampah, minimisasi limbah dengan mendorong barang yang
dapat digunakan lagi dan barang yang dapat didekomposisi secara biologi (biodegradable)
dan penerapan pembuangan limbah yang ramah lingkungan. Pelaksanaan 3R tidak hanya
menyangkut masalah sosial dalam rangka mendorong perubahan sikap dan pola pikir
menuju terwujudnya masyarakat yang ramah lingkungan dan berkelanjutan tetapi juga
menyangkut pengaturan (manajemen) yang tepat dalam pelaksanaannya. Prinsip pertama
Reduce adalah segala aktifitas yang mampu mengurangi dan mencegah timbulan sampah.
Prinsip kedua Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak pakai untuk
fungsi yang sama atau yang lain. Prinsip ketiga Recyle adalah kegiatan mengelola sampah
untuk dijadikan produk baru. Untuk mewujudkan konsep 3R salah satu cara penerapannya
adalah melalui pengelolaan sampah terpadu 3R berbasis masyarakat, yang diarahkan kepada
daur ulang sampah (recycle). Hal ini dipertimbangkan sebagai upaya mengurangi sampah
sejak dari sumbernya, karena adanya potensi pemanfaatan sampah organik sebagai bahan
baku kompos dan komponen non organik sebagai bahan sekunder kegiatan industri seperti
plastik, kertas, logam, gelas,dan lain-lain. Sesuai dengan Permen PU 21/PRT/M/2006
tentang kebijakan dan strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan,
diperlukan suatu perubahan paradigma yang lebih mengedepankan proses pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan, yaitu dengan melakukan upaya pengurangan dan
pemanfaatan sampah sebelum akhirnya sampah dibuang ke TPA (target 20% pada tahun
2014).
Reduce (R1) Reduce atau reduksi sampah merupakan upaya untuk mengurangi
timbulan sampah di lingkungan sumber dan bahkan dapat dilakukan sejak sebelum sampah
dihasilkan, setiap sumber dapat melakukan upaya reduksi sampah dengan cara merubah pola
PEDOMAN UMUM 3R 6 hidup konsumtif, yaitu perubahan kebiasaan dari yang boros dan
menghasilkan banyak sampah menjadi hemat/efisien dan sedikit sampah, namun diperlukan
kesadaran dan kemauan masyarakat untuk merubah perilaku tersebut.
Reuse (R2) Reuse berarti mengunakan kembali bahan atau material agar tidak
menjadi sampah (tanpa melalui proses pengelolaan) seperti menggunakan kertas bolak-
balik, mengunakan kembali botol bekas ”minuman” untuk tempat air, mengisi kaleng susu

13
dengan susu refill dan lain-lain.
Recycle (R3) Recycle berarti mendaur ulang suatu bahan yang sudah tidak berguna
(sampah) menjadi bahan lain setelah melalui proses pengolahan seperti mengolah sisa kain
perca menjadi selimut, kain lap, keset kaki, dsb atau mengolah botol/plastik bekas menjadi
biji plastik untuk dicetak kembali menjadi ember, hanger, pot, dan sebagainya atau
mengolah kertas bekas menjadi bubur kertas dan kembali dicetak menjadi kertas dengan
kualitas sedikit lebih rendah dan lain-lain.

 Konsepsi Penanganan Sampah 3R Skala Rumah Tangga


Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas
pengumpulan, pangangkutan dan pembuangan sampah. Penanganan sampah skala rumah
tangga diharapkan dapat menerapkan upaya minimisasi yaitu dengan cara mengurangi,
memanfaatkan kembali dan mendaur ulang sampah yang dihasilkan.
1. Pemilahan Sampah Non Organik.
Pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman perlu dilakukan,
yaitu dengan cara memilah sampah kertas, plastik, dan logam/kaca di
masingmasing sumber dengan cara sederhana dan mudah dilakukan oleh
masyarakat, misalnya mengunakan kantong plastik besar atau karung kecil.
Khusus untuk sampah B3 rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang
pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan. Hasil
pemilahan sampah di sumber pada umumnya mempunyai kualitas yang lebih baik
dibandingkan apabila pemilahan sampah dilakukan di TPA.
2. Pengolahan Sampah Organik (Pembuatan Kompos)
Di bedakan antara sampah organik dari kebun (daun-daunan) dan sampah
organik dari dapur (nasi, daging, dll). Skenario pembuatan kompos secara
individu di sumber harus dilakukan dengan cara sederhana dan dapat mengacu
pada best practice yang telah ada. • Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan
misalnya seperti di Banjarsari dan Rawajati dengan metode lubang (hanya dapat
dilakukan untuk daerah yang tingkat kepadatan penduduknya masih rendah),
Gentong, Bin Takakura atau metode lain sebagai “composter”. • Dengan
“komposter gentong“ (alasnya di lubangi dan di isi kerikil serta sekam,
merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat dimasukan
dalam gentong). • Dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas karton,
sekam padi dan kompos matang), memerlukan sedikit kesabaran karena

14
dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk mempercepat proses
pematangan kompos. Komposter takakura dapat ditempatkan didalam rumah
(tidak menimbulkan bau). • Produk kompos dapat digunakan untuk program
penghijauan dan penanaman bibit.
3. Daur Ulang
Daur ulang di sumber dilakukan mulai dengan melakukan pemilahan sampah,
sebaiknya dilakukan dengan cara yang sederhana agar mudah dilakukan oleh
masyarakat. Pemilahan sampah dapat dimulai dengan memisahkan sampah
menjadi sampah basah (organik) dan sampah kering (non organik) atau langsung
menjadi beberapa jenis (sampah organik, kertas, plastik, kaleng, sampah B3
rumah tangga).

Kebiasaan membakar sampah memang sudah membudaya di masyarakat baik itu di


perdesaan maupun di perkotaan. Mereka belum menyadari bahwa jenis sampah saat ini
berbeda dengan sampah jaman dulu. Jenis-jenis sampah saat ini cenderung didominasi
oleh sampah sintetis kimia seperti plastik, karet, styrofoam, logam, kaca dll. Apabila
sampah tersebut dibakar maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang dapat
membahayakan kesehatan masyarakat yang menghirupnya dan memperburuk kualitas
lingkungan udara. Misalnya hasil pembakaran sampah plastik menghasilkan gas dioxin
yang mempunyai daya racun 350 kali dibandingkan asap rokok. Dioxin termasuk super
racun dan bersifat karsinogenik bila masuk kedalam jaringan tubuh manusia terutama saraf
dan paru-paru, sehingga dapat mengganggu sistem saraf dan pernafasan termasuk
penyebab kanker. Pembakaran styrofoam akan menghasilkan CFC yang dapat merusak
lapisan ozon dan berbahaya bagi manusia.
Timbunan sampah pada rempat pembuangan sampah sementara maupun tempat
pembuangan akhir akan menghasilkan lindi. Leachate/lindi adalah limbah cair yang timbul
akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas
materi-materi terlarut, termasuk juga materi organik hasil proses dekomposisi biologis.
Dari sana dapat diramalkan bahwa kuantitas dan kualitas lindi akan sangat bervariasi dan
berfluktuasi. Leachate/lindi yang tidak ditangani dengan baik yaitu tanpa melalui
pengolahan dapat memberikan dampak negative pada lingkungan antara lain timbulnya
bau sehingga menguranggi estetika, timbulnya penyakit. Vektor atau pembawa penyakit
yang ditimbulkan dari tempat sampah adalah thypus, disentri dengan vector pembawa
penyakit adalah lalat, kecoa, tikus dan lain sebagainya.

15
 Bank Sampah
Bank sampah merupakan model pengelolaan sampah madiri seperti pada pengelolan
keuangan di bank pada umumnya (Cecep Dani Sucipto, 2012). Masyarakat dihimbau
untuk menabung dalam bentuk sampah. Seperti halnya bank pada umumnya, bank sampah
ini juga terdapat penanggung jawab pelaksana, ketua pelaksana, teller sampah, petugas
penimbang sampah, buku tabungan, bendahara pemegang keuangan. Sistem yang
dilakukan pada bank sampah ini 5 adalah, masyarakat sebagai nasabah bank memasokkan
sampah yang telah dipilah kemudian diterima oleh petugas penimbangan dan kemudian
diterima oleh teller sampah untuk dicatat di buku tabungan. Yang tercatat dalam buku
tabungan sampah adalah berat sampah yang nantinya akan dijual oleh pengelola dan
masyarakat akan menerima 80 % dari hasil penjualan dan 20 % untuk pengelola. Hasil
penjualan sampah ini ditabung dan biasanya baru diambil pada saat lebaran tiba. Bank
sampah dapat dikelola oleh pemerintahan tingkat desa, dusun maupun organisasi yang lain
misalnya organisasi pemuda, kelompok PKK, dasawisma dan dapat juga dikelola oleh
personal yang peduli terhadap pengelolaan sampah. Pihak-pihak yang terkait dengan bank
sampah antara lain anggota masyarakat (sebagai nasabah sampah), kepala
desa/dusun/penanggung jawab program, pengepul(pembeli sampah), pelaksana
operasional pengelolaan sampah, pembeli hasil daur ulang sampah dan lain-lain.

Pelaksana Pengelolaan Bank sampah:

1. Penanggung jawab pelaksana program bertugas sebagai koordinator pelaksanaan


program
2. Divisi Humas (1-3 orang), bertugas sebagai customer service, mensosialisasikan
tentang bank sampah kepada masyarakat umum, melakukan koordinasi dan menjual
sampah terpilah maupun hasil daur ulang.
3. Divisi Penimbangan Sampah (1-2 orang), menimbang sampah yang diantar oleh
masyarakat ke bank.
4. Teller (1-2 0rang), bertugas mencatat keluar masuknya sampah dari para
penyetor(nasabah sampah) dan pengepul sampah.
5. Divisi Quality Control (1-2 orang), bertugas mengontrol hasil pemilahan sampah
yang telah disetor ke bank sampah.

Contoh ketentuan-ketentuan yang harus disepakati bersama dalam bank sampah:

16
1. Sampah yang di setor harus terpilah dengan benar, kantong I berisi sampah kertas,
kantong II berisi sampah plastik, kantong III berisi sampah logam, kantong IV berisi
plastik kresek, kantong V berisi plastik bekas kemasan.
2. Hasil nilai ekonomi sampah yang disetor ke bank sampah akan dipotong 20 %(10 %
untuk biaya operasional dan 10% masuk ke kas pengelola).
3. Penyetoran sampah hanya akan dilayani setiap hari sabtu dan minggu pada pukul
15.00-17.00
4. Uang dapat dicairkan minimal setelah menyetor sampah selama 3 bulan
5. Untuk sementara sampah berupa sampah organik masih dikelola oleh masingmasing
warga.

Secara umum keuntungan pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat antara


lain menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan benar,
membangun kebiasaan dalam mengurangi, memilah dan mendaur ulang sampah,
membuka peluang usaha dan masyarakat tidak harus membayar iuran untuk pengambilan
sampah bahkan memberikan pemasukan untuk kas dusun atau organisasi lainnya. Manfaat
yang paling penting adalah pengelolaan sampah mandiri dapat mengurangi polusi air,
tanah dan udara serta sumber-sumber penyakit yang berbahaya.

2.1.3.6. Dampak Jika Sampah Tidak Dikelola


Menurut Gelbert dkk (1996:46-48), jika sampah tidak dikelola dengan baik akan
menimbulkan dampak negatif terhadap manusia dan lingkungan, yaitu:

1. Dampak terhadap Kesehatan


Lokasi dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (pembuangan sampah
yang tidak terkontrol) merupakan tempat yang cocok bagi beberapa organisme dan
menarik bagi berbagai binatang seperti lalat dan anjing yang dapat menjangkitkan
penyakit. Potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut
(Gelbert dkk 1996:46-48):
a. Penyakit diare, kolera, tifus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari
sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur air minum.
b. Penyakit jamur dapat juga menyebar (misalnya jamur kulit).
c. Penyakit yang dapat menyebar melalui rantai makanan. Salah satu contohnya
adalah suatu penyakit yang dijangkitkan oleh cacing pita (taenia). Cacing ini

17
sebelumnnya masuk ke dalam pencernakan binatang ternak melalui makanannya
yang berupa sisa makanan/sampah.
d. Sampah beracun: Telah dilaporkan bahwa di Jepang kira-kira 40.000 orang
meninggal akibat mengkonsumsi ikan yang telah terkontaminasi oleh raksa (Hg).
Raksa ini berasal dari sampah yang dibuang ke laut oleh pabrik yang
memproduksi baterai dan akumulator.
2. Dampak terhadap Lingkungan
Cairan rembesan sampah (lindi) yang masuk ke dalam drainase atau sungai akan
mencemari air. Berbagai organisme termasuk ikan dapat mati sehingga beberapa
spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan berubahnya ekosistem perairan biologis
(Gelbert dkk., 1996). Penguraian sampah yang dibuang ke dalam air akan
menghasilkan asam organik dan gas cair organik, seperti metana. Selain berbau
kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak (Gelbert dkk., 1996).

3. Dampak terhadap Keadaan Sosial dan Ekonomi


Dampak-dampak tersebut menurut Gelbert dkk, 1996 adalah sebagai berikut:

A. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan membentuk lingkungan yang kurang
menyenangkan bagi masyarakat: bau yang tidak sedap dan pemandangan yang
buruk karena sampah bertebaran dimana-mana.
B. Memberikan dampak negatif terhadap kepariwisataan.
C. Pengelolaan sampah yang tidak memadai menyebabkan rendahnya tingkat
kesehatan masyarakat. Hal penting disini adalah meningkatnya pembiayaan secara
langsung (untuk mengobati orang sakit) dan pembiayaan secara tidak langsung
(tidak masuk kerja, rendahnya produktivitas).
D. Pembuangan sampah padat ke badan air dapat menyebabkan banjir dan akan
memberikan dampak bagi fasilitas pelayanan umum seperti jalan, jembatan,
drainase, dan lain-lain.
E. Infrastruktur lain dapat juga dipengaruhi oleh pengelolaan sampah yang tidak
memadai, seperti tingginya biaya yang diperlukan untuk pengelolaan air. Jika
sarana penampungan sampah yang kurang atau tidak efisien, orang akan cenderung
membuang sampahnya di jalan. Hal ini mengakibatkan jalan perlu lebih sering
dibersihkan dan diperbaiki.

18
2.1.3 Ajaran Islam dalam Aspek Kesehatan Lingkungan

Manusia tidak dapat menjalani kehidupan tanpa adanya petunjuk. Agama Islam
merupakan tuntunan hidup bagi manusia. Ajaran Islam mengatur semua hal, salah satunya
yaitu berhubungan dengan kesehatan masyarakat.

1. Kesehatan Lingkungan
Kesehatan masyarakat melingkupi beberapa disiplin ilmu. Salah satunya yaitu
kesehatan lingkungan. Ilmu Kesehatan lingkungan adalah ilmu yang mempelajari
hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor lingkungan.
Menurut Undang undang No.11 tentang Hygiene. Dalam Undang-undang Hygiene
tahun 1966 dijelaskan yang dimaksud dengan hygiene adalah kesehatan masyarakat
yang khusus meliputi segala usaha untuk melindungi, memelihara dan mempertinggi
derajat kesehatan dengan tujuan memberi dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat serta
mempertinggi kesejahteraan dan daya guna perikehidupan manusia.
Dalam Undang-undang no.4 tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa kesehatan lingkungan adalah suatu
kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis yang dinamis
antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia
yang sehat, sejahtera dan bahagia.
Menurut UU no 32 tahun 2009, Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Ruang lingkup kesehatan lingkungan meliputi lingkungan hidup, pencemaran
lingkungan, ekologi, ekosistem, toksikologi, AMDAL, ANDAL, pencemaran B3, dan
sanitasi.

2. Hubungan Islam dengan Kesehatan Lingkungan


Islam merupakan agama yang sangat memerhatikan tentang lingkungan dan
keberlanjutan kehidupan di dunia. Banyak ayat Al quran dan Al hadist yang
menjelaskan, menganjurkan bahkan mewajibkan setiap manusia untuk menjaga
kelangsungan kehidupannya dan kehidupan makhluk lain dibumi.
Proses kerusakan lingkungan di darat dan lautan telah disitir dalam Alqur’an surat
30 (Ar-rum) ayat 41:”Telah terjadi (tampak) kerusakan di darat dan di laut karena

19
perbuatan tangan manusia, supaya Allah akan merasakan kepada mereka sebagian
(akibat tindakan mereka) agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. Selanjutnya
masih banyak lagi ayat-ayat Alqur’an (misalnya: surat 2 ayat 60 dan 205; surat 5 ayat
64; surat 7 ayat 85; dan beberapa surat lainnya) yang juga menegaskan tentang peranan
manusia dalam kerusakan lingkungan, melarang manusia untuk merusak lingkungan,
dan sekaligus mengajak manusia memelihara lingkungan. Dari ayat-ayat tersebut ada
dua hal pokok yang menjadi dasar pandangan Islam dalam issu pencemaran
lingkungan. Pertama, Islam menyadari bahwa telah dan akan terjadi kerusakan
lingkungan baik di daratan dan lautan yang berakibat pada turunnya kualitas lingkungan
tersebut dalam mendukung hajat hidup manusia. Kedua, Islam memandang manusia
sebagai penyebab utama kerusakan dan sekaligus pencegah terjadinya kerusakan
tersebut.
Oleh karena itu perlu adanya penyelamatan dan konservasi lingkungan (alam) yang
menyatu tak terpisahkan dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah, dan akhlak.
Islam mempunyai konsep yang sangat jelas tentang pentingnya konservasi,
penyelamatan, dan pelestarian lingkungan. Konsep Islam tentang lingkungan ini
ternyata sebagian telah diadopsi dan menjadi prinsip ekologi yang dikembangkan oleh
para ilmuwan lingkungan. Prinsip-prinsip ekologi tersebut telah pula dituangkan dalam
bentuk beberapa kesepakatan dan konvensi dunia yang berkaitan dengan lingkungan.
Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di Semenanjung Arab memiliki dan
menjaga kawasan konservasi yang disebut Hima. Hima merupakan zona yang tak boleh
disentuh atau digunakan untuk apapun bagi kepentingan manusia. Tempat tersebut
digunakan sebagai konservasi alam, baik untuk kehidupan binatang liar maupun
tumbuh-tumbuhan.
Selain itu di dalam ajaran Islam, dikenal juga dengan konsep yang berkaitan dengan
penciptaan manusia dan alam semesta yakni konsep Khilafah dan Amanah. Konsep
khilafah menyatakan bahwa manusia telah dipilih oleh Allah di muka bumi ini
(khalifatullah fil’ardh). Sebagai wakil Allah, manusia wajib untuk bisa
merepresentasikan dirinya sesuai dengan sifat-sifat Allah. Salah satu sifat Allah tentang
alam adalah sebagai pemelihara atau penjaga alam (rabbul’alamin). Jadi sebagai wakil
(khalifah) Allah di muka bumi, manusia harus aktif dan bertanggung jawab untuk
menjaga bumi. Artinya, menjaga keberlangsungan fungsi bumi sebagai tempat
kehidupan makhluk Allah termasuk manusia sekaligus menjaga keberlanjutan
kehidupannya.

20
Penjelasan tersebut tercantum dalam surat Al An’am ayat 141-142, yang intinya
manusia mempunyai hak atau diperbolehkan untuk memanfaatkan apa-apa yang ada di
muka bumi (sumber daya alam) yang tidak melampaui batas atau berlebihan.
Surat Al An’am ayat 141-142

Sebagai agama yang rahmatan lil alamin (kasih bagi alam semesta; surat 21 ayat
107), maka sudah sewajarnya apabila Islam menjadi pelopor bagi pengelolaan
lingkungan sebagai manifestasi dari rasa kasih bagi alam semesta tersebut. Selain
melarang membuat kerusakan di muka bumi, Islam juga mempunyai kewajiban untuk
menjaga lingkungan yang bersih, karena kebersihan merupakan bagian hidup
masyarakat Islam seperti diutarakan oleh nabi Muhammad SAW dengan hadistnya yang
berbunyi:
“Kebersihan merupakan bagian dari iman”. Nabi Muhammad SAW juga melarang
manusia untuk membuang air seni ke dalam sumber mata air, jalanan, di tempat teduh,
dan di dalam liang (tempat hidup) binatang”.
Dan sebuah hadits Rasulullah SAW yang maksudnya

21
''Islam itu bersih maka hendaklah kamu suka membersihkan diri kamu, tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang yang bersih'' (HR.Dailami),

Larangan tersebut dapat dimanifestasikan lebih lanjut sebagai larangan Islam


dalam membuang sampah atau produk-produk berbahaya ke dalam lingkungan yang
kemungkinan besar akan merusak atau menurunkan mutu lingkungan tersebut. Islam
mengajak manusia untuk secara aktif mengelola lingkungan tersebut, misalnya dengan
membuang sampah pada tempatnya. Hal ini sesuai dengan filsafah Islam yang
umumnya bersifat lebih suka mencegah perbuatan atau kejadian yang buruk ketimbang
mengobati kejadian atau perbuatan buruk yang terjadi. Namun, Islam juga tidak
berpangku tangan apabila telah terjadi suatu kejadian buruk atau kejahatan seperti
misalnya tertuang dalam hukum agama (syar’i) yang mengatur hukuman bagi pelanggar
aturan.
Bukti bahwa adanya ajaran Islam untuk menjaga kesehatan adalah adanya sunnah
Rasul yang mengajarkan do’a untuk meminta kesehatan kepada Allah yaitu
sebagaimana sebuah hadits “Dari 'Abdullah bin 'Umar, dia berkata, "Di antara doa
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah:
َ‫َطك‬ َ ِ‫اللَّ ُه َّم إِنِى أَعُوذ ُ بِكَ ِم ْن زَ َوا ِل نِ ْع َمتِكَ َوت َ َح ُّو ِل َعافِيَتِكَ َوفُ َجا َءةِ نِ ْق َمتِكَ َو َج ِميع‬
ِ ‫سخ‬

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari hilangnya kenikmatan yang
telah Engkau berikan, dari berubahnya kesehatan yang telah Engkau anugerahkan, dari
siksa-Mu yang datang secara tiba-tiba, dan dari segala kemurkaan-Mu” (HR.Muslim
no. 2739)
Salah satu faedah hadits di atas adalah agar manusia selalu meminta kesehatan
(tidak berubah menjadi penyakit) pada pendengaran, penglihatan dan anggota tubuh
lainnya. Kebutuhan hidup yang tersedia tidak akan berguna apabila tidak diiringi
dengan kesehatan badan. Dalam hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda
”Perhatikanlah lima perkara ini sebelum datang lima perkara yaitu: 1. Hidupmu
sebelum datang ajalmu; 2. Jagalah kesehatanmu sebelum datang sakitmu; 3.
Manfaatkan sebaik-baiknya kesempatanmu sebelum datang kesibukanmu; 4.
Manfaatkan masa mudamu sebelum datang masa tuamu; 5. Manfaatkan kekayaanmu
sebelum datang masa fakirmu." (HR. Ahmad dan Baihaqi).

22
Islam mengajarkan prinsip-prinsip kesehatan, kebersihan dan kesucian lahir dan
batin. Antara kesehatan jasmani dengan kesehatan rohani merupakan kesatuan sistem
yang terpadu, sebab kesehatan jasmani dan rohani menjadi syarat bagi tercapainya suatu
kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di akhirat.
Sistem kesehatan dalam Islam tercermin dalam ajaran syariat yang mewajibkan
perbuatan membersihkan diri dari kotoran (najis), dari hadats dan dari kotoran hati
semua itu berada dalam satu paket ibadah seperti wudhu', mandi, shalat dan lain
sebagainya.

3. Hubungan Agama Islam dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Salah satu kajian penting dalam Kesehatan Lingkungan adalah sanitasi. Salah satu
program terkait sanitasi yaitu Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang terdiri dari
5 pilar. Sanitasi Total tersebut akan dicapai bila seluruh rumah tangga dalam suatu
komunitas telah melaksanakan ke lima pilar, yaitu:
a. Mempunyai akses dan menggunakan jamban yang sehat.
b. Mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun pada waktu sebelum makan, setelah
buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum
menyiapkan makanan.
c. Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman.
d. Mengelola limbah rumah tangga.
e. Pengelolaan Sampah berwawasan lingkungan

Dalil dalam Islam yang berhubungan dengan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, yaitu:
1) Tentang Larangan Buang Air Besar di Sembarang Tempat
a) Ittaqul mal’uunata anits tsalasati, albaroozu fil mawaaridi wa faarighotit thoriiqi
wadzzilli.
Artinya: Takutlah tiga tempat yang dilaknat, buang kotoran pada sumber air yang
mengalir, di jalan dan tempat berteduh. (HR.Abu Dawud dan Ibnu Majjah).
b) Man atal Ghoitho fal yastatir.
Artinya: Barang siapa yang datang ke jamban (BAB) maka tutupilah. (HR Abu
Dawud).
c) Laa Yakhrujur rijlaani yadhribaanil ghooithi kaasyifaini ‘an uarotihimaa
yatahadditsaani fainnallooha yamqutu ‘alaa dzaalika.
Artinya: Janganlah dua orang yang sedang duduk buang air besar dimana auratnya

23
terbuka bercakap-cakap, sesungguhnya Allah benci yang demikian itu. (HR Ahmad
dan Abu Dawud)

2) Tentang Cuci Tangan


Idzastaiqodzo ahadukum min naumihi falyaghsil yadahu.
Artinya: Apabila salah satu darimu bangun tidur maka hendaknya dia mencuci
tangannya. (HR.Muslim)

3) Tentang Kebersihan
a) Innallaha yuhibbuttawwaabiin wa yuhibbul mutathohhiriin
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang yang taubat dan mencintai orang-
orang yang menjaga kebersihan. (Al Baqoroh ayat 222)
b) Fainnallaaha ta’aala banal Islaama ‘alan nadhoofati. Walan yadkhulal jannata
illa kullu nadhiifii
Artinya: Sesungguhnya Allah membangun Islam diatas kebersihan. Dan tidak akan
masuk surga kecuali orang-orang yang memelihara kebersihan. (HR. Thabraani)
c) Wayunazzillu ‘alaikum minassamaa i maa alliyuthohhirokumbihi
Artinya: Dan Dia menurunkan air hujan kepadamu untuk mensucikan kamu. (Surat
Al-Anfal ayat 11)
d) Miftaahush sholaati thohaarrotu laa tuqbalu sholaatun bighoiri thohuurin
Artinya: Kunci sholat adalah suci, tidak diterima sholat apabila tidak suci. (HR Abu
Dawud)
e) Wa syiabaka fathohhir
Artinya: ..dan pakaianmu bersihkanlah. (Al Mudatstsir ayat 3)
f) Maa yuridulloohu liyaj’ala ‘alaikum min harojin walaakin yuriidu
liyuthohhirokum Artinya: Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak
membersihkan kamu. (Al Maaidah ayat 6).

4) Tentang Lingkungan
a) Thoharol fasadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidinnaasi liyudziiqohum
ba’dholladzii a’miluu la ‘allahum yarji’uun
Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di Laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari perbuatan
mereka, agar mereka kembali kejalan yang benar. (Arrum : 41)

24
b) Walaa tabghil fasaada fil ardhi innallaha laayuhibbul mufsidiin
Artinya: Dan janganlah kalian berbuat kerusakan di muka bumi, sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat kerusakan. (Al Qashas.77)
c) Laa dhiroro walaa dhororo
Artinya: Tidak boleh membuat mudhorot dan tidak boleh memudhorotkan orang
lain. (Al Hadist)
Dari Surat Al Qashas.77 dan Arrum 41, bahwa Allah melarang berbuat kerusakan
dan Allah membenci orang yang berbuat kerusakan. Dan bahwa akibat perbuatan
merusak itu akan ada dampak buruk yang akan dirasakan agar manusia tidak lagi
membuat kerusakan. Tetapi masih banyak manusia yang melakukan perusakan
hutan, penggalian tambang yang tidak terkendali, pengotoran sungai dengan
berbagai limbah, termasuk tinja manusia dan lain lain. Akibat buruknya seperti
banjir bandang, kebakaran hutan, tanah longsor dan juga penyebaran penyakit
menular, termasuk wabah diare yang seringkali berakibat kematian bagi yang
terkena. Bisa saja yang tertimpa musibah adalah orang-orang yang tidak berdosa,
yang tidak melakukan perusakan.

25
2.2 Kerangka Teori

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari Lawrence
Green, perilaku kesehatan dengan bertitik tolak bahwa perilaku dibentuk oleh faktor
predisposisi (predisposing factor), faktor pendorong (enabling factor), faktor pendukung
(reinforcing factor).

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Faktor Predisposisi
 Pengetahuan
 Sikap
 Faktor Ekonomi

Faktor Pendukung
 Fasilitas Kebersihan
(Sarana dan PERILAKU
prasarana)

Faktor Pendorong
 Petugas Kesehatan
 Tokoh Masyarakat

26
2.3 Kerangka Konsep

Berdasarkan teori sebelumnya, maka dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan Kerangka
konsep ini terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan
area permasalahan.

Bagan 2.2 Kerangka Konsep

PENGETAHUAN
PERILAKU
PENGELOLAAN
SIKAP
SAMPAH
RUMAH
STATUS TANGGA PADA
EKONOMI KELUARGA
BINAAN DI
KETERSEDIAAN
DESA
SARANA DAN
PRASARANA PANGKALAN,
TELUK NAGA,
PERANAN TOKOH KABUPATEN
MASYARAKAT TANGERANG,
BANTEN
PERANAN TENAGA
KESEHATAN

27
2.4 Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diamati atau
diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional
merupakan suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa
yang sedang didefinisikan atau “Mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk” dengan
kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji
dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain.
Definisi operasional adalah mendefiniskan variable secara operasional berdasarkan
karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan untuk melakukan observasi atau atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objuek atau fenomena (Notoatmodjo, 2010). Adapun
definisi operasional dalam penelitian ini sebagai berikut :

28
Tabel 2.1 Definisi Operasional

NO VARIABEL DEFINISI ALAT UKUR CARA UKUR HASIL

1. Variabel Dependen Tindakan responden KUESIONER WAWANCARA Jika skor


dalam pengelolaan
Perilaku pengelolaan sampah rumah tangga Jika skor
sampah rumah tangga

2. Variabel Independen Segala sesuatu yang KUESIONER WAWANCARA Jika skor


responden ketahui
Pengetahuan mengenai perilaku
pengelolaan sampah Jika skor
rumah tangga

3. Sikap Respon atau KUESIONER WAWANCARA Jika skor 25-3


pandangan responden
terhadap perilaku Jika sk
pengelolaan sampah Tidak M
rumah

4. Sarana dan Prasarana Segala sesuatu yang KUESIONER WAWANCARA Jika skor 3-
dapat dipakai untuk
mengelola sampah Jika sk
rumah tangga Tidak M

5. Ekonomi Suatu keadaan yang KUESIONER WAWANCARA Jika >UMR


menunjukkan finansial
keluarga dan Ma
perlengkapan material
Jika <UMR
yang dimiliki. Aspek
pendapatan dilihat dari Tidak
upah minimum
kebupaten Tangerang
Rp. 3.270.936,13

6. Peran Tokoh Kegiatan tokoh KUESIONER WAWANCARA Jika skor 1:


Masyarakat masyarakat, yaitu
kepala RT dan RW Jika s
dalam menjalankan
Tidak M
program kesehatan
lingkungan seperti
memberikan
penyuluhan perilaku
pengelolaan sampah
rumah tangga di
daerah binaan
puskesmas

29
7 Peran Tenaga Kegiatan tenaga KUESIONER WAWANCARA Jika skor 1:
Kesehatan kesehatan dalam
menjalankan program Jika s
kesehatan lingkungan Tidak M
seperti memberikan
penyuluhan perilaku
pengelolaan sampah
rumah tangga di
daerah binaan
puskesmas

30
31

Anda mungkin juga menyukai