Anda di halaman 1dari 87

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH
TIM

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES GORONTALO
TAHUN 2013
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

DAFTAR ISI

Daftar
Isi ...............................................................................................................2

Pendahuluan ......................................................................................
..................3

Pelajaran 1. Asuhan Kebidanan Komunitas Berperspekti

Gender .............4 Pelajaran 2. Asuhan Kebidanan di

Komunitas...............................................12 Pelajaran 3. Analisis Situasi

dalam Asuhan Kebidanan Komunitas ...........25

Pelajaran 4. Pendekatan Analisis Sosial dalam Pelayanan


Kebidanan
Komunitas ............................................................................................................3
3

Pelajaran 5. Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan


Kebidanan
Komunitas ............................................................................................................4
1

Pelajaran 6. Perencanaan Partisipatif Berperspektif


Gender ......................51

Pelajaran 7. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelayanan


Kebidanan
Komunitas ............................................................................................................6
3

Pelajaran 8. Monitoring dan Evaluasi Asuhan Kebidanan

Komunitas .......68 Pelajaran 9. Pedoman Praktis Pelayanan Kebidanan

Komunitas ..............82 Daftar

Pustaka.....................................................................................................87

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS2
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Gambaran Isi Modul


Modul ini berisi ilustrasi umum mengenai Analisis Sosial yang
digunakan selama mengajarkan Perspektif Gender dan HAM dalam
Asuhan Kebidanan Komunitas, diintegrasikan pada mata ajaran
Kebidanan Komunitas.
Modul Mahasiswa ini terdiri dari 9 pelajaran. Pelajaran
Pertama mengenai
Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas yang Berperspektif
Gender dan HAM; Pelajaran Kedua tentang Asuhan Kebidanan di
Komunitas; Pelajaran Ketiga tentang Analisis Situasi dalam Asuhan
Kebidanan Komunitas. Pelajaran Keempat membahas Pendekatan
Analisis Sosial dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas; Pelajaran
Kelima tentang Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan Kebidanan
Komunitas; Pelajaran Keenam menjelaskan mengenai Perencanaan
Partisipatif Berperspektif Gender, Pelajaran Ketujuh tentang
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelayanan Kebidanan Komunitas.
Pelajaran Kedelapan tentang Monitoring dan Evaluasi Asuhan
Kebidanan Komunitas dan Pelajaran Kesembilan tentang Pedoman
Praktis Pelayanan Kebidanan Komunitas yang merupakan penerapanan
konsep, teori serta langkah dari keseluruhan pembelajaran dalam bentuk
praktik Kebidanan Komunitas.

Tujuan Umum
Mahasiswi diharapkan memahami konsep dan teori mengenai
kebidanan komunitas, terutama keterkaitannya dengan isu hak asasi
manusia dan gender, sehingga mampu menerapkannya dalam menjalankan
peranan kesehariannya di masyarakat.

Petunjuk Penggunaan Modul


1. Kemampuan Diri membaca
Mahasiswi harus dan menyelesaikan setiapkelas
modul ini sebelum aktivitas yang terdapat
dimulai.
pada setiap pelajaran.
2. Mahasiswi ditugaskan untuk menjawab pertanyaan pada
Uji
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS3
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 1

Konsep Asuhan Kebidanan


Komunitas Berperspekti
Gender

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS4
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 1. Konsep Asuhan Kebidanan Komunitas Berperspekti


Gender

Perubahan peran menjadi ibu merupakan perubahan yang


menyeluruh baik bio-Psiko-Sosial bagi kehidupan seorang perempuan yang
juga dipengaruhi oleh berbagai factor seperti budaya, lingkungan dan
sebagainya. Sehubungan dengan pelayanan klinis kebidanan di institusi
pelayanan kesehatan belum dapat memenuhi kebutuhan akibat perubahan
social budaya lingkungan lainnya yang terjadi, maka pelayanan kebidanan
komunitas merupakan bentuk pelayanan kebidanan yang dapat mengatasi
aspek-aspek tersebut.
Kematian ibu/bayi merupakan kegagalan kesehatan dan kegagalan
social, oleh karena itu pola pelayanan ksesehatan ibu yang relevan dengan
kondisi geografis,status keluarga dan tingkat pendidikan, budaya
masyarakat sangat dibutuhkan. Pola pelayanan yang tepat adalah dengan
mendekatkan pelayanan kebidanan ke masyarakat. Namun tugas bidan
disini bukan hanya mendekatkan pelayanan kebidanan tetapi juga menjadi
penggerak atau pemimpin yang bias menggerakkan masyarakat untuk
mengaktualisasikan penghargaan hak-hak perempuan sebagai hak asasi
manusia atau yang sering disebut dengan bidan sensitive gender.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS5
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Kerangka Konsep Penerapan Kacamata Gender


pada Asuhan Kebidanan Komunitas

Budaya
(Agama & Suku)

Sisi Pandang
Gender

Aktualisasi penghargaan
hak-hak perempuan
Sosial sebagai hak asasi Ekonomi
(Kelas & manusia: pandangan (Kelas)
Usia) hak-hak reproduksi
sebagai hak
perempuan

Sensitif Gender

Politik

Lingkungan dalam:
Aktualisasi hak-hak perempuan sebagai hak asasi
penghargaan
perempuan dan memandang hak-hak reproduksi sebagai hak-
hak perempuan karena kita ingin menghasilkan bidan yang sensitif gender.

Lingkungan tengah:
Bidan dengan kacamata/sensitif gender
 Hak-hak perempuan adalah hak-hak manusia, dan hak-hak reproduksi
adalah hak-hak perempuan. Bidan yang sensitif gender
melihat pasiennya dari konteks kehidupan sosialnya di masyarakat.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS6
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

 Gender membantu mengungkap hubungan kekuasaan yang tidak adil


antara laki-laki dan perempuan. Paradigma bidan melihat perempuan
sebagai individu yang khusus. Kita harus menghormati setiap
perempuan.
 Bidan yang sensitif gender tidak hanya menangani masalah fisik
pasiennya saja.
 Seorang bidan harus menekankan di dalam benaknya bahwa isu
gender merupakan kunci dalam meningkatkan kualitas pelayanan
perempuan, dan secara tidak langsung memperbaiki kualitas
kesehatan laki-laki dan seluruh keluarga, termasuk masyarakat
 Ceramah sebagai metode pengajaran kognitif, harus tumbuh dari hati
dan tercermin dalam sikap. Seberapa jauh modul pengajaran
menekankan pada hati?

Lingkungan luar:
Dalam memberikan pelayanan kepada perempuan, pertimbangkan:
pluralitas, etnis, usia, dan sebagainya. Toleransi dan sifat sensitif terhadap
elemen agama merupakan kunci keberhasilan sebuah program kesehatan.

Sejarah Kebidanan Komunitas Di Indonesia


Dulu peran bidan tidak di gambarkan seperti di atas. Sebab sejarah
pelayanan kebidanan komunitasndi indonesia diawali dari masa penjajahan
Belanda. Pada tahun 1849 seiring dengan dibukannya pendidikan dokter
jawa di Batavia (di rumah sakit militer Belanda sekarang RSPAD Gatot
Subroto), pada tahun 1851 dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di
Batavia oleh dokter belanda (dr. W. Rosch). Fokus peran bidan hanya
sebatas pelayanan di rumah sakit (bersifat klinis).
Pada tahun 1952, sekolah bidan 4 tahun menitikberatkan
pendidikan
formal masih pada kualitas pertolongan persalinan di rumah sakit.
Selain itu bidan bertugas secara mandiri di biro konsultasi (CB) yang saat
ini menjadi
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS7
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

poliklinik antenatal rumah sakit. Dalam peran tersebut,


bidan sudah memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.
Pada tahun 1953 di Yogyakarta diadakan kursus tambahan bagi
bidan (KTB), yang berfokus pada kesehatan masyarakat. Dengan
demikian
pemerintah mengakui bahwa peran bidan tidak hanya terbatas
pada pelayanan di rumah sakit tetapi juga meluas pada pelayanan
masyarakat,
yang terbasis di balai kesehatan ibu dan anak (BKIA) di tingkat
kecamatan. Ruang lingkup pelayanan BKIA meliputi: pelayanan
antenatal, (pemberian
pendidikan kesehatan, nasihat perkawinan, perencanaan
keluarga, dll);
intranatal; postnatal (kunjungan rumah, termasuk pemeriksaan dan
imunisasi bayi, balita, san remaja); penyuluhan gizi, pemberdayaan
masyarakat; serta pemberian makanan tambahan. Pengakuan ini secara
formal dalam bentuk adanya bidan koordinator yang secara struktual
tercatat di jenjang inspektorat kesehatan, mulai daerah tingkat I (Propinsi)
sampai dengan II (Kabupaten).
Ketika konsep puskesmas dilaksanakan pada tahun 1967,
pelayanan BKIA menjadi bagian dari pelayanan puskesmas. Secara
tidak langsung, hal ini menyebabkan penyusutan peran bidan di
masyarakat. Bidan di Puskesmas tetap memberikan pelayanan KIA dan
KB di luar gedung maupun didalam gedung, namun hanya sebagai staf
pelaksana pelayanan KIA, KB, Posyandu, UKS dan bukan sebagai
perencana dan pengambil keputusan pelayanan di masyarakat. Tanpa
disadari, bidan kehilangan keterampilan menggerakkan masyarakat,
karena hanya sebagai pelaksana.
Pada tahun 1990-1996 konsep bidan di desa dilaksanakan untuk
mengatasi tingginya angka kematian ibu. Pemerintah
(BKKBN)
menjalankan program pendidikan bidan secara missal (SPK + 1
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
tahun) ( SPK :Sekolah Perawat Kesehatan,ASUHAN
lulusan SMP + 3 KOMUNITAS8
KEBIDANAN tahun).
Bidan di desa
(BDD) merupakan staf dari puskesmas di desa sebagai penanggung
jawab di polindes. Ruang lingkup tugas BDD mencakup peran sebagai
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Sayangnya materi dan masa pendidikan BDD tidak


memberikan bekal yang cukup untuk bisa berperan maksimal.
Gerakan sayang ibu (GSI) saat Departemen Kesehatan merupakan
inisiatif safe motherhood malah diprakarsai oleh KantorMentri
Pemberdayaan Perempuan tahun 1996 dengan tujuan
meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menurunkan AKI. Pada
tahun yang sama
(1996), Ikatan Bidan Indonesia (IBI) melakukan advokasi pada
pemerintah yang melahirkan program pendidikan Diploma III
Kebidanan (singkat
akademi). Program baru ini memasukkan lebih banyak materi
yang dapat
membekali bidan untuk bisa menjadi agen pembaharu di
masyarakat, tidak hanya di fasilitas klinis.

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


A. PENGERTIAN
1. Kebidanan Komunitas: (lihat definisi di Konsep Inti)
2. Peran dan Tanggung Jawab Bidan pada Pelayanan Kebidanan
Komunitas
Meliputi kemampuan memberikan penyuluhan dan pelayanan
individu, keluarga dan masyarakat. Untuk itu diperlukan kemampuan
untuk menilai mana tradisi yang baik dan membahayakan, budaya
yang sensitive gender dan tidak, nilai-nilai masyarakat yang adil
gender dan tidak dan hokum serta norma yang ternyata masih
melanggar hak asasi manusia. Disamping itu, bidan harus bertindak
professional dalam bentuk:
a. Mampu memisahkan antara nilai-nilai dan keyakinan pribadi
dengan tugas kemanusiaan sebagai bidan; dan
b. Mampu bersikap non judgemental (tidak menghakimi),
nondiscriminative (tidak membeda-bedakan)dan memenuhi
standar produser kepada semua kliem (perempuan, laki-laki,
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
trans-gender)
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS9
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

3. Ruang Lingkup Pelayanan Bidan di Komunitas


a. Peningkatan kesehatan (preventif).
b. Pencegahan (preventif)
c. Diagnose dini dan pertolongan tepat guna.
d. Peminimalan kecacatan.
e. Pemulihan kesehatan (rehabilitasi).
f. Kemitraan dengan LSM setempat, organisasi masyarakat,
organisasi sosial, kelompok masyarakat yang melakukan upaya
untuk mengembalikan individu ke lingkungan keluarga dan
masyarakat. Terutama pada kondisi dimana stigma masyarakat
perlu dikurangi (TB, kusta, AIDS, KTD, KDRT, korban perkosaan,
IDU).

B. TUJUAN PELAYANAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


Tujuan umum:
Seorang bidan komunitas mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, khususnya kesehatan perempuan di
wilayah kerjanya.
Tujuan Khususnya:
 Meningkatkan cakupan pelayanan kebidanan komunitas sesuai
dengan tanggung jawab bidan (lihat uraian di atas).
 Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal secara terpadu.
 Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan resiko
kehamilan, persalinan, nifas dan perinatal.
 Mendukung program-program pemerintah lainnya
untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan anak.
 Membangun jaringan kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh
masyarakat setempat atau terkait.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS10
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

C. PRINSIP PELAYANAN / ASUHAN KEBIDANAN


KOMUNITAS
1. Kebidanan Komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, social, psikologi, ilmu kebidanan dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat
dan martabat kemanusiaan klien (lihat modul Etika Profesi dan
Hukum)
3. Cirri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai
unit analisis, populasi bisa berupa kelompok sasaran (jumlah
perempuan, jumlah KK, jumlah laki-laki, jumlah neonates, jumlah
balita) dalam area yang bisa di tentukan sendiri oleh bidan. Contoh:
jumlah perempuan usia subur dalam 1 RT atau 1 Kelurahan /
kawasan perumahan/perkotaan.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup hasil upaya bidan,
tetapi hasil kerjasama dengan mitra-mitra seperti: PKK, kelompok
ibu-ibu pengajian, kader kesehatan, perawat, PLKB, dokter, pekerja
sosial dll.
Kegiatan Pembelajaran
1. Bedakan peran bidan di masyarakat dengan bidan di praktik swasta dan
klinik
2. Telusuri sejaran bidan/kebidanan di kota asalmu.

Uji Kemampuan Diri


Instruksi : jawab pertanyaan berikut secara seksama!
3. Bagaimana anda mempersiapkan diri mengahadapi tantangan/kendala
dalam memberikan pelayanan di komunitas? Jelaskan dengan
menggunakan kerangka konsep diatas!
4. Buat ilustrasi kasus sesuai dengan pengalaman/observasi pribadi
dengan mengambil salah satu tantangan/kendala diatas.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS11
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 2

Asuhan Kebidanan di
Komunitas

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS12
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 2. Asuhan
Kebidanan di Komunitas

A. ASUHAN ANTENATAL DI RUMAH


Yang Perlu Diperhatikan
1. Pada awal ibu perlu konsultasi dengan SpOG/dokter untuk
mengidentifikasi apakah ibu ada kontraindikasi untuk bersalin di
rumah bersalin, pondok bersalin atau di rumah.
2. Bidan merujuk kepada SpOG/dokter bila ada komplikasi yang timbul.
3. Bidan menggunakan seluruh ketrampilannya bukan hanya untuk
memberi asuhan pada keadaan fisik normal tetapi juga membantu
ibu beradaptasi dengan perubahan karena kehamilan dan kesiapan
4. menjadi
Mendorong
ibu. ibu
untuk membicarakan tentang
perasaan,
kecemasannya dengan suasana yang mendukung dan terjamin
kerahasiannya.
5. Jika memungkinkan selama kehamilannya ibu dapat
bertemu
dengan semua bidan yang akan menolongnya di kamar bersalin dan
postpartum.

Berbagai Penyebab Ibu Tidak ANC Di Poliknik atau Puskesmas


1. Ibu sakit.
2. Tidak ada transport.
3. Tidak ada yang menjaga anaknya yang masih kecil di rumah.
4. Kurang motivasi.
5. Takut/tidak mau ke RS/menghindar RS.

Upaya Mengatasi
6. Kunjungan rumah.
7. Berusaha memperoleh informasi : alasan tidak datang
ke Poliklinik.
8. Jika ada masalah, mencoba untuk mencari pemecahannya.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS13
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

4. Jelaskan pentingnya ANC.


5. Bantu ibu untuk merencanakan upaya – upaya pemecahan
selanjutnya (misalnya bila ada masalah atau cara kontak dengan
bidan).

Pelaksanaan ANC Di Rumah


6. Bidan hanya mmpunyai data keberadaan ibu hamil di wilayah
kerjanya.
7. Bidan mengidentifikasi apakah ibu hamil
memeriksakan kehamilannya dengan baik atau tidak.
8. Bagi Ibu hamil yang tidak memeriksakan kehamilannya, bidan harus
melakukan ANC di rumah.
9. Sebelum ke rumah klien, bidan menentukan dulu kapan
bisa
berkunjung (kontrak waktu : tanggal, hari dan jam), diusahakan tidak
mengganggu aktivitas ibu hamil dan keluarga.
5. Saat kunjungan rumah lakukakan pemeriksaan sesuai standar,
kemudian mengidentifikasi lingkungan rumah bila ibu mempunyai
rencana untuk melahirkan di rumah.

Perlengkapan Kerja Bidan


Mengacu pada standar yang berlaku dengan mempertimbangkan
kebutuhan klien.

Pemilihan Tempat Persalinan


Yang Perlu Diperhatikan
6. Pengambilan keputusan untuk menentukan tempat persalinan di
tentukan oleh ibu sendiri atas hasil konsultasi dengan bidan dan
dokter.
7. Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa tentram dan
percaya terhadap orang yang menolongnya.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS14
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

3. Pilihan dipengaruhi oleh :


a. Riwayat kesehatan dan kebidanan yang lalu.
b. Keadaan kehamilan saat ini.
c. Pengalaman melahirkan sebelumnya.
d. Ketersediaan tempat tidur, kondisi rumah dsb.

Persiapan Persalinan
Pada hakikatnya, antenatal care yang dilakukan seorang bidan adalah
agar bersama – sama dengan semua ibu hamil dan suami/keluarganya
membuat perencanaan dan persiapan persalinan untuk menjamin
terlaksananya persalinan yang bersih dan aman. Dalam perencanaan
tersebut perlu juga disertakan perencanaan menggunakan alat
kontrasepsi pasca persalinan.
Ada 5 (lima) hal yang penting yang perlu didiskusikan dengan ibu dan
keluarganya, yaitu :
4. Membuat perencanaan persalinan yang perlu di tetapkan :
 Tempat persalinan
 Tenaga penolong persalinan terlatih
 Bagaimana menjangkau tempat persalinan.
 Siapa yang akan menjadi pendamping persalinan.
 Besarnya biaya persalinan yang di butuhkan
dan cara memperolehnya.
 Siapa yang akan mengurus keluarga saat ibu tidak di rumah.
 Apakah rencana metode kontrasepsi pasca persalinan.
5. Membuat rencana pengambilan keputusan penanganan kasus
gawat darurat, jika pengambilan keputusan utama dalam keluarga
tidak ada di tempat.
Yang perlu dibicarakan :
 Siapa yang membuat keputusan tentang rujukan ibu kalau
diperlukan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS15
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

 Siapa pengambil keputusan utama dalam keluarga.


 Siapakah yang boleh mengambil keputusan jika pengambil
keputusan utama dalam keluarga tidak ada di tempat saat terjadi
kasus gawat darurat.

3. Mengatur system transportasi jika terjadi kasus gawat darurat


 Perencanaan ini perlu dipersiapkan lebih awal selama
kehamilan, meliputi :
 Dimanakah ibu akan melahirkan ( desa, fasilitas kesehatan,
rumah sakit )
 Bagaimana caranya menjangkau tingkat layanan yang lebih
lengkap jika terjadi gawat darurat
 Ke fasilitas kesehatan manakah sang ibu harus ibu harus di rujuk
 Bagaimana caranya memperoleh donor darah yang potensial

4. Membuat rencana tabungan


Pihak keluarga harus didorong untuk menabung sehingga dana yang
di butuhkan dapat tersedia untuk perawatan rutin selama kehamilan
dan kasus gawat darurat. Pengalaman menunjukkan bahwa banyak
ibu-ibu yang tidak mau mencari pertolongan lanjutan atau di rujuk
karena tidak memiliki dana yang cukup.
Bidan perlu mengupayakan dibentuknya suatu system
mendukung uapaya menyelamatkan hami untuk atau
seseorang
ibu di lingkungan tersebut l mengorganisir
melalui
yang bisa
pengadaan dukungan financial untuk ibu jika diperlukan, misalnya
dalam bentuk “ tabungan ibu bersalin “ (tabulin).

5. Menyiapkan peralatan untuk melahirkan


Seorang ibu dan keluarganya dapat menyiapkan persalinannya
secara bersama-sama menyiapkan peralatan seperti popok atau

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS16
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

baju, sabun dan pakaian mandi yang bersih, kain untuk


bayi dan disimpan sebagai persiapan untuk persalinan.
B. PERTOLONGAN PERSALINAN
1. Domino ( Domiciliary In And Out )
 Pelayanan kombinasi antara rumah pasien dan unit kebidanan
 Bidan dipanggil saat ada/mulai tanda persalinan
 Pertolongan persalinan dilakukan di rumah sakit
 Bila ada penyimpangan segera dapat ditangani
 Bila persalinan tanpa komplikasi, ibu boleh pulang dalam 2-6 jam
postpartum
KEUNGGULAN KELEMAHAN
1. Pelayanan berkesinambungan 1. Risiko tertunda ke
2. Kurang kontak dengan kegiatan RS
rutin RS karena jarak yang jauh
3. Gangguan kehidupan keluarga 2. Merepotkan waktu pulang
minimal RS
4. Mudah memperoleh
fasilitas untuk pertolongan
emergency
5. Pilihan alternative untuk
ibu
yang tidak
memenuhi
persyaratan untuk
bersalin di rumah
6. Bidan tetap
dpat mempertahankan
Keterampilan
menolong persalinan
2. BPS/Praktik Perseorangan atau Rumah Bersalin (RB)
KEUNGGULAN KELEMAHAN
1. Suasana rileks, bersahabat 1. Keterbatasan alat-alat untuk
2. Pelayanan berkesinambungan mengatasi komplikasi
3. Lebih di terima ibu 2. Lebih mahal
dan pengunjung
4. Mudah memperoleh
fasilitas
emergency

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS17
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

3. Persalinan Di Rumah
Pertimbangan :
 Setiap ibu mempunyai hak kepuasan atas dirinya
 Ada beberapa kondisi ibu yang mengharuskan bersalin di RS
 Mengharapkan kualitas yang lebih tinggi
 Anak lebih mendapatkan kasih saying, ayah
lebih bebas mengekspresikan perasaanya
 Bidan harus mengembangkan hubungan antar keluarga, saling
percaya
Keunggulan Persalinan di Rumah
4. Kepuasan yang unik bagi ibu, keluarga dan bidan
5. Setiap ibu mempunyai hak untuk
mempertimbangkan pendapatnya
6. Meningkatkan control
7. Meminimalkan penggunaan obat dan intervensi pada ibu
maupun bayi
8. Anak tetap mendapatkan perhatian dan kasih saying
9. Suami dapat mengekspresikan perasaan sayangnya

C. PERSALINAN DI RUMAH
10. Persiapan
a. Keluarga
1) Keluarga bersedia pertolongan persalinan dilakukan di
rumah, memberikan ide untuk persalinan di rumah dan
bersedia serta mampu memberikan dukungan yang
diperlukan
2) Keluarga menginginkan pertolongan persalinan dilakukan di
rumah
3) Kegiatan rumah tangga secara detail perlu dibahas
membentuk jaringan kerja, siapa yang mengurus anak-anak

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS18
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

yang lain, anak-anak harus dipersiapkan sesuai


dengan umur dan tingkat pemahaman
b. Rumah dan Tempat Pertolongan Persalinan
Situasi dan kondisi yang perlu diketahui
 Apakah cukup aman, hangat
 Apakah tersedia ruangan yang akan
digunakan untuk menolong persalinan
 Apakah tersedia air mengalir
 Apakah kebersihan cukup terjamin
 Apakah tersedia telepon
c. Rumah
 Sejak awal kehamilan, rencana persalinan di rumah sudah di
rencanakan lebih rinci pada akhir kehamilan
 Bidan mengecek rumah sebelum kehamilan 37 minggu
Jika ada pilihan, persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
Ruangan sebaiknya cukup jelas, jika ada karpet, di alasi dengan
kertas tebal supaya tidak tembus, lampu dengan cahaya terang,
tempat nyaman, tidak terganggu. Tempat tidur dapat dicapai dari
dua sisi kasur yang melengkung dapat diluruskan dengan
meletakkan papan dibawahnya.

2. Perlengkapan
a. Untuk pertolongan persalinan seperti: Waskom, sabun cuci,
handuk, gayung, selimut, pakaian ganti, pembalut, kain pel,
lampu
b. Untuk bayi: handuk lembut, tempat tidur untuk bayi, botol air
panas untuk menghangatkan alas, handuk dan pakaian

3. Tata Cara Pelaksanaan Pertolongan Persalinan di Rumah


a. Penolong persalinan di rumah harus mengetahui dengan pasti :

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS19
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

 Adanya indikasi dan kontraindikasi pertolongan persalinan di


rumah
 Riwayat antenatalcare
 Rencana rujukan dan kolaborasi
b. Bidan harus tetap memberikan asuhan dan berkonsultasi segera
dan membuat catatan dengan tepat, pada kondisi berikut
 Apabila bidan menganggap bahwa persalinan tidak boleh
dilakukan dirumah dan ibu menolak saran – saran untuk
melahirkan di RS
 Apabila bidan atau suami menolak untuk menghadiri dokter
c. Tugas bidan (koordinator) memastikan adanya kebijakan lokal,
tentang :
 Kemudahan / dukungan untuk semua bidan yang praktik
menolong persalinan di rumah
 Dukungan dalam situasi tertentu yang berhubungan dengan
persalinan darah
 Mampu membuat rencana terbaik untuk memberikan asuhan
kepada ibu dan baayinya

4. Tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi kasus


emergency
a. Hindari tertundanya rujukan
b. Mengenal masalah dan memberikan instruksi dengan tepat
c. Ketika menunggu kedatangan dokter / rujukan, bidan selalu
berada dekat pasien dan memberikan pertolongan emergency
yang tepat
d. Jika mungkin menulis riwayat kasus dengan singkat
e. Pemantauan denyut nadi setiap 5 menit dan TD setiap 15 menit
dan dicatat

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS20
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

f. Beri tahu dokter saat bersalin, jika tidak ada, beri tahu dokter
lain.
g. Rujuk segera ke RS bila terjadi fatal distres atau persalinan
macet

5. Harus diperhatikan dalam penatalaksanaan pertolongan persalinan


di rumah
a. Keluarga harus tahu dengan tepat kapan dan bagaimana
menghubungi bidan
b. Bidan sebaiknya pernah bertemu dengan keluarganya
dan mengetahui rumah pasien dan cara mencapainya.
c. Bidan sebaiknya melakukan kunjungan untuk mengkaji situasi
untuk mengantisipasi bila bidan dipanggil oleh klien secara
mendadak
d. Jika tanda persalinan belum ada dan tidak perlu ditunggu, maka
beritahukan kepada ibu dan keluarga dan cara menghubungi
bidan dengan tepat dan mudah
e. Sebaiknya bidan mendampingi ibu mulai permulaan kala II
sampai placenta dan selaputnya lahir, tinggal di rumah ibu
selama 2 – 6 jam sampai kondisi baik, ibu dan bayi aman untuk
ditinggal.
f. Prinsip asuhan persalinan dirumah sama seperti asuhan
persalinaan di tempat lain
g. Selalu memberikan dukungan emosional dan fisik termasuk
mengatasai nyeri persalinan, suaami pasien dapat dilibatkan
untuk melakukan masage punggung ibu ataau membantu
merubah posisi, memberikan kompres air hangat/dingin dsb
h. Observasi kondisi ibu dan bayi untuk melihat kemajuan
persalinan dan kondisi abnormal agar persalinan berlangsung
normal

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS21
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

i. Perencanaan persalinan dan kelahiran dibicarakan secara rinci


sebelum persalinan, banyak ibu memilih bersalin dirumah
karena cemas, ingin menghindari penggunaan obat – obatan,
ingin ditunggu selama mungkin dengan tenang, supportif dan
rileks dalam pengawasan.
j. Bila ada hal yang mungkin dapat menimbulkan konflik selama
persalinan normal, sebaiknya dibicarakan dulu, terutama dalam
menghadapi kasus emergency.
k. Setelah lahir, bayi diperiksa, ditimbang dan diberi pakaian
l. Ibu dibersihkan agar merasa nyaman
m. Ruangan dan alat dibersihkan
n. Bidan melakukan pencatatan persalinan secara terinci, lengkap
dan tepat
o. Bidan memberikan petunjuk tentang cara mengetahuinya, jika
diperlukan
p. Kunjungan pertama postpartum sekitar 6
jam sesudah persalinan (bagi ibu dan bayi)
q. Bidan sebaiknya selalu siap untuk dipanggil secara mendadak
untuk menolong persalinan dan situasi emergency.
r. Alat – alat dab obat harus selalu di cek tanggal kadaluarsa

D. ASUHAN POSTPARTUM
Ibu yang baru pulang dari RS
1. Keputusan diambil oleh ibu, berdasarkan hasil konsultasi dengan RS
dan bidan
2. Bidan memberikan informasi rinci tentang ringkasan
proses persalinan hasil dan informasi lain relawan
3. Jika perlu mengunjungi pada sore hari atau esok harinya

Kunjungan Postpartum
1. Kunjungan rumah dilakukan pada hari ke 3, 7, 14, dan 40 hari
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS22
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

2. Ibu, suami/keluarganya diajarkan untuk mendemonstrasikan : cara


menyusui bayi, cara memandikan, cara mencuci tangan, cara
membuat susu, cara mensterilkan botol
3. Jika ibu mengeluh sakit perineum dapat dianjurkan untuk
mengompres/cebok dengan air hangat
4. Saran yang diberikan harus realistis dan sesuai dengan keadaan.
5. Berbicara dengan bayi dan bereaksi dengan sabar ketika bayi
menangis
6. Waktu kunjungan tidak terlalu lama sehingga perlu melibatkan
keluarga untuk : memberikan perhatian penuh baik verbal maupun
non verbal, siap siaga dan memberikan dukungan dalam
beradaptasi dengan situasi baru
7. Bidan memantau status mental ibu dan sikap mental terhadap
bayinya, suami dan anak anaknya
8. Memberitahukan cara mengenal taanda bahaya / masalah yang
mungkin dihadapi
9. Bidan juga perlu mengobservasi reaksi anggota keluarga lainya
10. Siapakah waktu agar ibu dapat mengekspresikan perasaanya
kecemasan terhadap bayinnya, anak – anak lainnya dan hubungan
antar mereka
11. Bidan mendengarkan, memberikan dukungan dan dorongan terus
menerus dan memberikan dukungan ekstra kepada ibu yang kurang
mendapat dukungan dari keluarga
12. Pada akhir setiap kunjungan, bidan melengkapi catatan termasuk
saran – saran yang diberikan, untuk mempermudah asuhan
postpartum selanjutnya
13. Perencanaan : skrining test untuk mengetahui penyakit metabolisme,
yang muncul pada hari ke 6 – 14
14. Sebelum hari ke 10 bidan mulai membicarakan tentang KB
a. Mendorong ibu untuk berpikir positif tentang rencana kehamilan
berikutnya
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS23
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

b. Jika ingin menggunakan pil anjurkan ibu untuk datang pada 2 – 3


minggu PP dan jika ingin menggunakan IUD anjurkan untuk
datang pada 6 minggu PP
c. Dengan rileks mendorong suami untuk membicarakan awal
seksual intercourse
d. Jelaskan lamanya pengeluaran iochea, kembalinya menstruasi ,
kesuburan, cara meminimalkan nyeri perineum, perubahan fisik
dan psikologi
e. Jika ada kelainan/penyimpanan bagi bayi maupun ibunya,
anjurkan untuk segera ke RS misalnya peradarahan Postpartum,
gangguan mental, kejang, hipotermi. Bila mungkin ibu dan bayi
dipisahkan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS24
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 3

Analisis Situasi dalam


Asuhan Kebidanan
Komunitas

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS25
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 3. Analisis Situasi dalam Asuhan Kebidanan Komunitas

Sumber Air Bersih Desa untuk Rumah Tangga


Sumber Air Bersih Jumlah Persen
PDAM 50 10
Pompa 100 20
Sumur 300 60
Telaga 10 2
Mata Air 25 5
Air Tadah Hujan 10 2
Air dalam kemasan 5 1

Tempat Buang Air Besar


Tempat pembuagan air besar juga menjadi masalah ketika tempat yang
digunakan tidak memenuhi kesehatan. Jamban merupakan bentuk umum
dari standar pembuangan air besar yang sehat. Bidan perlu mengetahui,
sarana yang digunakan untuk buang air besar di masing-masing KK.
Sarana Buang Air Besar

Sumber Air Bersih Jumlah Persen


Septic 250 50
Sungai 50 10
Lobang tanah 30 6
Ladang terbuka 10 2
Kolam 100 20
Danau / Telaga 10 2
Laut 50 10

Lantai Rumah
Lantai rumah berupa tanah merupakan indikator kurang sehat, sebab lantai
rumah dari tanah memiliki resiko terkena penyakit ISPA dan diare. Data
tentang lantai rumah menjadi penting untuk menberi gambran kondisi
kemiskinan warga. Namun demikian da beberapa masyaraka memandang

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS26
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

lantai rumah merupakan bentuk budaya, yang mereka anggap


cocok dengan kondisi lingkungan setempat.
Lantai Rumah masing-masing Rumah Tangga
Lantai Rumah Jumlah Persen
Marmer 10 2
Ubin/tegel 250 50
Semen (aci) 100 20
Kayu 10 2
Bambu 20 4
Batu 10 2
Tanah 50 10

Sampah
Sampah merupakan produk sisa dari suatu proses produksi yang setiap
hari di hasilkan baik di rumah tangga, pambrik, pasar, kandang dan lain-
lain. Jenis sampah ini yang perlu diketahui, apa yang diakibatkannya jika
sampah tidak dikelola dengan baik. Jika pegelolaan tidak baik akan
berpengaruh pada penyakit ISPA dan juga diare. Dengan megenali jenis
sampah, jumlah yang di hasilkan maka akan memudahkan melakukan
penyelesaian berkait dengan sampah.
Sarana Pembuangan Sampah masing-masing Rumah Tangga

Jenis Jumlah Persen


Sampah
Organ Rumah ....... m3
tangga,Kandang ternak,pasar
Non-organik Pasar,rumah tangga,industri pabrik ........m3
Kimia Industri,tambang HG untuk
mercury
Beracun Industri

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS27
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Contoh : Matrik Analisa Hubungan Masalah


Kesehatan Dengan Faktor Resiko
Faktor Resiko
Perilaku Program Lingkungan
Demografi dan
Layanan
kesehatan
Angka Masyarakat Pertolongan Akses Kondisi
Kematian ibu miskin persalinan layanan geografi suli
masi tinggi tidak sehat kesehata t dijangkau
(300/100.00) Cakupan n jauh
program
rendah
(ANC)
BBLR Masyraka Pola makan Tidak Tanaman
Miskin t kurang Posyandu ada pangan
bergizi dan kurang
Polindes

PROGRAM DAN SARANA PELAYANAN KESEHATAN


Program dan Sarana Pelayanan Kesehatan yang ada sekarang ini
merupakan fasilitas atau akses yang diberikan pemerintah kepada
masyarakat. Sebuah Desa yang jauh dari tampat layanan kesehatan seperti
Puskesmas atau Polindes, Maka akan kesulitan ketika harus minta
pertolongan persalinan yang resiko karena perdarahan, ibu tersebut
mungkin bisa bisa tertolong jiwanya.
Puskesmas dan polindes (Bidan di Desa ) memiliki program untuk
meningkatkan derajat kesehatan pada kelangsungan hidup anak. Tantu
saja ini merupakan program yang baik, tetapi untuk melihat naik atau
tidaknya diperlukan suatu analisis, bagimana kinerja program dan dampak
apa yang ditimbulkannya. Maka untuk melihat program dan sarana
pelayanan kesehatan perlu diketahui hal-hal dibawah ini yaitu :
1. Proses dan hasil (output) dari kinerja program dan pelayanan
2. Tenaga kesehatan, sarana dan biaya yang disediakan untuk program
dan layanan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS28
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

3. Keberadaan tenaga, sarana dan biaya merupakan input yang harus


kelola dengan baik, agar input tersebut dapat dipakai untuk kelancaran
program. Sedangkan prosesdan output merupakan rangkaian cara
untuk mencapai tujuan program dan layanan kesehatan. Misal,
bagaimana untuk menikatkan cakupan layanan pemeriksaan.ibu
hamil,maka disini perlu ditentukan target tujuan yang dicapai,misal 90%
ibu hamil terlayani,lalu program apa saja yang akan dilaksanakan untuk
mencapainya.
Disinilah pentingnya proses yang didukung oleh metode atau cara dan juga
input untuk menghasilkan capaian pemeriksaan ibu hamil yang benar
( output ).
Contoh Program dan Indikator
Nama Kegiatan Cakupan
Program
KIA Pemeriksaan ibu Persentase ANC ( K 1 & K 4 )
hamil ( ANC ) Persentase pertolongan
Pertolongan NAKES
persalinan Persentase Kujungan
Rujukan perawatan Nifas ( KN1 )
bayi (Kujungan
masa Nifas )
Gizi Pemberian Fe ibu Persen Fe ( anamia )
hamil Status Gizi Balita
Penimbanagan Persen yang ikut PMT
balita Persen ASI eks 6
Pemberian PMT bulan
ASI eksklusif
Immunisasi Pemberian Imunisasi Persen Bayi yang diimunisasi
TT,DPTdll lengkap tepat waktu
Keluarga Pelayanan KB Persen akseptor baru
Berencana Persen IUD yang diberikan
Persen yang memutus alat KB

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS29
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Penyebab Tujuan Kegiatan Bahan Waktu Penanggung Indikator


rendahnya jawab Tujuan
pemakaian yang
Kotrasepsi dapat
Diukur
Akses dan Meningk Memastik Penye Maret = Bidan Sekurang-
cakupan atkan an diaan mingg
KB rendah penerim ketersedi KB uI =Siswa kurangnya
an KB aan KB di kebidanan ada 2
pada pusat - Ibu/bapak siklus pil.
Laki-laki kesehata- Maret dan depo, 1
dan n Jadwal Mingg remaja IUD yang
peremp KB u II diberikan
uan usia Melaksan di pusat
reprodu akan kesehatan
ksi. konsultasi
KB = Jumlah
harian di orang yang
pusat melakukan
kesehata- konsultasi
n
= jumlah

akseptor
baru dll

Akses dan Meningk Melakuka Daftar Maret = Bidan = Jumlah


cakupan atkan n Mingg orang yang
KB rendah penerim kunjunga keluar u =Siswa dikunjugi
aan KB n dari ga II dan Kebidanan dan sudah
pada rumah ke yang III
laki-laki rumah hidup berkonsult
dan dan di asi;
peremp konseling daerah
uan usia KB pada terpen = Orang
reprodu laki-laki cil yang
ktif. dan menyataka
perempua Bahan n puas
nyang -bahan atas
tinggal di Inform kunjungan
daerah asi, dan apa
terpencil komun yang
ikasi dipelajari
dan
eduka
si

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS30
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Analisis Data dan


Pemecahan Masalah
Prioritas Reproduksi kesehatan

Membuat rencana aksi dan membuat rencana tindak lanjut


Contoh:
Penyebab Tujuan Kegiatan Bahan Waktu Penanggung Indikator
rendahnya jawab Tujuan
pemakaian yang
kontraseps dapat
i Diukur

Promosi KB Meningk Kelas- Modul Maret Bidan = jumlah


yang at-kan kelas KB Tempa Mingg Mahasiswa laki-laki
terbatas dan pengeta baik t u Kebidanan dan
laki-laki huan, laki- laki Undan I-III perempuan
merasa lebih perilaku dan ga-n
macho dan perempu
dengan anak praktik a-n
banyak KB pada = % peserta =
laki-laki yang Pengetahu
dan menggunaka
peremp an
n KB Modul
uan usia
training
produktif

Promosi KB Meningk Melakuka Surat- Maret Bidan = jumlah


yang at-kan -n surat, Mingg laki-laki,
terbatas dan pengeta informasi bahan- u Siswa perempuan
laki-laki huan, KB, bahan II Kebidanan serta
merasa lebih perilaku pendidika untuk remaja
macho dan poster Ibu/bapak yang turut
n dan
dengan anak praktik dan remaja berpartisip
kampany
banyak KB pada Biaya asi
e melalui
laki-laki lomba
dan pembuat = jumlah
peremp an poster orang yang
uan usia menonton
acara
produktif tersebut.

= peserta
dan
penonton
yang
menyataka
n
memerluka
n KB

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS31
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Kegiatan Pembelajaran

1. Dengan menggunakan analisis situasi, jelaskan


kondisi kesehatan reproduksi di desa asalmu?
2. sejauh mana pembagian peran gender bisa mempengaruhi
kondisi kesehatan reproduksi seseorang?

Uji Kemampuan diri


Instruksi: Jawab pertanyaan berikut secara seksama!
1. Sebukan faktor-faktor yang bisa status
mempengaruhi
kesehatan reproduksi seseoran?
2. Di wilayah didekat anda tinggal ditemukan seseorang ibu

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS32
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 4

Pendekatan Analisis Sosial


dalam Pelayanan Kebidanan
Komunitas

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS33
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 4. Pendekatan Analisis Sosial dalam Pelayanan Kebidanan


Komunitas

Analisis Sosial Definisi


Analisis Sosial
Usaha memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang sebuah
situasi sosial dengan menggali hubungan-hubungan historis dan
strukturalnya. Serangkaian kegiatan membedah sesuatu masalah dari
berbagai sudut pandang, memetakan situasi yang berhubungan dengan
masalah dan selanjutnya mengidentifikasi dasar-dasar penyelesaian
masalah

Fungsi Analisis Sosial


Sebelum masuk pada konsep analisis sosial, perlu dijelaskan di sini
karena sebelumnya sudah ada analisis situasi. Dalam pendekatan analisis
situasi sebenarnya sudah menyinggung permasalahan-permasalahan
sosial, terutama pada perilaku sebagai faktor determinan derajat
kesehatan. Seperti konsep sehat (health believe) ini sangat di pengaruhi
oleh pengetahuan atau budaya yang berkembang di masyarakat. Seorang
ibu akan memutuskan melahirkan anaknya di Puskesmas ini memerlukan
prosesyang panjang tapi bisa juga pendek. Ada faktor kebiasaan, sehingga
dengan mudah di putuskan, tetapi ada faktor lain yang sering berpengaruh
yang menjadikan lama untuk membuat keputusan.
Membedakan antara analisis sosial dengan analisis situasi tidak
perlu, yang penting adalah saling melengkapi. Dalam analisis situasi ada
semacam tradisi dalam ilmu kesehatan, dimana analisis ini berkait dengan
relasi antara independan dengan (antara faktor detrminan dengan derajat
kesehatan). Ada ukuran-ukuran kuantitatif yang jelas, akurat, seperti
tertuang dalam indikator, target, relasi statistik.
Sedangkan pada analisis sosial lebih kepada memberikan
gambaran yang jelas (deskripsi) tentang makna yang ditangkap dari suatu
fakta sosial. MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS34
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Tidak menggunakan ukuran kuantitatif, yang penting fakta


soaia diungkap, dijelaskan sehingga oleh setiap orang dapat di pakai
gambaran dan selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan untuk
melengkapi lebih lanjut. Dalam analisis social, relasi antara fakta menjadi
penting, karena setiap fakta seringkali tidak berdiri sendiri, missal,
kebiasaan merawat tali pusat bayi dengan di popok pakai daun sirih,
tidaklah berdiri sendiri, kebiasaan itu didapat dari moyang mereka dan
keyakinan itu yang, menjadikan perilaku semakin mendapat pengesahan.
Dalam kasus ini, relasi yang lain bahwa adalah kenyataan ini bisa
juga dilihat banyaknya tanaman Sirih, yang mungkin dihasilkan oleh adanya
keputusan bersama untuk melestarikan tanaman-tanaman yang dapat
digunakan untuk obat, dan sangat mungkin keputusan bersama ini menjadi
peraturan desa. Analisis situasi merupakan proses upaya untuk
mendapatkan permasalahan yang berkaitan dengan derajat kesehatan,
melalui survey atau pencatatan maka diperoleh masalah kesehatan,
kemudian melakukan pelacakan pada faktor-faktor yang berpengaruh pada
munculnya angka kesakitan atau kematian.
Sedangkan dalam analisis social, target untuk menemukan masalah
tidak ada, disini merupakan penjelajahan (explorasi) fakta-fakta
social, kekayaan social yang dimiliki oleh suatu masyarakat. Namun
demikian, tidak menutup kemungkinan jika fakta social yang kita dapati
untuk merupakan masalah. Missal, ada “paham” yang menolak imunisasi,
ini merupakan kenyataan social yang “dianggap” sebagai masalah, karena
akan menghambat jalannya program imunisasi.
Dalam analisis sosial ini, yang diperlukan adalah kemampuan
seseorang dalam menangkap apa yang dimaksud fakta-fakta social,
kekayaan social dan relasinya. Untuk itu dalam melakukan analisis
social perlu diketahui elemen-elemen berikut :
1. Jumlah penduduk, KK
2. Komposisi penduduk bedasar jenis kelamin, kelompok umur

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS35
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

3. Mata pencaharian termasuk pembagian kerja antara lelaki dengan


perempuan
4. Jumlah dusun, RT/RW
5. Agama dan Keyakinan
6. Lembaga Desa (seperti Pamong Desa, Badan Perwakilan Desa,
Dukuh)
7. Sarana kesehatan yang tersedia seperti Polindes, Posyandu, Bidan,
Mantri Kesehatan, Dokter, Dukun
8. Perkumpulan ibu-ibu, bapak-bapak, remaja
9. Iuran pembangunan daerah (IPEDA)
10. Kegiatan ronda malam
11. Program kebersihan lingkungan Desa
12. Ritual upacara adat (mitoni, tetes, sunat, jagong bayi dll)
13. Konsep sehat sakit
14. Pengertian KB, Aborsi, Kesehatan alat reproduksi
15. Program kesehatan (Posyandu Balita, Usila)
Jadi, analisis social berfungsi untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan
kesehatan di komunitas, mencari akar masalah dan mencarisolusi yang
tepat.

Siklus Analisis Sosial

Cara
Pandang/Teori

Refleksi Menetukan
Situasi
Ipoleksosbu
d
Aksi

Menetukan
Strategi Menetukan Masalah
Akar Sosial
Masakah

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS36
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Hubungan gender dengan Determinan Kesehatan lain


Masyarakat dipedesaan di Indonesia kebanyakan masih tergantung
pada sektor pertanian. Pengeluaran rata-rata per kapita mereka mudah
menurun secara cepat dibawah garis kemiskinan (didefinisikan sebagai
pendapatan per kapita perbulan-rata-rata sebesar Rp 41.588;Djajadilaga,
2003). Dalam kondisi seperti ini, masyarakat biasanya lebih
memprioritaskan pengeluaran untuk kebbutuhan dasar pangan, bukan
kebutuhan sandang apalagi kesehatan. Akibatnya masyarakat mengalami
berbagai permasalahan kesehatan yang dampaknya terutama terlihat lebih
jelas pada perempuan dan anak.
Bidan desa memainkan peran penting untuk kelangsungan hidup ibu
dan anak,terutama di daerah pedesaan. Masih tinggi kebutuhan
perempuan terhadap pelayana persalinan oleh tenaga bidan. Tren
pemanfaatan tenaga bidan desa disejumlah kabupapaten untuk pelayanan
masa kehamilan (antenatal care)/ANC dan masa nifas (postpartum
care)menunjukan peningkatan (parker dan roestam,2002,p.19). bahkan
dibeberapa kabupaten, pemanfaatan bidan untuk ANC hingga
mencapai
100 persen. Hal ini menunjukan bahwa bidan sangat berperan
dalam
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pengobatan
dasar, khususnya pelayanan ibu dan anak di daerah pedesaaan (UNUCEF,
1997; Center for Health Research,2001).
Namun permasalahan terkait kesehatan reproduksi perempuan tidak
hanya mencakup masalah klinis saja, tetapi non klinis. Sering kali
perempuan dihadapkan dengan ketakutan yang bisa berdampak kepada
kondisi kesehatan reproduksinya, misalnya : takut KB, karena takut disuntik,
takut punya anak, karena sudah banyak anak atau baru saja melahirkan,
dan lain-lain. Sebagai tokoh penting di desa, seorang bidan seharusnya
tidak hanya berperan dalam hal pemperian pelayanan kesehatan
reproduksi, tetapi juga dalam membantu pemecahan masalah, baik yg
terkait maupun tidak, dengan kesehatan reproduksi yang berkembang di
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
masyarakat. Keterampilan yang mereka miliki, secara klinis maupun non
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS37
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

klinis, esensial dalam memberikan pelayanan yang aman dan


menghargai perempuan.

Kegiatan pembelajaran
1. Analisis kasus henayah di bawah ini, tentukan faktor
determinannya
2. Bagaimana cara mengatasi masalah yang di hadapi henayah
agar tidak terulang lagi pada perempuan lain?

ILUSTRASI : KASUS HENAYAH


Henayah (bukan nama sebenarnya), dari desa selinjang, kecamatan
keruak, lombok timur, seorang perempuan mudah, lincah, berani
berbicara, suka melakukan protes, akhirnya dinikahi oleh seorang kepala
dusun yang juga haji. Mungkin Henayah, sebagai istri kepala dusun yang
ke empat, secara resmi. Henayah, merasa tidak mampu menghadapi
kenyataan bahwa anak-anak muda laki-laki sebayanya atau yang sedikit
terpaut di atasnya merasa tidak pantas menikahinya. Mereka (lelaki) lebih
senang mencari perempuan yang jauh lebih mudah, tampilan fisikyang
menarik menjadi idaman bagi setiap lelaki. Dan itu juga terjadi pada
lelalki mudah yang masih 17 an, mereka lalu menikah mencari yang
lebih mudah umur 30 tahun biasanya sudah punya cucu.
Jarak umur Henayah dengan suaminya terpaut 25 tahun, yang mestinya
sepantas sebagai anaknya. Namun tidak, henayah dijadikan istri nya yang
ke empat status kepala dusundan haji merupakan”harapan”dunia material
dan surga bagi Henayah, dan itu lazim. Bahwa lelaki akan membawa
istrinya kesurga merupakan harapan bagi seorang perempuan, dan
menjadi jaminan jika suaminya seorang yang memahami agama apalagi
bergelar haji.
Dalam perjalan perkawinannya, Henayah selalu mendapat kasih sayang
dari suami seperti istri-istri yang lain, perkara adil atau tidak sulit
ungkapakan. Henayah, akhirnya hamil, dan pada masa hamil mudah
tubuh
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS38
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

henayah masih kelihatan bagus, segar dan tidak terlalu


gemuk. Suaminya merasa senang dan bangga akan punya anak lagi, dari
seorang perempuan yang cantik.
Lama kelamaan tubuh Henayah menjadi gemuk dan gembrot
karena kehamilannya. Seperti yang terjadi biasanya atau sering ditemui
di daerah itu, suami suadah merasa tidak tertarik dengan tubuh yang
dimiliki istrinya, gembrot tidak membuat nafsu.sudah pasti, suami melirik
ke perempuan yang lebih memberikan gairah birahinya, ketika istri-istri
terdahulu juga sudah
Tidak menarik ditinggalkan pasti mencari lain. Istri istri akan
mudah diceraiakan. Jika tidak menyetujui tindakan suaminya untuk
menikah lagi. Dan ini menjadi suatu dalilyang kuat ketika suami bertahan
dengan berbagai alasantermasuk menggunakan dalh agama.
Henayah, dengan naluri yang dimiliki sebagaiperempuan
yang berani bicara, mulai protes. Mulai dari menyalahkandirinya sendiri,
“kenapa aku kawin dan hamil”, sampai memprotes kekuasaan lelaki dan
legitimasi agama. Dengan keberaniannya, henayah menantang suaminya
dan menuntut apa yang menjadi haknya dan tidak menyetujui suaminya
nikah lagi. Tapi apa yang didapat, Henayah dicerai.
Kenyataan telah terjadi, Henayah mau menggugurkan
anaknya, tidak mungkin, DOSA. Kalaupun mau nekad, dia tidak tahu
caranya atau dimana.
Henayah mengurung diri, sambil meratapi
tubuhnya yang sedang mengandung
besar. Dia tidak pernah memeriksa kandungannya, hatinya
galau, uang sudah tidak diberi lagi oleh suami,malu kepada
orang tuanya.henayah stres
Henayah akhirnya melahirkan dengan perdarahan yang
cukup banyak dan
posisi bayi yang terlilit, tetangga hanya bisa menolong
dengan cara sederhana, dengan memberi “asapan”(upaya untuk memberi
kehangatan) pada henayah. Akhirnya bayi yang lahir meninggal.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
Menyesalkah henayah dengan kematian bayinya? Tidak semuanya.
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS39
Henayah bersyukur tidak
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

memelihara anak yang membawa aib, dan anak yang


meninggal belum ternodai oleh dosa,diyakini akan membawa ibunya
kelak kesurga.
Uji kemampuan diri
Intruksi: jawab pertanyaan berikut secara seksama!
Sebutkan beda analisis situasi dengan analisis sosial.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS40
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 5

Perangkat Analisis
Gender untuk Asuhan
Kebidanan Komunitas

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS41
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 5. Perangkat Analisis Gender untuk Asuhan Kebidanan


Komunitas

Hardvard Analytical Framework and


People-Oriented Planning
Alat analisis gender Hardvard ini dikembangkan di Hardvard Institute
Amerika.
Asumsi yang mendasarinya bahwa ada hubungan ekonomi dalam alokasi
sumber daya alam dengan pembagian peran kerja antara perempuan dan
laki-laki. Alat ini bertujuan membantu perencana dalam merancang proyek
yang efisien dan meningkatkan produktivitas secara menyeluruh,
yang
dilakukan melalui pemetaan kerja laki-laki dan perempuan dalam sebuah
komunitas.
Ada 4 komponen utama dalam Hardvard Analytical Framework:
1. Profil kegiatan; mengidentifikasi tugas-tugas produkif dan reproduktif
terkait, menggunakan pertanyaan inti “siapa melakukan apa?”.
Parameter lain yang dapat diukur adalah dominasi gender dan umur,
alokasi waktu, tempat kegiatan atau dapat ditambahkan kategori
kegiatan kemasyarakatan yang bersifat sosial politik/keagamaan.
2. Profil akses dan kontrol terhadap sumber daya; menunjukkan siapa
yang memiliki akses ke sumber daya dan mengontrol penggunaannya.
Selain itu juga dapat ditambahkan kategori sumber daya politis dan
3. Faktor-faktor berpengaruh; identifikasi faktor-faktor
ekonomi,serta
yang sumber daya
yang waktu.
mempengaruhi deferensiasi gender (pemberian kesempatan/hambatan
yang berbeda terhadap laki-laki). Faktor-faktor ini antara lain: norma-
norma masyarakat dan hirarki sosial, kependudukan, birokrasi
kelembagaan, kondisi ekonomi, insiden politik hukum dan sikap
masyarakat proyek. Selanjutnya dapat
terhadap dibuat program, baik kekuatan,
prediksi/kecenderungan kelemahan,,
kesempatan dan hambatan yang mungkin muncul.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS42
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

4. Analisis siklus proyek


Hardvard Analitycal Framework, dikenal juga dengan
sebutan “Profil Kegiatan” atau alokasi waktu antara laki-laki dan
perempuan dalam keluarga. Profil kegiatan ini umumnya
memperlihatkan beban ganda yang ditumpukan kepada permpuan,
beban ini diwariskan secara turun temurun sehingga dianggap
kelaziman dan tidak bernilai ekonomis.
Berdasarkan waktunya, profil kegiatan ini dapat dibuat
harian, bulanan dan musiman.
Waktu Anak Anak
Kegiatan
Berikut L P profil kegiatan :
ini contoh Produktif Reproduktif Sosial
(Jam) L P

05.00 Bangun
05.30 Memasak
06.00 Mencuci
06.30 Makan
Pagi
07.00 Ke kebun
……….
……….
……….

Melalui profil kegiatan akan dapat diketahui kapan dan berapa banyak
waktu senggang yang dimiliki laki-laki dan perempuan, selanjutnya dapat
disusun perencanaan untuk memanfaatkan waktu senggang tersebut. Bila
dikritisi lebih lanjut, ternyata program yang dirancang untuk memanfaatkan
waktu senggang ini kadang justru menimbulkan beban ganda bagi
perempuan, yang notabene waktunya telah banyak tersita untuk kegiatan
kerumahtanggaan (reproduktif).

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS43
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Framework ini menarik karena :


a. Praktis.
b. Memberi gambaran yang jelas. Data yang dikumpulkan
dapat memberikan gambaran yang jelas sederhana tentang siapa
melakukan
apa, kapan dan dengan cara apa. Kerangka ini membuat pekerjaan
perempuan terlihat dan membantu kita untuk secara tepat menyusun
strategi membantu perempuan.
c. Membedakan antara akses dan kontrol sumberdaya.
d. Dapat dengan mudah diadaptasi.
e. Tidak bersifat mengancam dan netral secara gender. Semuanya
didasarkan pada “kenyataan-kenyataan” yang terlihat.
Keterbatasan kerangka Hardvard ini adalah:
f. Dipengaruhi oleh pemikiran WID yang tidak memperhatikan hubungan
gender yang tidak adil dalam masyarakat
g. Dapat mengarahkan pada satu pendekatan saja
h. Dapat menjadi sebuah alat perencanaan yang bersifat top down
i. Penekanan pada pemisahan dari pada pengkaitan
j. Tidak memperdulikan ketidaksetaraan-ketidaksetaraan yang mendasar
lainnya
k. Terlalu teknis

Kerangka Moser
Model analisis ini dikembangkan oleh Caroline Moser yang mencoba untuk
membawa satu agenda pemberdayaan perempuan ke dalam proses
perencanaan dengan cara menyusun perencanaan berbasis perspektif
gender. Konsep-konsep yang terdapat dalam kerangka Moser ini adalah:
l. Tiga peran.
m. Kebutuhan-Kebutuhan gender strategis dan praktis.
n. Pendekatan gender dan pembangunan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS44
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Tujuan Kerangka Moser


Alat 1: Identifikasi peran-peran gender
Alat ini melibatkan pemetaan pembagian pekerjaan gender
Siapa Melakukan Apa
Kerangka Moser menganggap bahwa secara umum, di dalam
masyarakat, perempuan yang berpendapatan rendah memiliki tiga peran,
yaitu (a) peran reproduktif (b) peran produktif dan (c) peran sosial atau
kemasyarakatan. Sedangkan laki-laki terutama mengurusi kegiatan-
kegiatan produktif dan poltik dalam masyarakat. Dengan menyoroti
kegiatan-kegiatan reproduktif dan kemasyarakatan,sejalan dengan
kegiatan-kegiatan produktif dan politik dalam masyarakat.
Kerja reproduktif adalah Kerja-kerja pengelelolaan dan
pelestarian rumah tangga dan keluarga yang di dalamnya termasuk
melahirkan, merawat anak-anak mempersiapkan makanan, mengambil
air dan bahan
bakar berbelanja. Merawat rumah dan kesehatan keluarga.
Kerja reproduktif sangatlahpenting bagi kelangsungan hidup dan
pelestarian
reproduksi angkatan kerja, tetapi hal tersebut jarang
dianggapsebagai
“pekerjaan yang benar-benar pekerjaan”. Di masyarakat
miskin, pekerjaan reproduktif adalah kerja kasar yang intensif dan menyita
waktu. Hal-hal tersebut hampir selalu menjadi kewajiban para perempuan
dan anak-anak perempuan.
Kerja produktif merupakan kerja yang menghasilkan produksi
barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperdagangkan/dijual
(pertanian, perikanan,
ketenagakerjaan, dan memperkerjakan diri sendiri). Ketika
orang ditanya
apa pekerjaan mereka, jawaban paling sering mengacu ada
kerja-kerja produktif terutama pekerjaan yang mendapatkan bayaran dan
menghasilkan pendapatan. Baik perempuanmaupun laki-laki dapat terlibat
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
dslam kegiatan-kegiatan produktif tapi seringkali lebih tidakKOMUNITAS45
ASUHAN KEBIDANAN terlihat dan
lebih tidak dihargai dibandingkan dengan pekerjaan produktif laqki -laki.
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pekerjaan kemasyarakatan adealah kerja-kerja yang


berkaitan dengan pengorganisasian kegiatan/tugas sosial secara bersama
; upacara-upacara dan peringatan-peringatan, kegiatan-kegiatan
peningatan masyarakat, partisipasi dalam kelompok dan organisasi,
kegiatan-kegiatan politik lokal dsb. Jenis pekerjaan ini jarang
dipertimbangkan/dilihat dalam analisis ekonomi suatu masyarakat. Tetapi
jenis pekerjaan ini melibatkan jumlah waktu yang cukup besar yang
diberikan secara sukarela dan penting bagi perkembangan spiritual dan
budaya masyarakat dan merupakan “kendaraan” untuk pengaturan dan
penentuan nasib masyarakat. Baik perempuan dan laki-laki terlibat dalam
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan, meskipun suatu pembagian keja
berdasarkan gender juga berlaku di sana. Moser membagi pekerjaan
kemasyarakatan menjadi 2 jenis pekerjan yang berbeda:
a. Pekerjaan pengaturan kemasyarakatan, kegiatannya terutama
ditangani oleh perempuan di tingkat masyarakat sebagai perluasan
dan peran reproduktif mereka untuk menjamin ketersediaan dan
pelestarian sumberdaya-sumberdaya konsumsi kolektif yang jarang,
seperti air, perawatan kesehatan dan pendidikan. Sifatnya sukarela
tidak dibayar, dan dijalankan di waktu “senggang”.
b. Pekerjaan politik kemasyarakatan, terutama ditangani oleh laki-laki
pada tingkat masyarakat, pada tingkat formal yang seringkali berada
dalam satu kerangka politik nasional. Pekerjaan ini
biasanya dibayar, baik langsung maupun tidak, melalui pemberian
status dan
kekuasaan.
Perempuan, laki-laki, anak-anak laki-laki dan perempuan, sepertinya
terlibat 3 bidang pekerjaan. Laki-laki terlihat lebih sedikit terlibat dalam
pekerjaan reproduktif. Di banyak masyarakat, perempuan mengerjakan
hampir semua pekerjaan reproduktif dan banyak pekerjaan produktif.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS46
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Alat 2 : Pengujian Kebutuhan gender


Apa Kebutuhan-kebutuhan Gender Praktis Dan Strategis
Perempuan? Alat kedua melibatkan satu pengujian kebutuhan-kebutuhan.
Perempuan memiliki kebutuhan-kebutuhan tertentu yang berbeda dengan
laki-laki, tidak hanya disebabkan oleh ketiga peran mereka tetapi juga oleh
posisi mereka yang dianggap lebih rendah dari laki-laki. Frame work Moser
membedakan antara 2 jenis kebutuhan (mengadaptasi ide Molyneux
tentang kepentingan).
Kebutuhan-kebutuhan gender praktis - kebutuhan-
kebutuhan yang
diidentifikasi untuk menolong perempuan di posisi mereka yang
berada di bawah dalam masyarakat.
Kebutuhan gender praktis tidak menolak pemisahan pekerjaan
berdasarkan gender yang menempatkan perempuan pada posisi rendah di
masyarakat. Kebutuhan-kebutuhan itu merupakan jawaban terhadap satu
kebutuhan yang dirasa mendesak yang teridentifikasi di suatu konteks
tertentu. Kebutuhan-kebutuhan itu bersifat praktis dan seringkali
berhubungan dengan ketidakcukupan persyaratan hidup seperti
persediaan air, perawatan kesehatan dan pekerjaan.
Kebutuhan-kebutuhan gender praktis meliputi :
 Persediaan air
 Perawatan kesehatan
 Pendapatan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga
 Perumahan dan kebutuhan-kebutuhan dasar
 Persediaan pangan keluarga
Kebutuhan-kebutuhan strategi gender – kebutuhan-kebutuhan yang
teridentifikasi untuk mengubah pola-pola hubungan kekuasaan yang tidak
adil antara laki-laki dan perempuan dikarenakan posisi perempuan yang
lebih rendah dalam masyarakat. Kebutuhan strategis bermacam-macam
tergantung konteks masyarakatnya. Pada dasarnya kebutuhan strategis
berhubungan dengan pembagian pekerjaan, kekuasaan dan kontrol
berdasarkan gender, yang meliputi masalah-masalah seperti hak-hak
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS47
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

hukum, kekerasan dalam rumah tangga, upah dan kontrol


perempuan terhadap diri mereka. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
gender strategi ini membantu perempuan untuk mencapai persamaan, yang
pada gilirannya akan merubah peran-peran yang ada yang meningkatkan
posisi tawar perempuan.
Kebutuhan-kebutuhan gender strategis antara lain :
 Penghapusan pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin
 Penghapusan beban pekerjaan rumah tangga dan perawatan anak
 Penghilangan bentuk-bentuk diskriminasi yang telah melembaga,
misalnya hak-hak untuk memiliki tanah/lahan atau kekayaan sendiri.
 Akses terhadap penghargaan dan sumberdaya-sumberdaya lainnya
 Kebebasan dalam memilih dalam mempunyai anak
 Tindakan-tindakan untuk menentang kekerasan dan kontrol laki-laki
terhadap perempuan

Alat 3 : Data terpilah di tingkat rumah tangga


Siapa mengontrol apa? Siapa menentukan apa? Bagaimana caranya?
Di sisi lain dianalisis bahwa alokasi sumberdaya-sumberdaya dalam
keluarga adalah hasil proses tawar menawar. Perlu dilihat siapa yang
memiliki kontrol terhadap sumberdaya-sumberdaya rumah tangga ini dan
siapa yang memiliki kekuasaan dalam pembuatan keputusan atas hal-hal
tersebut.

Alat 4 : Matrix kebijakan WID/GAD


Moser menganalisis jenis-jenis pendekatan kebijakan tertentu sebagai
suatu cara untuk mendukung pemikiran melalui bagaimana intervensi -
intervensi perencanaan yang berbeda mengubah posisi sub-ordinal
perempuan dengan cara memenuhi kebutuhan-kebutuhan gender strategis
dan praktis.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS48
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pendekatan-pendekatan ini adalah kesejahteraan, persamaan/


keadilan, anti kemiskinan, efisiensi dan pemberdayaan.
 Pendekatan kesejahteraan adalah untuk mengikutsertakan
perempuan dalam pembangunan dengan peran reproduktif mereka
sebagai ibu yang lebih baik. Di sini perempuan dilihat sebagai
peserta pasif. Pendekatan kesejahteraan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan praktis perempuan misalnya air bersih, gizi yang lebih
baik dll.
 Pendekatan persamaan/keadilan adalah untuk mencapai
persamaan bagi perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki.
Di sini perempuan dilihat sebagai eserta aktif dalam pembangunan.
Perempuan diikutsertakan dalam akses ketenagakerjaan dan pasar.
 Pendekatan anti-kemiskinan adalah suatu langkah yang
mengedepankan keadilan. Pendekatan ini bertujuan menyelesaikan
masalah pengintegrasian erempuan dengan memusatkan perhatian
ke peningkatan produktivitas perempuan. Pendekatan ini mencoba
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan gender praktis perempuan
dengan cara meningkatkan kapasitas mereka untuk memperoleh
pendapatan, pertama melalui proyek-proyek penghasil pendapatan
skala kecil.
 Pendekatan efisiensi inji bermula dari dasar pemikran bahwa jika
perempuan dilibatkan dalam pembangunan, maka pembangunan
semakin efisien. Ini mengasumsikan bahwa efisiensi otomatis dapat
adil. Jika kontribusi ekonomi perempuan diketahui, status mereka
akan meningkat dan nantinya akan mengarah ke keadilan yang lebih
besar.
 Pendekatan pemberdayaan merupakan pendekatan yang paling
terakhir dan diciptakan oleh perempuan-perempuan selatan (negara
berkembang). Pendekatan ini yakin bahwa hanya dengan aksi dan
solidaritas bersama yang akan meningkatkan posisi perempuan dan
bergerak dari grass root. Pendekatan ini juga menekankan bahwa

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS49
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

pengalaman perempuan ini diperkuat oleh faktor-faktor


lain seperti kelas, ras umur. Oleh karena itu, aksi pada tingkatan
yang berbeda sangat penting untuk memerangi tekanan. Secara
terbuka, pandangan ini mengatakan bahwa perempuan harus
mendapat kekuasaan lebih untuk mengubah posisi mereka.
Pendekatan ini mengarah pada pemenuhan kebutuhan gender
strategis perempuan melalui pengorganisasian perempuan untuk
memenuhi kebutuhan- kebutuhan strategis mereka.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS50
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 6

Perencanaan Partisipasi
Berperspektif Gender

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS51
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 6. Perencanaan Partisipasi Berperspektif Gender

Konsep Partisipasi
BEBERAPA PENGERTIAN PARTISIPASI
a. Partisipasi adalah konstribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek
tanpa ikut serta dalam prngambilan keputusan.
b. Partisipasi adalah “pemekaan” (membuat peka) pihak masyarakat untuk
meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi
proyek-proyek pembangunan.
c. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa
orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif, dan
menggunakan kebebasan untuk melakukan hal itu.
d. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat
dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring
proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan
dampak-dampak sosial.
e. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat
dalam perubahan yang di tentukannya sendiri.
f. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,
kehidupan dan lingkungan mereka.
g. Partisipasi adalah konstribusi, partisipasi sama dengan organisasi atau
sama dengan proses penguatan.
Berdasarkan suatu kajian mengenai proyek kayu bakar untuk perempuan
di Kenya, di temukan ada 2 difinisi kata partitipasi dalam proyek ini yaitu
partisipasi instrumental dan partisipasi transformasional. Partisipasi
instrumental terjadi ketika partisipasi dilihat sebagai suatu cara untuk
mencapai suatu sasaran tertentu – partisipasi masyarakat setempat dalam
proyek-proyek yang dilakukan oleh orang luar. Sedangkan partisipasi
transformasional terjadi ketika partisipasi itu pada dirinya sendiri di pandang
sebagai tujuan dan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi
lagi, misalnya menjadi swadaya dan dapat berkelanjutan.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS52
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

PRINSIP-PRINSIP PARTISIPASI
a. Mengutamakan masyarakat
b. Berbasis pengetahuan masyarakat
c. Melibatkan perempuan

TIPOLOGI/TINGKAT PARTISIPASI
8 = mendorong/mempercepat terjadinya perubahan
7 = mobilisasi diri sendiri
6 = terlibat dalam suatu pekerjaan bersama dan saling mendorong satu
sama lain
5 = terlibat dalam bekerja
4 = terlibat untuk memberikan dukungan materi
3 = terlibat dalam konsultasi
2 = terlibat dalam memberikan informasi
1 = terlibat tapi pasif

KEUNTUNGAN DARI PARTISIPASI


1. Memperoleh capaian lebih dengan
biaya relatif rendah
2. Menarik secara politis
3. Usulan menarik secara ekonomi
4. Membawa keuntungan
5. Mempromosikan sumber daya
manusia
6. Meningkatkan proses desentralisasi
7. Percaya diri dan menghargai
kemampuan diri sendiri
8. Pembebasan dari ketakutan
9. Latihan dan keterampilan
10. Kepedulian dan informasi
11. Membangun hubungan
12. Pengakuan dan status sosial
13. Memiliki nilai hiburan MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
14. Kepercayaan dan saling memberi ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS53
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

15. Persatuan
16. Kepemilikan kelompok
17. Jaringan dan hubungan
18. Melihat gambar yang labih besar

KENDALA DALAM PROSES PARTISIPASI


19. faktor struktual
20. faktor administrasi
21. faktor social budaya

Participatory Rural Appraisal (PRA)


PRA (Participatory Rural Appraisal = pengkajian pedesaan secara
partisipatif) mulai di kembangkan awal dasawarsa 1990-an olehRobert
Chambers, didefinisikan sebagai “sekumpulan pendekatan dan metode
yang mendorong masyarakat pedesaan untuk turut serta meningkatkan
dan menganalisis pengetahuan mereka mnegenai hidup dan kondisi
mereka sendiri, agar dapat membuat rencana dan tindakan”.
Prinsip dalam PRA :
22. Mengutamakan yang terabaikan ( keperpihakan )
23. Pemberdayaan masyarakat
24. Masyarakat sebagai perilaku, sebaiknya “orang luar” hanyalah fasilitator
25. Saling belajar dan menghargai perbedaan
26. Santai dan informal
27. Triangulasi ( check and re-chek )
28. Mengoptimalkan hasil
29. Orientasi praktis ( implementasi )
30. Keberlanjutan dan selang waktu
31. Belajar dari kesalahan
32. Terbuka

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS54
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Metode - metode penggalian data yang partisipatif


a. Penelusuran Sejarah Desa
Teknik ini dipergunakan untuk
masyarakat di suatu lokasi tertentu
mengungkapkan berdasarkan penuturan masyrakat
kembali sejarah
sendiri
Jenis informasi yang di kaji :
1. Sejarah terbentuknya pemukiman,asal usul penduduk ,perkembangan
jumlah penduduk dan berbagai peristiwa yang berkenaan dengan itu.
2. Keberadaan dan pengelola SDA
3. Perubahan – perubahan dalam status pemilikan,penguasaan
dan pemanfaatan tanah.
4. Pengenalan dan penanaman jenis tanaman baru dan penerapan
teknologi lainnya
5. Terjadinya wabah penyakit.
6. Tanggapan masyrakat atas berbagai masukan dan kegiatan pembinaan
yang telah dilakukan serta masalah – masalah yang dihadapi dan
berbagai alternatif pemecahannya, pengalaman masyarakat dalam
mengatasi masalah tersebut.
7. Pembangunan sarana dan prasarana penunjang (jalan,sekolah,saluran
irigasi,puskesmas,dan lain – lain).
8. Sejarah organisasi desa dan sistem pengorganisasian tersebut
9. Topik – topik lain yang sesuai.
Tujuan kajian sejarah desa :
10. Memfasilitasi masyarakat agar mengungkapkan pemahamannya
tentang keadaan mereka di masa kini, dengan mengkaji latar belakang
masa lalu.
11. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan – perubahan yang
terjadi di masyarakat dan masalah yang terjadi karena perubahan serta
bagaimana solusinya.
12. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji hubungan sebab akibat antara
berbagai kejadian dalam sejarah kehidupan mereka

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS55
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Manfaat kajian sejarah desa :


1. Bagi orang dalam : memiliki potensi untuk memperkuat kesadaran
masyarakat akan keberadaan dirinya.
2. Bagi orang luar : memberikan pemahaman dan wawasan tentang
masyrakat tersebut.

b. Pembuatan Bagan Perubahan dan Kecenderungan


Teknik ini adalah teknik PRA yang dapat perubahan – perubahan berbagai
keadaan,kejadian serta perubahan masyarakat dari waktu ke waktu.
Besaran perubahan dapat diamati apakah berkurang, tetap atau
bertambah.
Jenis informasi yang dikaji :
1. Perubahan dan berbagi sumber daya
perkembangan produktivitas seperti kesuburan tanah,
ketersediaan
lahan air,ketersediaan curah
dan tingkat kayu bakar, ketersediaan hujan,
kayu bangunan.
2. Perubahan perkembangan tata guna lahan
3. Perubahan perkembangan penanaman pepohonan.
4. Perubahan perkembangan penduduk.
5. Perubahan jumlah ternak.
6. Perubahan dan perkembangan aspek sosial.
Tujuan kajian kecenderungan dan perubahan :
7. Memfasilitasi masyarakat untuk mengenali berbagai
8. Tujuan kajian kecenderungan dan perubahan :
9. Memfasilitasi masyarakat untuk mengenali berbagai
perubahan penting yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan
mereka.
10. Memfasilitasi masyarakat untuk membaca / memperkirakan
arah kecenderungan umum dalam jangka panjang.
Manfaat kajian bagi orang dalam:
1. Memunculkan kesadaran tentang peran diri mereka dalam masyarakat.
2. Memunculkan pikiran-pikiran mereka tentang sebab-sebab perubahan
yang terjadi dan hubungan sebab akibatnya.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS56
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

c. Pembuatan Kalender Musim


Teknik penyusunan kalender musim adalah teknik PRA
yang memfasilitasi pengkajian kegiatan – kegiatan dan keadaan yang
terjadi berulang dalam suatu kurun waktu tertentu (musiman) dalam
kehidupan masyarakat. Kegiatan-kegiatan itu dituangkan dalam
kalender kegiatan atau keadaan-keadaan dalam jarak waktu 1 tahun
musim ( 12 bulan ). Jenis informasi kajian :
1. Penanggalan atau sistem kalender yang dipakai oleh masyarakat.
2. Iklim,cuaca,hujan,ketersediaan air.
3. Pola tanam / panen, biaya pertanian, hasil pertanian dan tingkat
produksi.
4. Ketersediaan pangan dan pakan ternak terutama pada
masa paceklik.
5. Ketersediaan tenaga kerja.
6. Musim kerja kekota pada masa paceklik.
7. Masalah hama dan penyakit tanaman / ternak.
8. Pola pengeluaran (konsumsi,produksi,investasi).
9. Kegiatan social,adat, agama.
10. Dan sebagainya.
Tujuan kajian kalender musim :
1. Mendapatkan gambaran pola kegiatan dan
mengenai pola
pembagian kerja masyarakat memunculkan berbagai
pemikiran tentang keadaan usaha mereka sendiri terutama usaha
pertanian.
2. Informasi yang diperoleh dapat menjadi masukan
untuk perencanaan program.

d. Pembuatan Peta Desa


Pemetaan adalah teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi
mengenai keadaan wilayah desa tersebut beserta lingkungannya. Keadaan
itu digambarkan dalam satu sketsa atau peta desa.cara-cara yang dapat
dilakukan dalam pemetaan adalah :
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS57
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

1. Pemetaan diatas tanah


2. Pemetaan diatas kertas
3.Pembuatan model atau maket
Jenis informasi kajian :
 Peta sumber daya desa
( umum )
 Peta sumber daya alam desa
 Peta khusus ( topical )
Sumber Informasi
1. Untuk pemetaan umum dapat diambil dari masyarakat umum, tua,
Muda, laki-laki, perempuan, kaya, miskin dsb.
2. Untuk peta khusus: perlu sumber informasi tertentu.
3. Berbagai jenis peta di kantor desa dan data lain sebagai data sekunder.
Tujuan kajian:
4. Memfasilitasi masyarakat untuk mengungkapkan berbagai keadaan
desa dan lingkungannya sendiri ( lokasi sumber daya, batas-batas
wilayah, jenis-jenis sumber daya yang ada baik masalah maupun
potensinya.
5. Memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji perubahan keadaan yang
yerjadi dari sumber daya mereka sendiri tentang sebab akibat dari
perubahan tersebut.
Manfaat pemetaan:
6. Masyarakat dapat merenungkan dan pemikiran kembali desanya dan
merencanakan arah perubahan.
7. Memahami cara berfikir masyarakat yang telah hidup turun temurun di
suatu wilayah termasuk berbagai kejadian, masalah, hambatan, dan
sumber daya yang ada.
8. Dapat menimbulkan partisipasi yang baik dari berbagai lapisan
masyarakat.
9. Pemetaan untuk pengenalan tata batas yang seringkali menjadi sumber
konflik di masyarakat.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS58
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

5. Pemetaan dapat menjadi dasar untuk penggalian informasi dengan


teknik-teknik PRA lainya.
6. Menjadi dasar perencanaan program juga untuk keperluan evaluasi

e. Penelusuran Lokasi Desa ( Transect )


Secara harfiah transect berarti gambaran irisan muka bumi. Teknik ini
digunakan untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumber
daya masyarakat dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti
suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan
tersebut kemudian dituangkan dalam suatu bagian atau gambar irisan
muka bumi. Jenis-jenis transect berdasarkan jenis informasi ( topic
kajian ) serupa dengan pembuatan peta desa.
1. Transect sumber daya desa ( umum ).
2. Transect sumber daya alam.
3. Transect topic-topik lain misalnya sarana kesehatan, kondisi kesehatan,
pengelolaan air, irigasi dsb.
Jenis transect berdasarkan lintasan:
1. Transect lintasan garis lurus: berjalan mengikuti garis lurus atau jalan
utama di wilayah pertanian atau wilayah yang diamati.
2. Transect bukan garis lurus: berjalan mengabaikan lintasan yang ada.
3. Pengamatan ditentukan oleh letak lokasi atau tempat yang sudah
ditentukan sebelumnya.
4. Transect lintasan saluran air ( sumber air ): mengikuti aliran air secara
sistematis unruk mengikuti aliran air atau tepian sungai.

f. PEMBUATAN GANBAR KEBUN


Tujuanya untuk mengkaji pengelolaan kebun di wilayah atau desa yang
bersangkutan. Hasil yang diperoleh akan memperlihatkan berbagai aspek
pengelolaan kebun tersebut terutama pola tanam dan teknologi yang
diterapkan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS59
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

g. Pengkajian Lembaga Desa ( Diagram Venn )


Teknik ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap hubungan antar
masyarakat dengan lembaga-lembaga yang terdapat di lingkungannya.
Hasil kajian dituangkan dalam diagram Venn (diagram lingkaran )
yangakan menunjukan besarnya manfaat, pengaruh dan dekatnya
hubungan suatu lembaga dengan masyarakat.

h. Pengkajian Mata Pecaharian Desa


Teknik ini digunakan untuk mengetahui berbagai aspek mata pencaharian
masyarakat desa. Hasil kajian ini biasanya digambarkan dalam suatu
bagan.
Jenis informasi kajian :
1. Mata pencaharian bidang pertanian seperti : pertaian tanaman pangan,
peternakan, perkebunan, perikanan dsb.
2. Pencaharian non-pertanian : industry makanan/jajanan,
pertenunan, kerajinan, pertukangan dsb.
3. Pencaharian bidang jasa : buruh, tani, tukang, dukun bayi,
sopir, pegawai swasta/negeri dsb.

i. Wawancara Semi Terstruktur / Wawancara Keluarga Petani


Wawancara semi terstruktur dan terbuka adalah bentuk wawancara
kualitatif yang paling tersusun. Mereka menggunakan kuesioner bersifat
terbuka yang memuat pertanyaan spesifik yang akan
dinyatakan. Wawancara ini serupa dengan wawancara yang dilakukan
untuk survei yang terstruktur tetapi berbeda dalam tiga hal :
1. Wawancara semi terstruktur menggunakan pertanyaan yang bersifat
terbuka sehingga responden terdorong untuk mengekspresikan dirinya
sepenuhnya, bukannya menjawab pertanyaan yang telah ditentukan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS60
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

2. Urutan pertanyaan tidak ditentukan lebih dahulu dan pewawancara


berkuasa atas pertanyaan apa yang akan ditanyakan dan urutan
berbagai pertanyaan itu.
3. Pewawancara dapat menanyakan beberapa pertanyaan tambahan
untuk mempelajari topic lebih dahulu.
Kekuatan :
1. Informasih yang dapat khusus menjawab pertanyaan tertentu yang
ingin dikemukakan oleh manajer proyek.
2. Informasi yang didapat oleh pewawancara yang berbeda cukup
dapat diperbandingkan untuk menghasilkan frekuensi sederhana,
meskipun titik berat utamanya tetap diltakkan pada pengertian yang
mendalam oleh para responden.
3. Dibandingkan dengan wawancara kualitatif yang lainnya,
keberhasilan wawancara tidak terlalu bergantung pada pengalaman
dan kecakapan komunikasi pewawancara.
4. Dapat dilakukan dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan
dengan jenis wawancara kualitatif yang lain.
Informasi yang dikaji adalah :
 Lembaga secara umum : semua lembaga dalam masyarakat
(lembaga-lembaga local/tradisional, lembaga pemerintah, lembaga
swasta, maupun lembaga yang berada diluar masyarakat desa
seperti puskesmas di kecamatan yang memiliki hubungan dengan
mereka.
 Lembaga-lembaga khusus seperti lembaga kesehatan, pertanian
dsb, tergantung kebutuhan.
Tujuan :
 Memfasilitasi diskusi masyarakat mengenai keberadaan, manfaat
dan peranan sebagai lembaga di desa.
 Memfasilitasi diskusi mengenai hubungan anatara lembaga di desa.
 Memfasilitasi diskusi mengenai keterlibatan masyarakat dalam
kegiatan lembaga tersebut.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS61
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Manfaat kajian hubungan antar lembaga :


 Memperkenalkan keberadaan lembaga-lembaga di desa yang
kadang-kadang tidak dikenal oleh masyarakat dan membahas
peningkatan berbagai lembaga.
 Memahami cara masyarakat membuat aturan prioritasnya terhadap
kegiatan lembaga-lembaga tersebut. Bagi lembaga luar yang
menyelanggarakan program di desa, hal ini bias menjadi umpan
balik untuk perbaikan pelayanan di desa.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS62
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 7

Pemberdayaan Masyarakat
dalam Pelayanan Kebidanan
Komunitas

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS63
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 7. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelayanan Kebidanan


Komunitas

Pengembangan Masyarakat
“Program pengembangan masrayakat yang merupakan membangun atau
memperkuat struktur masyarakat yang merupakan membangun atau
komunitas menjadi suatu entitas yang otonom dan bisa menyelenggarakan
kehidupannya serta melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan manusia
9hukum needs)”
Sasaran yang dicapai oleh program pengembangan masyarakat adalah
pengembangan kapasitas masyarakat dan peningkatan kesejahteraan
masuyarakat. Dan dilakukan dengan upaya pemberdayaan (empowerment)
masyarakat agar mereka dapat melakukan transformasi ekonomi,
teknologi, dan social budaya.

Ada 2 perspektif yang menjadi landasan pengembangan masyarakat:


 Hidup yang selaras dengan alam (ecology perspective)
 Hidup yang selaras dengan sesame manusia (social perspective)

Enam dimensi dalam pengembangan masyarakat


1. Pengembangan social (social development)
2. Pengembangan ekonomi
3. Pengembangan politik (political development0
4. Pengembangan budaya (cultural development)
5. Pengembangan lingkungan (environmental development)
6. Pengembangan individu/ spiritual (personal/spiritual development)

PRINSIP PENGEMBANGAN
1. Merupakan kegiatan terpadu, mempertimbangkan seluruh aspek
kehidupan masyarakat.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS64
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

2. Komitmen terhadap HAM. Untuk melindungi terlaksananya HAM dan


mempromosikan penegakan HAM.
3. Berkelanjutan. Tatanan yang selaras dengan kehidupan alam bukan
merusak alam, mengoptimalkan penggunaan berbagai sumber daya
bukan menggunakan sebanyak-banyaknya.
4. Pemberdayaan. Memfasilitasi orang dengan sumber daya, kesempatan
pengetahuan, keterampilan untuk meningkatkan kapasitas hidupnya
dan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Menghubungkan antara persoalan individu dengan struktural.
Seseorang didorong untuk memahami dirinya atau bisa mempengaruhi
kebijakan publik.
6. Mengembangkan kepemilikan masyarakat. Ada 2 bentuk kepemilikan
yaitu
 Benda material (benda publik dan fasilitas umum).
 Kepemilikan terhadap proses dan struktur kehidupan di masyarakat.
7. Mengembangkan keswadayaan masyarakat. Mengembangkan potensi
yang ada di dalam diri sendiri (alam,manusia) dan tidak tergantung
sumber daya dari luar.
8. Otonomi atau kemandirian. Mengembangkan otonomi daerah dan tidak
tergantung pada pemerintah pusat.
9. Memiliki tujuan atau visi. Harus mengkaitkan tujuan jangka panjang dan
jangka pendek.
10. Berdasarkan inisiatif dan potensi masyarakat. Pengembangan muncul
dari potensi dan inisiatif masyarakat itu sendiri dan menghargai
keunikan setiap masyarakat.
11. Memperkuat kesatuan masyarakat. Mampunyai interaksi social yang
kuat, komunikasi dan dialog yang baik, solidaritas dan pengertian dan
mengembangkan aksi sosial yang diperlukan.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS65
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

12. Mengunakan pendekatanproses dan hasil. Dikaitkan dengan tujuan dan


visi sebaliknya hasil dikaitkan dengan proses dan cara pencapain.
13. Anti kekerasan. Dilakukan secara damai, kompromi, tanpa kekerasan
baik oleh kelompok atau aparat.
14. Bersifat inklusif. Terbuka terhadap semua kalangan baik yang pro
ataupun kontra.
15. Berdasarkan konsensus dalam pengambilan keputusan. Pengambilan
keputusan berdasarkan kesepakatan, harus menjadi tradisi dalam
pengembangan masyarakat.
16. Mengembangkan kerjasama. Menekankan bahwa struktur masyarakat
harus berdasarkan kerjasama bukan karena kompetisi
17. Partisipatif. Memaksimalkan keterlibatan banyak orang adalam proses
dan kegiatan.
18. Merumuskan dan menyepakati kebutuhan bersama.
Mempertimbangkan 2 hal yaitu keberagaman kebutuhan oleh
masyarakat berdasarkan kesepakatan.

PELAKU PENGEMBANGAN MASYARAKAT


Ada berbagai pandangan mengenai kegiatan pembangunan masyarakat:
ada yang menganggap sebagai suatu profesi, ada yang m,enganggap
sebagai aspek dari suatu profesi (missal, aspek dari profesi pekerja
sosial/sosial worker), bahkan ada yang menganggapnya sebagai aspek
dari suatu kegiatan non-profesi dari para aktivis ideology yang
mempertanyakan tatanan(order) yang menindas. Di kalangan lembaga
Swadaya Masyaraka(LSM), missal, seringkali terjadi perdebatan mengenai:
apakah mereke pekerja pembangunan atau para aktivis.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS66
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Merujuk tujuan keempat dan kelima MDGs yang telah


disepakati oleh Pemerintah, sangat terkait dengan fungsi dan tugas utama
bidan dalam bekerja di komunitas. Oleh sebab itu dalam membuat
perencanaan program dan implementasinya harus dikaitkan dengan tujuan
dan target MDGs

Organisasi Pelayanan Kesehatan di Tingkat Pusat


Sampai Dengan Tingkat Desa
Jenis Stakeholder
No. Kategori Stakeholder Contoh
1 Pekerja kemasyarakatan yang -Pendamping IDT yang
dipekerjakan oleh pemerintah (baik diperkerjakan oleh
pusat maupun daerah) atau oleh program pemerintah
lembaga lain (LSM dan swasta) the dari pusat
employed community worker -Kepala Desa
-Badan Perwakilan
Desa(BPD)
2 Pekerja kemasyarakatan yang PLKB, Bidan
dipekerjakan oleh lembaga sektoral dan
(lembaga pemerintah) the employe Dokter yang
sectoral worker di tempatkan di desa
3 Profesional yang bekerja untuk Bidan, Dokter, jurnalis,
melayani masyarakat the community- guru (bisa
focussed professional pegawai negeri atau
bukan),
aktivis LSM
4 Aktivis yang bekerja tanpa dibayar Kader, TOMA, TOGA,
The unpaid community activis relawan lainnya

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS67
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 8

Monitoring dan Evaluasi


Pelayanan Kebidanan
Komunitas

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS68
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 8. Monitoring dan Evaluasi Pelayanan Kebidanan


Komunitas

Definisi dan Manfaat Pengawasan & Evaluasi/Monitoring & Evaluasi


(MONEV)

MONITORING
Monitoring atau pemantauan adalah upaya sistematis yang bersifat
periodik atau terus menerus (berkesinambungan) untuk mengetahui sedini
mungkin apakah pelaksanaan program sesuai atau menyimpang dari
rencana semula dengan memanfaatkan sekumpulan indikator terpilih.
Monitoring bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan penting, berikut ini:
1. Apakah pogram telah mencapai populasi atau target yang diinginkan?
2. Apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang direncanakan?

EVALUASI
Evaluasi merupakan proses periodik dan sistematis untuk menilai seluruh
fungsi organisasi dengan cara menilai hasil yang dicapai kemudian
dibandingkan dengan tujuan/harapan/target yang ingin dicapai. Evaluasi
melihat hasil dari proses kegiatan secara keseluruhan. Hal terpenting
bahwa data evaluasi yang digunakan tidak hanya dari monitoring tetapi
perlu didukung dengan data lain seperti survei, review dokumen untuk
memperkuat hasil evaluasi.
Tujuan Evaluasi adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
3. Apakah tujuan-tujuan telah tercapai?
4. Beberapa besar pengaruh program?
5. Apa saja hasil atau akibat yang tidak diharapkan dari program?
6. Bagian program man yang paling atau kurang berhasil?

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS69
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Evaluasi sebagai salah satu dari fungsi manajemen bertujuan


untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi pelaksanaan suatu perencanaan,
sekaligus mengukur seobyektif mungkin hasil-hasil pelaksanaan dengan
ukuran-ukuran yang dapat diterima olehpihak-pihak yang terlibat dalam
suatu perencanaan. Tujuan utama dari penilaian/evaluasi adalah agar hasil
penilaian tersebut dipakai sebagai umpan balik bagi perencanaan
selanjutnya.

MONITORING VS EVALUASI
Monitoring: melihat kemajuan kinerja program (performance)
secara periodik untuk tindakan korektif
Evaluasi: menilai hasil program (outcomes) untuk perbaikan
program selanjutnya

MANFAAT MONITORING DAN EVALUASI


Manfaat Monitoring adalah mengenali masalah program sedini
mungki n, melakukan perbandingan antar lokasi/tempat, menilai tren status
situasi tertentu, sehingga dapat diambil tindakan-tindakan korektif.
Manfaat Evaluasi, yaitu:
1. Memberikan gambaran sampai seberapa jauh tujuan dan sasaran telah
tercapai
2. Memberikan motivasi pada seseorang untuk bertindak
3. Dapat membantu menetapkan prioritas dalam mengambil tindakan yang
diperlukan
4. Membantu menguji asumsi mengenai strategi dan sasaran sehingga
manajer program dapat memikirkan kembali strategi yang tepat

Indikator Monitoring Dan Evaluasi


Indikator merupakan ukuran-ukuran tidak langsung (indirect) yang
digunakan dalam proses monev untuk membantu mengukur perubahan-
perubahan yang merefleksikan “keadaan sebenarnya”. Contoh: berat
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS70
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

badan menurut umar (BB/U) merupakan ukuran tidak langsung


(indicator) untuk menilai status gizi anak. Bila pengukuran dilakukan
berturut-turut sepanjang waktu, maka akan memberikan informasi arah dan
kecepatan perubahanprogram yang terjadi, sehingga dapat dipakai untuk
membandingkan daerah atau kelompok lain yang berbeda pada waktu yang
sama atau kelompok yang sama dalam waktu yang berbeda
Biasanya indikator dalam bentuk indeks, kuantitatif dan kualitatif.
Contohnya: Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator tingkat
kesejahteraan masyarakat karena kematian bayi disebabkan bukan
disebabkan bayi tersebut tetapi tergantung perlakuan keluarga kepadanya.
Oleh karena itu secara langsung, AKB menunjukkan indikator kematian bayi
tetapi secara tidak langsung menunjukkan tingkat kesejahteraan
masyarakat suatu Negara.
Indikator dapat dibedakan menjadi indikator input, output, efek dan
impact. Indikator input dan output merupakan indikator di tingkat program
yang bertujuan menilai kinerja (performance) program, sedangkan indikator
efek dan impact merupakan indikator di tingkat masyarakat/populasi yang
menjadi target program/intervensi. Indikator ditingkat masyarakat bertujuan
menilai outcome keberhasilan dari program baik bersifat efek (intermediate
out comes) seperti peningkatan pengetahuan, peningkatan prevelansi
kontrasepsi maupun impact (long-trem outcomes) seperti penurunan
fertilitas, penurunan kematian ibu.
Tabel 1. Contoh indikator Pelayanan Keluarga Berencana
Tingkat Program Tingkat Masyarakat
(kinerja) (Outcome)
Input Efek
Ketersediaan tenaga Perilaku (dikenal
Suplai dengan Cakupan)
Peralata Pengetahuan
n dana Prevalensi kontrasepsi

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS71
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Output Impact
Untilisasi pelayanan Penurunan fertilitas (TFR)
Kualitas pelayanan
Kontak
Akses Pelayanan

Apabila kita akan melakukan evaluasi program maka memfokuskan


pada indikator outcome ditingkat masyarakat, sedangkan apabila kita
melakukan monitoring maka memfokuskan ada indikator kinerja ditingkat
program untuk mendapatkan masukan tindakan korektif apa yang
diperlukan.
Dalam menentukan keberhasilan program, penggunaan satu
indikator saja tidak dapat menggambarkan keadaan yang kita inginkan
karena dimensi program yang kita lakukan pasti banyak. Padahal indikator
biasanya bersifat parsial, yaitu hanya mengukur salah satu bagian aspek
yang akan diukur, apalagi pengukuran yang dilakukan biasanya bersifat
tidak langsung. Namun demikian, terlalu menggunakan indikator justru
akan mempersulit penilaian karena akan semakin banyak data yang akan
dikumpulkan dan dianalisis. Solusinya dalam penentuan indikator perlu
adanya keseimbangan ( balancing) yang relevan dalam menentukan jumlah
indikator yang akan ditetapkan. Kriteria yang digunakan adalah
keseimbangan antara kriteria akademik dengan kriteria praktis.

KRITERIA AKADEMIK SELEKSI INDIKATOR


 Valid, mengukur apa yang diukur
 Objektif, hasil sama, walau diukur oleh orang berbeda dengan waktu
berbeda
 Sensitif, hasil pengukuran perubahan sesuai perubahan kondisi yang
diukur
 Spesifik, hasil pengukuran berubah hanya apabila kondisi yang diukur
berubah, bukan karena perubahan kondisi lain yang tidak diukur.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS72
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Kriteria Praktis seleksi indikator adalah data dapat


diperoleh dengan mudah sesuai sumber daya yang ada atau tersedia.
Ukuran Indikator
Bebrapa ukuran indikator yang biasa digunakan, yaitu :
Jumlah : Merupakan ukuran yang paling sederhana, yaitu hanya
jumlah
Kejadian atau objek/kasus. Contohnya 56 kunjungan, 9765
bayi yang diimunsasi.
Ratio : Perbandingan dua angka (pembilang/ numerator dan
penyebut/denominator) Yang saling terpisah satu sama lain
atau pembilang bukan bagian dari penyebut.
jumlah Contohnya
dukun terlatih perpopulasi (1:490), rasio
jenis kelamin
(99:100)
dan jumlah kematian ibu per 100.000 – kelahiran hidup
(390:100.000).
Proporsi : Rasio perbandingan pembilang dengan penyebut dimana
pembilang merupakan bagian dari penyebut. Contohnya dari
5000 balita terdapat 3250 bayi telah
diimunisasi (3250/5000=0,65)
Persentase : Proporsi dikalikan 100. Contohnya 65% bayi telah diimunisasi
(3250/5000 * 100=0,65)

Umumnya ukuran indikator menggunakan ukuran rasio dan proporsi di


banding dengan ukuran jumlah/angka absolut.hal ini dikarenakan ukuran
rasio dan proporsi memiliki kelebihan,yaitu:

Membuat perbandingan antara dua populasi yang berbeda,yang mungki n


berbeda dalam jumlah orang yang berisiko, oleh karena itu perlu
pembakuan dengan mempertimbangkan populasinya. Contoh:membuat
perbandingan masalah status gizi ibu hamil antar beberapa desa,maka

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS73
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

perlu dipertimbangkan jumlah ibu hamil di masing-masing


desa;atau membandingkan status gizi ibu hamil di satu desa dibandingkan
3 tahun mendatang,maka perlu dipertimbangkan jumlah ibu hamil dua
periode tersebut.
Menghitung taksiran jumlah kasus dengan menggunakan
angka rata- rata nasional/standar nasional yang telah diketahui maka
taksiran kasus
dapat diketahui. Contoh angka kematian bayi nasional 120
per 1000 kelahiran hidup per tahun, jika kecamatan tercatat terdapat
200 kelahiran
hidup maka taksiran kematian bayi 120/1000 * 200 = 48 per
1000 kelahiran hidup.
Langkah-langkah Monitoring dan Evaluasi
PERENCANAAN
Langkah pertama dalam melakukan monitoring, yaitu 1)
tentukan kegiatan/program apa yang akan dimonitor; 2) dan jabarkan
tujuannya? Gunakan matriks berikut ini :
Kegiatan yang Tujuan
Contoh :
dimonitor
Matriks 1. Kegiatan
Keluarga Berencana dan Tujuan
Mengetahui Monitoring
tingkat output
pemakaian
kontrasepsi
Menegtahui tingkat Effect
pengetahuan
perempuan mengenai KB
Mengetahui banyak kehamilan yang Effect
direncenakan
KIA/Persalinan Mengetahui banyaknya dukun terlatih Input
Aman
Mengetahui penanganan Output
kasus
komplikasi obstetric
Mengetahui banyaknya Effect
persalinan
aman

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS74
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

TENTUKAN LINGKUP MONITORING


Sesudah program dan tujuan monitoring telah dijabarkan, kita
sebaiknya menentukan seberapa luas lingkupmonitoring yang akan
dilakuka. Berikut ini beberapa pertanyaan penting untuk menentukan ruang
lingkup monitoring, yaitu :

Matriks 2. Tentukan lingkup Monitoring


1. Seberapa luas area yang dimonitor? Desa Sinargalih Kecamatan
Kemang
2. Fasilitas apa saja yang akan dimonitor? Puskesmas
3. Petugas apa saja yang dipilih (manajer, penyedia pelayanan, atau
volunter)? Bidan
4. Berapa lama monitor akan dilakukan? 6 bulan

Lingkup monitoring perlu dipertimbangkan karena terkait dengan lamanya


waktu pengumpulan dan pengolahan serta analisa datanya. Apabila lingkup
monitoring terlalu luas, dapat menjadi beban dalam pengumpulan data
sehingga dapat terjadi keterlambatan untuk mendapatkan informasi untuk
tindakan korektif.

TENTUKAN INDIKATOR DAN/ATAU PERFORMANCE STANDARD


(TARGET)
Setelah tujuan dan lingkup monitoring telah dijabarkan, maka lakukan
pemilihan beberapa indikator sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Indikator
yang telah dipilih kemudian dijabarkan ukuran indikator yang dipilih apakah
dalam bentuk jumlah/angka absolut, ukuran ratio atau proporsi/persentase?
Jabarkan formulasi perhitungan indikator tersebut baik numerator maupun
dnominator. Formulasi tersebut diperlukan untuk mengetahui dimana data
tersebut bersumber.

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS75
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Matriks 3. Tentukan indikator, formulasi indikator dan


Tujuan
standar/target Indikator & Formulasi Standar/
target
Mengetahui % pemakaian kontrasepsi modern
tingkat
pemakaian ∑ wanita yang memakai kontrasepsi modern 67%
-
kontraseps x 100%
i
∑ wanita usia subur (15-49)
Mengetahui % wanita menegtahui salah satu jenis 90%
tingkat kontrasepsi modern & dimana tahu
pengetahu mendapatkannya
a
n ∑ wanita mengetahui salah satu jenis
perempua kontrasepsi modern & dimana tahu
n mendapatkannya
mengenai
KB --------x 100%

∑ wanita usia subur (15-49 tahun)

Menegtahui % wanita melahirkan yang ditolong Tenaga 60%


banyak kesehatan (nakes)
persalina
n aman ∑ wanita yang ditolong nakes pada persalinan
terakhir

------x 100%

∑ persalinan terakhir

Tidak kalah penting adalah penentuan standar (performance standard)


untuk masing-masing indikator, biasanya dikenal dengan “Target”. Target
dibutuhkan untuk mengetahui apakah program yang dilaksanakan efektif,
contohnya : berapa persen seharusnya persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan, berapa persen seharusnya imunisasi lengkap pada balita
dicapai? Berapa jumlah balita yang seharusnya berat badan naik per
bulan?

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS76
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

ddl. Pertanyaan ini diketahui jika kita membandingkan dengan


target. Target biasanya ditetapkan menggunakan rata-rata nasional atau
lokal ataupun ditetapkan oleh instansi terkait.

Contoh penggunaan target, yaitu sebagai berikut:

Target cakupan imunisasi lengkap biasanya ditetapkan 80% dari jumlah


balita. Jika diperkirakan jumlah balita di kabupaten 5.000 dan tercatat
jumlah balita yang mendapatkan imunisasi lengkap sebanyak 3.250
orang

Cakupan imunisasi lengkap

∑ bayi yang diimunisasi (3.250)

x 100 = 65%

∑ balita di kabupaten (5.000)

Pencapaian program

∑ bayi yang diimunisasi 3.250

x 100 = 81%

∑ balita 5000 * 0.80

Ini berarti cakupan 65% (3.250/5000*100) atau lebih rendah 15% di


bawah target atau program yang dilaksanakan baru mencapai 81% dari

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS77
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Sumber & Teknik


Pengumpulan Data Sumber Data
Kebutuhan data untuk kegiatan monev sangat penting,
mengingat data merupakan bukti yang menunjukan fakta kondisi yang
sebenarnya di masyarakat. Data yang digunakan untuk monitoring &
evaluasi dikumpulkan dari banyak sumber. Secara garis besar sumber
data dibedakan menjadi dua sumber, yaitu pertama berasal dari fasilitas
(facility data based). Sumber data tersebut sangat terkait dengan tingkat
pengukuran. Apabila monitoring dilakukan di tingkat program maka sumber
data berasal dari faslitas baik melalui data rutin program maupun survei
yang difasilitasi, sedangkan jika monitor dilakukan di tingkat masyarakat
maka sumber data berasal dari masyarakat.

Tingkat Pengukuran Sumber Data Contoh


Output System
Data rutin program
(Tingkat Program) pencatatan
pelaporan Puskesmas
Fasility survey Ecit interview
Outcomes
Survei masyarakat Rapid Survey
(Tingkat Masyarakat)
Survei nasional SDKI**SKRT**

*SDKI (Survey Demografi dan Kesehatn Indonesia): salah satu survei


nasional yang memfokuskan pada masalah kependudukan & Keluarga
Berencana
**SKRT (Survei Kesehatan Rumah Tangga): salah satu survei nasional
yang memfokuskan pada masalah kesehatan (kesakitan, kematian, dan
disabilitas)

Teknik Pengumpulan Data


 Angket, merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat searah
karena respoden mengisi jawaban pada instrument yang diberikan. Ini

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS78
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

berarti responden harus berpendidikan tinggi minimal dapat


membaca dan menulis.
 Wawancara, teknik ini merupakan teknik yang paling banyak dikenal
dan dipakai, bersifat dua arah dan menggunakan instrument/kuedi oner
dengan pertanyaan terstruktur.
 Observasi, seringkali beberapa fenomena/gejala disekitar kita yang
tidak dapat ditanyakan, tetapi dapat diukur lewat
pengamatan/observasi. Contohnya: menilai keterampilan bidan dalam
melakukan pemasangan IUD, apakah sesuai dengan standar pelayanan
medis
 Review Dokumen, melakukan pencatatan data dari dokumentasi
kegiatan atau program yang ada

Untuk setiap indikator, tentukan sumber dan teknik pengumpulan data.


Untuk satu indicator sumber data bisa berbeda-beda. Pilihan sumber
informasi tergantung ketersediaan system informasi. Sebagian besar
sumber data monitoring dan evaluasi berasal dari data rutin yang ada,
seperti catatan logistic, register pengobatan, catatan rekaman medis
pasien. Buat matriks berikut ini:

Matriks 4. Sumber dan teknik pengumpulan data


Teknik
Indikator & Formulasi Sumber Data Pengumpulan
Data
% pemakaian kontrasepsi Survei masyarakat Wawancara
modern
% wanita mengetahui salah
satu jenis kontrasepsi modern
& dimana Survei masyarakat Wawancara
tahu mendapatkannya
% wanita melahirkan yang
ditolong tenaga kesehatan Survei masyarakat Wawancara
(nakes)
% dukun yang mendapatkan Catatan rutin Review
pelatihan program dokumentas
i

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS79
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pengolahan Dan Analisa Data


Ada beberapa cara untuk melakukan pengolahan & analisa
data, yaitu sebagai berikut :
 Membandingkan pencapaian hasil program dengan target program
%
Indikator & Formulasi Hasil Standar Pencapaian
Target
% pemakaian kontrasepsi modern 40% 67% 60%
% wanita mengetahui salah satu
jenis kontrasepsi modern 80% 90% 89%
% dimana tahu mendapatkannya
% wanita melahirkan
yang 45% 60% 75%
ditolong tenaga
kesehatan (nakes)

Membandingkan hasil kegiatan dengan standar/target untuk beberapa


priode

Gambar 1. Pencapaian program imunisasi


lengkap: Jan ’05 – Okt ‘05
85
90
80 85
70
60 50 50
50
55,6
40 47,6 49,3 49,7
30
20 Actual Target
10
0
Jan'05 April '05 Juli '05 Okt '05

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS80
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Membandikan hasil kegiatan antar tempat kegiatan

Gambar 2. Rata-rata jumlah pasien per


minggu berdasarkan kota & tahun
18
Jakarta
16
Surabaya
14
Manado
12
10
8
6
4
2
0
1996 1997 1998 1999 1996 1997 1998 1999
LSW NLS
W

Menyajikan dan Laporan Temuan Serta Lakukan Tindakan Korektif


 Kemukakan temuan utama
 Cari masukan penyebab dan solusi, apabila masalah teridentifikasi
maka :
 Kenali penyebab
 Deskripsi penyebab
 Rencanakan dan melaksanakan solusi
 Monitor apakah tindakan sudah benar dan hasil sesuai keinginan

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS81
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 9

Pedoman Praktis Pelayanan


Kebidanan Komunitas

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS82
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pelajaran 9. Pedoman Praktis Pelayanan Kebidanan


Komunitas

1. kunci keberhasilan yang merupakan cara untuk menentukan kegiatan


dan langkah yang harus ditempuh untuk menyelesaikan masalah.
Dalam menentukan kunci keberhasilan ini menunjuk pada metode
pemecahan masalah, sarana apa saja yang dibutuhkan dan siapa saja
yang terlibat.
2. Indikator kunci merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan yang
akan dituju.
3. Contoh:masalah status gizi buruk, akar permasalahannya adalah pola
makan masyrakat, kunci keberhasilannya adalah pemahaman makan
yang bergizi,caranya adalah member penyuluhan dan stimulasi
makanan tambahan, indikator antaranya adalah kenaikan cakupan
masyarakat yang disuluh, cakupan jumlah anak Balita yang diberi
PMT dan dampaknya adalah peningkatan status gizi balita.

TUJUAN
Tujuan, berisi tujuan yang akan dicapai berdasar prioritas permasalahan
kesehatan yang dihadapi.
Tujuan khusus, berisi upaya untuk mencapai tujuan antara yang telah
tertuang dalam upaya penyelesaian masalah. Tujuan khusus sudah
mengarah pada program kegiatan yang akan ditetapkan. Dalam
menetapkan tujuan, tunjukkan indikator kuantitatif.

PROGRAM KESEHATAN
Program kesehatan ini merupakan cara intervensi dalam menyelesaikan
masalah. Contoh program kegiatan dan masalah Gizi buruk di atas adalah
kegiatan penyuluhan dan Pemberian makanan Tambahan (PMT) balita:
1. Program Prioritas, merupakan program untuk menyelesaikan masalah
prioritas. Metode yang diterapkan hendaknya mempunyai daya ungkit
tinggi, inovatif dan punya akselerasi penyelesaian masalah.
MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS83
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

2. Program rutin, merupakan program yang secara rutin harus


dilakukan, ada atau tidak ada masalah,. Seperti, perawatan ibu
hamil, kunjungan nifas, pengadaan vit A, Fe dll.
3. Program lain, biasanya program tidak langsung, yaitu program yang
diusulkan di luar program prioritas dan rutin, seperti penggalangan
iuran untuk ibu melahirkan, advokasi pembiayaan kesehatan ibu dan
anak boleh pemerintah desa.

ANGGARAN
Anggaran program kesehatan adalah anggaran untuk seluruh program baik
prioritas, rutin dan lainnya. Perhitungan besarnya anggaran tergantung
pada unit cost dan volume masing-masing kegiatan. Biaya program
meliputi:
4. Biaya Operasional
a) Penemuan kasus
b) Pemeriksaan
c) Pemberian obat
d) Pengadaan obat
e) Pengadaan alat
5. Biaya manajemen
a) Rapat koordinasi
b) Perencanaan
c) Monitoring
d) Evaluasi
6. Biaya investasi
a) Pelatihan
b) Perbaikan system
c) Renovasi Polindes

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS84
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

Pada akhir program praktik kebidanan komuitas agar lebih


meningkatkan pemahaman terhadap hasil praktiknya mahasiswa difasilitasi
untuk melakukan refleksi, evaluasi dan pelaporan (memberikan umpan
balik/ feedback pada masyarakat dan menyelenggarakan pertemuan
lokakarya akhir pada masyarakat)

Kegiatan Pembelajaran
1. Mengapa mahasiswa perlu melakukan praktik bekerja di masyarakat
sebelum mereka benar-benar menjadi bidan ?
2. Apa dampak positif dan negarif dari praktik bekerja di masyarakat ?

Uji Kemampuan Diri


Tuliskan langkah-langkah yang akan anda lakukan pada waktu
melakukan praktik bekerja di masyarakat!

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS85
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

DAFTAR PUSTAKA
Amal, Siti Hidayati. “Beberapa Perspektif Feminis Dalam
Menganilisis Permasalahan Wanita,” dalam Kajian Wanita dan
pembangunan. Jakarta: Yayasan Obor, 1995. Hal.83-109
Bemmelen, Sita van, “Gender dan Pembangunan; Apakah yang
baru?” dalam Kajian Wanita dan pembangunan, Jakarta Yayasan
Obor, 1995, hal.175-226
Bemmelen, Sita van. Alat Analisis Gender hand-out materi TOT Gender
and Development. Netherland, 2000
Bertrand, Jane T, Robert J. Magnani, James C. Knowles. Handbook of
indicators For Family Planing Program Evaluation. The Evaluation
Project, 1994.
BPS, BKKBN, Depkes, MEASURE/DHS. Survei Demografi Kesehatan
Indonesia. Jakarta : BPS, BKKBN, Depkes, MEASURE/DHS, 2003.
Brindley, B. “Gender Analysis and Forestry,” dalam How to Use Rapid
Rural Appraisal (RRA) to Develop Case Studies, 1995.
Center for Health Research, University of Indonesia. 2001.
“Economic Analysis of the Bidan di Desa (BDD) Program
Anticipation of the
Policy Changing in the Future.”
Cronk Mary, Flint Caroline, Comunity Midwifery A Practical Guide,
Butterworth-Heinemann itd, Oxford, 1989
Dallabeta, Gina dan Susan Hassig (eds). Indicators for Reproduvtive
Health Program Evaluation. Final Report of the Subcommitte on
STD/HIV. Chapel hill: Carolina Population Center – Univ. Of Nort
Carolina, December 1995.
Depkes. Dasar dasar Penilaian Kesehatan Reproduksi bagi
masyarakat Kepulauan.” Makalah disajikan pada Lokakarya
Kesehatan dalam Era Desentralisasi, Tanjung Pinang, 26 juli
2003
Djohani, Rianingsih (ed). “Pengertian Participatory Rural Apraisal (PRA)
Berdimensi Gender dan teknik –MODUL
teknik PEMBELAJARAN
Participatory Rural
DAN PRAKTIKUM
Apraisal ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS86
Prodi D-III KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES GORONTALO
Jl. T a m a n P e n d i d i k a n
No. 3 6 G o r o n t a l o

(PRA),” dalam berbuat bersama berperan setara,


bandung: studio Driya Media, 1996. Hal 13-31 dan hal 67-157
Effendy, Nasru. Dasar – dasar keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi
2 Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran, 1997.
Family Care International (FCI). Action for the 21 st centu & rights for all.
New york: family Care International, 1994
FCI Comitments to Sexual and Reproductive Health and Rigth for all:
Framework for action New York : FCI, 1995
Fotney, Judith A. “Reproductive Morbidity : A conceptual Framework. “
Family Health International Working papers No. WP95-02 September
1995.
Franco, L Miller, P. Richarason, J. Reynold. Monitoring and Evalution
Programes, Modul 5: users Guide. The aga khan Foundation.
Holland, Joe, dkk. Anailis sosial dan Refleksi Teologis: Kaitan Iman
dan Keadilan.Penerbit Kanisius, 198, hal. 30
Ikskandar, Meiwita B, Budi Utomo, Terence H;I; Nick G. Dharmaputra
and
yuswardi Azwa. Unraveling the Mysteris of Maternal death in West Jaya.
Depok: Center for Health Rese

MODUL PEMBELAJARAN DAN PRAKTIKUM


ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS87

Anda mungkin juga menyukai