Dosen pengampu :
Hamron Z, MSi
Disusun Oleh :
Kelas 15 C Akuntansi
Baitul Maal Wat Tamwil merupakan salah satu bentuk lembaga keuangan Syariah non
Bank. Sebuah lembaga keuangan berbasis islam yang hadir ditengah carut-marutnya
perekonomian kapitalis yang diterapkan di Negara Indonesia. BMT menawarkan sistem baru
yang bebas dari riba, bebas dari praktik ketidakadilan dan mengedepankan amanah dan juga
mengemban misi sosial. Perbedaan paling pokok lembaga keuangan konvensional dengan
lembaga keuangan syariah adalah penetapan sistem bagi hasil sebagai alternatif dari sistem
bunga. Bunga dalam Islam secara tegas tidak diperbolehkan. Karena didalam Islam bunga
dianggap sebagai riba dan riba dilarang didalam Islam. Praktik riba dianggap sebagai tambahan
persyaratan yang lebih dari modal asal dan biasanya diterapkan dalam transaksi hutang piutang.
Larangan riba terdapat didalam Q.S Ar-Rum (30) ayat 39 yang artinya “Dan sesuatu riba
(tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan
untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) inilah orang-orang yang melipat
gandakan pahalanya”.
BMT didalam menjalankan tugasnya mengacu pada perundang-undangan No. 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 Tahun 1995 Pelaksanaan Simpan Pinjam Usaha
oleh Koperasi. BMT sebagai salah satu lembaga keuangan alternatif yang dapat memberikan
solusi bagi permasalahan yang dihadapi oleh Para Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Pola pembiayaan yang sering diberikan BMT dibedakan menjadi tiga yaitu produk jual beli,
produk bagi hasil dan produk jasa, dimana setiap produk pembiayaan terdiri dari beberapa akad
yang disesuaikan dengan kebutuhan Nasabah.
BMT dikelola secara profesional sehingga mencapai tingkat efisiensi ekonomi tertentu,
demi mewujudkan kesejahteraan anggota, seiring penguatan kelembagaan BMT itu sendiri. Pada
sudut pandang sosial, BMT berorientasi pada peningkatan kehidupan anggota yang tidak
mungkin dijangkau dengan prinsip bisnis. Stimulan melalui dana ZIS akan mengarahkan anggota
untuk mengembangkan usahanya, sehingga pada akhirnya mampu mengembangkan dana bisnis.
BMT saat ini diharapkan dapat membantu masyarakat dalam meningkatkan taraf hidupnya dan
membantu pemerintahan dalam menyelesaikan perekonomian yang belum bisa terselesaikan
hingga saat ini. BMT sebagai lembaga keuangan syariah non bank dapat dijadikan sebagai
ukuran terhadap kemajuan negara. Semakin besar suatu negara, maka semakin besar peran
lembaga keuangan yang ada sebab akan semakin banyak problematika ekonomi yang dihadapi.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Baitul Mal wa Tamwil (BMT)
Baitul mal wa tamwil adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip
bagi hasil, menumbuh kembanggangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam rangka mengangkat
martabat dan serta membela kepentingan kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki
dua fungsi Baitul Tamwil (Bait = Rumah, At Tamwil = Pengembangan Harta). Jadi BMT adalah
balai usaha mandiri terpadu yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha proktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas kegitan
ekonomi pengusaha bawah dan kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan.
BMT beroperasi mengikuti ketentuan-ketentuan syari’ah Islam khususnya yang
menyangkut tata cara bermuamalat secara Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi
praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan-
kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan. Untuk menjamin operasi
bank Islam tidak menyimpang dari tuntunan syari’ah, maka pada setiap bank Islam hanya
diangkat manager dan pimpinan bank yang sedikit banyak menguasai prinsip muamalah
Islam.Nama resmi yang digunakan pemerintah untuk koperasi yang bergerak di bidang keuangan
syariah adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah disingkat KJKS. Namun, istilah BMT masih
populer di kalangan praktisi dan masyarakat Indonesia. BMT dalam simpan-pinjamnya sama
dengan koperasi yakni hanya bagi anggotanya. Akan tetapi hal itu tidak demikian adanya. BMT
yang dikenal saat ini sama dengan bank syariah, yakni, sistem simpan-pinjamnya tidak hanya
terbatas pada anggota BMT.
Sebagai lembaga bisni, BMT lebih mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni
simpan pinjam. Usaha ini seperti usaha perbankan, yakni menghimpun dana anggota dan calon
anggota (nasabah) serta menyalurkan kepada sector ekonomi yang halal dan menguntungkan.
Namun demikian, terbuka luas bagi BMT untuk mengembangkan lahan bisnisnya pada sector riil
maupun sektor keuangan lain yang dilarang dilakukan oleh lembaga keuangan bank. Karena
BMT bukan bank, maka ia tidak tunduk pada aturan perbankan.Dapat di simpulkan dari
pengertian diatas, bahwa BMT merupakan oraganisasi bisnis juga berperan sebagai social.
Dilihat dari prospektif sebagai lembaga social, Baitul Mal memiliki kesamaan fungsi dan peran
dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat milik pemerintah, oleh karenanya,
Baitul Mal itu harus didorong untuk mampu berperan secara professional menjadi LAZ yang
mapan. Fungsi tersebut peling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah,
wakaf, dan sumber dana sosial yang lain, serta upaya pentasyarufan zakat kepada golongan yang
paling berhak sesuai dengan ketentuan delapan Asnab.
F. Kendala
1. BMT masih kurang di kenal oleh masyarakat luas, sehingga jumlah nasabahnya pun tidak
terlalu banyak
2. Kurang promosi terhadap lembaga itu sendiri, maka Kepercayaan masyarakat terhadap
BMT masih kurang
3. Mayoritas orang – orang kota mempunyai rasa gengsi untuk menabung dalam jumlah kecil
4. Minimnya modal yang dimiliki oleh lembaga BMT.
2) Penyaluran dana
Penyaluran dana BMT kepada nasabah terdiri atas dua jenis:
a) Pembiayaan dengan sistem bagi hasil
b) Jual beli dengan pembayaran ditangguhkan
Pembiayaan merupakan penyaluran dana BMT kepada pihak ketiga berdasarkan
kesepakatan pembiayaaan antara BMT dengan pihak lain dengan jangka waktu tertentu dan
nisbah bagi hasil yang disepakati.
Pembiayaan dibedakan menjadi pembiayaan musharabah dan musyarakah. Penyaluran
dana dalam bentuk jual beli dengan pembayaran ditangguhkan adalah penjualan barang dari
BMT kepada nasabah, dengan harga ditetapkan sebesar biaya perolehan ditambah dengan
margin keuntungan yang disepakati untuk keuntungan BMT.
H. Problematika BMT
Dengan segala kekurangan, kelebihan, keunggulan dari BMT, problematika tetap saja ada,
antara lain :
1. Modal
Modal yang relatif kecil menjadi permasalahan yang setiap saat ada pada BMT.
Didukung dengan perputaran modal yang belum tentu kembali 100 % untuk BMT.
Diperlukan adanya suntikan dana yang cukup baik dari pemerintah atau pihak-pihak yang
tertarik untuk berinvestasi di BMT.
2. Kredit Macet
Lambatnya angsuran yang diterima oleh BMT menjadi alasan yang klasik bagi
BMT. Persoalan ini sudah menjadi santapan tiap terjadi akad-akad pembiayaan walaupun
tidak semua peminjam selalu bermasalah.
3. Likuiditas
Dengan modal yang relatif kecil dan diharuskan terjadi perputaran untuk
memperoleh laba, di samping dana pihak ketiga juga ikut diputar agar dana yang
disimpan memperoleh bagi hasil, maka BMT akan mengalami permasalahan likuiditas
jika tidak dapat memenuhi permintaan uang oleh nasabah.
4. Pangsa Pasar
Pasar yang digarap oleh BMT (Dana Mentari) adalah terbatas lingkup kabupaten,
sehingga jika diambil sebuah analisis, di kabupaten Banyumas tidak terdapat industri-
industri yang besar sehingga kurang mendukung adanya BMT sebagai intermediasi.
Selain itu, pangsa pasar di Purwokerto sudah terbatas karena saat ini banyak bank yang
sudah masuk ke dalam kegiatan ekonomi skala kecil
Adapun mengenai prinsip produk inti dari BMT (sebagai fungsiBaitutTamwil) adalah
sebagai penghimpun dana dan penyaluran dana.
1. Produk Penghimpunan Dana
Yang dimaksud dengan produk penghimpunan dana disini, berupa jenis simpanan yang
dihimpun oleh BMT sebagai sumber dana yang kelak akan disalurkan kepada usaha-usaha
produktif. Jenis simpanan tersebut antara lain:
A) Al-Wadi’ah17
Penabung memiliki motivasi hanya untuk keamananuangnya tanpa mengharapkan
keuntungan dari uang yangditabung. Dengan sistem ini BMT tetap memberikan bagi
hasil,namun nisbah bagi penabung sangat kecil. Landasan (dasar)hukum yang
membolehkan melakukan akad wadi’ah, FirmanAllah dalam al-Qur’an surat An-Nisa
ayat 58 :
“sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu)apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamumenetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha
melihat”.
Al-Wadi’ah menurut bahasa adalah sesuatu yang diletakkan pada yang bukan
pemiliknyauntuk dijaga. Barang yang dititipkan disebut ida’, yang menitipkan disebut
mudi’ dan yangmenerima titipan disebut wadi’. Dengan demikian maka pengertian istilah
wadi’ahadalah akadantara pemilik barang (mudi’) dengan penerima titipan (wadi’) untuk
menjaga harta/modal (ida’)dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta.
B) Al-Mudharabah
Penabung memiliki motivasi untuk memperolehkeuntungan dari tabungannya,
karena itu daya tarik dari jenis tabungan ini adalah besarnya nisbah dan sejarah
keuntungan bulan lalu.
C) Amanah
Penabung memiliki keinginan tertentu yang diaqadkan ataudiamanahkan kepada
BMT. Misalnya, tabungan ini dimintakankepadaBMT untuk pinjaman khusus kepada
kaum dhu’afa atauorang tertentu. Dengan demikian tabungan ini sama sekali
tidakdiberikan bagi hasil.
B) Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan berupa sebagian modal yang diberikan kepadaanggota dari modal
keseluruhan. Pihak BMT dapat dilibatkandalamproses pengelolaannya. Pembagian
keuntungan yangproposional dilakukan sesuai dengan perjanjian kedua belahpihak.
C) Pembiayaan Murabahah
Pembiayaan yang diberikan kepada anggota untuk pembelianbarang-barang yang
akan dijadikan modal kerja. Pembiayaanini diberikan untuk jangka pendek tidak lebih dari 6
(enam)sampai 9 (sembilan) bulan atau lebih dari itu. Keuntungan bagiBMT diperoleh dari
harga yang dinaikkan.
BMT merupakan oraganisasi bisnis juga berperan sebagai social. Dilihat dari prospektif
sebagai lembaga social, Baitul Mal memiliki kesamaan fungsi dan peran dengan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) atau Badan Amil Zakat milik pemerintah, oleh karenanya, Baitul Mal itu harus
didorong untuk mampu berperan secara professional menjadi LAZ yang mapan. Fungsi tersebut
peling tidak meliputi upaya pengumpulan dana zakat, infaq, sedekah, wakaf, dan sumber dana
sosial yang lain, serta upaya pentasyarufan zakat kepada golongan yang paling berhak sesuai
dengan ketentuan delapan Asnab.
BMT merupakan organisasi yang sah dan legal. BMT berazaskan Pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945 serta berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah),
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan profesionalisme. Secara Hukum BMT
berpayung pada koperasi (Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP
Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh Koperasi) tetapi sistim
operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syari’ah sehingga produk-produk yang
berkembang dalam BMT seperti apa yang ada di Bank Syari’ah. Sebagai lembaga keuagan
syariah, tentunya berpegang teguh pada prinsip-prinsip syariah.
Di Indonesia, BMT dimulai tahun 1984 dikembangkan mahasiswa ITB di Masjid Salman
yang mencoba menggulirkan lembaga pembiayaan berdasarkan syari’ah bagi usaha kecil.
Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) sebagai
sebuah gerakan yang secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil
(PINBUK). BMT membuka kerjasama dengan lembaga pemberi pinjaman dan peminjam bisnis
skala kecil dengan berpegang pada prinsip dasar tata ekonomi dalam agama Islam yakni saling
rela, percaya dan tanggung jawab, serta terutama sistem bagi hasilnya. BMT terus berkembang.
BMT akan terus berproses dan berupaya mencari trobosan baru untuk memajukan perekonomian
masyarakat, karena masalah muammalat memang berkembang dari waktu ke waktu.