Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehamilan merupakan hal yang fisiologis, namun kehamilan yang

normal dapat berubah menjadi patologi, jika salah satu asuhan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan tidak melakukan penanganan sesuai

dengan standar pelayanan kebidanan, hal ini untuk menapis adanya resiko

yaitu melakukan pendeteksian dini adanya komplikasi atau penyakit yang

mungkin terjadi selama hamil muda (Kusmiyati, 2010). Komplikasi pada masa

kehamilan merupakan faktor penyebab langsung yang terhadap kematian,

penyakit dan kecacatan pada ibu hamil (Kusmiyati, 2010).

Kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga penyebab utama

kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), dan infeksi.

Penyebab perdarahan pada ibu hamil adalah abortus, kehamilan ektopik,

perdarahan antepartum (plasenta previa dan solusio plasenta), perdarahan

postpartum (retensio plasenta, atonia uteri, dan trauma kelahiran)

(Kementerian Kesehatan RI, 2016).

Menurut WHO tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan

dengan kehamilan sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Diperkirakan 4,2

juta Abortus terjadi setiap tahun di Asia Tenggara khususnya 1,5 juta di

Indonesia. Lebih dari 80% Abortus terjadi pada 12 minggu pertama

Kehamilan (WHO, 2012)

1
Penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia terjadi sejak tahun

1991 sampai dengan 2007, yaitu dari 390 menjadi 228 kematian ibu per

100.000 kelahiran hidup. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan

peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000

kelahiran hidup. Di tahun 2015 AKI kembali menunjukkan Penurunan menjadi

305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab langsung kematian

ibu adalah perdarahan (25%), eklampsia (13%) dan sepsis (15%), hipertensi

dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi abortus (13%), dan

sebab-sebab lain (8%).. (Riskesdas, 1991-2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil kesehatan Sulawesi

Selatan pada tahun 2013 jumlah kasus kematian ibu sebanyak 108 kasus.

Tahun 2014 sebanyak 138 kasus Penyebab kematian ibu adalah perdarahan

sebanyak 44 kasus (31,88%), hipertensi dalam kehamilan sebanyak 55 kasus

(39,85%), infeksi sebanyak 3 kasus (2,17%), gangguan sistem peredaran

darah (jantung, stroke, dll) sebanyak 2 kasus (1,44%), dan penyebab lain

sebanyak 34 kasus (24,63%) (Profil kesehatan Sulawesi Selatan , 2014)

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Barru Tahun 2017 terdapat ibu hamil sebesar 3441 orang dan Jumlah

Abortus sebanyak 107 orang. Tahun 2018 terdapat ibu hamil sebesar 3450

orang. Ibu hamil normal sebesar 3228 orang, ibu hamil patologi sebesar 222

orang, diantaranya Abortus 137 orang (50,9%) (Dinas Kesehatan Kabupaten

Barru, 2019).

2
Salah satu masalah kesehatan yang meberikan dampak kesakitan dan

kematian ibu adalah komplikasi yang disebabkan oleh abortus. Abortus

merupakaan kondisi dimana berakhirnya kehamilan sebelum janin cukup

berkembang untuk dapat hidup diluar kandungan dengan usia kehamilan <20

minggu dan berat janin ≤500 gram (Mariza, dkk. 2015).

Perdarahan yang terjadi selama abortus dapat mengakibatkan pasien

menderita anemia, sehingga dapat meningkatkan risiko kematian ibu. Salah

satu jenis yang menyebabkan terjadi perdarahan yang banyak adalah abortus

insipiens. Abortus insipiens merupakan kondisi kehamilan yang tidak akan

berlanjut dan kemudian berkembang menjadi abortus inkomplit atau abortus

komplit (Amelia.S, 2019)

Berdasarkan data awal penelitian di Puskesmas Mangkoso Kabupaten

Barru Tahun 2017 jumlah ibu hamil sebesar 287 orang (99%), dari jumlah ibu

hamil tersebut ditemukan kasus Abortus 13 orang (21,0%). Pada Tahun 2018

jumlah ibu hamil sebesar 309 orang (90,4%) dengan jumlah Abortus 19 orang

(28,4%). Pada bulan Januari sampai Maret tahun 2019 jumlah ibu hamil 105

orang (29,7%) Abortus sebanyak 6 orang (8,5%) (Puskesmas Mangkoso,

2019).

Berdasarkan uraian di atas Masih tingginya angka kematian ibu yang

disebabkan perdarahan yang diantaranya disebabkan karena abortus

memberi motivasi bagi penulis untuk melaksanakan Asuhan Kebidanan pada

Ibu hamil dengan Abortus Insipiens di Puskesmas Mangkoso Kabupaten

Barru.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan yaitu “Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan Abortus

Insipiens di Puskesmas Mangkoso Kabupaten Barru dengan menggunakan

manajemen kebidanan sesuai kewenangan bidan”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Dapat melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan Abortus

Insipiens dengan menggunakan manajemen kebidanan sesuai dengan

wewenang bidan.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat melaksanakan pengkajian data Pada Asuhan Kebidanan pada

Ibu hamil dengan Abortus Insipiens di Puskesmas Mangkoso

Kabupaten Barru.

b. Dapat menganalisis dan menginterpretasikan data untuk menegakkan

diagnosa/ maslah aktual Pada Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil

dengan Abortus Insipiens di Puskesmas Mangkoso Kabupaten Barru.

c. Dapat mengantisipasi diagnosa/ maslah potensial Pada Asuhan

Kebidanan pada Ibu hamil dengan Abortus Insipiens di Puskesmas

Mangkoso Kabupaten Barru.

d. Dapat melaksanakan tindakan segera dan kolaborasi guna pemecahan

maslah Pada Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil dengan Abortus

Insipiens di Puskesmas Mangkoso Kabupaten Barru.

4
e. Dapat merencanakan asuhan kebidanan Pada Asuhan Kebidanan

pada Ibu hamil dengan Abortus Insipiens di Puskesmas Mangkoso

Kabupaten Barru.

f. Dapat melaksanakan tindakan asuhan kebidanan Pada Asuhan

Kebidanan pada Ibu hamil dengan Abortus Insipiens di Puskesmas

Mangkoso Kabupaten Barru.

g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan Pada Asuhan Kebidanan pada

Ibu hamil dengan Abortus Insipiens di Puskesmas Mangkoso

Kabupaten Barru.

h. Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam

asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan Pada Asuhan Kebidanan

pada Ibu hamil dengan Abortus Insipiens di Puskesmas Mangkoso

Kabupaten Barru.

D. Manfaat Penulisan

1. Manfaat Praktis

Salah satu sumber informasi bagi pelaksanaan program baik di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Sidrap maupun pihak Puskesmas

Mangkoso di Kabupaten Barru dalam penyusunan perencanaan berkaitan

dengan upaya pencegahan atau penanganan abortus insipiens.

2. Manfaat Akademik

Sebagai bahan masukan / informasi bagi tenaga bidan di Puskesma

Mangkoso Kabupaten Barru dalam menyelesaikan kasus kasus

khususnya yang berkaitan dengan Abortus Insipiens.

5
3. Manfaat institusi

Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan ujian akhir jenjang

pendidikan Diploma III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Sidenreng

Rappang dan sebagai bahan acuan / pedoman untuk penulisan Karya

Tulis Ilmiah (KTI) selanjutnya.

4. Manfaat Bagi Penulis

Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan penulis dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu

hamil dengan abortus insipien.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam Karya Tulis Ilmiah ini secara

sistematis meliputi :

1. Studi Kepustakaan

Penulis mengumpulkan buku – buku / literatur dan informasi internet yang

berkaitan dengan masalah yang di angkat sebagai dasar teori yang dapat

di gunakan dalam pembahasan Karya Tulis Ilmiah.

2. Studi Kasus

Yaitu penulis melaksanakan studi kasus dengan menggunakan metode

pendekatan masalah dalam kebidanan yang meliputi pengkajian,

merumuskan diagnose / masalah aktual dan potensial, tindakan segera /

kolaborasi, menyusun rencana tindakan, melaksanakan tindakan dan

mengevaluasi asuhan kebidanan serta mendokumentasi kasus dengan

abortus insipien. Untuk memperoleh data / informasi digunakan teknik:

6
a. Anamneses

Penulis melakukan Tanya jawab dengan klien, suami, serta keluarga

yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan.

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Inspeksi adalah observasi yang sistematis tidak hanya terbatas

pada penglihatan tapi juga meliputi indra pendengaran dan

penciuman

2) Palpasi

Palpasi adalah menyentuh dan menekan permukaan luar tubuh

dengan jari

3) Perkusi

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung

pada permukaan tubuh untuk memastikan informasi tentang organ

atau jaringan yang ada dibawahnya.

4) Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan

menggunakan stetoskop dengan menggambarkan dan

menginterpretasikan bunyi yang di dengar.

c. Pengkajian Psikososial

Pengkajian psikososial meliputi status emosional, respon terhadap

kondisi yang dialami serta interaksi klien terhadap keluarga, petugas

kesehatan dan lingkungan.

7
d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari status kesehatan ibu

yang bersumber dari catatan dokter / bidan dan hasil pemeriksaan

penunjang lainya yang dapat memberi konstribusi dalam

menyelesaikan tulisan ini.

e. Diskusi

Penulis dapat melakukan tanya jawab dengan dokter dan atau bidan

yang mengenai langsung ibu tersebut serta mengadakan diskusi

dengan dosen pengasuh / pembimbing Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran umum tentang karya tulis ini maka penulis

menyusun dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

D. Manfaat Penulisan

E. Metode Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum

B. Tinjauan Khusus

1. Pengertian

2. Etiologi/penyebab

3. Patofisiologi

4. Faktor Yang Mempengaruhi

8
5. Penanganan

C. Konsep Dasar Manajemen

1. Pengertian Manajemen Kebidanan

2. Proses Manajemen Kebidanan

3. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

BABA III STUDI KASUS

A. Langkah I Pengkajian dan Analisa Data

B. Langkah II Identifikasi Diagnosa/ Masalah Aktual

C. Langkah III Antisipasi Diagnosa/ Masalah Potensial

D. Langkah IV Tindakan Emergensi, Kolaborasi Dan Konsultasi

E. Langkah V Rencana Tindakan

F. Langkag VI Pelaksanaan Asuhan Kebidanan

G. Langkah VII Evaluasi Auhan Kebidanan

H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

BAB IV PEMBAHASAN

Menguraikan persamaan dan atau kesenjangan antara teori dan

praktik asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada bab

sebelumnya.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan

1. Pengertin Kehamilan

Kehamilan merupakan proses alami dan normal sehingga sebagian

besar wanita hamil akan mengalami proses perubahan bentuk tubuh yang

hampir sama, tubuh ibu akan terus bertambah besar, terutama pada

bagian perut, pinggul, dan payudara. Selama 9 bulan lebih (40 minggu),

ibu akan membawa janin didalam kandunganya yang terus membesar

sehingga tubuh ibu pun akan beradaptasi agar janin dapat tumbuh dengan

baik didalam kandungan (Sunarti, 2013).

Kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi. Kehamilan normal

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan

menurut kalender Internasional (Prawirohardjo, 2014).

2. Diagnosis Tanda gejala kehamilan

Banyak manifestasi dari adaptasi fisiologis ibu terhadap kehamilan

yang mudah dikenali dan dapat menjadi petunjuk bagi diagnosis dan

evaluasi kemajuan kehamilan.. Untuk menegakkan kehamilan ditetapkan

dengan melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala

kehamilan (Marjati, 2011).

10
a. Tanda dugaan hamil

1) Amenorea (berhentinya menstruasi)

2) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

3) Ngidam (menginginkan makan tertentu)

4) Syncope (pingsan)

5) Kelelahan

6) Payudara tegang

7) Sering miksi

8) Kontipasi atau obstipasi

9) Pigmentasi Kulit

Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini:

a) Sekitar pipi: cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah

dahi, hidung, pipi, dan leher).

b) Sekitar leher tampak lebih hitam.

c) Dinding perut : strie lividae / gravidarum (terdapat pada seorang

primigravida, warnanya membiru), strie nigra, linea alba menjadi

lebih hitam (linea grisae / nigra).

d) Sekitar payudara: hiperpigmentasi aerola mamae sehingga

terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada

tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih,

coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita kulit

hitam. Selain itu, kelenjar montgometri menonjol dan pembuluh

darah menifes sekitar payudara (Prawirohardjo, 2014).

e) Sekitar pantat dan paha atas: terdapat strie akibat pembesaran

bagian tersebut (Walyani, 2015)

11
b. Tanda kemungkinan hamil (Problem sign)

1) Perubahan abdomen, yaitu perubahan ukuran uterus menyebabkan

pertambahan lingkar abdomen secara bertahap.

2) Perubahan uterus. Dimana dalam 12 minggu pertama uterus

berbentuk menjadi bulat kuat, membesar, lunak dan berbentuk

seperti rongga.

3) Tanda hegar menggambarkan perlunakan ekstrem segmen bawah

uterus sampai kedaerah yang dapat dikompresi hampir setipis

kertas (Reeder, dkk. 2011).

4) Ballotement. Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan janin

bergerak dalam cairan ketuban yang dapt dirasakan oleh tangan

pemeriksa (Ummi, dkk. 2011).

5) Perubahan serviks. Pada usia sekitar 8 minggu gestasi, serviks

mulai melunak dan lubang eksternal serviks memperlihatkan

konsistensi atau derajat pelunakan, seperti lobus telinga atau bibir

(dikenal dengan istilah tanda Goodell). Sebagai perbandingan

konsistensi serviks pada wanita yang tidak hamil terasa sama

dengan ujung hidung (Reeder, dkk. 2011).

6) Kontraksi Braxton Hicks. Apabila uterus di rangsang atau

distimulasi dengan rabaan akan mudah berkontraksi (Sulistyawati,

2012). Peregangan sel - sel otot uterus, akibat meningkatnya

aktomiosin di dalam otot uterus (Ummi, dkk. 2011).

c. Tanda pasti (positive sign)

Tanda pasti adalah tanda yang menunjukkan langsung keberadaan

janin, yang dapat dilihat langsung oleh pemeriksa (Walyani, 2015).

12
1) Terdengarnya bunyi jantung janin , tanda ini baru timbul setelah

kehamilan lanjut diatas empat bulan. Jika dengan ultrasound bunyi

jantung janin dapat didengar pada kehamilan 12 minggu (Sunarti,

2013).

2) Melihat, meraba, atau mendengar pergerakan anak saat melakukan

pemeriksaan (Sunarti, 2013)

3) Melihat rangka janin pada sinar Ro atau dengan menggunakan

ultrasonografi (Sunarti, 2013).

3. Perubahan Perubahan Fisiologis Pada Kehamilan

Perubahan yang terjadi pada tubuh pada saat hamil adalah perubahan

yang hebat dan menakjubkan. Sistem-sistem tubuh berubah dengan

otomatis menyesuaikan dengan keadaan hamil. Berikut ini adalah

perubahan-perubahan fisiologis pada sistem tubuh pada saat hamil, yaitu

sebagai berikut :

a. Vagina dan vulva

Hormon estrogen mempengaruhi sistem reproduksi sehingga terjadi

peningkatan vaskularisasi dan hiperemia pada vagina dan vulva.

Peningkatan vaskularisasi menyebabkan warna kebiruan pada vagina

yang disebut dengan tanda Chadwick. Perubahan pada dinding vagina

meliputi peningkatan ketebalan mukosa, pelunakan jaringan

penyambung, dan hipertrofi otot polos. Akibat peregangan otot polos

menyebabkan vagina menjadi lebih lunak (Aprilia, 2010).

13
b. Servik

Perubahan servik merupakan akibat pengaruh hormon estrogen

sehingga menyebabkan massa dan kandungan air meningkat.

Peningkatan vaskularisasi dan edema, hiperplasia dan hipertrofi

kelenjar servik menyebabkan servik menjadi lunak (tanda Goodell) dan

servik berwarna kebiruan tanda Chadwick. Akibat pelunakan isthmus

maka terjadi antefleksi uterus berlebihan pada 3 bulan pertama

kehamilan.

c. Uterus

Pertumbuhan uterus dimulai setelah implantasi dengan proses

hiperplasia dan hipertrofi sel. Hal ini terjadi akibat pengaruh hormon

estrogen dan progesteron. Penyebab pembesaran uterus menurut

Manuaba (Wiknjosastro, 2009) antara lain:

1) Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah;

2) Hiperplasia dan hipertrofi, dan

3) Perkembangan desidua

Uterus bertambah berat sekitar 70 – 1100 gram selama kehamilan.

Ukuran uterus mencapai umur kehamilan aterm adalah 30 x 25 x 20

cm dengan kapasitas > 4000 cc. Perubahan bentuk dan posisi uterus

antara lain: bulan pertama uterus berbentuk seperti alpukat, 4 bulan

berbentuk bulat, akhir kehamilan berbentuk bujur telur. Rahim yang

tidak hamil/ rahim normal sebesar telur ayam, pada umur 2 bulan

kehamilan sebesar telur bebek dan umur 3 bulan kehamilan sebesar

telur angsa. Selama kehamilan, dinding-dinding otot rahim menjadi

kuat dan elastis. Fundus pada servik mudah fleksi disebut tanda Mc

14
Donald. Korpus uteri dan servik melunak dan membesar pasca umur

kehailan minggu ke 8 yang disebut tanda Hegar. Sedangkan posisi

rahim pada awal kehamilan adalah antefleksi atau retrofleksi, pada

umur kehamilan 4 bulan kehamilan rahim berada dalam rongga pelvis

dan setelahnya memasuki rongga perut. Tinggi fundus uteri selama

kehamilan dapat dilihat pada tabel 2.1:

Tabel 2.1

Tinggi Fundus Uteri Selama Kehamilan

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


12 minggu 3 jari di atas simfisis
20 minggu 3 jari di bawah pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari di atas pusat
32 minggu Pertengahan pusat
dengan Prosessus
xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus
xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah
prosessus xifoideus
Sumber: (Saifudin, 2010)

d. Ovarium

Selama kehamilan ovulasi berhenti. Pada awal kehamilan masih

terdapat korpus luteum graviditatum dengan diameter sebesar 3 cm.

Pasca plasenta terbentuk, korpus luteum gravidarum mengecil dan

korpus luteum mengeluarkan hormon estrogen dan progesterone

(Aprilia, 2010).

15
e. Sirkulasi Darah

Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar

dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengeceran darah

(hemodilusi). Sel darah merah semakin meningkat jumlahnya untuk

dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi

pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume

darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai anemia fisiologis

(Manuaba, 2010).

f. Sistem respirasi

Kapasitas paru secara total menurun 4-5% dengan adanya elevasi

diafragma. Fungsi respirasi juga mengalami perubahan. Respirasi rate

50% mengalami peningkatan konsumsi oksigen 15-20% diatas

kebutuhan perempuan tidak hamil (Aprilia, 2010).

g. Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi

karena pengaruh melanophore stimulating hor-mone lobus hipofisis

anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi

pada striae gravidarum livide atau alba, aerola mamae, papilla mamae,

linea nigra, pipi (khloasma gravidarum). Setelah persalinan

hiperpigmentasi ini akan menghilang (Manuaba, 2010)

h. Metabolisme

Metabolisme basal naik sebesar 15-20% dari semula, terutama pada

trimester ke-tiga. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk

pertumbuhan dan perkembangan janin, perkembangan organ

kehamilan, dan persiapan laktasi. Dalam makanan diperlukan protein

16
tinggi sekitar 0,5 g/kg berat badan atau sebutir telur ayam

sehari.(Manuaba, 2010)

4. Perubahan Perubahan Psikologis Selama Kehamilan

a. Perubahan Psikologis pada Trimester I (Periode Penyesuaian)

Menurut Sulistyawati (2009), perubahan psikologis pada trimester I

adalah:

1) merasa tidak sehat dan kadang-kadang merasa benci dengan

kehamilannya

2) Kadang muncul penolakan, kecemasan dan kesedihan. Bahkan

kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.

Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya

4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama.

5) Oleh karena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia

seseorang yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain

atau bahkan merahasiakannya.

b. Perubahan Psikologis pada Trimester II

Menurut Sulistyawati (2009), perubahan psikologis pada trimester II

adalah :

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone

yang tinggi

2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

3) Merasakan gerakan anak

4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

17
5) Libido meningkat

6) Menuntut perhatian dan cinta

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari

dirinya

8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau

pada orang lain yang baru menjadi ibu

9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran,

dan persiapan untuk peran baru

c. Perubahan Psikologis pada Trimester III

Menurut Sulistyawati (2009), perubahan psikologis pada trimester III

adalah :

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan

tidak menarik.

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan, khawatir akan keselamatannya

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya

5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

6) Merasa kehilangan perhatian

7) Perasaan mudah terluka (sensitif)

8) Libido menuruna

18
5. Komplikasi Selama Masa Kehamilan

a. Komplikasi Pada Kehamilan Muda

1) Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat akibat

tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu

atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan

dengan berat badan janin dari 500 gram (Amelia S, 2019).

2) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) merupakan proses kehamilan

yang ditandai dengan terjadinya implantasi, pertumbuhan, dan

perkembangan hasil konsepsi yang terjadi di luar Endometrium

kavum uteri atau dikenal juga Dengan istilah kehamilan ekstrauteri

(Amelia S, 2019).

3) Mola Hidatidosa

Mola Hidatidosa adalah pertumbuhan massa jaringan dalam uterus

yang tidak akan berkembang menjadi janin atau bayi dan

merupakan hasil konsepsi yang abnormal (Amelia S, 2019).

4) Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan

pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari – hari

dan keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi

(Marni, 2011).

19
b. Komplikasi Pada Kehamilan Lanjut

1) Plasenta Previa

Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu

pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian

atau seluruh pembukaan jalan lahir (Purwoastuti E dan Walyani E,

2015)

2) Solusio Plasenta

Solusio Plasenta adalah lepasnya sebagian atau seluruh jaringan

plasenta yang berimplantasi normal pada kehamilan di atas 22

minggu dan sebelum anak lahir (Purwoastuti E dan Walyani E,

2015)

3) Pre-eklamsia dan Eklamsia

Pre-eklamsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria. Pre-eklamsia dan Eklamsia

merupakan kesatuan penyakit, yakni yang langsung disebabkan

oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana itu terjadi. Pre-

Eklamsia di ikuti dengan timbulnya hipertensi disertai protein urin

dan oedema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu

atau segera setelah persalinan (Purwoastuti E dan Walyani E,

2015)

4) Infeksi Dalam Kehamilan

Infeksi kehamilan adalah masuknya mikroorganisme patogen

kedalam tubuhbwanita hamil, yang kemudian menyebabkan

timbulnya tanda atau gejala gejala penyakit (Abdul B, dkk, 2015).

20
B. Tinjauan Khusus

1. Pengertian Abortus Insipiens

a. Abortus insipiens adalah abortus yang sedng mengancam yang

ditandai dengan serviks yang telah mendatar, sedangkan hasil

konsepsi masih berada lengkap di dalam rahim (Purwoastuti E dan

Walyani E, 2015).

b. Abortus insipiens kadang disebut sebagai kondisi kehamilan yang tidak

akan berlanjut dan kemudian berkembang menjadi abortus inkomplit

atau abortus komplit. (Amelia S, 2019)

2. Etiologi Abortus Insipiens

Kondisi tebal atau tipisnya dari endometrium dipengaruhi oleh

hormon progesteron. Semakin banyak jumlah hormon progestero, maka

endometrium akan semakin tebal sehingga kemungkinan besar janin

dapat menempel dengan sempurnah. Sementara itu, semakin sedikit

hormon progesteron, maka endometrium akan tipis sehingga

kemungkinan besar janin menempel secara tidak sempurnah dan dapat

menyebabkan terjadinya abortus. Sehingga kekurangan hormon

progesteron dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya abortus. Selain

kekurangan hormon progesteron, tentu banyak faktor lain yang menjadi

penyebab terjadinya abortus, seperti faktor usia ibu hamil, jarak

kehamilan dengan persalinan sebelumnya, paritas ibu, dan riwayat

kehamilan sebelumnya. (Amelia S, 2019)

21
Menurut Amelia S, 2019 penyebab terjadinya abortus insipiens adalah :

a. Infeksi akut

Infeksi akut yaitu infeksi yang muncul dan terjadi dalam waktu singkat.

Infeksi akut yang biasanya terjadi pada ibu hamil dan dapat

menyebabkan terjadinya abortus antara lain yang disebabkan oleh

virus seperti cacar, rubella, dan hepatitis. Selain yang disebabkanoleh

virus, infeksi akut juga bisa disebaabkan oleh bakteri yaitu

streptokokus, atau yang disebabkan oleh parasit seperti malaria.

b. Infeksi kronis

Infeksi kronis yaitu infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode

bulan hingga tahunan. Infeksi kronis yang biasanya terjadi pada ibu

hamil dan dapat menyebabkan terjadinya abortus pada kisaran usia

kehamilan di semester dua, tuberkolosis aktif, dan keracunan logam

berat, nephritis, diabetes, anemia berat, penyakit jantung, toxemia

gravidarum juga dapat menyebabkan terjadinya abortus pada janin.

Gangguan fisiologis seperti syok dan ketakutan, serta adanya trauma

fisik juga dapat termasuk ke dalam infeksi kronis penyebab terjadinya

abortus.

c. Penyebab yang bersifat lokal

Penyebab terjadinya abortus yang dapat dikategorikan sebagai

penyebab yang bersifat lokal diantaranya adala fibroid, inkompetensia

serviks, radang pelvis kronis, endometriosis, dan retroversi kronis.

Selain hal hal tersebut, melakukan hubungan seksual yang berlebihan

selama masa kehamilan juga dapat menyebabkan terjadinya hiperemia

dan abortus.

22
d. Penyebab dari janin

Penyebab abortus yang termasuk kedalam kategori penyebab dari

janinya itu sendiri seperti adanya kelainan bawaan padajanin. Selain

karena hal tersebut, abortus juga bisa terjadi akibat adanya penyakit

plasenta dandesidua seperti imflamasi serta degenerasi.

3. Patofisiologi

Pada permulaan terjadi pendarahan dalam Desidua basalais diikuti

oleh Nekrosis jaringan sekitarnya. Kemudian sebagian atau seluruhnya

hasil konsepsi terlepas karena dianggap benda asing maka uterus

berkontraksi untuk mengeluarkanya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu

hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya karena Vili korealis belum

menembus Desisua basalis terlalu dalam. Sedangkan pada kehamilan 8 –

14 minggu telah masuk agak dalam sehingga sebagian keluar dan

sebagian lagi akan tertinggal karena itu akan banyak terjadi pendarahan

(Sastrawinata S, 2010).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Abortus Insipiens

a. Umur

Wanita yang hamil pada usia dibawah 20 tahun atau lebih dari 35

tahun merupakan faktor resiko terjadinya abortus yang dapat

mengakibatkan kematian maternal. Hal ini dikarenakan pada usia di

bawah 20 tahun fungsi reproduksi seorang wanita belum berkembang

dengan sempurna. Sedangkan pada usia di atas 35 tahun fungsi

reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan

fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya

komplikasi terutama terjadinya Abortus (Wiknjosastro, 2010).

23
b. Jarak Kehamilan

Jarak kehamilan adalah waktu sejak kehamilan sebelum sampai

terjadinya kelahiran berikutnya. Jarak antar kehamilan yang terlalu

dekat dapat menyebabkan terjadinya komplikasi kehamilan yang

menyebabkan terjadinya abortus. Jarak antar kehamilan menjadi faktor

predisposisi abortus karena kehamilan yang berturut-turut dalam

jangka waktu yang singkat akan mengakibatkan kontraksi uterus

menjadi kurang baik. Selama kehamilan berikutnya dibutuhkan 2-4

tahun agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya

(Manuaba , 2010).

c. Pekerjaan

Pada masa kehamilan pekerjaan yang berat dapat membahayakan

atau dapat memicu terjadinya gangguan pada kehamilannya terlebih

lagi jika tidak diimbangi dengan istirahat yang cukup dan

mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang, untuk itu pekerjaan

yang terlalu berat selama masa kehamilan hendaklah dihindari untuk

menjaga keselamatan ibu maupun janin selama kehamilan (Nursalam,

2012).

d. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian

janin dan cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi

dikeluarkan (Nanny, 2011).

24
e. Penyakit Ibu

Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria,

sifilis, anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit

ginjal, penyakit hati, dan penyakit diabetesmilitus. Kelainan yang

terdapat dalam rahim. Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya

janin dijumpai keadaan abnormal dalam bentuk mioma uteri, uterus

arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks inkompeten, bekas

operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks ), robekan serviks

postpartum (Manuaba, 2010).

f. Riwayat Abortus

Riwayat abortus pada penderitaabortus merupakan predisposisi

terjadinya abortus berulang. Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah kejadian

abortus. Data menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan

akan beresiko mengalami abortus sebesar 15% (Soeparda, 2010).

5. Penanganan Abortus Insipiens

Menurut Amelia S 2019, Pada peristiwa abortus insipiens, beberapa

penanganan yang perlu dilakukan adalah:

a. Melakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien,

termasuk tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu).

b. Melakukan rujukan ibu hamil ketempat layanan sekunder.

c. Memberi informasi mengenai kontrasepsi pasca keguguran.

d. Memberi penjelasan mengenai kemungkinan resiko dan rasa tidak

nyaman selama tindakan evakuasi berlangsung.

25
e. Melakukan pemantauan pasca-tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.

Apabila kondisi ibu baik, maka dapat segera dipindahkan ke ruang

rawat.

f. Melakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik serta

mengirimkan hasilnya untuk dilakukan lagi pemeriksaan patologi ke

laboratorium.

g. Melakukan evaluasi tanda tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda

akut abdomen, serta jumlah produksi urine setiap 6 jam selama 24

jam.

h. Melakukan pemeriksaaan kadar hemoglobinsetelah 24 jam, apabila

hasil pemantauan dan pemeriksaan baik dengan kadar Hb lebih dari

8g/dl, maka ibu dapat diperbolehkan melakukan rawat jalan.

C. Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan dan kerangka berpikir yang

digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah

secara sistematis mulai dari pengumpulan data, analisis data, diagnosis

kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Manajemen

kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan dengan

urutan logis dan perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan yang

berdasarkan ilmiah, penemuan, dan keterampilan dalam tahapan yang

logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Yulifah dan

Surachmindari, 2013).

26
2. Proses manajemen kebidanan

Manajemen kebidanan 7 langkah menurut manajemen varney, meliputi:

a. Langkah 1: Pengkajian

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua

data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien secara lengkap (Yulifah

dan Surachmindari, 2013).

b. Langkah 2 : Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan intepretasi yang benar

atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah

dikumpulkan diintrepretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis

dan masalah yang spesifik (Yulifah dan Surachmindari, 2013)

c. Langkah 3 : Diagnosa Potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah potensial atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis/masalah yang sudah

diidentifikasi. Tujuan dari langkah ketiga ini adalah untuk

mengantisipasi semua kemungkinan yang dapat muncul (Yulifah dan

Surachmindari, 2013).

d. Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Segera

Pada langkah ini, bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan

segera, melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain berdasarkan kondisi klien (Yulifah dan Surachmindari, 2013).

27
e. Langkah 5 : Rencana Tindakan

Pada langkah ini, tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan

sesuai dengan hasil pembahasan rencana asuhan bersama klien

kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya

(Yulifah dan Surachmindari, 2013)

f. Langkah 6 : Pelaksanaan Rencana Asuhan (Implementasi)

Pada langkah ini dilakukan pelaksanaan asuhan langsung secara

efisien dan aman. Pada langkah ini, rencana asuhan menyeluruh

seperti yang diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara

efisien dan aman (Yulifah dan Surachmindari, 2013).

g. Langkah 7 : Evaluasi

Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang telah

diberikan. Hal yang dievaluasi meliputi apakah kebutuhan telah

terpenuhi dan mengatasi diagnosis dan masalah yang telah

diidentifikasi. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang

benar-benar efektif dalam pelaksanaannya (Yulifah dan Surachmindari,

2013).

3. Pendokumentasian asuhan kebidanan (SOAP)

Untuk mengetahui apa yang telah dilakukan oleh seorang bidan melalui

proses berfikir sistematis, di dokumentasikan dalam bentuk data

perkembangan dalam bentuk SOAP (Yulifah dan Surachmindari, 2013)

yaitu:

a. Data Subjektif

Data atau fakta yang merupakan informasi termasuk biodata,

mencakup nama, umur, tempat tinggal, pekerjaan, status perkawinan,

28
pendidikan serta keluhan-keluhan yang diperoleh dari hasil

wawancara langsung pada pasien atau keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya.

b. Data Objektif

Data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik mencakup inspeksi,

palpasi, auskultasi, perkusi, serta pemeriksaan penunjang seperti

pemeriksaan laboratorium.

c. Assesment / diagnosa

Merupakan keputusan yang ditegakkan dari hasil perumusan masalah

yang mencakup kondisi, masalah dan prediksi terhadap kondisi

tersebut. Penegakan diagnosa kebidanan dijadikan sebagai dasar

tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan pasien

ibu

d. Planning / perencanaan

Rencana kegiatan mencakup langkah-langkah yang akan dilakukan

oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan maslaah

pasien/klien.

29

Anda mungkin juga menyukai